Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
1. Ridwan Drajad (NIM. 23116085)
2. Nurul Fitriana (NIM. 23116107)
3. Wisnu Ananda (NIM. 23116083)
4. Adi Joyo P. (NIM. 23116091)
5. Apreliana Anjas (NIM. 23116045)
TEKNIK GEOMATIKA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN
KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2018
BAB I
Pendahuluan
Dalam survey hidrografi mempelajari tentang kegiatan pemetaan laut, pengumpulan data,
kondisi dan sumber daya suatu wilayah laut yang kemudian diolah, dievaluasi dan disajikan
dalam bentuk buku, peta laut serta informasi mengenai kelautan lainnya, yang selanjutnya
digunakan untuk kepentingan pembangunan dan pertahanan keamanan suatu negara. Data
mengenai fenomena dasar perairan dan dinamika badan air diperoleh melalui pengukuran
yang kegiatannya disebut sebagai survei hidrografi. Data yang diperoleh dari survei
hidrografi kemudian diolah dan disajikan sebagai informasi geospasial atau informasi yang
terkait dengan posisi di muka bumi. Sehubungan dengan itu maka seluruh informasi yang
disajikan harus memiliki data posisi dalam ruang yang mengacu pada suatu sistem referensi
tertentu. Aktifitas utama survei hidrografi meliputi: Penentuan posisi di laut, Pengukuran
kedalaman (pemeruman), Pengamatan pasut, Pengukuran detil situasi dan garis pantai (untuk
pemetaan pesisir), penggunaan sistem referensi.Penetuan posisi dapat dilakukan dengan
metode intersection dan resection. Resection adalah metode untuk menentukan
kedudukan/posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dan
diketahui posisinya di peta. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk
dapat membidik tanda medan yang sudah diketahui posisinya di peta. Tidak selalu dua tanda
medan yang harus dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang
suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik. Intersection
adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau
memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai dan tidak
terdapat di peta. Data yang diperoleh dari aktifitas-aktifitas tersebut diatas dapat disajikan
sebagai informasi dalam bentuk peta dan non-peta.
Pada praktikum yang dilakukan saat ini merupakan bentuk simulasi sebelum
dilakukannya survey hidrografi dengan memanfaatkan metode Intersection dan resection
dalam menentukan perhitungannya. Dengan metode intersection dan resection survey
hidrografi dapat dilakukan untuk penentuan posisi kapal yang memanfaatkan metode
intersection atau pengukuran jarak dan sudut dari dua buah titik yang telah diketahui
koordinat atau dua buah titik dari tempat berdirinya alat ataupun dengan metode resection
atau pengukuran data dari tiga buah titik di lapangan tempat berdiri target (Prisma atau Jalon)
untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri alat yang akan diketahui
koordinatnya dari titik tersebut.
2.1 Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau
lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau
memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection,
kita sudah yakin pada posisi kita di peta.
Langkah-langkah melakukan intersection :
a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek yang kita amati; c) pindahkan
sudut yang kita dapat dipeta; d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan
langkah b dan c; e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek
yang dimaksud.
3. Resection
Resection adalah metode menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat
membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai,
sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang
dibidik.
