Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang mematikan di dunia, karena

penyakit ini bisa memicu penyakit kelas berat seperti gagal jantung dan stroke.

Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit

ini. Diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar

menjelang tahun 2025.

Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di indonesia

menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita

hipertensi.

Meski penderita penyakit ini sangat banyak, namun penyakit ini sering

tidak disadri oleh penderitanya. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang

bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki takanan

darah yang jauh lebih rendah dari pada dewasa.

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih

tinggi saat melakukan aktivitas dan lebih rendah saat beristirahat. tekanan darah

dalam 1 hari juga berbeda paling tinggi pada waktu pagi hari dan paling rendah

pada saat tidur malam hari.

Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli.

WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 150/95

1
mmhg, sementara itu Smelttzer dan bare (2002: 896) mengemukakan bahwa

hepertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga

melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan

diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges

(2000:42). Pendapat senanda juga di sampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan

kita, jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. Budhi setianto (depkes, 2007), yang

menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari

150 mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmhg.

Terdapat perbadaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan

oleh kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi

bila tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmhg,

sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah

diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas sama dengan

160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM PROKJA RS Harapan kita

(1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistoliklebih dari140 mmhg dan

untuk usia antara 60-70 tahun darah sistolik 150-155 mmhg masih dianggap

normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih

besar dari 140 mmhg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmhg

ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda.

(JNC VI, 1997). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan

pengetahuan dan sikap tentang hipertensi dan pengendalian tentang hipertensi

pada lansia dipanti werdha.

2. Tujun Penulisan

2
a. Tujuan umum

Tujuan umum penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan

informasi tentang hubungan hipertensi pada lansia dipanti werdha.

b. Tujuan khusus

a. Untuk memperoleh informasi mengenai:

 Karakteristik lansia penderita hipertensi meliputi, usia, jenis

kelamin, pendidikan, dipanti werdha.

 Pengetahuan lansia tentang hipertensi dipanti werdha.

 Sikap lansia terhadap hipertensi dipanti werdha.

3. Ruang Lingkup

Pada penulisan ini peneliti membatasi masalah yang akan di teliti. Penulis

hanya membahas mengenai hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang

hipertensi dipanti werdha.

4. Manfaat Penulisan

a. Bagi petugas kesehatan

Hasil penulisan ini khususnya bagi petugas pelayanan kesehatan

dapat menjadi sumber untuk meningkatkan pengetahuan hipertensi

terhadap lansia.

b. Bagi masyarakat

Hasil penulisan ini menambah pengetahuan dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya pengendalian hipertensi, khususnya pada

lansia.

3
c. Bagi mahasiawa

Hasil penulisan ini dapat menjadi sumber bagi mahasiswa

mengenai pengetahuan lansia tentang hipertensi dan pengendalian

hipertensi terhadap lansia,dan dapat memberikan asuhan keperawatan

hipertensi pada lansia dengan tepat.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Proses Penuaan dan Perubahan Seks

A. Proses Menua (Ageing Process)

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita (CONSTANTANIDES, 1994). Ini

merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alami. Ini dimulai sejak

lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup.

B. Mitos-Mitos Lanjut Usia dan Kenyataannya

Menurut sheiera saul ( 1974).

1. Mitos kedamaian dan ketenangan

Lanjut usia dapat santai menikmati kerja dan jerih payah dimasa muda dan

dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah

berhasil dilewati.

Kenyataan :

a. Sering ditemukan stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta

penderitaan karena penyakit.

b. Depresi

c. Kekhawatiran

d. Paranoid

e. Masalah psikotik

5
2. Mitos konservatisme dan kemunduran

Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya :

a. Konservatif

b. Tidak kreatif

c. Menolak inovasi

d. Berorientasi ke masa silam

e. Merindukan masa lalu

f. Kembali ke masa anak-anak

g. Susa berubah

h. Keras kepala dan

i. Cerewet

3. Mitos berpenyakitan

Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai ole

berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses

menua (lanjut usia merupakan masa berpenyakitan dan berkemunduran).

