Anda di halaman 1dari 25

BIOLOGI LINGKUNGAN

EKOSISTEM

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Nurul Qomariyah 1532220090

Rizqi Safitri 1532220101

Fifi 1532220121

M. Anas Widhya 1532220127

Dosen Pembimbing:
Elvira Destiansari, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wa’alaikumussalam Wr.Wb.

Palembang, 12 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
3. Tujuan................................................................................................... 2
4. Manfaat................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN

1. Konsep Ekosistem…………………………………………………………...3
2. Komponen Ekosistem ………………………………………………………5
3. Tipe-tipe Ekosistem…………………………………………………………8
4. Pelestarian Fungsi Ekosistem……………………………………………...16
5. Dampak Perubahan Ekosistem…………………………………………….18

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………………………20
2. Saran………………………………………………………………………..20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Lingkungan adalah kombinasi antara
kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air,
energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah
maupun di dalam lautan, dengan kelembapan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. jadi kita tahu
bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik (tidak hidup)
yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling
mempengaruhi, contohnya saja hubungan hewan dengan air. Interaksi antara
makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan
keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya masing-
masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu maka keseimbangan
dari ekosistem ini akan terus terjaga (Jumin, 1992).
Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara
timbal balik dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk
suatu sistem yang kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem.
Dengan kata lain ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang
menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan lingkungannya.
Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan biotik (makhluk hidup)
maupun abiotik (non makhluk hidup). Sebagai suatu sistem, di dalam suatu
ekosistem selalu dijumpai proses interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, antara lain dapat berupa adanya aliran energi, rantai makanan,
(Odum, 2014).
Jadi dapat diartikan bahwa di sekitar makhluk hidup terdapat berbagai
komponen lingkungan hidup yang berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya. Interaksi tersebut sudah terjadi sejak lama sehingga terbentuknya

1
suatu keseimbangan antara makhluk hidup lainnya, terdapat berbagai macam
ekosistem. Oleh sebab itu perlu dibahas tentang ekosisten agar keseimbangan
yang sudah terbentuk antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan
lingkungan dengan makhluk hidup, bisa berjalan dengan semestinya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dimakalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ekosistem?
2. Apa saja komponen-komponen dalam ekosistem?
3. Apa jenis-jenis ekosistem?
4. Apa saja fungsi pelestarian ekosistem?
5. Dampak-dampak Ekosistem?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami ekosistem
2. Mengetahui dan memahami komponen-komponen dalam ekosistem
3. Mengetahui dan mememahami jenis-jenis ekosistem?
4. Mengetahui dan memahami fungsi pelestarian ekosistem?
5. Mengetahui dan memahami dampak-dampak ekosistem?

1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Memperoleh informasi tentang pengertian ekosistem
2. Memperoleh informasi tentang komponen-komponen dalam ekosistem
3. Memperoleh informasi tentang jenis-jenis ekosistem
4. Memperoleh informasi tentang fungsi pelestarian ekosistem
5. Memperoleh informasi tentang dampak-dampak ekosistem

