Anda di halaman 1dari 10

THE EFFECT OF 17β-ESTRADIOL ON RAT αID ADRENERGIC RECEPTOR DENSITY AND

VASCULAR SMOOTH MUSCLE CONTRACTILITY

EFEK 17β-ESTRADIOL TERHADAP DENSITAS RESEPTOR ADRENERGIK-αID DAN


KONTRAKTILITAS OTOT POLOS PEMBULUH DARAH TIKUS

Nurdiana
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT
The incidence of hypertension in menopausal and post menopausal women related to plasma estrogen level
and sympathetic nervous activity. Estrogen may have a specific effect to modulate adrenergic
vasoconstriction by modulating adrenergic receptors. Blood vessels contractility is regulated mainly by the
sympathetic nervous system, in aorta mediated particularly by α1D adrenergic receptor.We hypothesize that
17β estradiol decreases vascular smooth muscle contractility by decreasing α1D adrenergic receptor density.
To prove the above mechanism in the present study we performed several interrelated assays, i.e bioassay
using isolated organ and protein blotting. An isolated rat aortic ring without endothelium (2-3 month, 150-200
-5 -4 -3
gram) was incubated in 17β-estradiol (10 M, 10 M,and 10 M ) for two hours prior to stimulation using
phenylephrine as α1D adrenergic receptor agonist. The response of the rat aortic ring to the stimulation of α1D
adrenergic receptor agonist was measured as the subsequent change on aortic contractility using bioassay,
and the change of α1D adrenergic receptor density using Western and dot blot. The result of this study
showed that 17β-estradiol decreases the rat aortic contraction significantly as a response to stimulation of
phenylephrine (p=0.000). It is demonstrated as the higher level of 17β-estradiol, the more Emax of
phenylephrine decreased without altering ED50 and pD2,, also the amount density of α1D adrenergic receptor.
To conclude, in the present study it is proved that 17β-estradiol decreased aortic smooth muscle contractility
which is associated with the decrease of the density of α1D-adrenergic receptor.
Key words: 17β-Estradiol, α1D-adrenergic receptor, vascular smooth muscle contractility

PENDAHULUAN estradiol jangka pendek dan panjang meningkatkan


Pada wanita menopause dan postmenopause aliran darah perifer (11,12). Secara eksperimental
telah diketahui terjadi penurunan kadar estrogen terbukti pemberian 17β-estradiol jangka pendek pada
dalam darah (1,2). Pada kondisi ini terjadi perubahan tikus menunjukkan adanya peningkatan aliran darah
pada sistem kardiovaskular, sehingga nampak pada vascular bed (13). Pada tikus yang diangkat
fenomena berupa penyakit arteri koroner, hipertensi ovariumnya (oophorectomy), kemudian diberi 17β-
dan lain-lain (3,4,5,6,7). Untuk memperbaiki kondisi estradiol jangka panjang menunjukkan penurunan
ini telah dilakukan terapi sulih hormon (TSH) estrogen kontraktilitas maksimum aorta setelah pemberian
dan terbukti diantaranya mengurangi insiden fenilefrin, dibandingkan dengan tikus oophorectomy
gangguan kardiovaskular diantaranya hipertensi (3,4). tanpa pemberian 17β-estradiol (14). Penelitian lain
Dasar penggunaan estrogen adalah karena estrogen menunjukkan terdapat efek vasodilatasi pada aorta
mempunyai efek vasodilatasi, yang telah terbukti tikus yang diberi 17β-estradiol (15,16,17,18). Fakta-
secara klinis dan eksperimental, walaupun TSH belum fakta tersebut menunjukkan bahwa estrogen terbukti
dapat sepenuhnya mengatasi hipertensi pada wanita mempunyai efek vasodilatasi.
menopause dan postmenopause. Telah diketahui bahwa pengendalian
Data klinis menunjukkan bahwa estrogen kontraktilitas pembuluh darah didominasi oleh sistem
dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan saraf simpatis yang bekerja melalui pelepasan
diastolik pada wanita dengan hipertensi dan tekanan neurotransmiter norepinefrin di ujung saraf dan
darah malam hari pada wanita dengan tekanan darah berikatan dengan reseptor adrenergik-α1 di otot polos
normal (8,9). Penggunaan estrogen pada wanita pembuluh darah (1,2,19). Dengan demikian timbul
postmenopause meningkatkan stroke volume, pemikiran bahwa estrogen berpengaruh terhadap
mempercepat aliran darah aorta (10). Pemberian 17β- ekspresi reseptor adrenergikα1 di otot polos pembuluh
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXIV, No. 2, Agustus
darah, mengingat pada wanita postmenopause terjadi
2008 Korespondensi: Nurdiana; Laboratorium peningkatan tekanan darah dengan menurunnya
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, estrogen.
Jl. Veteran-Malang, Telp: (0341) 569117 Mekanisme yang berpengaruh terhadap
ekspresi reseptor yang berupa protein dalam
kaitannya dengan hormon estrogen, erat ujung dari aorta ring dihubungkan dengan tissue
hubungannya dengan mekanisme genomik. holder dari kawat stainless dan ujung lainnya
Mekanisme genomik dari estrogen membutuhkan dihubungkan dengan transducer isotonik (Ugobasil
waktu yang lama, misalnya efek estrogen No. 7004) dengan tonus 430 µV (2 g) yang
meningkatkan ekspresi gen untuk enzim vasodilator, dihubungkan dengan alat pencatat Macinthos LC 575,
prostacyclin synthase dan nitric oxide synthase di Mac Lab./8e AD Instrument, Program Chard versi 3,5.
jaringan pembuluh darah (7,20,21). Selain itu interaksi Hasil rekaman berupa grafik yang dapat diukur
estradiol pada reseptor inti merangsang pertumbuhan besarnya, yaitu besar respon aorta dalam µV.
sel endotel. Efek estrogen pada pertumbuhan sel Selanjutnya dilakukan ekuilibrasi aorta di dalam
endotel nampaknya diperantarai oleh mitogen larutan Kreb’s supaya stabil (selama ± 90 menit) dan
activated protein kinase (MAPK) yang menimbulkan larutan diganti setiap 10 menit. Pemberian obat
efek migrasi dan dan proliferasi sel endotel aorta babi dimulai dari dosis minimum dan ditingkatkan secara
(22). Berbeda dengan efek pada endotel, estrogen kumulatif sampai dosis maksimum tercapai.
(17β-estradiol) pada sel otot vaskular manusia Prosedur di atas dilakukan pada kelompok
mempunyai efek menghambat pertumbuhan sel dan aorta tikus kontrol. Pada kelompok tikus dengan
menginduksi efek antiproliferasi. Efek estrogen disini perlakuan, aorta diinkubasi dengan 17β-estradiol yang
menghambat aktivitas MAPK (23,24). Penelitian ini dilarutkan dalam larutan Kreb’s sesuai dengan
bertujuan membuktikan apakah estrogen mempunyai -5
kosentrasi yang diperlukan, yaitu dosis 10 M , 10
-4