Kenyataan :

a. Memegang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan dan

metabolisme serta rawan terhadap penyakit

b. Tetapi banyak penyakit yang asma sekarang dapat dikontrol dan diobati

4. Mitos senilitas

Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan ole kerusakan

bagian (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara unuk untuk

menyesuaikan diri teradap perubahan daya ingat.

6
5. Mitos tidak jatu cinta

Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gaira kepada lawan jenis tidak ada.

C. Teori-Teori Proses Menua

Sebenarnya secara individual

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda

2. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda

3. Tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan

Teori-teori biologi

1. Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk spesies-

spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram ole molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel

kelamin (terjdi penurunan kemampuan fungsional sel).

2. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh

lelah (terpakai).

3. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori

akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di

sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang

mengakibatkan mengganggu fungsi sel itu sendri.

4. Peningkatan jumlah kolagen dlam jaringan.

5. Tidak ada perlindungan terhadap radiadi, penyakit dan kekurangan gizi.

6. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory).

7
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.

Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh iala tambahan

kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu

terjadilah kelainan autoimun (menurut GOLDTERIS dan BROCK

LEHURST, 1989).

7. Teori immunology slow virus (Immunology Slow Virus Theory).

Sistem immun menjadi efektif dengan bertambanya usia dan masuknya

virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

8. Teori Stres

Menua terjadi akiba hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebian usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.

9. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik

seperti karbohiodrat dan proteon. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak

dapat regenerasi.

10. Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang

kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurannya

elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.

11. Teori program

8
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah

setela sel-sel tersebut mati.

Teori kejiwaan sosil

1. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)

a. Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumla kegiatan secara

langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses

adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

b. Ukuran optimim (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut

usia.

c. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

2. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori

ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatkan bahwa

perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh

tipe personality yang dimilikinya.

3. Teori pembebasan (Didengagement Theory)

Putusnya pergaulan atau ubungan dengan masyarakat dan kemunduran

individu oleh Cummuning dan Henry, 1961. Teori ini menyatakan bahwa

dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan

sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia

9
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi

keilangan ganda (Triple Loos), yakni :

a. Kehilangan peran (Loss of Role).

b. Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships).

c. Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and

Values).

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan

1. Hereditas (Keturunan atau Genetik)

2. Nutrisi (Makanan)

3. Status kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. Stres

E. Batasan-Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara

memuaskan. Di bawah ini ditemukan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

Lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) = antara 76 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun.

10
2. Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad

Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad (Alm) guru besar Universitas Gajah

Mada pada Fakultas Kedokteran, membagi preodisasi biologis

perkembangan manusia sebagai berikut :

a. 0 – 1 tahun = masa bayi

b. 1 – 6 tahun = masa persekolahan

c. 6 – 10 tahun = masa sekolah

d. 10 – 20 tahun = masa pubertas

e. 40 – 65 tahun = masa setenga umur (prasenium)

f. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia (senium)

F. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

Perubahan-Perubahan Fisik

1. Sel

a. Lebih sedikit jumlanya.

b. Lebih besar ukurannya.

c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler.

d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.

e. Jumlah sel otak menurun.

f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

g. Otak menjdi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2. Sistem Pernafasan

11
a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf otaknya

dalam setiap harinya).

b. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.

c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaaksi, khususnya dengan

stres.

d. Mengecilnya syaraf panca indra.

e. Mengurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

syaraf pencium dan perasa, lebi sensitif terhadap perubaan suhu dengan

rendahnya ketahanan terhadap dingin.

f. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran

a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), hilangnya kemampuan

(daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi atau

suara-suara atau nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengeri

kata-kata 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.

b. Membran tempani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

c. Terjadinya pengumpulan corumen dapat mengeras karena

meningkatnya kratin.

d. Pendengaran bertamba menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem Penglihatan

a. Sfingter pupuil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

12
c. Lensa lebih suram (kekeruan pada lensa) menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan,

d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, dan sudah melihat dalam cahaya gelap.