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem


Ekosistem pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekologi
berkebangsaan Inggris bernama A.G.Tansley pada tahun 1935, walaupun
konsep itu bukan merupakan konsep yang baru. Sebelum akhir tahun 1800-an,
pernyataan-pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan
ekosistam mulai terbit cukup menarik dalam literatur-literatur ekologi di
Amerika, Eropa, dan Rusia (Kusmana, 1997).
Ekosistem merupakan kesatuan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Didalam ekosistem terdapat komponen biotik, yang terdiri atas
benda-benda hidup dan komponen abiotik, yang terdiri atas benda-benda tak
hidup. Dalam tiap ekosistem terdapat komponen abiotik dan komponen biotik
yang berbeda-beda. Perbedaan komponen biotik dan komponen abiotik dalam
ekosistem menyebabkan terbentuknya keanekaragaman ekosistem.
Keanekaragaman ekosistem merupakan salah satu faktor terbentuknya
keanekaragaman hayati. Di muka bumi ini terdapat dua macam ekosistem
besar yaitu ekosistem darat (terestrial) dan ekosistem perairan (akuatik).
Ekosistem darat mencakup beberapa macam bioma antara lain bioma gurun
atau padang pasir, bioma padang rumput atau savanna, bioma hutan basah atau
hutan hujan tropis, bioma hutan gugur iklim sedang, bioma taiga dan bioma
tundra (Jumin, 1992).
Beberapa definisi tentang ekosistem menurut para ahli dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang didalamnya terdapat hubungan
antara struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi
ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies.
Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks, memiliki
keanekaragaman spesies yang tinggi, sedangkan istilah fungsi dalam definisi
ekosistem menurut A.G.Tansley berhubungan dengan siklus materi dan arus
energi melalui komponen-komponen ekosistem.

3
2. Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan
kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling
mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem
mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dengan
lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan
dalam alam (Michael, 1995).
3. Ekosistem yaitu tatanan kesatuan secara kompleks didalamnya terdapat
habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit
kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai
siklus materi dan aliran energi (Suprianto, 2001).
4. Ekosistem yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang didalamnya
tercakup organisme dan lingkungannya (biotik dan abiotik ) dan diantara
keduanya saling mempengaruhi (Syafei, 1990).
5. Ekosistem yaitu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi (UU Lingkungan Hidup
Tahun 1997).
6. Ekosistem yaitu suatu sistem ekologi yang tebentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Pratomo, 2006).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekosistem adalah

Menurut Hardjosuwan (1990), ekosistem adalah kesatuan komunitas dan


lingkungan yang saling berinteraksi dan membentuk hubungan timbal balik.
Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibagi menjadi dua yaitu:
1. Ekosistem Alami
Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk karena pengaruh
alam sekitar dan bukan karena campur tangan manusia. Ada dua jenis
ekosistem alami:
a. Ekosistem darat
Ekosistem yang lingkungannya di dominasi oleh daratan. Berdasarkan
ketinggian tempatnya, ekosistem darat dibagi tiga, yaitu ekosistem
Vegetasi Pamah (hutan belantara dan rawa), ekosistem Vegetasi
Pegunungan (pegunungan, padang rumput pegunungan, terbuka lereng

4
berbatu, rawa gambur, danau, dan alpin), ekosistem Vegetasi Monsun,
merupakan daerah kering bercurah hujan sedikit, yang berupa pohon-
pohon bercabang rendah,padang rumput semak belukar, dan sabana).
b. Ekosistem air
Ekosistem yang lingkungannya di dominasi air. Ada dua jenis
ekosistem air:
1) Ekosistem air tawar memiliki kadar garam yang rendah,perbedaan
suhu siang dan malam, masuknya cahaya matahari terbatas serta
dipengaruhi iklim dan cuaca. Ekosistem air tawar dibagi dua, yaitu
ekosistem lentik (air yang tidak mengalir, contohnya danau dan
telaga) dan ekosistem lotik (air mengalir, contohnya sungai).
2) Ekosistem laut memiliki kadar garam sebesar 0,3% dan memiliki
rantai makanan yang sangat panjang. Berdasarkan intensitas cahaya
matahari yang diterima, ekosistem laut dibagi dua, yaitu ekosistem
laut dalam yang tidak tertembus matahari(afotik) dan ekosistem laut
dangkal yang dapat ditembus oleh cahaya matahari(fotik).
2. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang dibentuk secara sengaja oleh
manusia untuk tujuan tertentu, contohnya kebun, kolam ikan, akuarium,
waduk, dan sawah.