efek menurunkan jumlah (densitas) reseptor -3


M, dan 10 M. Waktu inkubasi 17β-estradiol yang
adrenergik-α1 di otot polos pembuluh darah tikus digunakan selama dua jam berdasarkan penelitian
sehingga menurunkan kontraktilitas pembuluh darah. Thomas dkk yang melaporkan bahwa inkubasi aorta
tikus selama dua jam adalah waktu yang optimal,
BAHAN DAN CARA KERJA karena sudah menunjukkan terjadi sintesis protein di
Penelitian dilaksanakan di laboratorium endoplasmik retikulum, yang sejajar dengan
Farmakologi dan Biomedik Fakultas Kedokteran perubahan respon kontraksi pembuluh darah
Universitas Brawijaya. Laboratorium Biokimia FMIPA terhadap fenilefrin (25).
Universitas Brawijaya, Malang. Untuk memastikan keberadaan endotel
-5
Untuk mencapai tujuan penelitian, efek 17 β diberikan satu dosis fenilefrin (10 M), pada saat kurva
estradiol terhadap kontraktilitas otot polos pembuluh kontraksi mencapai puncak diberikan satu dosis
-6
darah diperiksa dengan metoda bioassay organ asetilkolin (10 M), apabila tidak terjadi penurunan
terpisah cincin aorta tanpa endotel, sedangkan efek kurva kontraksi berarti sudah tidak ada endotelnya
terhadap densitas reseptor adrenergik α1 pada otot (15).
polos pembuluh darah diperiksa dengan metoda Selanjutnya respon kontraktilitas aorta diamati
blotting. Pada penelitian ini dipilih pemeriksaan dengan pemberian dosis logaritmik kumulatif
reseptor adrenergik α1D karena di aorta yang fenilefrin. Setelah satu pengamatan selesai cairan di
dominan adalah reseptor tersebut. organ bath diganti setiap 10 menit secara serial
sampai kontraksi aorta kembali ke baseline (26,27).
Pemeriksaan respon otot polos aorta tikus yang
Respon kontraksi aorta terhadap fenilefrin
diinkubasi 17 β estradiol selama dua jam terhadap
dicatat pada komputer McLab (µV), berupa Emaks
pemberian fenilefrin.
(respon maksimal terhadap agonis). Dari data yang
Untuk membuktikan efek vasodilatasi estrogen didapat dikonversikan dalam persen efek.Efek
(17β-estradiol) digunakan metoda bioassay yaitu maksimum adalah efek 100 %. Dari data ini dapat
percobaan menggunakan cincin aorta tikus betina ditentukan ED50 atau dosis yang menimbulkan 50 %
tanpa endotel (otot polos aorta) yang distimulasi efek. Penghitungan ED50 dilakukan dengan cara
agonis reseptor adrenergik-α1 (fenilefrin). Untuk membuat kurva dosis respon berdasar data respon
mendapat cincin aorta tanpa endotel, mula-mula tikus kontraksi aorta dosis kumulatif pada kertas logaritmik,
dikorbankan dengan injeksi ketalar intramuskular (50 akan didapat kurva berbentuk sigmoid. Dari ED50 ini
mg/Kg BB). Abdomen dan torak dibuka, potongan selanjutnya dihitung nilai pD2 fenilefrin yang
aorta torakalis diambil dengan cepat dan dibersihkan menggambarkan afinitas agonis terhadap reseptornya
dari jaringan sekitar dengan hati-hati, kemudian atau kemampuan agonis menempati 50 %
o
diletakkan dalam larutan Kreb’s-Henselheit suhu 37 reseptornya (26,28).
C dan pH 7,4 sambil dialiri gas karbogen (95 % O2 , 5
Pemeriksaan densitas reseptor adrenergik-α
α1D di
% CO2). Aorta dipotong melintang (bentuk cincin/ring)
otot polos aorta tikus yang diinkubasi 17β β-
sepanjang ± 3mm. Endotel dihilangkan dengan
estradiol selama dua jam
mengusap lumen pembuluh darah dengan kawat
15 Untuk membuktikan 17β-estradiol mempunyai
halus . Cincin aorta kemudian dimasukkan ke dalam
organ bath yang berisi larutan Kreb’s dengan pH 7,4 efek menurunkan jumlah reseptor adrenergik-α1D di
o
dan suhu 37 C serta dialiri gas karbogen. Salah satu otot polos aorta dilakukan pemeriksaan densitas atau
jumlah reseptor dengan metoda blotting meliputi tikus seiring dengan peningkatan dosis 17β-estradiol
pemeriksaan dengan metoda SDS-PAGE untuk (Gambar 1)
menentukan berat molekul reseptor adrenergik α1D,
dot blot yang dapat dikuantifikasi dengan Corel draw
dan western blot (29,30). Pemeriksaan reseptor
kontrol
adrenergik α1D dipilih karena pada aorta tikus Estr do1

