Resume Teori Etika Dan Prinsip Etika Bisnis Islam

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

RESUME TEORI ETIKA DAN PRINSIP ETIKA BISNIS ISLAM

Dosen Pengempu :
Dra. Siti Nordjanah Dj, M.M, Msi

Disusun Oleh :
Galih Rosandy
20110410078
TEORI ETIKA
Etika bisnis adalah penerapan prinsip – prinsip etika yang umum
pada suatu wilayah prilaku manusia yang khusus yaitu kegiatan ekonomi
dan bisnis. Prinsip etika tidak berdisi sendiri, tetapi tercantum dalam suatu
kerangka pemikiran sistematis yang kita sebut “teori”.

1. ULTILITARIANISME
Ultilitarianisme berasal dari kata latin yaitu utilis yang berarti
“bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa
manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang
melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi, utilitarianisme ini tidak
boleh dimengerti dengan cara egoitis. Utilitrianisme kadang-kadang juga
disebut juga “konsekuensialisme” .
Kita dapat menyimpulkan bahwa utilitarianisme aturan membatasi diri
pada justufukasi aturan-aturan moral. Dengan demikian mereka memang
dapat menghindari beberapa kesulitan dari utilitarianisme perbuatan.
Karena itu utilitarianisme aturan ini merupakan suatu upaya yang menarik.
. Contoh Utilitarianisme :
Kasus tentang Pewarna Pakaian yang digunakan pada makanan
anak-anak. Sebagai contoh di satu sekolah ada penjual jajanan anak-
anak yang menjual agar-agar dan gulali (harum manis) dan ternyata
pewarna yang digunakan adalah pewarna pakaian dengan merek
KODOK bukan pewarna pasta makanan. Secara etis hal ini sangat
tidaklah beretika, karena akan merugikan orang lain namun dalam
konsep utilitarinisme hal ini akan menghasilkan keuntungan yang tidak
sedikit bagi penjualnya karena dia mampu menggantikan pewarna yang
mahal dengan pewarna yang murah.
Dengan demikian, kasus ini akan menyebabkan kerugian dan telah
mengesampingkan hak orang lain. Disinilah letak minus prinsip
utilitarianisme walaupun menguntungkan pada salah seorangnya.

2. DEONTOLOGI
Jika utilitarianisme menggantungkan moralitas pada konsekuensinya,
maka deontologi melepaskan sama sekali moralitas daro konsekuensi
perbuatan. Istilah “ deontologi” ini berasal dari kata yunani deon yang
berarti kewajiban.
Kalau dipandang sepintas lalu, kita mendapat kesan bahwa
deontologi ini sama sekali berlawanan dengan utilitarianisme. Dari segi
teoritis, kesan spontan sedangkan bagi deontologi konsekuensi
perbuatan tidak berperan sama sekali. Dalam praktek, pertentangan ini
bisa tampak juga. Ada perbuatanyang bisa dibenarkan menurut
utilitarianisme, sedangkan menurut perspektif deontologi harus ditolak.
Contoh Deontologi :
PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik
masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak
mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan
listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik
secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan
kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi
enggan untuk berinvestasi. Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) sesungguhnya mempunyai tujuan yang baik, yaitu
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak
diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PLN belum
mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan merata. Jadi
menurut teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya.

3. TEORI HAK
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak adalah
pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya
suatu perbuatan atau prilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek
dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiba. Kewajiban
satu orang biasanya serentak berarti juga hak dari orang lain.namun
sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua
manusia itu sama. Karena teori hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis.
Contoh teori hak :
asisten rumah tangga yang mempunyai hak untuk mendapatkan gaji
bulanannya setelah ia melakukan kewajibannya mengurus rumah dan
sebagainya.

4. TEORI KEUTAMAAN
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang
telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah
laku baik secara moral. memandang sikap atau akhlak seseorang.
Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau
murah hati dan sebagainya.

Contoh keutamaan :
Kebijaksanaan : seorang pemimpin yang memiliki sifat bijaksana dalam
segala urusan.
Keadilan : mampu bersifat adil dalam menentukan pilihan.
Suka bekerja keras : mau terus berjuang dalam bekerja, sehingga pada
akhirnya dapat menikmati hasil jerih payahnya yang baik.
Hidup yang baik : tidak pernah melakukan hal – hal yang dapat
merugikan sekitarnya,dapat menikmati hidup dengan tenang, nyaman
dan tentram.

5. TEOLOGI
Teleologi berasal dari akar kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan,
maksud, dan logos, perkataan. Teleologi adalah ajaran yang
menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan
tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian Wolff, seorang filsuf
Jerman abad ke-18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-
gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir,
maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini
dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum, teleologi
merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi,
atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi
merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan
“kebijaksanaan” objektif di luar manusia.
Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral
akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan , Teleologi mengerti benar
mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang
terakhir.Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat.Betapapun
salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan
berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.Ajaran teleologis dapat
menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Dengan demikian
tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut
hukum.Perbincangan “baik” dan “jahat” harus diimbangi dengan “benar”
dan “salah”. Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat
menciptakan hedonisme, ketika “yang baik” itu dipersempit menjadi
“yang baik bagi diri sendiri.

Contoh Teologi :
ketika kita berjanji maka kita berkeajiban untuk menepati janji tersebut.

6. EGOISME ETIS
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang
pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya
sendiri.

Contoh :
(mungkin masih ada) para petinggi politik yang saling berebut kursi
“kekuasaan” dengan melakukan berbagai cara yang bertujuan bahwa
dia harus mendapatkannya.

Sumber : K.BERTENS Edisi Revisi


https://r4hm190.wordpress.com/2011/10/11/pengertian-
contoh-dari-etika-teleologi-deontologi-teori-hak-teori-keutamaan/
https://dildonk.wordpress.com/2011/10/10/pengertian-
contoh-dari-etika-teleologi-deontologi-teori-hak-teori-keutamaan/

Anda mungkin juga menyukai