2.2 Komponen-Komponen Ekosistem


Komponen ekosistem terdiri atas komponen fisik (abiotik), dan
hayati (biotik). Komponen abiotik terdiri dari komponen yang bukan
makhluk hidup sedangkan komponen biotik terdiri atas produsen,
konsumen dan pengurai. Menurut Michael (2015), komponen penyusun
ekosistem terdiri dari:
1. Komponen Abiotik
Menurut Michael (1995), komponen abiotik adalah semua benda
mati di permukaan bumi yang bermanfaat dan berpengaruh dalam
kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya. Contoh komponen
abiotik dalam ekosistem, misalnya tanah, air, udara, dan sinar matahari.

5
a. Air
Air merupakan sumber kehidupan, air sangat dibutuhkan
mahluk hidup untuk melangsungkan kehidupan, air digunakan
manusia dan mahluk hidup lainnya untuk berbagai keperluan.Air
digunakan manusia untuk minum, mandi, dan mencuci.Bagi
hewan, air juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum.
Bagi tumbuhan, Air berperan untuk melarutkan unsur-unsur hara
yang diserap oleh akar.
b. Tanah
Tanah merupakan bagian dari lapisan atas permukaan bumi.
Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan. Tanah dalam
kehidupan berfungsi sebagai tempat tinggal Mahluk hidup dan
menyediakan beragam bahan tambang yang dibutuhkan manusia.
Tanah juga menyediakan beragam mineral atau unsur hara yang
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis.
c. Udara
Kehidupan dipermukaan bumi dapat berjalan dengan baik,
salah satunya karena adanya udara. Udara menyelimuti permukaan
bumi. Lapisan udara yang menyelimuti permukaan bumi disebut
atmosfer.
d. Sinar matahari
Matahari merupakan pusat dari tata surya. Matahari termasuk
bintang terdekat dengan bumi. Pancaran sinar matahari
dapat sampai kepermukaan bumi. Sinar matahari berperan bagi
kehidupan di permukaan bumi. Bagi tumbuhan, sinar matahari
berperan untuk membantu proses fotosintesis. Bagi manusia, sinar
matahari dalam kehidupan sehari-hari dimanfaatkan untuk
mengeringkan jemuran dan membantu proses pembuatan garam.
Bahkan sini sinar matahari telah digunakan sebagai sumber energi
untuk bahan bakar mobil.

6
e. Suhu
Suhu dipermukaan bumi dapat dipengaruhi oleh cahaya
matahari yang jatuh pada permukaannya. Suhu lingkungan juga
dipengaruhi oleh adanya tumbuhan. Suhu lingkungan sangat
berpengaruh terhadap jenis makhluk hidup yang menghuni
lingkungan tersebut. Makhluk hidup umumnya hidup di daerah
bersuhu sedang dan perubahan suhunya tidak mencolok. Suhu
yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mengganggu proses
didalam tubuh makhluk hidup.
f. Kelembapan
Daerah pegunungan memiliki kelembapan udara yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah pantai. Hal ini mempengaruhi
terhadap perbedaan jenis organisme yang berhabitat disana.

2. Komponen Biotik
Menurut Michael (1995), lingkungan biotik adalah semua lingkungan
yang terdiri dari komponen-komponen mahluk hidup di permukaan bumi.
Komponen lingkungan biotik, misalnya tumbuhan, hewan dan manusia.
Komponen lingkungan biotik menurut fungsinya dapat dibedakan dalam
tiga kategori, yaitu sebagai berikur:
1) Produsen
Produsen adalah mahluk hidup yang dapat menghasilkan makanan
sendiri melalui proses fotosintesis, dengan demikian kelompok
produsen ditempati tumbuhan yang berklorofil.
2) Konsumen
Kelompok konsumen merupakan mahluk hidup yang mampu
memanfaatkan hasil pengolahan makanan dari kelompok produsen.
Kelompok konsumen tidak memiliki kemampuan untuk membuat
makanan sendiri. Kelompok konsumen terdiri dari manusia dan
hewan. Kelompok hewan dibedakan menjadi herbivora, karnivora,
dan omnivora. Herbivora merupakan kelompok hewan pemakan
tumbuhan. Karnivora merupakan kelompok hewan pemakan daging.