dominan terdapat reseptor adrenergik-α1D(31). Estr do2


Estr do3
Pada penelitian ini pemeriksaan jumlah/densitas
reseptor adrenergik-α1D menggunakan antibodi
poliklonal untuk reseptor adrenergik-α1D.

ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan dengan analisa kualitatif dan
kuantitatif.
½ Emax
1. Untuk mengetahui perbedaan efek 17β-estradiol
pada masing-masing kelompok perlakuan
dilakukan analisa statistik terhadap kontraksi
maksimal (Emaks), afinitas (pD2 yang dihitung ½ Emax
berdasar ED50). Untuk mengetahui perbedaan
antar variabel secara serentak dilakukan uji ½ Emax
multivariat/Manova. Perbedaan pengaruh dosis
½ Emax
untuk satu variabel digunakan Anova. Perbedaan
antar dosis dilakukan uji t. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2. Data densitas reseptor adrenergik-α1D, hasil
blotting masing-masing untuk metoda SDS PAGE
, dot blot dan Western blot adalah : 1/ SDS-PAGE KD
untuk mencari BM protein sampel yang sesuai Gambar 1. Kurva dosis respon fenilefrin pada aorta
dengan potein yang dicari, menggunakan kurva tikus tanpa endotel setelah direndam 17β-estradiol
-5 -4 -3
baku BM protein standar. 2/ Dot blot untuk dosis 10 M (do1), 10 M(do2),10 M (do3) selama 2
membuktikan bahwa hasil dari metoda 1/ adalah jam.
memang protein yang dicari dan hasil berupa Replikasi/n setiap perlakuan = 6½ Emaks adalah respon kontraksi
sebesar 1/2 kontraksi maksimum (Emaks), yang dicapai dengan
noda (dot) dapat dikuantifikasi dengan program ED50. KD=ED50 yang relatif sama untuk menghasilkan efek 50%
Corel Draw 11. Hasil pembacaan Corel Draw masing-masing kelompok percobaan. Tinggi grafik menunjukkan
dianalisa dengan Anova, kemudian dilanjutkan efek maksimal fenilefrin. No 1-12, menunjukkan log dosis fenilefrin
dengan uji t. 3/ Western blot untuk melihat pita yang dimulai dari 10-10 M, 3.10-10 M, 10-9 M , 3.10-9 M, 10-8 M ,
3.10-8 M, 10-7 M , 3.10-7 M, 10-6 M , 3.10-6 M, dan 10-5 M. Besar
protein yang terbentuk adalah reseptor adrenergik kontraksi setiap dosis pada kurva adalah prosentase terhadap efek
α1D. maksimal.
3. Untuk mengetahui pengaruh estrogen terhadap Dari kurva dosis respon dilakukan
kontraktilitas otot polos pembuluh penghitungan ED50 (dosis yang menimbulkan 50 %
darah tikus melalui stimulasi reseptor adrenergik respon kontraksi maksimal) (Gambar 1). pD2 fenilefrin
α1D dilakukan analisa regresi antara konsentrasi yang menunjukkan afinitas reseptor adrenergik-α1
17β-estradiol dengan Emaks , ED50 dan pD2 dihitung dengan rumus: pD2 = -log
fenilefrin. 28,32
ED50 . Efek maksimum (Emaks) diukur pada hasil
4. Untuk mengetahui pengaruh estrogen terhadap rekaman kontraksi dari base line (titik awal mulai
densitas reseptor adrenergik-α1D, dilakukan uji timbul kontraksi) sampai tercapai efek maksimal.
regresi antara konsentrasi 17β-estradiol dengan Rangkuman hasil Emaks, ED50 dan pD2 dapat dilihat
densitas reseptor adrenergik-α1D. pada Tabel 1.