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang,berkurang luas pandangannya.

g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

5. Sistem Kardiovaskuler

a. Elastisitas, dinding aorta menurun.

b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesuda

berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya kontraksi dan

volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh

dara perifer untuk osigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk

(duduk ke berdiri) bila menyebabkan tekanan darah menurun menjadi

65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

e. Tekanan dara meninggi diakibatkan oleh meningkatanya resistensi dari

pembuluh darah perifer, sitolis normal ± 170 mmHg. Diastolis normal +

mmHg.

6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

13
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu

termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi

berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain :

a. Temperatur tubuh menurun (Hipotermia) secara fisiologik + 35o C ini

akibat metabolisme yang menurun.

b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7. Sistem Respirasi

a. Otot-otot pernafasan keilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b. Menurunnya aktifitas dari silia.

c. Paru-paru kehilangan elastisitas, kapsitas residu meningkat, menarik

nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan

kedalaman bernafas menurun.

d. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

e. O2 ada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

f. CO2 pada arteri tidak berganti.

g. Kemampuan untuk batuk berkurang.

h. Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernafasan akan

menurun seiring dengan pertambahan usia.

8. Sistem Gastrointestinal

a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa

terjadi setalah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi

yang buruk dan gizi yang buruk.

14
b. Indra pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,

atropi oendera pengecap (80%) hilangnya sensitifitas dari syaraf

pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas

dari syaraf pengecap tentang rasa asin asam dan pahit.

c. Esofagus melebar

d. Lambung rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun) asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

e. Perestaltik lemah dan biasanya timbul kionstiasi.

f. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).

g. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

h. Menciutnya ovari dan uterus.

i. Atrofi payudara.

j. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun

adanya penurunan secara berangsur-angsur.

k. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi

kesehatan baik), yaitu :

1. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.

2. Hubungan seksual secara teratur membantu mempertaankan

kemampuan seksual.

3. Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.

15
l. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi

menjadi berkurang,reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi

perubahan-perubahan warna.

9. Sistem Genitorurinaria

a. Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan metabolisme tubuh, melali urine

darah yang masuk ke ginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari

ginjal yang disebut nefron (tempatnya di glomelurus). Kemudian

mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun

sampai 50% fungsi tubulus berkurang akibat kurangnya kemampuan

mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun proteinuria (biasanya

+ 1); BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai

ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

b. Vesika urinaria (kandung kemih) otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya

menurun sampai 200 mL atau menyebabkan frekuensi membuang air

seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada peria lanjut

usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urine.

c. Pembesaran otot dialami oleh pria usia di atas 65

d. Atrofi vulva

e. Vagina

Orang-orang yang menua seksual intercourse masih juga

membutuhkannya tidak ada batasan umur tertentu fungsi seksual

seseorang berhenti frekuensi icenerung menurun secara bertahap tiap

16
tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati jalannya terus

sampai tua.

10. Sistem Endokrin

a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.

b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c. Pituitari

d. Pertumbuhan hormon dada rendah dan hanya didalam pembuluh darah,

berkurangnya produksi dari ACTH, TSH FSh, dan LH.

e. Menurunnya aktifitas teroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic

Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.

f. Menurunnya produksi aldosteron.

g. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen,

dan testeron.

11. Sistem Kulit (Integumentary System)

a. Kulit mengkerut atau kriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b. Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi

serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).

c. Menurunnya respon teradap trauma.

d. Mekanisme proteksi kulit menurun

1. Produksi serum menurun

2. Penurunan produksi VTD

3. Gangguan pregmentasi kulit

e. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

17
f. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

g. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

vaskularisasi.

h. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

i. Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

j. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

k. Kelenjar keringat berkurang jumlanya dan fungsinya.

l. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

12. Sistem Muskulosletal (Musculosceletal System)

a. Tulang keholangan density (cairan) dan makin rapuh.

b. Kifosis

c. Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.

d. Discus interveterbralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang).

e. Persendian membesar dan menjadi kaku

f. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

g. Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil)

h. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh

Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental

1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

2. Kesehatan umum

3. Tingkat pendidikan

18
4. Keturunan (hereditas)

5. Lingkungan

Kenangnan (memory)

1. Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

mencangkup beberapa perubahan.

2. Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit kenangan buruk.

IQ (Intellgentia Quantion)

1. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

2. Berkurangnya penampulan persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi

perubaan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan faktor waktu.

Perubahan-perubahan Psikososial

1. Pensiun

Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (Purna Tugas) ia

akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain :

a. Kehilangan finansial (income berkurang)

b. Kehilangan status

c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi

d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan

2. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareners of mortality).

3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan lebih

sempit.

4. Ekonomi akibat pemberentian dari jabatan (economic depribation).

19
5. Meningkatnya biaya hidup pada pengasilan yang suliot, bertambahnya

biaya pengobatan.

6. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

G. Penuaan dan Seks

Seks dan penuaan telah menjdi semakin populer dan menjadi bahan

pembahasan di berbagai media masa. Hal ini terutama karena masa idup rata-

ratapenduduk di negara berkembang telah meningkat sehingga jumlah orang

berusia di atas 60 semakin bertambah juga. Pada saat yang sama dengan adanya

perubahan pola makan, pola kegiatan dan pengobatan medis baru, banyak orang

di usia senja masih berada dalam keadaan sehat dan bersemangat untuk terus

menjalani kehidupan yang aktif, termasuk juga kehidupan seks yang aktif.

Perbedaan pola seksual antara pria dan wanita ditemukan sepanjang siklus

kehidupan. Kapasias ereksi mulai ada sejak mereka masih berada dala kandungan,

kemampuan reproduksi bbaru mulai ada ketika kaum pria berusia kurang lebih 13

tahun, tetapi bisa juga baru ketika mereka berusia 16 tahun.

Penurunan hormon steroid pada kaum pria baru terlihat pada usia 30

tahun. Dengan menurunnya produksi hormon, terjadi penurunan secara perlahan

pada respon psikologis dan terjadi perpanjangan masa refraktor, yaitu waktu yang

diperlukan oleh penis untuk mencapai ereksi kembali setelah ejakulasi. Pada usia

40 tahun, kaum pria pada umumnya mulai mengalami penurunan dalam hal

respon psikologi, gairah dan fungsi seksual. Pada usia 50 tahunan penurunan

secara bertaap akan terus berlangsung.

20
II. Anatomi Fisiologi Hipertensi

jantung merupakan organ berotot dengan empat ruang yang terletak di

rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.

Jantung terdapat di sebuah kantunglonggar berisi cairan yang di sebut

perikardium. Keempat ruang jantung itu adalah atrium kiri dan kanan serta

ventrikel kiri dan kanan. Sebelah kiri jantung memompa darah ke seliruh sel

tubuh, kecuali sel-sel yang berperan dalam pertukaran gas di paru-paru (ini

disebut sebagai sirkulasi sistemik). Sisi kanan jantung memompa darah ke paru-

paru untuk mendapatkan oksigen (ini disebut sirkulasi paru atau polmoner).

A. Sirkulasi sistemik

Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Darah di atrium kiri

kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrio ventrikel (AV),

yang terletak di sambungan atrium dan ventrikel (katup ini disebut katup mitralis).

Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalam ruang jantung atau

pembuluh yang ada di atasnya melebihi tekanan di dalam ruang atau pembuluh

yang ad di bawah.

Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju sebuah arteri besar berotot,

yang di sebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui katup

aorta. Darah di aorta kemudian di salurkan ke seluruh sirkulasi sistemik, yakni

melalui arteri, arerior, dan kapiler yang kemudian menyatu kembali untuk

membentuk vena-vena. Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan

darah ke vena terbesar, yakni vena kava inferior. Vena dari bagian atas tubuh

21
mengembalikan darah ke vena kava superior, yakni ke dua vena kava yang

bermuara di atrium kanan.