Langkah-langkah resection :
a) Lakukan orientasi peta; b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal
dua buah; c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu; d)Bidik dengan
kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth; e)
pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya; f) perpotongan garis yang
ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta
BAB III
LANGKAH KERJA
A. INTERSECTION
Langkah kerja Intersection adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat praktikum yaitu OS, dan 2 Prisma;
2. Langkah pertama yaitu pengukuran OS yang berdiri di ITR H2;
3. Berdirikan alat OS di ITR H2, Prisma di ITR H1, dan titik yang akan diukur yaitu
P1, P2, P3, P4, dan P5;
4. Bidik OS ke Prisma di ITR H1 lalu set 0;
5. Pertama untuk mendapatkan sudut biasa yaitu atur lensa bidik pada OS menjadi
pengukuran sudut biasa;
6. Bidik ke arah Prisma P1 lalu tekan measure pada OS dan didapatkan sudut biasa
kanan;
7. Bidik lagi ke arah Prisma di ITR H1 lalu tekan meassure dan didapatkan sudut
biasa kiri;
8. Putar lensa OS menjadi pengukuran sudut luar biasa, lalu bidik lagi ke Prisma di
titik P1, tekan meassure dan didapat sudut luar biasa kanan;
9. Arahkan dan bidik lagi ke Prisma di ITR H1, tekan meassure dan didapat sudut
luar biasa kiri;
10. Lakukan langkah 5-9 sebanyak 5 kali pengukuran;
11. Praktikum ini dilakukan oleh 5 orang Praktikan, jadi ada 5 titik P, maka dari itu
lakukan langkah 3-10 pada masing-masing titik P;
12. Langkah kedua yaitu tukar posisi alat OS ITR H2 dengan Prisma ITR H1,
berdirikan alat dan lakukan sentering;
13. Bidik dan set 0 alat OS pada Prisma di ITR H2;
14. Gunakan lensa pengukuran sudut biasa lalu bidik di Prisma H2, dan didapat sudut
biasa kanan;
15. Lalu bidik kearah Prisma di titik P1 dan tekan meassure dan didapat sudut biasa
kiri;
16. Putar lensa menjadi pengukuran sudut luar biasa lalu bidik ke Prisma ITR H2 dan
tekan meassure, didapat sudut luar biasa kanan;
17. Selanjutnya bidik lagi ke Prisma di titik P1, tekan meassure dan didapat sudut luar
biasa kiri;
18. Lakukan langkah 14-17 sebanyak 5 kali untuk mendapat pengukuran lebih;
19. Praktikum ini dilakukan oleh 5 orang Praktikan, jadi ada 5 titik P, maka dari itu
lakukan langkah 13-18 pada masing-masing titik P;
20. Catat semua hasil data yang didapat dan lakukan koreksi agar mengetahui data
layak diambil atau tidak.
B. RESECTION
Langkah kerja Resection adalah sebagai berikut:
1. Kebalikan dari Intersection, disini OS yang berpindah-pindah di tiap titik P, dan
Prisma berada di ITR H2, ITR H1, dan satu lagi berada di titik bantu;
2. Berdirikan dan sentering OS di P1, Prisma masing-masing pada ITR H1, ITR H2,
dan titik bantu;
3. Langkah pertama yaitu mengukur sudut biasa dengan mengatur lensa OS menjadi
pengukutan sudut biasa;
4. Arahkan dan bidik OS ke arah Prisma titik bantu lalu set 0 dan tekan meassure,
didapatlah sudut biasa titik bantu;
5. Setelah itu bidik ke arah Prisma di ITR H2 dan tekan meassure, didapatlah sudut
biasa H2;
6. Bidik lagi ke arah Prisma ITR H1, tekan meassure dan didapatlah sudut biasa H1;
7. Selanjutnya putar lensa OS menjadi pengukuran sudut luar biasa;
8. Bidik dan arahkan ke masing-masing Prisma di ITR H1, ITR H2, dan titik bantu,
tekan meassure dan didapatlah sudut luar biasa H1, H2, dan titik bantu;
9. Lakukan langkah 3-8 sebanyak 5 kali untuk pengukuran lebih;
10. Praktikum ini dilakukan oleh 5 orang Praktikan, jadi ada 5 titik P, maka dari itu
lakukan langkah 2-9 pada masing-masing titik P (P1, P2, P3, P4, dan P5)
11. Catat semua hasil data yang didapat dan lakukan koreksi agar mengetahui data
layak diambil atau tidak.