HASIL PENELITIAN
Efek 17β β -estradiol terhadap respon kontraksi otot
polos aorta tikus tanpa endotel dan afinitas
rereptor adrenergik α1 terhadap agonis reseptor
adrenergik α1 (fenilefrin).
Berdasar pengamatan hasil percobaan pada
aorta tikus tanpa endotel dapat diketahui bahwa
terjadi penurunan respon kontraksi otot polos aorta
Tabel 1. Rerata efek maksimal (Emaks), ED50 dan pD2 fenilefrin pada otot polos aorta setelah direndam
-5 -4 -3
dengan 17β
β -estradiol dosis 10 M,10 M dan 10 M selama 2 jam

17β-estradiol 17β-estradiol 17β-estradiol Sig


Kontrol -5 -4 -3
dosis 10 M dosis 10 M dosis 10 M (p)
(n=6) (n=6) (n=6)
Emaks (µV) 1208,00± 105,75 570,92 ± 35,513 299,562±19,044 113,17± 4,902 0,000
-9 -10 -9 -11 9 -11 -9 -10
ED50 [M] 2,192.10 ±1,325.10 2,350.10 ±7,583.10 2,476.10 ±6,540.10 2,242.10 ±1,705.10 0,394
pD2 8,7408 ± 4,123E-02 8,6254 ± 2,390E-02 8,5980 ±1,736E-02 8,6945 ± 0,1669 0,651

Peningkatan dosis 17β-estradiol berpengaruh Densitas reseptor adrenergik-α α1D di aorta tanpa
secara bermakna terhadap respon kontraksi otot endotel (lapisan otot polos aorta tikus) setelah
polos aorta akibat stimuli fenilefrin (uji Wilks’ direndam 17β β -estradiol selama 2 jam, diperiksa
lambda=0,000). Hasil Emaks fenilefrin pada keempat dengan metoda blotting
kelompok otot polos aorta tikus menunjukkan
penurunan yang bermakna seiring peningkatan dosis
17β-estradiol (Anova, p= 0,000). Hasil ED50 dan pD2
fenilefrin menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna (Anova, p = 0,394 dan p = 0,651).
Dari hasil pemeriksaan SDS-PAGE isolat
protein ekstrak aorta tanpa endotel (lapisan otot polos
aorta) tikus, didapat pita protein berwarna ungu
dengan nilai kDa mendekati berat molekul reseptor
adrenergik-α1D yaitu 64,57 kDa (Gambar 2) (14).
Untuk memastikan pita protein hasil SDS-PAGE
adalah reseptor adrenergik-α1D, dilakukan
pemeriksaan Western blot menggunakan antibodi
primer reseptor adrenergik-α1D, dan didapat hasil
berupa pita yang sesuai dengan berat molekul
reseptor adrenergik pada SDS-PAGE. Selain itu pada
kelompok lapisan otot polos aorta yang direndam 17β-
estradiol, semakin meningkat dosis 17β-estradiol,
semakin tipis pita yang terbentuk. Hasil ini
menunjukkan densitas protein reseptor adrenergik-
α1D yang menurun (Gambar 2). Pada penelitian ini
dilakukan juga metode dot blot dengan hasil berupa Gambar 2. Pemeriksaan Reseptor adrenergik-α α1D
noda berwarna biru keunguan yang menunjukkan dengan metode SDS-PAGE (A), western blot (B) dan
densitas protein reseptor adrenergik-α1D. Hasil dot dot blot (C).
blot juga menunjukkan penipisan noda seiring dengan Hasil menunjukkan pita ungu (tanda panah merah) dengan BM
yang sesuai dengan Reseptor adrenergik α1D (SDS-PAGE), pita
peningkatan dosis 17β-estradiol, yang menunjukkan keunguan (tanda panah biru) (western blot) dan noda biru
penurunan densitas protein reseptor adrenergik-α1D di keunguan (dot blot) menunjukkan ekspresi dan kepadatan reseptor
lapisan otot polos aorta tikus (Gambar 2). adrenergik α1D di lapisan otot polos aorta.