B. Sirkulasi Paru-Paru

Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup AV

lainnya, yang di sebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari

ventrikel kanan dan mengalir melewati katup ke-4, katup pulmonaris, dan ke

dalam arteri pulmonaris. Arteri pulmonalis ini bercabang-cabang lagi menjadi

arteri pulmonaris kanan dan kiri, yang masing-masing mengalir melalui sebelah

kanan dan kiri. Di paru-paru, arteri-arteri pulmonaris ini bercabang-cabang

menjadi banyak cabang arterior dan kemudian kapiler.

Setiap kapiler memberi perfusi pada satuan penapasan, melalui sebuah

alveolus. Semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula dan venula

menjadi vena. Vena-vena ini kemudian menyatu untuk membentuk vena

pulmonaris yang besar.darah mengalir dalam vena pulmonaris, kembali ke atrium

kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah jantung.

C. Definisi Hipertensi

Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli.

WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 150/95

mmhg, sementara itu Slelttzer dan bare (2002: 896) mengemukakan bahwa

hepertensi merupakan tekanan darah persinten atau terus menerus sehingga

melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan

diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges

22
(2000:42). Pendapat senanda juga di sampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan

kita, jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. Budhi setianto (depkes, 2007), yang

menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari

150 mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmhg.

Hipertensi didefinisikan oleh joint national committee on detection,

evaluation dan treatment of high blood pressure (JNC) sebagai tekanan yang

lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,

mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi

maligma. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari

semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang

dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki.

Terdapat perbadaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan

oleh kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi

bila tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmhg,

sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah

diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas sama dengan

160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM PROKJA RS Harapan kita

(1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistoliklebih dari140 mmhg dan

untuk usia antara 60-70 tahun darah sistolik 150-155 mmhg masih dianggap

normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih

besar dari 140 mmhg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmhg

ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda.

(JNC VI, 1997).

23
Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua

kalikunjungan yang berbeda waktu didapat tekanan darah diastolik 90 mmhg atau

lebih, atau apabila tekanan darah sistolik pada beberapa pengukuran di dapat nilai

yang menetapdiatas 140 mmhg (R. P. Sidabutar dan Waguno P, 1990).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari

140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.

D. Etiologi

Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor,

diantaranya Reeves dan Lockhrat (2001:114) mengemukakan bahwa faktor-faktor

resiko yang dapat menyababkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok,

hipernatriumia. Sedangkan long (1995:660), TIM POKJARS Harapan kita

(2003:63) dan Yayasan Jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa penyebab

hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hiertensi primer

(assensial) merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air

dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,

hiperkolesteroemia, emosi yang terganggu/stress dan merokok. Sedangkan

hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena

penyakit kelenjar adrenal, pnyakit ginjal, toxemia grafidarum, peningkatan

intrakranial yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu misalnya

obat kontrasepsi.

24
Hipertensi primer adalah hipertensi assensial atau hipertensi yang 90%

tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga dengan

berkembangnya ipertensi assensial di antaranya :

a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka

yang tidak.

b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita

pascamenopause beresiko tinggi untuk mendapatkan hipertensi.

c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung

berkaitan dengan berkembangnya penykit hipertensi.

d. Berat badan/obesitas (25% lebih berat di atas berat badan deal) juga sering

dikaitkan berkambangnya hipertensi.

e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan

darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap diterapkan.

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui.

Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini anatara lain:

a. Coarctation aorta yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin

terjadi beberapa tingkat aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan

ini menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan meningkatkan

tekanan darah di atas area konstriksi.

b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyebab

utama hipertensi sekuder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan

penyampitan satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa

25
darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi

disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuan

abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan

infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.

c. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Oral kontrasepsi yang berisi

estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-

aldosteron-mediate volume expansion. Dengan penghentian oral

kontrasepsi, tekanan darah kembali normal setelah beberapa bulan.

d. Gangguan endrokin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension

disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol dan katekolamin. Pada

aldosteron primer,kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan

hipokalemia. Aldosteonisme primer biasanya timbul dari adenoma korteks

adrenal yang benign (jinak). Pheochromocytomas pada medulla adrenal

yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang

berlebihan. Pada sindrom cusbing, terjadi kelebihan gluukokortikoid yang

diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom cesbing mungkin disebabkan oleh

hiperplasia adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.

e. Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas

berolahraga).

f. Stres, yang cenderung menaikan tekanan darah untuk sementara waktu.

Jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali.

g. Kehamilan

26
h. Luka bakar

i. Peningkatan volume intravaskular

j. Merokok. Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin ini mengakibatkan iritabilitas miokardial,

peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokontriksi yang

kemudian meningkatkan tekanan darah.

Dari uraian pernyatan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab

hipertensi beragam di antaranya adalah : stres, kegemukan, meroko,

hiprnatriumia, retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap

angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar adrenal, penyakit

ginjal, tokxemi gravidarum, peningkatan tekanan intran cranial, yang disebabkan

tumor otak, pengaruh obat tertentu misalnya obat kontrasepsi, asupan garam yang

tinggi, kurangolah raga, genetik, obesitas, aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi

sebgian besar tidak diketahui penyebbnya.

E. Patofisiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme

yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat

vasomotor pada medulla ablongata diotak dimana dari vasomotor ini mulai saraf

simpatik yang berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla

keganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf

simpatis. Pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang

27
merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

melepaskannya nerefrineprine mengakibatkan kontriksi darah.

Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi

berkurang/menurun dan berakibat diproduksinya rennin, rennin akan merangsang

pembentukan angiotensin I dan kemudian diubah menjadi angiotensis II yang

merupakan vasokontriktor yang kuat yang merangsang sekresi aldosteronoleh

kortex adrenal dimana hormon aldosteron ini menyababkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskular

yang menyebabkan hipertensi.

TIM PROKJA RS Harapan kita (2003:63) menyabutkan patofisiologis

hipertensi adalah pada hipertensi primer perubahan patologisnya tidak jelas

didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi secara perlahan yang meluas dan

mengambil tempat pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil pada

organ-organ seperti jantung, ginjal, dan pembuluh darah otak. Pembuluh seperti

aorta, arteri koroner, arteri basiler yang keotak dan pembuluh darah perifer di

ekstremitas menjadi sklerotik dan membengkak. Lumen-lumen menjepit, aliran

darah ke jantung menurun, begitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga

terjadi kerusakan pembuluh darah besar.

F. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya

WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I

28
tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem

kardiovaskular. Tingkat II tekanan darahdengan gejala hipertrofi kardiovaskular,

tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ

lain. Tinkat III tekanan darah meningkat dengan gejala yang jelas dari kerusakan

dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, klasifikasi hipertensi

adalah :

 kategori tekanan sistolik (mmHg) takanan diastolik (mmHg)

 Normal < sbp = “sistole” pressure = “DBP” >= 160 dan DBP >= 100.

mmHg.)

sedangkan menurut TIM PROKJA RS Harapan kita, jakata, membagi

hipertensi 6 tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah

diastolik, normal kadang 90-100 mmhg. Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik

90-140mmHg . Hipertensi sedang, tekanan darah diastolik 105-114 mmHg.

Hipertendi berat tekanan darah diastolik >115 mmHg. Hipertensi maligna/ krisis

yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi

target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg.

Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA

RS Harapan kita (2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa,

hal ini terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah

hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan

tetapi tekanan darah perlu diturunkan dengan segera atau secara bertahap dalam

waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan

menimbulkan efek ischemik pada organ target.

