Anda di halaman 1dari 5

REFERAT

PERAWATAN LUKA

Disusun oleh:

Ichtiarsyah Suminar

1113103000009

Pembimbing:

dr. Elida Sari Siburian, SpBP

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

FK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PERIODE 16 OKTOBER – 24 DESEMBER 2017


BAB I

PENDAHULUAN

Luka dapat didefinisikan sebagai gangguan kondisi normal yang terjadi pada
kulit. Luka juga didefinisikan sebagai kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran, dan
tulang atau bagian organ tubuh yang lainnya.

Tubuh manusia memiliki kemampuan alami yang berfungsi untuk melindungi


(proteksi) dan memulihkan diri (regenerasi). Proses penyembuhan luka diawali dengan
peningkatan aliran darah ke daerah yang mengalami kerusakan, pemersihan sel dan benda
asing, dan dimulainya proses penyembuhan awal.

Beberapa prinsip penyembuhan luka antaralain: (1) Kemampuan tubuh untuk


menangani kerusakan jaringan dipengaruhi oleh luas kerusakan jaringan dan keadaan
umum dari seseorang, (2) Respon tubuh terhadap penyembuhan luka lebih efektif apabila
terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang adekuat, (3) Proses penyembuhan luka dipengaruhi
oleh respon sistemik tubuh terhadap luka, (4) Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh
sirkulasi yang baik ke dan dari jaringan yang rusak, (5) Keutuhan kulit dan mukosa
membran mempengaruhi penyembuhan luka sebagai agen proteksi pertama dari
mikroorganisme patogen, dan (6) Proses penyembuhan normal dapat berjalan dengan
baik ketika luka bebas dari benda asing termasuk juga mikroorganisme patogen.

Proses penyembuhan tersebut terjadi secara normal dan dengan sendirinya, namun
perawatan luka dapat dilakukan untuk membantu dan mendukung proses penyembuhan
tersebut bekerja dengan baik. Sebagai contoh, perawatan luka dapat berfungsi untuk
melindungi area yang luka supaya bebas dari kotoran dan menjaga kebersihan area yang
luka agar proses penyembuhan jaringan bisa berjalan dengan baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Proses Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka normal mengikuti suatu pola umum yang dapat
terbagi menjadi beberapa fase yang dijelaskan berdasarkan karakteristik
populasi selular dan aktivitas biokimia:

a. Hemostasis dan Inflamasi


b. Proliferasi
c. Maturasi dan Remodeling

Runtutan pola tersebut bersifat fleksibel dan saling tumpang-tindih. Pola


ini menggambarkan garis waktu proses kejadian penyembuhan luka normal
mulai dari saat terjadinya luka hingga resolusi luka. Semua luka harus melewati
rangkaian tahap proses penyembuhan yang merupakan proses selular dan
biokimia ini, untuk dapat kembali membentuk integritas jaringan yang baik.

Gambar 1: Fase-Fase Penyembuhan


a. Hemostasis dan Inflamasi
Proses hemostasis menginisiasi proses inflamasi dengan
pengeluaran faktor-faktor kemotaktik dari area luka. Luka yang terjadi
merusak integritas jaringan yang menyebabkan terbukanya pembuluh
darah dan paparan langsung matriks ekstraselular terhadap platelet.
Paparan dari kolagen subendotelial terhadap platelet menyebabkan
agregasi platelet, degranulasi, dan aktivasi kaskade koagulasi.
Platelet α granula mengeluarkan beberapa substasis yang aktif
pada jaringan luka, seperti platelet-derived growth factor (PDGF),
transforming growth factor-β (TGF-β), platelet activating factor (PAF),
fibronectin, dan serotonin. Sebagai tambahan untuk mengembalikan
hemostasis, gumpalan fibrin bekerja sebagai penghubung antara sel-sel
inflamasi dengan daerah luka, seperti sel-sel polimorfonukelar (PMN,
neutrofil) dan monosit.

b. Proliferasi
Fase proliferasi merupakan fase kedua dari penyembuhan luka dan
secara kasar terjadi pada hari ke-4 hingga hari ke-12 sejak terjadinya luka.
Pada fase inilah kontinuitas jaringan mulai dibentuk kembali. Fibroblas
dan sel-sel endotel adalah jenis sel yang terakhir masuk ke dalam jaringan
luka dalam proses penyembuhan, dan faktor kemotaktik yang paling kuat
untuk fibroblas adalah PDGF.
Saat memasuki daerah jaringan yang luka, fibroblas terlebih
dahulu berproliferasi dan menjadi aktif untuk dapat melakukan fungsi
primernya untuk remodeling sintesis matriks jaringan. Aktivasi ini
utamanya dimediasi oleh sitokin-sitokin dan growth factor yang
dilepaskan oleh makrofag pada jaringan yang luka.
Sel-sel endotel juga berproliferasi secara cepat pada fase
penyembuhan ini. Sel-sel ini berpartisipasi dalam pembentukan kapiler-
kaplier pembuluh darah yang baru (angiogenesis) yang merupakan suatu
proses yang penting dalam penyembuhan luka yang baik. Sel-sel endotel
bermigrasi dari venula-venula yang masih intak yang dekat dengan luka.
Proses migrasi, replikasi, dan pembentukan tubulus kapiler yang baru
tersebut dipengaruhi oleh sitokin dan growth factor seperti TNF-alfa,
TGF-beta, dan VEGF. Meskipun banyak sel yang dapat membentuk
VEGF, makrofag merupakan penyumbang terbesar dalam proses
penyembuhan luka.

c. Maturasi dan Remodeling

Maturasi dan remodeling dari luka dimulai pada fase fibroplastik dan
dicirikan oleh reorganisasi dari kolagen yang telah terbentuk sebelumnya.
Kolagen akan dipecah oleh matriks metalloproteinase (MMP) dan jaring-
jaring kolagen yang terdapat pada jaringan luka merupakan hasil
keseimbangan antara kolagenolisis dan sisntesis kolagen. Terdapat sebuah
ketimpangan terhadap sintesis kolagen dan kelamaan menyebabkan
pembuatan matriks ekstraselular yang baru yang tersusun kebanyakan atas
kolagen aselular pada jaringan yang luka.

Kekuatan jaringan luka dan integritas mekanik pada luka yang baru
ditentukan oleh kuantitas dan kualitas kolagen yang terdeposisi pada
jaringan luka tersebut. Deposisi dari matriks pada situs luka mengikuti
pola yang terciri sebagai berikut: fibronektin dan kolagen tipe III
membentuk jembatan awal matriks; glikosaminoglikan dan proteoglikan
mewakili komponen matriks selanjutnya; dan kolagen tipe I adalah
matriks akhir. Setelah beberapa minggu terjadinya luka, jumlah kolagen
pada luka akan mencapai puncaknya, namun kekuatan kolagen tersebut
akan terus meningkat hingga sampai beberapa bulan kedepan.1

1
Brunicardi, F. Charles, et Al. Schwartz’s Principles of Surgery Tenth Edition. McGrawHill
Education. 2010.

Anda mungkin juga menyukai