7
Omnivora adalah kelompok hewan pemakan tumbuhan dan daging. Di
rantai makanan kelompok herbivora, karnivora, dan omnivora
menempati tingkatan konsumen yang berbeda. Hewan yang memakan
tumbuhan menempati kedudukan sebagai konsumen tingkat pertama.
Kelompok karnivora menempati kedudukan sebagai konsumen tingkat
dua. Kelompok omnivora menempati konsumen tingkat tiga.
3) Pengurai (Dekomposer)
Kelompok pengurai merupakan golongan organisme yang berperan
dalam menguraikan sisa-sisa jasad mati dari organisme lain.
Kelompok pengurai, misalnya bakteri dan jamur. Hasil penguraian
organisme ini akan kembali menjadi unsur hara yang menyuburkan
tanah.

2.3 Tipe-tipe Ekosistem


Menurut Odum (2014), ada dua macam ekosistem yang terbentuk di
bumi, yaitu :
A. Ekosistem Darat
Ekosistem yang lingkungannya berupa daratan disebut ekosistem
darat. Ekosistem darat terdapat sejumlah bioma, yaitu:
a. Bioma Gurun
Bioma gurun terdapat di daerah curah hujan kurang dari 25
cm/tahun. Daerah tersebut terdapat di sepanjang garis balik uutara
maupun selatan yang udaranya mengalami subsidensi atau turun,
sehingga terjadi pemampaatan udara. Selain itu, bioma gurun juga
dapat ditemukan di daerah dekat arus laut dingin dan daerah bayangan
hujan. Selain ciri hujannya yang rendah, daerah gurun juga memiliki
suhu yang tinggi pada siang hari (bisa mencapai 45° C) dan suhu yang
rendah pada malam hari (bisa mencapai 0° C). kondisi ini hanya
mampu diadaptasi oleh tumbuhan tertentu saja seperti kaktus. Hewan
yang hidup di gurun juga sangat terbatas seperti ular, kadal, katak dan
kalajengking (Odum, 2014).

8
Gambar 1. Bioma gurun dan sejumlah organisme penghuninya

b. Bioma Padang Rumput


Bioma padang rumput terbentuk di daerah dengan curah hujan
yang terbatas (25-30 cm/tahun), sehingga tidak mampu mendukung
terbentuknya hutan. Bioma ini dapat di jumpai di wilayah tropis
maupun subtropis. Di samping itu, banyak pula ditemukan hewan
pemangsa seperti singa, anjing liar, serigala, ular dan lain-lain (Odum,
2014).

Gambar 2. Bioma padang rumput

9
c. Bioma Hutan Basah
Bioma ini terbentuk di wilayah dengan cerah hujan yang cukup
tinggi (200-225 cm/tahun) dan dapat dijumpai di daerah tropika dan
substropika. Curah hujan yang tinggi sangat mendukung tumbuhnya
berbagai jenis tumbuhan dengan keragaman yang tinggi. Ketinggian
pohon lebat hingga membentuk kanopi. Suhu sepanjang hari sekitar
25° C dengan variasi yang cukup besar. Tumbuhan khas yang tumbuh
di wilayah ini diantaranya anggrek sebagai epifit dan liana (rotan).
Jenisnya hewan yang hidup di bioma ini juga sangat beragam seperti
burung, kera, harimau, badak, babi hutan, dan lain-lain (Odum, 2014).

Gambar 3. Bioma hutan basah

d. Bioma Hutan Gugur


Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang atau di
daerah dengan empat musim. Ciri-cirinya adalah curah hujan merata
sepanjang tahun. Jenis pohon yang dapat dijumpai di bioma ini tidak
serapat dan seberagam seperti di bioma hutan basah. Hewannya dapat
dijumpai diantaranya burung pelatuk, beruang, rubah, bajing, dan lain-
lain (Nahdi, 2008).

