Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut
pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan
adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan dari sasaran.
Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat Lawrence Green (1984)
merumuskan definisi sebagai berikut: “Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi,
yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan”.
Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes,
2005).
Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping faktor masukannya
sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang
melakukannya, dan alat-alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara
harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus
menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian
juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, maka metodenya harus
berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual dan sebagainya.

1
Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat) perlu selalu disosialisasikan secara terus menerus, hal ini dikarena
perubahan tingkah laku kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang relative
lama. Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan promosi atau penyuluhan kesehatan
masyarakat mengalami berbagai hambatan dalam rangka mencapai tujuannya, yaitu
mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat. Dari penelitian-penelitian yang ada
terungkap meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan,
namun perilaku kesehatan masyarakat masih rendah.
Dari berbagai aspek terkait dalam Promosi Kesehatan yang perlu mendapatkan
perhatian secara seksama adalah tentang metode dan alat peraga yang digunakan dalam
promosi kesehatan. Dengan metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat
sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan
akan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran, sehingga kesadaran masyarakat akan
PHBS lebih mudah terwujud.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
2.1.1 Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan
perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau pelaing tidak
beresiko rendah. Program Promosi Kesehatan tidak di rancang ”di belakang meja”. Supaya
efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat
sasaran setempat 1.
Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut
mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan
kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping faktor
masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas
yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan1.
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah
perilakunya, yaitu1 :
1. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang
melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang
lebih dekat.
2. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam
konteks pengetahuan local.
3. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama)
setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan.
4. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan
untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai
dengan potensi yang di miliki.

3
Program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”. Maksudnya adalah (i)
bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan
masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan, (ii) bersama
dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang
beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman
dan nyaman serta (iii) bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi
kesehatan dan memantau dampaknya secara terus-menerus1.

2.1.2 Metode Promosi Kesehatan


Di dalam suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi
kesehatan yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor metode,
faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu
atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Metode dan teknik promosi
kesehatan, adalah dengan cara dan alat bantu apa yang digunakan oleh pelaku promosi
kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau mentransformasikan perilaku
kesehatan kepada sasaran atau masyarakat 2.
Notoatmodjo (1989) menyatakan bahwa agar tercapai hasil belajar (perubahan
perilaku) dengan efektif dan efisien, maka pemilihan metode pendidikan perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut2:
1. Pemilihan metode hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
2. Pemilihan metode tergantung kepada kemampuan guru atau pendidiknya.
3. Pemilihan metode harus mempertimbangkan kemampuan dari sasaran belajar
(pihak yang belajar). 4. Pemilihan metode tergantung pada besarnya kelompok
sasaran.
5. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan waktu pemberian atau penyampaian
pesan.
6. Pemilihan metode hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang tersedia.

2.1.3 Media Promosi Kesehatan


Media Promosi Kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,

4
elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan1.
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi1.

2.2 Jenis Metode Promosi Kesehatan


Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi,
Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi3.

2.2.1 Berdasarkan Teknik Komunikasi


a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD),
pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dan lain-lain3.
b. Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan
sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya
publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dan sebagainya3

2.2.2 Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai


a. Pendekatan PERORANGAN
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung
dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan
lain-lain1.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru
tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu
menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain1:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan

5
dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak
atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk
mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.

b. Pendekatan KELOMPOK
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran.
Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan,
Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain3.
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal daro sasaran. Untuk kelompok yang besar,
metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitasnya suatu metode akan tergantung
pula besarnya sasaran pendidikan3.
1. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan itu
lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah
dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Ceramah
adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada
hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan
dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk menyampaikan tanggapannya 4.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah antara
lain:

6
Persiapan:
1. Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasaai materi
apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan
diri.
2. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau
disusun dengan diagram atau skema.
3. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan
gelisah.
2. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
3. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
4. Berdiri di depan (di pertengahan), seyogyanya tidak duduk.
5. Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
b. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat
di masyarakat.

2. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok
kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain1,4:
a. Diskusi Kelompok
Dalam suatu kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi
dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga

7
mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam
bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta
sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka
harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai
kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat1,4.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-
pancingan yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan
topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus
mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan
berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta1,4.

Menurut Suprijanto (2008), ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam diskusi
kelompok, antara lain5:
1. Kelompok buzz (Buzz Groups).
Pada teknik ini peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, hasil diskusi
kelompok kecil ini dilaporkan pada kelompok besar. Caranya sekretaris kelompok kecil
membuat catatan tentang ide-ide yang disarankan oleh anggota kelompok dan menyiapkan
kesimpulan yang akan disampaikan kepada kelompok besar setelah diskusi kelompok buzz
selesai. Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada topik yang
dibicarakan. Kelebihan teknik ini adalah mudah dilakukan, menjamin partisipasi semua
anggota kelompok dan peserta dihadapkan pada suasana yang tidak terlalu formal, sehingga
peserta lebih mudah mengeluarkan pendapat secara spontan, selain itu teman-teman sekitar
dapat langsung memberi sambutan5.
2. Diskusi mangkuk ikan (Fishbowl Discussion).
Pada teknik ini peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dalam dan
kelompok luar. Kelompok dalam bertugas mendiskusikan sesuatu, sedangkan kelompok luar
menyaksikan jalannya diskusi, tetapi juga boleh berpartisipasi dalam diskusi. Partisipasi
tersebut dapat berupa pertanyaan atau menyumbangkan gagasan5.

