Anda di halaman 1dari 7

1.

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1.1. Definisi
Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses memikirkan, mengelola, dan
memecahkan masalah. Oleh karena itu, ada beberapa definisi yang masing-masing digunakan
untuk tujuan tertentu. Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan
sebagai proses memilih di antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak pada masa
depan. Proses pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang
berurutan, yaitu: a) Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang; b)
Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya; c) Pemilihan
alternatif yang optimal atau memuaskan; d) Penerapan dan tindak lanjut.
1.2. Motif Kesadaran
Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena
merupakan sumber dari proses berfikir. Dua faktor penting dari motif kesadaran dalam
konteks pengambilan keputusan, yaitu: a) Keinginan akan kestabilan atau kepastian; b)
Keinginan akan kompleksitas dan keragaman.
Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk
membuat prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan:
1) Model keputusan yang diprogram secara sederhana; 2) Model keputusan yang tidak
diprogram secara sederhana; 3) Model keputusan yang diprogram secara kompleks; 4) Model
keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks.
1.3. Jenis-Jenis dari Model Proses
Motif-motif yang berada dibelakang sebuah keputusan bersifat kompleks. Tiga model
utama dalam pengambilan keputusan berusaha untuk mengidentifikasikan motif dari seorang
pengambil keputusan dalam suatu organisasi. Model-model tersebut adalah model ekonomi,
model social, dan model kepuasan Simon.

2. CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI


Bila pengambil keputusan berhadapan dengan suatu masalah sederhana yang
memiliki beberapa jalur tindakan alternative, dan bila biaya untuk mencari dan mengevaluasi
alternative itu rendah, maka model rasional memberikan penjelasan yang cukup cermat
tentang proses keputusan. Tetapi, situasi tersebut merupakan perkecualian. Kebanyakan
keputusan dalam dunia nyata tidak mengikuti model rasional. Berikut merupakan tinjauan
atas suatu bukti penting yang akan memberikan penjelasan yang lebih akurat tentang
bagaimana sebenarnya kebanyakan keputusan dalam organisasi diambil.
1
2.1. Perbedaan Individual: Gaya Pengambilan Keputusan
Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi 4 pendekatan
individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Model ini dirancang untuk
digunakan para manager dan mengaspirasi para manager, tetapi kerangka kerja umumnya
dapat digunakan pada pengambilan keputusan individual saja. Pondasi dasar yang menjadi
modal adalah pengakuan bahwa orang-orang itu berbeda sepanjang dua dimensi.
2.2. Keterbatasan Organisasi
Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan.
Contohnya para manager membentuk keputusan untuk mencerminkan system penilaian
kinerja dan pemberian imbalan, untuk mematuhi peraturan-peraturan formal, dan untuk
memenuhi batas waktu yang ditetapkan organisasi. Keputusan-keputusan yang lalu juga
merupakan preseden yang memaksa diambilnya keputusan saat ini.

3. ASUMSI KEPERILAKUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


ORGANISASI
Pada bagian ini di bahas mengenai asumsi-asumsi keperilakuan yang mendasari
proses pengambilan keputusan perusahaan. Pertama, akan dibahas mengenai perusahaan
sebagai suatu unit pengambilan keputusan dan kemudian mengenai orang-orang atau
kelompok-kelompok di dalamnya yang bertindak sebagai pengambilan keputusan dan pencari
solusi.
3.1. Perusahaan sebagai Unit Pengambilan Keputusan
Suatu perusahaan dapat dianggap sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa
dalam banyak hal dengan seorang individu. Masalah keputusan yang dihadapi suatu
perusahaan begitu banyak dan kompleks. Masalah tersebut sering kali melibatkan lebih dari
satu departemen atas aktivitas. Keputusan yang rutin atau berulang muncul secara regular,
sedangkan keputusan lain biasanya bersifat unik dan tidak berulang.
Cyber dan March menggambarkan empat konsep dasar relasional sebagai inti dari
pengambilan keputusan bisnis: 1) Resolusi Semu dari Konflik.; 2) Penghindaran
Ketidakpastian; 3) Pencarian Masalah; 4) Pembelajaran organisasional.

3.2. Manusia - Para Pengambil Keputusan Organisasional


Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukannya organisasi, yang mengenali dan
mendefinisikan masalah atau peluang dan yang mencari tindakan alternatif. Manusialah yang

2
memilih kriteria pengam-bilan keputusan, memilih alternatif yang optimal, dan
menerapkanya.

3.3. Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Pengambil Keputusan


Manusia merupakan makhluk yang rasional karena mereka memiliki kapasitas untuk
berpikir, memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena
mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu
memproses informasi yang tersedia secara berurutan. Batasan pengambilan keputusan secara
rasional dari individu bervariasi menurut: a) Lingkup pengetahuan; b) Gaya kognitif mereka;
c) Struktur nilai mereka yang berubah; d) Tendensi mereka yang lebih cenderung untuk
memuaskan daripada untuk melakukan optimalisasi.
3.4. Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecah Masalah
Komite menyatukan orang-orang dengan karakteristik yang heterogen. Dalam situasi
pengambilan keputusan, komite semacam itu menawarkan keunggulan dari keragaman dalam
pengalaman, pengetahuan, dan keahlian serta luasnya ide dan dukungan yang
menguntungkan. Kelompok dianggap sebagai faktor yang menyebabkan ide-ide diinvestigasi
dengan lebih teliti dan meningkatnya kemungkinan bahwa keputusan tersebut akan dapat
diterapkan dengan efektif.
3.5. Kesatuan Kelompok
Kesatuan kelompok didefinisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Kelompok dengan tingkat
kesatuan yang kuat pada umumnya lebih efektif dalam situasi pengambilan keputusan
dibandingkan dengan kelompok dimana terdapat banyak konflik internal dan kurangnya
semangat kerja sama di antara para anggotanya.
3.6. Pengambilan Keputusan dengan Konsensus vs Aturan Mayoritas
Topik lainnya yang controversial adalah apakah keputusan itu sebaiknya didasarkan
pada consensus atau aturan mayoritas. Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan
didefinisikan oleh Holder (1972) sebagai “kesepakatan semua anggota kelompok dalam
pilihan keputusan.” Dalam kebanyakan situasi, konsensus hanya bisa dicapai setelah
pertimbangan yang matang serta evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya
3.7. Kontroversi yang Disebabkan oleh Hubungan Atasan – Bawahan
Ketika kelompok pengambilan keputusan terdiri atas atasan dan bawahan, kontroversi tidak
bisa dihindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang berbeda, sehingga