10
Gambar 4. Bioma hutan gugur

e. Bioma Taiga
Sebelah selatan dari Tundra adalah suatu formasi hutan yang
terutama terdiri dari anggota-anggota kelompok pohon jarum, sehingga
taiga sering disebut hutan berdaun jarum (conifer). Batas antara kedua
wilayah tersebut sering disebut batas pohon karena merupakan batas
antara lingkungan yang masih memungkinkan tumbuhnya pohon dan
yang tidak. Taiga merupakan hutan yang hijau sepanjang tahun
(evergreen), walaupun suhu pada musim dingin dapat mencapat puluhan
derajat di bawah nol. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas
satu spesies seperti pinus, dan atau tumbuhan conifer sejenisnya. Hanya
sedikit dijumpai semak dan tumbuhan basah. Kayu yang dihasilkan dari
hutan ini terutama dimanfaatkan untuk pembuatan kertas, korek api, dan
lain-lain. Hewan yang dapat dijumpai antara lain moose, beruang hitam,
ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
Taiga tersebar di Semenanjung Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska dan
Kanada (Nahdi, 2008).

11
Gambar 5. Bioma hutan taiga

f. Bioma Tundra
Tundra berarti daratan tanpa pohon. Wilayah ini terletak di sekitar
kutub utara dengan suhu yang sangat dingin. Tumbuhan yang mampu
hidup di daerah ini hanya terdiri dari tumbuhan gulma terutama berbagai
tumbuhan sejenis rumput dan lumut kerak. Tumbuhan yang dominan
adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang
pendek, dan rumput. Keadaan vegetasi tersebut mirip dengan vegetasi
gurun tetapi terdapat di daerah iklim dingin. Karena itulah, tundra sering
disebut gurun dingin (cold desert). Hewan yang menghuni bioma ini
diantaranya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama
nyamuk dan lalat hitam. Wilayah persebaran tundra terdapat di bagian
utara Skandinavia, Finlandia, Rusia, Siberia, dan Kanada (Odum, 2014).

Gambar 6. Bioma Tundra

12
B. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak
menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan
cuaca. Tumbuhan yang umumnya dijumpai adalah ganggang dan
tumbuhan biji. Ekosistem air tawar dapat dikelompokkan menjadi air
tenang dan air mengalir. Danau dan rawa termasuk ekosistem air tenang,
sedangkan sungai termasuk ekosistem air mengalir (Odum, 2014).
a. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang pada
wilayah depresi atau cekungan dan luasnya mulai dari beberapa
meter persegi hingga ratusan meter persegi. Kondisi danau berbeda
dilihat dari kedalamannya. Perbedaan komunitas tumbuhan dan
hewan berdasarkan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Menurut
Odum (2014), danau dibagi menjadi 2 atau daerah yang berbeda
yaitu:
1) Daerah litoral
Daerah litoral merupakan daerah dangkal, sehingga cahaya
matahari menembus sampai ke dasar danau secara optimal.
Tumbuhan yang hidup di daerah ini merupakan tumbuhan air
yang berakar dan ada daun yang mencuat ke atas permukaan air.
Berbagai jenis ganggang, siput dan remis, ikan, amfibi, itik, angsa,
kura-kura, dapat ditemukan di wilayah ini.
2) Daerah limnetik
Lebih jauh dari daerah litoral, terdapat daerah limnetik yang
masih dapat ditembus oleh sinar matahari. Fitoplankton, termasuk
ganggang dan sianobakteri dapat ditemukan di daerah ini.
Sementara itu, Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa
fitoplankton. Zooplankton tersebut kemudian menjadi sumber
makanan bagi ikan-ikan kecil. Ikan tersebut menjadi sumber
makanan bagi ikan yang lebih besar dan kemudian ikan yang lebih
besar dimangsa oleh ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