3. Teknik urun pendapat.


Teknik ini digunakan dalam memecahkan suatu masalah dengan mengumpulkan
gagasan atau saran-saran dari semua peserta. Dalam teknik ini tidak ada gagasan atau saran-

8
saran dari semua peserta yang disalahkan. Semua peserta diberikan kesempatan yang leluasa
untuk berbicara, mengungkapkan gagasan maupun saran-sarannya. Gagasan tersebut dicatat
ketika muncul dari setiap peserta. Peserta kemudian dibagi menjadi beberapa sub kelompok
dan membahas gagasan tersebut. Kesimpulan dari hasil diskusi ditentukan masing-masing
peserta sesuai dengan pengalaman dan menurut sudut pandang mereka5.

b. Curah Pendapat (Brain Storming)


Metode ini merupakan modifikasi dari metode diskusi kelompok. Prinsipnya
sama dengan metode diskusi kelompk. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau
tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan
pendapatnya, tidak boleh dikomentari siapapun. Baru setelah semua anggota
mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi
diskusi.
c. Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2
pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan
mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi
dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi
diskusi seluruh anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil
dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

9
e. Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai
perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
f. Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.
Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan
monopoli.
Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan
dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi
pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

c. Pendekatan MASAL
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada
sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah :
Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya,
Pemutaran film, dan lain-lain.

2.2.3 Berdasarkan Indera Penerima


a. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti :
Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran
Film.
b. Metode PENDENGARAN
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya :
Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dan lain-lain.

10
c. Metode “KOMBINASI”
Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan
dicoba).

2.3 Media Promosi Kesehatan


2.3.1 Tujuan
Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam
pelaksanaan Promosi Kesehatan antara lain adalah6:
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
g. Memperlancar komunikasi, dan lain-lain.
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan
tulis dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara
kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu 6:
• Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
• Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan6 :
• Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang
telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian
tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
• Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
• Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
• Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
• Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

2.3.2 Penggolongan Media Promosi Kesehatan


Penggolongan media promosi kesehatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara
lain6:

11
1) Berdasarkan bentuk umum penggunaannya:
Berdasarkan penggunaan media promosi dalam rangka promosi kesehatan, dibedakan
menjadi:
a. Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin, dan
sebagainya.
b. Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film, dan
seterusnya.
2) Berdasarkan cara produksi:
Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:
a. Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.
Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau
foto dalam tata warna. Adapun macam-macamnya adalah:
1. Poster,
2. Leaflet,
3. Brosur,
4. Majalah,
5. Surat kabar,
6. Lembar balik,
7. Stiker,
8. Pamflet, dan sebagainya.
b. Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun
macam-macam media tersebut adalah:
1. TV,
2. Radio,
3. Film,
4. Video film,
5. Cassette,
6. CD,
7. VCD, dan sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan media elektronik.

12
1) Kelebihannya:
- Sudah dikenal masyarakat.
- Mengikutsertakan semua pancaindera.
- Lebih mudah dipahami.
- Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
- Bertatap muka.
- Penyajian dapat dikendalikan.
- Jangkauan relatif lebih besar.
- Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
2) Kelemahannya:
- Biaya lebih tinggi.
- Sedikit rumit.
- Perlu listrik.
- Perlu alat canggih untuk produksinya.
- Perlu persiapan matang.
- Peralatan selalu berkembang dan berubah.
- Perlu keterampilan penyimpanan.
- Perlu terampil dalam pengoperasian.

c. Media luar ruang, yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang
secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya
1. Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara
umum di perjalanan.
2. Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang
dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang
di suatu tempat strategis agar dapat dilihat oleh semua orang.
3. Pameran.
4. Banner.
5. TV layar lebar.
Kelebihan dan kelemahan media luar ruang:
1) Kelebihannya:

13
- Sebagai informasi umum dan hiburan.
- Mengikutsertakan semua pancaindera.
- Lebih mudah dipahami.
- Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
- Bertatap muka.
- Penyajian dapat dikendalikan.
- Jangkauan relatif lebih besar.

2) Kelemahannya:
- Biaya lebih tinggi.
- Sedikit rumit.
- Ada yang memerlukan listrik.
- Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya.
- Perlu persiapan matang.
- Peralatan selalu berkembang dan berubah.
- Perlu keterampilan penyimpanan.
- Perlu keterampilan dalam pengoperasian.

2.3.4 Jenis / Macam Media


Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar6 :
1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai
bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah
dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
• Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
• Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol
pengawet, dll
• Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll
2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.

14
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan.
Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang
terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti
tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain6.
3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-
kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah
dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang
mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun,
gambar atau photo6.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan
singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu
ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal
lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak6.
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang
singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang
disajikan secara berlipat6.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya
deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-
pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan
lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy6.
4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita,
kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan
ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya

15
album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya
menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati.
b. Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam
bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini
digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll
Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat
effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap materi
dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang.
Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa
edukatif6.

16
BAB III
KESIMPULAN

Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Metode dan teknik promosi kesehatan, adalah dengan cara dan alat bantu apa yang
digunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau
mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat (Notoatmodjo,
2007).
Supaya efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari
masyarakat sasaran setempat.
Media Promosi Kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi
Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008.
2. Notoatmojo, Soekidjo.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Jakarta.2007.
3. Maulana HDJ. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC.5.2009.
4. Lunandi, A.G. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : Gramedia. 1993.
5. Suprijanto, H. Pendidikan Orang dewasa, Bumi Aksara. Jakarta. 2008.
6. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan, Jakarta .2004.

18

Anda mungkin juga menyukai