29
G. Manifestasi Klinis

Menurut TIM POKJA RS Harapan kita (2003: 64) mengemukakan bahwa

manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapapasien mengeluh sakit

kepala, pusing, lemas, sesak nafas,kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah,

muntah, kelemahhan otot, epitaksis bahkan ada yang mengalami perubahan

mental.

Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes,

2007) hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setela terjadi

komplikasi pada organ targetseperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun

erdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala, epitaksis.

H. Penatalaksanaan

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut FKUI (1990:214-219)

yaitu dengan non farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita

yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup,

olahraga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teratur. Sedangkan

dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan obat-obatan anti

hipertensi seperti diuretikseperti HCT, Higroton, lasix. Beta bloker separti

propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine, nitropruside captopril.

Simphatolitik seperti hidralizine, diazoxine,Antagonis kalsium seerti

nefedipine(adalat).

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip menurut

FKUI (1990) yaitupengobatan hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan

pengobatan kausal, pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan

30
tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya

kmplikas, upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat

anti hipertesi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjangbhkan

seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan standard triple therapy (STT)

menjadi dasar pengobatan hipertensi.

Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka mordiditas

sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan

teru dikembangkan.

I. Komplikasi

Adapun kompliasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut

TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64)dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)

adalah diantaranya: penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak,

transient ischemic attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal ginjal. Penyakit

mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, dan oedema pupil.

J. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan dosen fakultas

kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi pemeriksaan laboratorium rutin

yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan

organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya di periksa

urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula

darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. Sebagai

31
tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein,

asam urat, TSH dan ekordiografi.

Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN/kreatinin (fungsi ginjal), glucose

(DM) kalium serum (meningkat menunjukan aldosteron yang meningkat),

kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi kolesterol dan tri

gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan

vasokonstriksi), urinalisa protein, gula (menunjukan disfungsi ginjal), asam urat

(faktor penyebab hipertensi), EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi),

IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi).

III. Konsep Dasar Pengkajian Keperawatan lansia dengan Hipertensi

(Menurut Merlynn E Doenges, Edisi 3.)

1. Pengkajian

1) Aktivitas / Istirahat

- Gejala : Kelemahan, Letih, napas pendek, gaya hidup

monoton.

- Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama

jantung, takipnea.

2) Sirkulasi

- Gejala : Riwayat hipertensi, ateroksklerosis, penyakit

jantung koroner / katup dan penyakit serebrovaskular.

- Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan

tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis).

32
3) Integritas Ego

- Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,

euforia atau marah kronik (dapat mengindikasikan

kerusakan serebral).

Faktor – faktor stres multipel (hubungan, keuangan,

yang berkaitan dengan pekerjaan).

- Tanda : Letupan suasana hati, gelisa, penyempitan kontinu

perhatian, tangisan yang meledak.

Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya

sekitar mata), gerakkan fisik cepat, pernapasan menghela,

peningkatan pola bicara.

4) Eliminasi

- Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi /

obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

5) Makanan / Cairan

- Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup

makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol.

- Tanda : berat badan normal atau obesitas, adanya edema

(mungkin umum atau tertentu), kongesti vena, glikosuria

(hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik).

6) Neurosensori

33
- Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala

suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara

spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihatan.

- Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi,

pola / isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan)

Respons Motorik : penurunan kekuatan genggaman

tangan dan / atau rfleksi tendon dalam.

Perubahan – perubahan retinal optik : dari sklerosis /

penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan

sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan

hemoragi.

7) Nyeri / Ketidaknyamanan

- Gejala : angina (penyakit artri koroner / keterlibatan

jantung).

Nyeri hilang timbul pada tungkai / klaudikasi

Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah

terjadi sebelumnya

8) Pernapasan

- Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja,

takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal, riwayat

merokok

- Tanda : distres respirasi / penggunaan otot aksesori

pernapasan, bunyi napas tambahan (krakles), sianosis.