13
Gambar 7: Dua Daerah Utama Pada Danau Air Tawar

b. Sungai
Ekosistem sungai dapat merupakan sebuah bioma dari sebuah
ekosistem daratan yang besar. Tidak seperti danau yang relatif diam,
air sungai mengalir sehingga tidak mendukung keberadaan komunitas
plankton untuk berdiam diri. Namun demikian, terjadi pula
fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar,
sehingga dapat mendukung rantai makanan. Ekosistem sungai banyak
mengalami gangguan karena pembangunan waduk atau bendungan.
Waduk dapat memutus jalan bagi sejumlah ikan yang biasa bergerak
dari hilir ke hulu untuk bertelur. Akibatnya, sejumlah spesies ikan
hilang dari aliran sungai tersebut. Contoh, di daerah tropis seperti
Indonesia adalah ikan pelus dan ikan sidat. Ikan pelus hidup di dekat
hulu sungai, tetapi bertelur di laut. Karena jalannya terputus, maka
aktivitas perkembangbiakannya terganggu. Di daerah subtropis,
terdapat ikan salmon yang hidup di laut. Pada saat musim bertelur,
ikan-ikan tersebut bergerak ke hulu untuk bertelur di sana. Setelah
telur menetas, ikan salmon yang masih kecil hidup di sungai dan pada
saat sudh besar kembali ke laut (Odum, 2014).

14
Gambar 8: Sungai Pada Air Tawar

C. Ekosistem Air Laut


a. Pantai
Ekosistem pantai merupakan ekosistem yang letaknya berada diantara
ekosistem darat dan laut. Karena letaknya tersebut, ekosistem pantai
letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut. Karena letaknya pula ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus
harian pasang surut laut. Organisme dominan yang hidup di pantai
berbeda dilihat dari lokasinya. Ganggang, moluska, dan remis banyak
dijumpai di bagian paling atas pantai yang hanya terendam saat pasang
naik tinggi. Organisme tersebut menjadi makanan bagi kepiting dan
burung pantai. Bagian tengah pantai banyak dijumpai ganggang, porifera,
anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting,
landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah tersebut terendam
saat pasang tinggi dan pasang rendah. Semenetara itu, beragam
invertebrata dan ikan serta rumput laut banyak ditemui di daerah pantai
terdalam yang terendam saat air pasang maupun surut (Odum, 2014).

15
Gambar 9: Pantai Pada Air Laut

b. Estuari
Estuari atau lebih dikenal dengan istilah muara merupakan tempat
pertemuan antara sungai dengan laut. Karena itu, nutrien sungai yang
dibawa melalui proses erosi oleh sungai dari daratan dapat memperkaya
estuari. Salinitas di estuari dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang
surut airnya. Pada saat pasang, air laut masuk ke badan sungai dan
meningkatkan salinitasnya. Sebaliknya, pada saat surut atau pada saat air
sungai mengalir dengan volume yang besar, salinitasnya berubah menjadi
rendah sampai menjorok ke arah laut. Estuari menjadi habitat bagi
sejumlah organisma seperti rumput rawa garam, ganggang, fitoplankton,
cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Estuari juga menjadi tempat kawin
bagi sejumlah invertebrata laut dan ikan laut serta menjadi tempat makan
bagi unggas air (Odum, 2014).