BAB IV
Data dan Pengolahan Data
4.1 Data
4.1.1 Tabel pengukuran intersection
4.1.2 Tabel pengukuran resection
4.1.3 Gambar Intersection
4.1.4. Gambar Resection
Intersection
XP1 -1677282.3 m
YP1 6125031.22 m
XP2 -1677277.6 m
YP2 6125040.76 m
XP3 -1677271.8 m
YP3 6125046.67 m
XP4 -1677271.7 m
YP4 61250406.3 m
XP5 -1677281.9 m
YP5 6125033.89 m
Xh=x1+(Jah*sind(azimutah))
Yh=y1+(Jah*cosd(azimutah))
Azimut hc=atand((xc-xh)/(yc-yh))
Azimut hb=atand((xb-xh)/(xb-xh))
Teta = azimut hb-azimut hc
Epsilon = 180-(alfa+teta)
Jap=(sind(epsilon)/sind(alfa))*Jab
azimutap=azimutab-teta
xp=x1+Jap*sind(azimutap)
yp=y1+Jap*cosd(azimutap)
Intersection Rescetion
XP1 -1677282.3 -1677282.469
YP1 6125031.22 6125031.75
XP2 -1677277.6 -1677277.397
YP2 6125040.76 6125040.96
XP3 -1677271.8 -1677272.367
YP3 6125046.67 6125046.8
XP4 -1677271.7 -1677272.507
YP4 61250406.3 6125046.75
XP5 -1677281.9 -1677281.047
YP5 6125033.89 6125033.87
x1=-1677243.683
y1=6125051.979
x2=-1677275.037
y2=6125043.936
b1=0;
b2=0;
b3=0;
b4=0;
b5=0;
d1=0;
d2=0;
d3=0;
d4=0;
d5=0;
c=[c1;c2;c3;c4;c5];
cl=[cl1;cl2;cl3;cl4;cl5];
d=[d1;d2;d3;d4;d5];
dl=[dl1;dl2;dl3;dl4;dl5];
total=[360;360;360;360;360];
koreksi=total-((cl+dl)-(c+d))
k1=degrees2dms(koreksi(1,1))
k2=degrees2dms(koreksi(2,1))
k3=degrees2dms(koreksi(3,1))
k4=degrees2dms(koreksi(4,1))
k5=degrees2dms(koreksi(5,1))
rc=(c1+c2+c3+c4+c5)/5
rcl=(cl1+cl2+cl3+cl4+cl5)/5
rd=(d1+d2+d3+d4+d5)/5
rdl=(dl1+dl2+dl3+dl4+dl5)/5
beta2=((rcl-rdl)+(rc-rd))/2
beta2=degrees2dms(beta2)
a=[a1;a2;a3;a4;a5];
al=[al1;al2;al3;al4;al5];
b=[b1;b2;b3;b4;b5];
bl=[bl1;bl2;bl3;bl4;bl5];
total=[360;360;360;360;360];
koreksi=total-((al+bl)-(a+b))
k1=degrees2dms(koreksi(1,1))
k2=degrees2dms(koreksi(2,1))
k3=degrees2dms(koreksi(3,1))
k4=degrees2dms(koreksi(4,1))
k5=degrees2dms(koreksi(5,1))
ra=(a1+a2+a3+a4+a5)/5
ral=(al1+al2+al3+al4+al5)/5
rb=(b1+b2+b3+b4+b5)/5
rbl=(bl1+bl2+bl3+bl4+bl5)/5
beta1=((ral-rbl)+(ra-rb))/2
beta2=88.825
beta3=180-(beta1+beta2)
dh12=sqrt((x2-x1)^2+(y2-y1)^2)
dh1p=(sind(beta1)*dh12)/sind(beta3)
xc=x2-x1
yc=y2-y1
if xc<0 && yc <0
xx=180;
else
xx=0;
end
alfah1h2=atand((xc)/(yc))+xx
alfah1p=alfah1h2-beta2
xp=x1+(dh1p*sind(alfah1p))
yp=y1+(dh1p*cosd(alfah1p))
x1=-1677243.6825037
y1=66125051.97876251
x2=-1677275.03721407
y2=66125043.93586964
x3=-1677207.70297913
y3=6124997.83242221
k1=dms2degrees([0 0 0])
k2=dms2degrees([0 0 0])
k3=dms2degrees([0 0 0])
k4=dms2degrees([0 0 0])
k5=dms2degrees([0 0 0])
kl1=dms2degrees([180 0 0])
kl2=dms2degrees([180 0 0])
kl3=dms2degrees([180 0 0])
kl4=dms2degrees([180 0 0])
kl5=dms2degrees([180 0 0])
t1=dms2degrees([31 22 24])
t2=dms2degrees([31 22 25])
t3=dms2degrees([31 22 26])
t4=dms2degrees([31 22 25])
t5=dms2degrees([31 22 24])
tl1=dms2degrees([211 22 25])
tl2=dms2degrees([211 22 25])
tl3=dms2degrees([211 22 24])
tl4=dms2degrees([211 22 26])
tl5=dms2degrees([211 22 24])
ka1=dms2degrees([62 27 14])