3
memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan bawahannya. Kualitas dari
pilihan keputusan akan sangat bergantung bagaimana atasan menangani kontroversi tersebut.

3.8. Pengaruh Dasar Kekuasaan


Dalam situasi pengambilan keputusan, seseorang mampu memengaruhi hasil
keputusan karena we-wenang atau kekuasaan yang diberikan oleh organisasi. Elemen
kekuasaan yang paling sering disebutkan adalah kekuasaan posisi, kekuasaan keahlian,
kekuasaan sumber daya, atau kekuasaan politik. Seseorang dapat memiliki lebih dari satu
elemen kekuasaan dan menggunakannya pada tingkatan yang berbedaa dalam situasi
pengambilan keputusan tertentu.
3.9. Dampak dari Tekanan Waktu
Salah satu alasan yang sering kali dikemukakan untuk kinerja yang buruk adalah
tekanan waktu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika seseorang harus berjuang untuk
memastikan bagaimana individu, kelompok, dan organisasi merespons tekanan waktu dan
bagaimana hal itu memengaruhi akurasi dan efisiensi dari keputusan.

4. PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH PENDATANG BARU VS OLEH PAKAR


Proses pengambilan keputusan lebih lanjut lagi dipengaruhi oleh tingkat pengalaman
sebelummnya dari individu – individu yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Studi baru
– baru ini yang dilakukan oleh Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang
menarik dalam strategi dan pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh
para pakar dan pendatang baru ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi
atau informasi keuangan lainnya.
Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data, peneliti membagi tugas
analisis keuangan tersebut dalam tiga komponen: 1) pengujian informasi. 2) integrasi
pengamatan dan penemuan, dan 3) pertimbangan. Komponen – komponen itu tidak terjadi
dalam urutan yang statis, tetapi dapat dilaksanakan secara simultan atau dalam urutan
manapun.

5. PERAN KEPRIBADIAN DAN GAYA KOGNITIF DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN
Perbedaan psikologis individu dapat dibagi menjadi dua kategori: kepribadian dan
gaya kognitif. Kepribadian mengacu pada sifat atau keyakinan individu, sementara gaya
4
kognitif mengacu pada cara atau metode seseorang menerima, menyimpan, memproses serta
meneruskan informasi. Individu – individu dengan jenis kepribadian yang sama dapat
memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali berbeda
ketika menerima, menyimpan dan memproses informasi. Melalui hal yang sama, individu –
individu dengan sikap dan keyakinan yang sangat berbeda dapat menunjukkan gaya kognitif
yang sama.
6. PERAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi, para akuntan semakin tertarik
untuk memahami peranan yang dimainkan oleh akuntansi dalam proses pengambilan
keputusan dari seluruh organisasi.
6.1. Data Akutansi Sebagai Stimuli dalam Penggenalan Masalah
Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui
pelaporan deviasi kinerja actual dari sasaran standar atau anggaran atau melalui pemberian
informasi kepada manajer bahawa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang
ditentukan sebelumnya.
6.2. Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan
Tidak semua manajer mengguakan data akuntansi untuk menganalisis profitabilitas
relative. Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir
sanganbervariasi. Hal itu bergantung pada sampai sejauh mana hal itu dipandang mengurangi
ketidak pastian yang mengelilingi proses pengambilan keputusan.
6.3. Hipotesis Keprilakuan dari Dampak Data Akuntansi
Selama lebih dari dua decade lalu, para peneliti telah membuat hipotesis mengenai
kondosi informasi akuntansi memengaruhi penggambilan keputusan.
Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, informasi akuntansi adalah salah satu
input dalam model pengambilan keputusan. Input tersebut dapat bersifat keuangan, non
keuangan, atau bahkan tidak dapat dikuantifikasi. Hal ini bergantung pada pengambilan
keputusan untuk memutuskan apakah input tertentu relevan atau tidak.
6.4. Umpan Balik
Untuk memahami perubahan dalam metoda atau istilah akuntansi dan untuk
menyesuaikan aturan pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka pengambilan
keputusan harus menerima informasii mengenai perubahan tersebut atau memiliki umpan
balik tidak langsung mengenai perubahan tersebut.
6.5. Fiksasi Fungsional

5
Hal ini merupakan fenomena keprilakuan yang mengimplikasikan ketidakmampuan di
pihak pengguna informasi akuntansi uantuk memahami apa yang tesirat dibalik label yang
diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima suatu istilah atau pendekatan
pengukuran akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan keputusan mereka,
maka perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan dalam metoda atau
terminology akuntansi yang digunakan.

6
Daftar Pustaka

Arfan Ikhsan Lubis. 2009. Akuntansi Keperilakuan Edisi.2. Jakarta: Salemba Empat

Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keperilakuan Teori dan Implementasi. Yogyakarta :


Andi.

Anda mungkin juga menyukai