16
Gambar 10. Estuari

c. Terumbu karang
Terumbu karang adalah sebuah tipe ekosistem yang khas tropis.
Ekosistem ini dapat dijumpai pada laut di daerah tropis yang airnya
jernih, sehingga cahaya matahari dapat menembus air dan
memungkinkan terjadinya fotosintesis. Komunitas ini didominasi oleh
karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria. Terumbu karang
juga sangat dikenal akan keragaman jenisnya, termasuk ikan hias yang
bernilai ekonomi tinggi. Karena itulah, terumbu karang sangat rawan
akan kerusakan. Karang atau koral mensekresikan kalsioum karbonat dan
rangka dari kalsium karbonat memiliki bentuk yang unik dan bermacam-
macam. Karang juga menjadi organisma lainnya, termasuk ganggang.
Berbagai jenis invertebrata, mikroorganisme, ikan, siput, landak laut,
gurita, bintang laut dan lain-lain banyak dijumpai di terumbu karang.
Selain menjadi habitat bagi banyak organisme, terumbu karang
memiliki banyak fungsi lainnya. Kekuatan ombak menjadi berkurang
dengan adanya terumbu karang, sehingga pantai relatif aman dari
kerusakan (Odum, 2014).

17
Gambar 11. Terumbu Karang

2.4 Pelestarian Fungsi Ekosistem


Menurut Fachrul (2013), ekosistem yang terjaga mempunyai peranan
penting bagi kehidupan di alam seperti:
a. Sebagai habitat makhluk hidup.
Habitat sekelompok organisme akan mencakup organisme lain yang
juga merupakan komponen lingkungan biotik dan komponen lingkungan
abiotik. Semua makhluk hidup akan mendapatkan segala hal yang
dibutuhkan dari habitatnya masing-masing, misalnya air makanan dan
tempat berkembang biak.
b. Menjaga aliran energi.
Salah satu cara menjaga keseimbangan ekosistem yang dilakukan oleh
ekosistem itu sendiri adalah dengan menjaga perputaran energi dan
nutrisi yang diterima dari sumber luar. Sumber energgi luar yang
dimaksud adalah cahaya matahari. Cahaya matahari ditangkap oleh
tumbuhan dan digunakan untuk pertumbuhannya. Peran cahaya dalam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah sebaagai salah satu syarat
untuk terjadi fotosintesis.
c. Melaksanakan proses fotosintesis, proses dekomposisi dan proses daur
biogeokimiawi.
Siklus biogeokimia yang terjadi di alam dapat berupa siklus materi
(mineral) yang berupa unsur-unsur hara seperti fosfor dan sulfur.
Keterkaitan antara komponen biotik dan abiotik membentuk suatu sistem

18
disebut dengan ekosistem. Suatu ekosistem terdiri dari interaksi yang
menguntungkan antara organisme dengan lingkungannya dimana, terjadi
pertukaran dari sejumlah besar material-material dalam bentuk siklus
dikenal dengan siklus materi.
d. Mencegah global warming.
Pemanasan global merupakan salah satu masalah penting yang dialami
secara universal oleh seluruh negara. Keterkaitannya dengan
kelangsungan hidup manusia sangat erat sehingga efek dari pemanasan
global tersebut sangat mempengaruhi aktivitas manusia dalam sehari-hari
maupun dalam jangka waktu yang lama.
e. Mencegah kepunahan makhluk hidup tertentu.
Dengan cara tidak merusak habitat baik tanaman maupun hewan, yang
biasa habitatya dirusak karena pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit
dan lain-lainnya.
f. Menjaga keseimbangan energi baik antara komponen biotik dengan
biotik maupun komponen biotik dengan abiotik.
Suatu ekosistem terdapat 2 komponen pendukung, komponene
tersebut adalah komponen biotik dan komponen abiotik. Dua komponen
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dalam suatu ekosistem
dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan suatu ekosistem.

2.5 Dampak Perubahan Ekosistem


Ekosistem tidaklah statis tetapi bersifat dinamis, perubahan ekosistem
dapat terjadi karena faktor alam, misalnya letusan gunung api, gempa dan
lain-lain, perubahan tersebut memaksa ekosistem melakukan adaptasi dan
membangun kembali keseimbangan yang baru. Namun, perubahan lainnya
saat ini lebih dominan karena ulah manusia. Menurut Odum (2014), ada
beberapa dampak dari perubahan ekosistem anatara lain sebagai berikut:
1. Dampak perubahan ekosistem darat, baik berupa hutan, padang rumput,
dan lain-lain, yaitu:
a. Munculnya ledakan populasi pada spesies tertentu karena hilangnya
atau punahnya hewan pemangsa.