Hasil metode blotting menunjukkan 17β-


estradiol menurunkan ekspresi reseptor adrenergik
α1D di lapisan otot polos aorta. Kuantifikasi hasil dot
blot menggunakan program Corel draw 11 dengan
prosedur sebagai berikut. Hasil pembacaan warna
paling gelap sampai paling terang ditunjukkan dengan
range/batas 0-255. Angka pembacaan noda (x)
dimasukkan dalam rumus : Nilai noda = [(255-x) x
100]/255. Hasil penghitungan nilai noda reseptor
adrenergik-α1D dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Hasil pembacaan noda reseptor Pada penelitian ini digunakan agonis reseptor
adrenergik-α
α1D hasil dotblot dengan program adrenergik-α1, fenilefrin, yang merangsang reseptor
Corel draw 11 adrenergik α1 di membran otot polos pembuluh darah
sehingga terjadi respon kontraksi. Telah diketahui
Nilai noda ± SE bahwa semua reseptor adrenergik-α1 adalah anggota
17 β estradiol
(arbitrary unit) superfamili G protein Coupled Receptor (GPCR), yaitu
Kontrol 97,135±0,423 protein di membran otot polos yang memperantarai
-5
10 M 76,361±1,113 efek katekolamin endogen norepinefrin dan epinefrin
-4
10 M 65,246±2,611 dalam sistem signal transduksi distal reseptor di intra
-3
10 M 46,517±1,876 sel, sampai timbul efek kontraksi otot polos pembuluh
darah (33,34). Suatu agonis yang bekerja pada
Hasil pembacaan program Corel draw reseptor di membran sel akan berikatan dengan
menunjukkan semakin tinggi dosis 17β-estradiol, reseptornya. Kekuatan ikatan tergantung pada
semakin rendah nilai noda yang menunjukkan afinitas agonis dengan reseptornya. Setelah agonis
kepadatan ekspresi reseptor adrenergik α1D di berikatan dengan reseptor terjadilah aktivitas intrinsik
lapisan otot polos aorta tikus. Hasil Anova berupa aktifnya sistem GPCR, terjadi transduksi
menunjukkan penurunan densitas reseptor adrenergik signal sampai terjadi kontraksi otot polos pembuluh
α1D yang bermakna (p=0,000).Uji LSD antar kelompok darah. Pada penelitian ini terjadi penurunan kontraksi
perlakuan juga menunjukkan penurunan densitas maksimal (Emaks) dan tidak terdapat perubahan
reseptor adrenergik-α1D yang signifikan antara afinitas (pD2) fenilefrin terhadap reseptor adrenergik-
–5
kelompok kontrol dengan 17 β estradiol dosis 10 M α1. Dari kajian teoritik farmakodinamik fenilefrin dalam
–4 –3
(p=0,000), 10 M (p=0,000) dan 10 M (p=0,000). menimbulkan kontraksi otot polos pembuluh darah
dan data kontraksi otot polos aorta setelah distimuli
PEMBAHASAN fenilefrin yang didahului inkubasi 17β-estradiol selama
Telah dilakukan penelitian efek 17β-estradiol 2 jam, dapat dijelaskan sebagai berikut. Data
terhadap kontraksi aorta tikus tanpa endotel (otot penelitian ini menunjukkan penurunan Emaks tanpa
polos aorta), dan densitas reseptor adrenergik-α1D. perubahan pD2 (afinitas) (Tabel 1). Selain itu
Dari uraian hasil penelitian, inkubasi 17-β-estradiol gambaran kurva dosis respon fenilefrin (Gambar 1),
selama 2 jam terhadap otot polos aorta tikus, menunjukkan tidak ada pergeseran kurva ke kanan
kemudian distimuli fenilefrin sebagai agonis reseptor yang menunjukkan tidak terjadi perubahan afinitas
reseptor, hanya terdapat penurunan kurva Emaks.
adrenergik-α1, terdapat penurunan respon kontraksi,
Secara teoritik penurunan Emaks tanpa perubahan
kontraksi maksimal (Emaks) dan tidak terdapat
afinitas menunjukkan perubahan hanya pada aktivitas
perubahan afinitas (pD2) fenilefrin terhadap reseptor
intrinsik reseptor. Dengan demikian 17β-estradiol
adrenergik-α1. Selain itu inkubasi 17β-estradiol
hanya menyebabkan perubahan aktivitas intrinsik
menurunkan ekspresi reseptor adrenergik-α1D di otot
polos aorta tikus. reseptor adrenergik-α1 di otot polos pembuluh darah
Temuan hasil penelitian berupa penurunan tikus, sehingga dapat disimpulkan 17-β estradiol
respon kontraksi otot polos aorta setelah inkubasi merupakan antagonis non kompetitif terhadap
17β-estradiol, serupa dengan temuan peneliti reseptor adrenergik-α1.
terdahulu, antara lain bahwa estrogen merupakan Efek 17 β estradiol (inkubasi 2 jam) sesuai
mediator pada respon kontraksi pembuluh darah tikus dengan mekanisme genomik dari estrogen (7,17).
(7,15,16). Hal ini sejalan dengan penelitian Pada penelitian ini telah dikonfirmasi juga bahwa
epidemiologi yang menunjukkan resiko peningkatan waktu 2 jam inkubasi 17β-estradiol memang
