C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri yang menetap atau setempat.
2. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
3. Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva,
memar diatas mastoid (tanda battle), otoreaserebro spiral ( cairan cerebros piral keluar dari
4. telinga ), minoreaserebrospiral (les keluar dari hidung).
5. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
6. Penurunan kesadaran.
7. Pusing / berkunang-kunang.Absorbsi cepat les dan penurunan volume intravaskuler
8. Peningkatan TIK
9. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralysis edkstremita.
10. Peningkatan TD, penurunan frek. Nadi, peningkatan pernafasan
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus,
kehilangan pendengaran, Perubahan dalam penglihatan seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagain
lapang pandang, gangguan pengecapan dan penciuman
Tanda : Perubahan kesadran bisa sampai koma, Perubahan status mental, Perubahan pupil, Kehilangan
penginderaan, Wajah tdk simetris, Genggaman lemah tidak seimbang, Kehilangfan sensasi sebagian tubuhg.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yg berbeda biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai,respon menarik pada ransangan nyeri yg hebat, merintihh.
8. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor, tersedak,ronkhi,mengii.
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi,gangguan penglihatan
10. Kulit : laserasi,abrasi,perubahan warna, tanda batledi sekitar telinga, adanya aliran cairan dari telinga atau
hidung, Gangguan kognitif, Gangguan rentang gerak, Demam
DX 2 : Ketidakefektifnya pola pernapasan yang berhubungan dengan depresi pusat pernapasan, kelemahan otot-
otot pernapasan, ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma, dan perubahan perbandingan O2 dengan
CO2, kegagalan ventilator.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah intervensi adanya peningkatan, pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil : Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif, mengalami perbaikan pertukaran gas-gas
pada paru, adaptif mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi Rasionalisasi
Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
peninggian kepala tempat tidur. Balik kesisi yang ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
Observasi fungsi pernapasan, dispnea, atau perubahan Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital
tanda-tanda vital. dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri
atau dapat menunujukkan terjadinya syok sehubungan
dengan hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
untuk menjamin keamanan. mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.
Jelaskan pada klien tentang etiologi/factor pencetus Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
adanya sesak atau kolaps paru-paru. ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana terapeutik.
Pertahankan perilaku tenang, bantu klien untuk control Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia,
diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat yang dapat dimanifestasikan sebagai
dan dalam. ketakutan/ansietas.
Periksalah alarm pada ventilator sebelum difungsikan. Ventilator yang memiliki alarm yang bias dilihat dan
Jangan mematikan alarm. didengar misalnya alarm kadar oksigen,
tinggi/rendahnya tekanan oksigen.
Tarulah kantung resusitasi disamping tempat tidur dan Kantung resusitasi/manual ventilasi sangat berguna
manual ventilasi untuk sewaktu-waktu dapat untuk mempertahankan fungsi pernapasan jika terjadi
digunakan. gangguan pada alat ventilator secara mendadak.
Bantulah klien untuk mengontrol pernapasan jika Melatih klien untuk mengatur napas seperti napas
ventilator tiba-tiba berhenti. dalam, napas pelan, napas perut, pengaturan posisi,
dan teknik relaksasi dapat membantu memaksimalkan
fungsi dan system pernapasan.
Perhatikan letak dan fungsi ventilator secara rutin. Memerhatikan letak dan fungsi ventilator sebagai
Pengecekan konsentrasi oksigen, memeriksa tekanan kesiapan perawat dalam memberikan tindakan pada
oksigen dalam tabung, monitor manometer untuk penyakit primer setelah menilai hasil diagnostik dan
menganalisis batas/kadar oksigen. menyediakan sebagai cadangan.
Mengkaji tidal volume (10-15 ml/kg). periksa fungsi
spirometer.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
Dengan dokter, radiologi, dan fisioterapi. mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas
§ Pemberian antibiotik. pengembangan parunya.
§ Pemberian analgesic.
§ Fisioterapi dada.
§ Konsul foto thoraks.
DX 3 : Tidak efektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya jalan napas buatan pada trakea,
peningkatan sekresi sekret, dan ketidakmampuan batuk/batuk efektif sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam terdapat perilaku peningkatan keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil : Bunyi napas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, tracheal tube bebas sumbatan,
menunjukkan batuk yang efektif, tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran pernapasan.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji keadaan jalan napas Obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi
sekret, sisa cairan mucus, perdarahan, bronkhospasme,
dan/atau posisi dari endotracheal/tracheostomy tube
yang berubah.
Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara napas Pergerakan dada yang simetris dengan suara napas
pada kedua paru (bilateral). yang keluar dari paru-paru menandakan jalan napas
tidak terganggu. Saluran napas bagian bawah
tersumbat dapat terjadi pada pneumonia/atelektasis
akan menimbulkan perubahan suara napas seperti
ronkhi atau wheezing.