34
9) Keamanan

- Keluhan / Gejala : Gngguan koordinasi / cara berjalan,

episode parestesia, unilateral transien, hipotensi postural.

10) Pembelajaran / Penyuluhan

- Gejala : faktor – faktor keluarga hipertensi, ateroksklerosis,

penyakit jantung, diabetes melitus,penyakit serebrovaskuler

/ ginjal

- Pertimbangan : bantuan dengan pemantauan diri TD

perubahan dalam terapi obat.

2. Diagnosa keperawatan

(Menurut Marlynn E Doenges, edisi 3 )

Diagnosa pada pasien hipertensi :

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan

dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,

hipertrofi / rigiditas (kekakuan) ventrikular.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan 02.

c. Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan

dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

d. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan tubuh.

e. Kurang pengetahuan klien tentang penyakit hipertensi

berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

35
3. Intervensi ( Marlynn Doengus, edisi 3 )

- Diagnosa 1 : Resiko tinggi terhadap penurunn curah

jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertrofi ventrikuler.

- Tujuan : Mempertahankan tekanan darah (TD) dalam

rentang individu yang dapat di terima pasien.

- Kriteria hasil : - Memperlihatkan irama dan frekuensi

jantung stabil dalam rentang normal klien.

-Di dapati hasil dari pengukuran

TD yang lebih lengkap

No Intervensi Rasional

1 2 3

1. Pantau tekanan darah 1. perbandingan

dari tekanan

memberikan

gambaran yang

lengkap tentang

keterlibatan /

bidang masalah

vascular

2. Amati warna kulit, 2. Adanya pucat,

kelembaban, suhu dan masa dingin, kulit

pengisian kapiler lembab dan masa

36
pengisian kapiler

lambat, mungkin

berkaitan dengan

vasokonstriksi

3. Berikan lingkungan tenang, 3. Membantu

nyaman, kurangi aktivitas / menurunkan

keributan lingkungan rangsang

simpatis,

meningkatkan

4. Anjurkan teknik relaksasi, relaksi

imaginasi, aktivitas 4. Dapat

pengalihan menurunkan

rangsangan yang

menimbulkan

stres, membuat

efek tenang.

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan O2

37
Tujuan : aktivitas terpenuhi dengan adanya

masukan berlebihan sehubungan dengan kebuuhan dengan

metabolik antara individu.

Kriteria hasil : - menunjukkan penurunan dalam tanda –

tanda intoleransi fisiologi.

-menunjukkan normal antara suplai dan

oksigen.

Diagnosa 4 : nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kebutuhan metabolik

Tujuan : dilaporkan atau terobservasi disfungsi pola

makan

Kriteria hasil : mengidentifikasi hubungan antara

Hipertensi dan kegemukan

-menunjukkan perubahan pola makan

No Intervensi Rasional

1 2 3

1. Kaji pemahaman klien tentang 1. Kegemukan

kebutuhan antara hipertensi dan adalah resiko

kegemukan tambahan pada

tekanan darah

tinggi karena

disproposi

antara

38
kapasitas aorta

dan

peningkatan

curah jantung

berkaitan

dengan

peningkatan

masa tubuh.

2. Bicarakan pentingnya 2. Kesalahan

menurunkan masukkan kalori kebiasaan

dan batasi masukan lemak, makan

garam, dan gula sesuai indikasi menunjang

terjadinya

aterosklerosis

dan kegemukan

yang

mengharapkan

untuk

hipertensi dan

komplikasinya.

4.Implementasi

39
Implementasi asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan

intervensi pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi

a. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang

normal pasien dan di dapatkan hasil dari pengukuran TD yang

lebih lengkap

b. Menunjukkan normal antara suplai dan oksigen frekuensi nadi

terkontrol dan aktivitas terpenuhi

c. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan meliputi

regimen farmakologi yang di resepkan dan mengurangi rasa nyeri

d. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi menunjukkan

perubahan pola makan.

40

Anda mungkin juga menyukai