tekanan darah dan penyakit jantung koroner pada menurunkan kontraktilitas otot polos aorta, yang
masa menopause dan postmenopause (4,5,6,7). sesuai dengan hasil Thomas et.al (25).
Penelitian hemodinamik pada wanita postmenopause Pada penelitian ini ditemukan 17β-estradiol
menunjukkan estrogen meningkatkan stroke volume hanya berpengaruh pada besar kontraksi otot polos
dan mempercepat aliran darah di aorta (10,11,12). aorta. Besar kontraksi otot polos aorta merupakan
Disamping itu terapi sulih hormon pada wanita resultante respon organ terhadap stimuli agonis
postmenopause ternyata dapat tidak berpengaruh reseptor adrenergik-α1. Efek agonis terhadap target
terhadap kontraksi pembuluh darah. Hal ini organ sesuai dengan fraksi reseptor yang ditempati.
disebabkan pada wanita postmenopause pembuluh Emaks menggambarkan jumlah reseptor yang
darah “refrakter” terhadap terapi sulih hormon, karena ditempati agonis, artinya efek suatu agonis
disamping terjadi penurunanan kadar estrogen dalam berbanding lurus dengan dengan jumlah reseptor
darah, juga terjadi penurunan ikatan estrogen dengan yang ditempati dan efek suatu agonis akan mencapai
reseptornya karena proses penuaan (32). maksimal jika seluruh reseptornya ditempati agonis
(28). Jadi nilai Emaks fenilefrin dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah maksimal reseptor adrenergik
14
α1 yang ditempati fenilefrin untuk menimbulkan efek kDa (lihat gambar 3). Untuk mengkonfirmasi bahwa
maksimum (respon maksimum). Dengan demikian pita dengan BM 64,565±0,301 kDa adalah reseptor
penurunan respon kontraksi aorta disebabkan oleh adrenergik-α1D pemeriksaan dilanjutkan dengan
berkurangnya jumlah atau densitas reseptor Western blot.
adrenergik α1 di otot polos aorta tikus, yang Hasil uji Western blot menggunakan rabbit
disebabkan pengaruh 17β-estradiol. Hasil ini polyclonal antibody reseptor adrenergik-α1D
ditunjang dengan analisa regresi yaitu terdapat menunjukkan pita berwarna ungu, berarti protein
hubungan linier dan bermakna antara peningkatan dengan BM 64,565±0,301 kDa adalah reseptor
konsentrasi 17β-estradiol dengan penurunan Emaks. adrenergik-α1D. Pita yang terbentuk juga menunjukkan
Hal ini sesuai dengan beberapa kemungkinan pengaruh dosis 17β-estradiol dibandingkan dengan
mekanisme yang mendasari respon organ terhadap kontrol. Tampak pita dari isolat kontrol lebih tebal
agonis, diantaranya perubahan jumlah, struktur atau dibandingkan isolat dengan perlakuan 17β-estradiol.
fungsi transduksi sinyal reseptor yang akan Semakin tinggi dosis 17β-estradiol semakin tipis pita
menimbulkan respon yang berbeda (34). yang terbentuk. Ketebalan pita menunjukkan
Telah diuraikan terdahulu bahwa respon kerapatan reseptor.
organ dalam hal ini otot polos aorta ditentukan oleh Hasil uji dotblot terjadi karena reaksi spesifik
jumlah reseptor. Pada penelitian ini telah dibuktikan antara reseptor adrenergik α1D dan antibodinya yang
pengaruh17β-estradiol yang bersifat nonkompetitif, tampak berupa noda yang berwarna biru keunguan
yang dikaitkan dengan efek genomik pada perubahan seperti tampak pada Gambar 3. Ketebalan noda ini
aktivitas intrinsik reseptor adrenergik-α1 dengan salah dikuantifikasi dengan program Corel Draw 11 dan
satu mekanisme adalah perubahan jumlah reseptor didapat nilai rata-rata noda (arbitrary unit) menurun
adrenergik-α1. Efek genomik disini tentunya terjadi secara bermakna searah dengan peningkatan dosis
intrasel, karena 17β-estradiol adalah kelompok steroid 17β-estradiol (Tabel 2). Hasil ini ditunjang dengan
yang mempengaruhi metabolisme protein intrasel analisa regresi yaitu terdapat hubungan linier dan
(17,18). Efek farmakodinamik 17β-estradiol dalam hal bermakna antara peningkatan konsentrasi 17β-
ini adalah terhadap reseptor adrenergik-α1 yang estradiol dan penurunan nilai noda. Hasil percobaan
merupakan makromolekul protein di intrasel otot polos menggunakan metoda blotting menunjukkan bahwa
aorta, diduga mempengaruhi reseptor reseptor inkubasi 17β-estradiol selama dua jam mempunyai
adrenergik-α1 di membran sel. Dugaan ini efek menurunkan ekspresi reseptor adrenergik α1D
berdasarkan perkembangan teori tentang reseptor pada otot polos aorta tikus. Hal ini sejalan dengan