ka2=dms2degrees([62 27 14])
ka3=dms2degrees([62 27 13])
ka4=dms2degrees([62 27 15])
ka5=dms2degrees([62 27 14])
kal1=dms2degrees([242 27 13])
kal2=dms2degrees([242 27 15])
kal3=dms2degrees([242 27 15])
kal4=dms2degrees([242 27 16])
kal5=dms2degrees([242 27 14])
k=[k1;k2;k3;k4;k5]
kl=[kl1;kl2;kl3;kl4;kl5]
t=[t1;t2;t3;t4;t5]
tl=[tl1;tl2;tl3;tl4;tl5]
ka=[ka1;ka2;ka3;ka4;ka5]
kal=[kal1;kal2;kal3;kal4;kal5]
ratak=(k1+k2+k3+k4+k5)/5
ratakl=(kl1+kl2+kl3+kl4+kl5)/5
ratat=(t1+t2+t3+t4+t5)/5
ratatl=(tl1+tl2+tl3+tl4+tl5)/5
rataka=(ka1+ka2+ka3+ka4+ka5)/5
ratakal=(kal1+kal2+kal3+kal4+kal5)/5
alfa=((ratakal-ratatl)+(rataka-ratat))/2
beta=((ratatl-ratakl)+(ratat-ratak))/2
gamma=180-(alfa+beta)
Jab=sqrt((x2-x1)^2+(y2-y1)^2)
Jah=(sind(gamma)/sind(alfa))*Jab
xc=x2-x1
yc=y2-y1
if xc<0 && yc <0
xx=180;
else
xx=0;
end
azimutab=atand((xc)/(yc))+xx
azimutah=azimutab-beta
Xh=x1+(Jah*sind(azimutah))
Yh=y1+(Jah*cosd(azimutah))
xd=x3-Xh
yd=y3-Yh
if xd<0 && yd <0
xx=180;
else
xx=0;
end
azimuthc=atand((xd)/(yd))+xx
xe=x2-Xh
ye=y2-Yh
if xe<0 && ye <0
xx=180;
azimuthb=atand((xe)/(ye))+xx
teta=azimuthb-azimuthc
epsilon=180-(alfa+teta)
Jap=(sind(epsilon)/sind(alfa))*Jab
azimutap=azimutab-teta
xp=x1+Jap*sind(azimutap)
yp=y1+Jap*cosd(azimutap)
BAB V
Analisis
1. Ridwan
Pada hasil perhitungan X dan Y Intersection dan Resection terlihat sedikit berbeda
pada belakang koma, hal ini dikarenakan titik bantu menggunakan titik hasil dari
perhitungan bukan dari hasil GPS RTK, titik bantu tersebut masih mempunyai
kesalahan yang belum ter koreksi. Selain itu pun terdapat kesalahan sistematis yaitu
suhu ketika melakukan pengukuran sangat panas yang membuat pandangan menjadi
kabur.Kesalahan kesalahan inilah yang menyebabkan perbedaan angka pada hasil
pengukuran P(x,y) intersection dan P(x,y) Resection.
2. Nurul
Pada praktikum kali ini, memiliki beberapa kendala dalam pengukuran dikarenakan
sedikitnya titik yang disediakan dan harus bergantian dengan kelompok yang lain.
Hasil yang didapat pada pengolahan data intersection dan resection adalah koordinat.
6.2. Saran
Saran untuk praktikum kedepannya berjalan dengan lancar yaitu :
1. Praktikan harus terlebih dahulu mengetahui tentang teori pengambilan data
dilapangan.
2. Praktikan harus bisa memaksimalkan waktu praktikum agar praktikum cepat
selesai dan hasil yang didapatkan juga maksimal.
3. Perhatikan kondisi dari alat ukur, pastikan selalu melakukan kolimasi sebelum
pengambilan dat agar tidak terjadi error.
4. Jika terjadi terjadi kendala maka segera tanyakan kepada asisten yang
mendampingi.
5. Kerjasama dalam kelompok sangat diperlukan saat praktikum sampai pembuatan
laporan.
Daftar Pustaka
Soewandito Soeodomo, Agoes. “Dasar dasar Perpetaan”.
Poerbandono, Der nat. 2012. “Survei Hidrografi”. Bandung: PT Refika Aditama
Suryoto. 1992. “
Wahyudi, Noor.2006. “Ilmu Ukur Tanah. Jatibaru
Lampiran