19
b. Munculnya hama dan penyakit karena adanya spesies yang mengalami
ledakan populasi.
c. Semakin seringnya terjadi bencana alam, baik berupa banjir, longsor,
kekeringan dan lain-lain, menyebabkan kerusakn ekosistem hutan.
d. Punahnya sejumlah spesies tertentu karena sumber makanannya hilang
terutama akibat perburuan manusia.
e. Semakin terbatasnya sumber pangan dan obat-obatan dilihat dari
jumlah dan jenisnya.
2. Perubahan ekosistem perairan, baik laut, danau, sungai, dan lain-lain.
Perubahan tersebut akibat campur tangan manusia sehingga mengubah
tatanan yang ada, antara lain:
a. Berkurangnya populasi sejumlah spesies tertentu akibat pencemaran,
sehingga berkurangnya hasil tangkapan nelayan.
b. Berubahnya komponen fisik air laut seperti kekeruhan, suhu air laut
yang berdampak pada hilangnya sejumlah spesies, perubahan perilaku
spesies yang ada.
c. Hancurnya habitat akibat cara sumber daya laut yang cendrung
merusak.
d. Pencemaran dipantai oleh limbah dapat mengakibatkan terganggunya
proses fotosintesis pada fitoplankton, sehingga berdampak negatif pada
perikanan.
e. Rusaknya ekosistem pantai juga mengurangi estetika, sehingga
merugikan sektor parawisata.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekosistem membentuk kesatuan komunitas dengan lingkungannya
dengan hubungan timbal balik. Ekosistem tersusun atas dua komponen utama,
yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik terdiri dari
makhluk tak hidup atau benda mati. Komponen abiotik terdiri dari makhluk
hidup yang meliputi tumbuhan, hewan, dan manusia.
Ekosistem terdiri

3.2 Saran
Setiap makhluk hidup membutuhkan lingkungan yang sehat sebagai
tempat tinggal. Oleh karena itu, makhluk hidup harus menjaga kebersihan
tempat lingkungan terutama disekitar tempat tinggal makhluk hidup. Jagalah
kelestarian dan keberlangsungan hidup makhluk hidup, karena makhluk hidup
yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan tidak dapat hidup
sendiri. Pelaksanaan pembangunan sebagai kegiatan yang makin meningkat
mengandung risiko pencemaran dan perusakan lingkungan, sehingga struktur
dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat pula
rusak karenanya. Hal semacam itu akan merupakan beban sosial, karena pada
akhirnya masyarakat dan pemerintahlah yang harus menanggung beban
pemulihannya. Ekosistem yang baik dan sehat merupakan tanggungjawab
yang menuntut peran serta setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan
daya dukung lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan yang bijaksana harus

21
dilandasi wawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai
kesinambungan dan menjadi jaminan bagi kesejahteraan generasi sekarang
dan mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Fachrul, Melati Frianita. 2016. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi


Aksara.

Hardjosuwarn, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta:


UGM.
Jumin, Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Jakarta: Rajawali Press.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: Penerbit Institut Pertanian.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press.
Nahdi. 2008. Konservasi Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati Hutan Hujan
Tropis Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Kalijaga. Diakses pada hari Jum’at, 09 Maret 2018 pada pukul 13.30
WIB. Vol. IV, No. 2: 159-172 hal.
Odum, E. P. 2014. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Pratomo, Suko dan Barlia, Lili. 2006. Basic Pendidikan Lingkungan. Bandung:
UPI.
Suprianto, Bambang. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bandung:
UPI.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

22

Anda mungkin juga menyukai