adrenergik-α1 yang telah maju pesat, diantaranya hasil penemuan yang melaporkan penurunan ekspresi
didapatkan bahwa reseptor adrenergik-α1 mempunyai reseptor adrenergik α1D pada arteri mesenterika
beberapa subtipe yaitu reseptor adrenergik α1A, α1B kelompok tikus oophorectomy dengan pemberian
dan α1D(34). Beberapa peneliti melaporkan bahwa 17β-estradiol dibandingkan dengan tikus
pada satu pembuluh darah terdapat beberapa subtipe oophorectomy tanpa pemberian 17β-estradiol (14).
reseptor adrenergik-α1 dengan proporsi yang Hasil pemeriksaan densitas reseptor adrenergik α1D
berbeda, yang terdapat pada manusia dan tikus mendukung hasil temuan pengaruh respon 17β-
(28,35,36,37). Pada aorta tikus distribusi subtipe estradiol terhadap respon kontraksi otot polos aorta,
reseptor adrenergik-α1D yang paling banyak, yaitu jumlah reseptor adrenergik α1D terbukti menurun
sedangkan subtipe reseptor adrenergik-α1A dan α1B seiring dengan meningkatnya dosis 17β-estradiol.
lebih sedikit, maka dapat diasumsikan bahwa
pengaruh 17β-estradiol terhadap kontraktilitas aorta KESIMPULAN
tikus melalui pengaruhnya terhadap reseptor 1. 17β-estradiol merupakan antagonis nonkompetitif
adrenergik-α1D. terhadap reseptor adrenergik-α1 pada sel otot
Untuk membuktikan dugaan pengaruh 17β- polos aorta tikus .
estradiol terhadap reseptor adrenergik-α1D dilakukan 2. 17β-estradiol mempunyai efek menurunkan
pemeriksaan densitas/ jumlah reseptor adrenergik α1D kontraktilitas otot polos aorta tikus dengan
pada otot polos aorta tikus yang diinkubasi 17β- menurunkan densitas reseptor adrenergik-α1D di
estradiol. Pemeriksaan reseptor adrenergik-α1D otot polos aorta tikus
dilakukan dengan metoda blotting meliputi SDS-
PAGE, Western blot dan dotblot. SARAN
Hasil karakterisasi isolat protein ekstrak lapisan Perlu penelitian lanjutan untuk mencari mekanisme
otot polos aorta dengan metoda SDS-PAGE jalur transduksi sinyal yang dilalui 17β-estradiol -
didapatkan pita protein dengan rata-rata berat reseptor adrenergik-α1D yang memberikan efek
molekul (BM) 64,565±0,301 kDa, yang berada pada penurunan kontraktilitas otot polos aorta tikus.
kisaran BM reseptor adrenergik α1D yaitu 60
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Guyton A.C. Textbook of Medical Physiology. Eight Edition. United State of America: WB Saunders
Company;1991;87-94.
2. Martini. Fundamentale of anatomy & physiology. sixth edition. San Franscisco: Pearson Education,
Inc,2004;722-735.
3. Stampfer MJ,Golditz GA,Willett WC. Postmenopausal Estrogen Therapy and cardiovascular disease.N Eng
J Med,1991;325:756-762.
4. Belchetz, P.E. Hormonal Treatment of Postmenopausal women. N.Engl J. Med,1994;330:1062-1071.
5. Barret-Connor E, Bush T.Estrogen And Coronary Heart Desease in Women. JAMA,1991;265:1861-1867.
6. Wenger N.K., Speroff L., Packard B. Cardiovascular Health And Disease in Women. New England, Journal
of Medicine,1993;329: 247-256.
7. Ho and Liao. Non-nuclear Actions of Estrogen: New Targets for Prevention and Treatment of
Cardiovascular Disease, Molecular Intervention,2002; 2:219-228.
8. Lutuola H. Blood Pressure and Hemodynamic in Postmenopausal Woman During Estradiol-17 β
Substitution. Annals of Clinical Research, 1983,(Suppl.38);15:1-121.
9. Cagnacci A, Rovati L, Zanni A, Malmusi S, Facchinetti F, and Volpe A. Physiological doses of estradiol
decrease nocturnal blood pressure in normotensive postmenopausal women. Am J Physiol Heart Circ
Physiol,1999; 276: H1355-H1360.
10. Pines AThe Effects of Hormon Replacement therapy in Normal Postmeno pausal Women: Measurement of
Doppler-Derived Parameters of Aortic Flow. American Journal of Obstetrics and Ginecology,1991;164: 806-
812.
11. Ginsburg J., Hardiman P. Cardiovascular Effects of Transdermal Oestradiol in Postmenopausal Women.
Annals of the New York Academy of Sciences,1990;592:424-425
12. Volterrani M, Rosano, G. M. C., Collins P. *Effect of Estradiol -17β Upon Forearm Blood Flow on
Menopausal Women : A Double Blind Randomized Study, Circulation,1993;88;4 (Suppl.2):1-376.
13. Magnes
14. Zhang Y, Davidge S.T. Effect of estrogen replacement on vasocons trictor responses in rat mesenteric
arteries. Hypertension,1999; 34:1117-1122.
15. Freay AD, Curtis SW,Korach KS, Rubanyi GM. Mechanism of vascular smooth muscle relaxation by