Monitor letak/posisi endotracheal tube. Beri tanda Endotracheal tube dapat saja masuk ke dalam
batas bibir. bronchus kanan, menyebabkan obstruksi jalan napas
Lekatkan tube secara hati-hati dengan memakai ke paru-paru kanan dan mengakibatkan klien
perekat khusus. mengalami pneumothoraks.
Mohon bantuan perawat lain ketika memasang dan
mengatur posisi tube.
Catat adanya batuk, bertambahnya sesak napas, suara Selama intubasiklien mengalami refleks batuk yang
alarm dari ventilator karena tekanan yang tinggi, tidak efektif, atau klien akan mengalami kelemahan
pengeluaran sekret melalui endotracheal/tracheostomy otot-otot pernapasan (neuromuscular/neurosensorik),
tube, bertambahnya bunyi ronkhi. keterlambatan untuk batuk. Semua klien tergantung
dari alternatif yang dilakukan seperti mengisap lender
dari jalan napas.
Lakukan penghisapan lender jika diperlukan, batasi Pengisapan lendir tidak selamanya dilakukan terus-
durasi pengisapan dengan 15 detik atau lebih. menerus, dan durasinya pun dapat dikurangi untuk
Gunakan kateter pengisap yang sesuai, cairan mencegah bahaya hipoksia.
fisiologis steril. Diameter kateter pengisap tidak boleh lebih dari 50%
Berikan oksigen 100% sebelum dilakukan pengisapan diameter endotracheal/tracheostomy tube untuk
dengan ambu bag (hiperventilasi). mencegah hipoksia.
Dengan membuat hiperventilasi melalui pemberian
oksigen 100% dapat mencegah terjadinya atelektasis
dan mengurangi terjadinya hipoksia.
Anjurkan klien mengenai tekhik batuk selama Batuk yang efektif dapat mengeluarkan sekret dari
pengisapan seperti waktu bernapas panjang, batuk saluran napas.
kuat, bersin jika ada indikasi.
Atur/ubah posisi klien secara teratur (tiap 2jam). Mengatur pengeluaran sekret dan ventilasi segmen
paru-paru, mengurangi risiko atelektasis.
Berikan minum hangat jika keadaan memungkinkan. Membantu pengenceran sekret, mempermudah
pengeluaran sekret.
Jelaskan kepada klien tentang kegunaan batuk efektif Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
dan mengapa terdapat penumpukan sekret di saluran mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
pernapasan. terapeutik.
Ajarkan klien tentang metode yang tepat untuk Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan
pengontrolan batuk. tidak efektif, dapat menyebabkan frustasi.
Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
mungkin.
Lakukan pernapasan diafragma. Pernapasan diafragma menurunkan frekuensi napas
dan meningkatkan ventilasi alveolar.
Tahap napas selama 3-5 detik kemudian secara Meningkatkan volume udara dalam paru,
perlahan-lahan, dikeluarkan sebanyak mungkin mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
melalui mulut.
Lakukan napas kedua, tahan, dan batukkan dari dada Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan
dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat. upaya batuk klien.
Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk. Sekresi kental sulit untuk di encerkan dan dapat
menyebabkan sumbatan mucus, yang mengarah pada
atelektasis.
Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas Untuk menghindari pengentalan dari sekret atau mosa
sekresi. : mempertahankan hidrasi yang adekuat; pada saluran napas pada bagian atas.
meningkatkan masukan cairan 1000-1500 cc/hari bila
tidak ada kontraindikasi.
Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik Higine mulut yang baik meningkatkan rasa
setelah batuk. kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
Kolaborasi dengan dokter, radiologi, dan fisioterapi. Ekspektoran untuk memudahkan mengeluarkan lendir
§ Pemberian ekspektoran. dan mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas
§ Pemberian antibiotic. pengembangan parunya.
§ Fisioterapi dada.
§ Konsul foto thoraks.
Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi seperti Mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran
postural drainage, perkusi/penepukan. sekret.
Berikan obat-obat bronchodilator sesuai indikasi Mengatur ventilasi dan melepaskan sekret karena
seperti aminophilin, meta-proterenol sulfat (alupent), relaksasi muscle/bronchospasme.
adoetharine hydrochloride (bronkosol).
DX 4 : Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil : Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, dapat mengidentifikasi
aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi dan non-invasif. nonfarmakologi lainnya telah menunujukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Ajarkan relaksasi :
Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot Akan melansarkan peredaran darah sehingga
rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi dan akan
juga tingkatkan relaksasi masase. mengurangi nyerinya.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang
menyenangkan.
Berikan kesempatan waktu istirahat bala terasa nyeri Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan sehingga
dan berikan posisi yang nyaman misalnya ketika tidur, akan meningkatkan kenyamanan.
belakangnya dipasang bantal kecil.
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat
respons motorik klien, 30 menit setelah pemberian data yang objektif untuk mencegah kemungkinan
obat analgesic untuk mengkaji efektivitasnya serta komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.
setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2
hari.
Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik. Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri
akan berkurang.
DX 5 : Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (nemongi, nemotuma), edema
serebral ; penurunan TD sistemik / hipoksia.
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam fungsi serebral membaik, penurunan fungsi neurologis dapat d minimalkan
/distabilkan.
Kriteria hasil : mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan motorik/sensorik,
mendemonstrasikan vital sign yang stabil dan tidak ada tanda-tanda peningktan TIK,
Intervensi Rasional
Kaji ulang tanda-tanda vital Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat
klien dan status relirologis klien kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan
perkembangankerusakan ssp.
Monitor tekanan darah, catat adanya hipertensi Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti
sistolik secara teratur dan tekanan nadi yang makin penurunan tekanan darah distolik (nadi yang
berat, obs, ht, pada klien yang mengalami trauma membesar) merupakan tanda terjadinya peningkatan
multiple. TIK, juga diikuti ( yang berhubungan
dengan trauma kesadaran.Hipovolumia/ Ht (yang
berhubungan dengan trauma multiples) dapat
mengakibatkan kerusakan / iskemik serebral.
Monitor Heart Rate, catat adanya bradikardi, takikardi Perubahan pada ritme (paling sering bradikardia) dan
atau bentuk disritmia lainya. disritmia dapat timbul yang encerminkan
adanya depresi / trauma pada batang otak pada pasien
yang tidak mempunyai kelainan jantung sebelumnya.
Monitor pernafasan meliputi pola dan ritme, seperti Nafas tidak teratur menunjukkan adanya gangguan
periode apnea setelah hiperventilasi serebral/ peningkatan TIK dan memerlukan intervensi
(pernafasan cheyne – stokes). lebih lanjut termasuk kemungkinan
dukungan nafas buatan.
Kaji perubahan pada penglihatan ( penglihatan kabur, Gangguan penglihatan dapat diakibatkan oleh
ganda, lap. Pandang menyempit kerusakan mikroskopik pada otak,
dan kedalaman persepsi. merupakan konsekuensi terhadap keamanan dan juga
akan mempngaruhi pilihan intervensi
Pertahankan kepala / leher pada posisi tengah/ pada Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena
posisi netral. Sokong dengan handuk kecil / jugularis dan menghambat aliran darah lain yang
bantal kecil. Hindari pemakaian bantal besar pada selanjutnya akan
kepala meningkat TIK.
Kolaborasi Tinggikan kepala pasien 15 – Meningkatkan aliran balik vena dari kepala, sehingga
45o sesuai indikasi / yang dapat ditoleransi. mengurangi kongesti dan edema
/ resiko terjadinya peningkatan TIK.
Kolaborasi pemberian O2 tambahan sesuai Menurunkan hipoksemia yang mana dapat menaikkan
Indikasi vasodilatasi dan vol darah serebral yang meningkatkan
TIK.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : · Untuk menurunkan air dari sel otak, menurunkan
- Diuretik edema otak
- Steroid TIK.
- Analgetik sedang · Menurunkan inflasi, yang
- Sedatif selanjutnya menurunkan edema
jaringan.
· Menghilangkan nyeri dan dapat berakibat Θ pada TIK
tetapi harus digunakan dengan hasil untuk mencegah
gangguan
pernafasan.
· Untuk mengendalikan
kegelisahan agitas
DX 6 : gangguan nutrisi : kurang dari kbutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan mencerna
makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil : mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai
dengan pemeriksaan laboratorium.
Intervensi Rasional
Mandiri Klien dengan tracheostomy tube mungkin sulit untuk
Evaluasi kemampuan makan klien makan, tetapi klien dengan endotracheal tube dapat
menggunakan mag slang atau memberi makanan
parenteral.
Observasi/timbang berat badan jika memungkinkan. Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan
kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya
masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot,
dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.
Catat pemasukan peroral jika diindikasikan. anjurkan Nafsu makan biasanya berkurang dan nutrisi yang
klien untuk makan masuk pun berkurang. menganjurkan klien memilih
makanan yang di senangi dapat dimakan ( bila sesuai
anjuran).
Berikan makanan kecil dan lunak Mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan
masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada
lambung.
Kolaborasi Diet tinggi kalori, protein, karbohidrat sangat
Aturlah diet yang diberikan sesuaii keadaan klien diperlukan selama pemasangan ventilator untuk
mempertahankan fungsi otot-otot respirasi.
karbohidrat dapat berperan dan penggunaan lemak
meningkat untuk mencegah terjadinya produksi co2
dan pengaturan sisa respirasi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan
seperti serum, transverin,BUN/kreatinin dan glukosa. nutrisi yang dibutuhkan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan ed-3. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan sistem persarafan. Jakarta : Salemba
Medika
Smeltzer, Suzanne C.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3 ed-8. Jakarta : EGC
http://www.scribd.com/doc/20357839/Cedera-Kepala
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-cedera-kepala.html