PERAWATAN LUKA
Disusun oleh:
Ichtiarsyah Suminar
1113103000009
Pembimbing:
PENDAHULUAN
Luka dapat didefinisikan sebagai gangguan kondisi normal yang terjadi pada
kulit. Luka juga didefinisikan sebagai kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran, dan
tulang atau bagian organ tubuh yang lainnya.
Proses penyembuhan tersebut terjadi secara normal dan dengan sendirinya, namun
perawatan luka dapat dilakukan untuk membantu dan mendukung proses penyembuhan
tersebut bekerja dengan baik. Sebagai contoh, perawatan luka dapat berfungsi untuk
melindungi area yang luka supaya bebas dari kotoran dan menjaga kebersihan area yang
luka agar proses penyembuhan jaringan bisa berjalan dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Proliferasi
Fase proliferasi merupakan fase kedua dari penyembuhan luka dan
secara kasar terjadi pada hari ke-4 hingga hari ke-12 sejak terjadinya luka.
Pada fase inilah kontinuitas jaringan mulai dibentuk kembali. Fibroblas
dan sel-sel endotel adalah jenis sel yang terakhir masuk ke dalam jaringan
luka dalam proses penyembuhan, dan faktor kemotaktik yang paling kuat
untuk fibroblas adalah PDGF.
Saat memasuki daerah jaringan yang luka, fibroblas terlebih
dahulu berproliferasi dan menjadi aktif untuk dapat melakukan fungsi
primernya untuk remodeling sintesis matriks jaringan. Aktivasi ini
utamanya dimediasi oleh sitokin-sitokin dan growth factor yang
dilepaskan oleh makrofag pada jaringan yang luka.
Sel-sel endotel juga berproliferasi secara cepat pada fase
penyembuhan ini. Sel-sel ini berpartisipasi dalam pembentukan kapiler-
kaplier pembuluh darah yang baru (angiogenesis) yang merupakan suatu
proses yang penting dalam penyembuhan luka yang baik. Sel-sel endotel
bermigrasi dari venula-venula yang masih intak yang dekat dengan luka.
Proses migrasi, replikasi, dan pembentukan tubulus kapiler yang baru
tersebut dipengaruhi oleh sitokin dan growth factor seperti TNF-alfa,
TGF-beta, dan VEGF. Meskipun banyak sel yang dapat membentuk
VEGF, makrofag merupakan penyumbang terbesar dalam proses
penyembuhan luka.
Maturasi dan remodeling dari luka dimulai pada fase fibroplastik dan
dicirikan oleh reorganisasi dari kolagen yang telah terbentuk sebelumnya.
Kolagen akan dipecah oleh matriks metalloproteinase (MMP) dan jaring-
jaring kolagen yang terdapat pada jaringan luka merupakan hasil
keseimbangan antara kolagenolisis dan sisntesis kolagen. Terdapat sebuah
ketimpangan terhadap sintesis kolagen dan kelamaan menyebabkan
pembuatan matriks ekstraselular yang baru yang tersusun kebanyakan atas
kolagen aselular pada jaringan yang luka.
Kekuatan jaringan luka dan integritas mekanik pada luka yang baru
ditentukan oleh kuantitas dan kualitas kolagen yang terdeposisi pada
jaringan luka tersebut. Deposisi dari matriks pada situs luka mengikuti
pola yang terciri sebagai berikut: fibronektin dan kolagen tipe III
membentuk jembatan awal matriks; glikosaminoglikan dan proteoglikan
mewakili komponen matriks selanjutnya; dan kolagen tipe I adalah
matriks akhir. Setelah beberapa minggu terjadinya luka, jumlah kolagen
pada luka akan mencapai puncaknya, namun kekuatan kolagen tersebut
akan terus meningkat hingga sampai beberapa bulan kedepan.1
1
Brunicardi, F. Charles, et Al. Schwartz’s Principles of Surgery Tenth Edition. McGrawHill
Education. 2010.