estrogen in depolarized rat and mouse aorta role of nuclear estrogen receptor and Ca++ uptake.
Circulation Research,1997;81:242-248.
16. Andersen H.L., Weis J.U., Fjalland B., Korsgaard N. Effect of Acute And Long-term Treatment With 17-β -
Estradiol on The Vasomotor Responses in The Rat Aorta, British Journal of Pharmacology,1999;126: 159-
168.
17. Gruber CJ,Tschugguel W, Schneeberger C, Huber JC. Production and Action of Estrogens. The New
England Journal of Medicine, 2002; 346:340-352.
18. Mendelsohn M.E., Karas R.H.The Protective Effect of Estrogen on the Cardiovascular System. N Engl J
Med,1999; 340(23):1801.
19. Hoffman B.B.,and Taylor P. Neurotrasmission, The Autonomic and Somatic Motor Nervous System in
Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, Editors Hardman J.G., Limbird L.E.,
Consulting Editor Goodman Gilman A, Tenth Edition, USA, The McGraw-Hill Companies, 2001:115-155.
20. Weiner CP, Lizasoain I, Baylis SA, Knowles RG, Charles IG, Moncada S. Induction of calcium-dependent
nitric oxide synthases by sex hormones. USA,Proc Natl Acad Sci,1994;91:5212-5216.
21. Binko J, Majewski H. 17ß-Estradiol reduces vasoconstriction in endothelium-denuded rat aortas through
inducible NOS. Am J Physiol , 1998;274:H853-H859.
22. Geraldes P, Sirois MG, Bernatchez PN,Tanguay JF. Estrogen regulation of endothelial and smooth muscle
cell migration and proliferation: role of p38 and p42/44 mitogen-activated protein kinase. 2002; Arterioscler
Thromb Vasc Biol 22: 1585-1590.
23. Dubey RK, Gillespie DG., Imthurn B., Rosselli M., Jackson EK and Keller PJ. Phytoestrogens inhibit growth
and MAP kinase activity in human aortic smooth muscle cells. Hypertension, 1999;33:177-182
24. Bacakova L, Kunes J.Gender differences in growth of vascular smooth muscle cells isolated from
hypertensive and normotensive rats. Clin Exp Hypertens, 20O0;22:33-44. (abstract)
25. Thomas G., Ito K, Zikic E., Bhatti T., Han C and Ramwell PW. Specific Inhibition of The Contraction of The
Aorta by Estradiol 17 β . J Pharm Exp Therapy, 1995;273:1544-1550.
26. Gosh MN.Fundamentals of Experimental Pharmacology.Calcuta, Scientific Book Agency, 1971;27-69.
nd
27. Perry WLM. Pharmacological Experiments on Isolated Preparation, 2 Ed, Edinburg: E & S Livingstone,
1970:58-87.
nd
28. Bowman W.C, Rand M.J.Textbook of Pharmacology, 2 ed, Blackwell Scientific Publication, Melbourn;
1984.
29. Piascik M.T., Hrometz S.L., Edelmann S.E., Guarino R.D.m Hadley R.W. and Brown R.D.
Immunocytochemical Localization of The α1b Adrenergic receptor and The Contribution of This and The
Other Subtype to Vascular Smooth Muscle Contraction Analysys With Selective Ligands and
Antisense Oligonucleotides. J Pharmacol Exp Ther,1997;283: 854-868.
30. Hrometz, S.L., Edelmann, S.E., McCune, D.F., et al. Expression of Multiple alpha 1-adrenergic receptors on
Vascular Smooth Muscle Correlation With the Regulation of Contraction. J.Pharmacol. Exp. Ther, 1999;
290:452-463.
31. Ross,E.M.Pharmacodynamics: Mechanism of Drug Actions and The Relationship Between Drug
Concentration And Effect in Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, Eight
edition, Vol.1, Editor Goodman Gilman,A, Rall T.W., Nies AS, Taylor P., New York: Pergamon Press,
1991; p33-48.
32. Wynne F.L., Payne J.A., Cain A.E., Reckelhoff J.F., Khalil R.A. Age Related Reduction in Estrogen
Receptor- mediated Mechanisms of Vascular Relaxation in Female Spontaneously Hypertensive Rats,
Hypertension. 2004;43:405.
33. Insel P.A. Adrenergic Receptor- Evolving Concepts and Clinical Implications. The New England Journal of
Medicine,1996;334: 580-585.
34. Piascik MT, Perez DM. α1-adrenergic receptor:New insight and directions. J Pharm. Exp. Ther., 2001;
298:403-410.
35. Bourne HR, Von Zastrow M. Drug Receptor & Pharmacodynamics in Basic & Clinical Pharmacology, Eight
edition, Editor: Katzung BG, International Edition, Lange Medical books/McGraw-Hill,London, 2001; 9-34.
36. Rudner X.L., Berkowitz D.E., Booth J.V., et al. Subtype Specific Regulation of Human Vascular Alpha (1)-
Adrenergic Receptor by Vessel Beds and Age, Circulation, 1999;100:2336-2343.
37. Guarino RD, Perez DM and Piascik MT. α1-Adrenergic receptor Subtypes. Cell Signal, 1996 8:323-333.

Anda mungkin juga menyukai