Anda di halaman 1dari 11

A.

Defenisi Ergonomi
Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos
yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh
beberapa negara Eropa Barat, dan di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai Human Faktors
Engineerings atau Human Engineering (Wignjosoebroto, 2003). Istilah ergonomi
didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang
ditinjau secara anatomi, fisiologi, engineering, manajemen dan desain peralatan
(Nurmianto, 2003).

Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan
efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya.
(Dr. Suma’mur P.K, M.Sc : 1989 hal 1 ). Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang
lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja
secara timbale balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.

Contoh : suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk di lantai dengan
bekerja di meja kerja, mengatur tata ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi,
menambah penerangan, mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat,
menyelenggarakan pertandingan olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan
tenaga kerja berkurang dan produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah
ketenagakerjaan. Dengan begitu, produksi dapat mengimbangi perluasan dari pemasaran.

Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia.


Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi
tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu
upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa
ergonomi bertujuan untuk “fitting the job to the worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai
ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan
lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya.(ILO)

Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis. Keluhan yang dialami antara lain: sakit
pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan,
dan nyeri bahu dan punggung (Manuaba, 2000).

Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera antara lain:

1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau
dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila perlu
gunakan pengungkit sebagai alat bantu.

2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-prinsip
ergonomi.

3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus istirahat
(jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum (jangan ditahan).

4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maksimum yang
diperbolehkan (Wignjosoebroto, 2003).

Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan poduksi yang
kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan
yang mana kepada mesin. Dalam ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian
pekerjaan, alat kerja dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan
kemampuan dan keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara
manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas
kerja.
B. Sejarah Ergonomi
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku yang
dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika
Serikat dikenal istilah human factoratau human engineering. Kedua istilah tersebut
(ergonomi dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata
tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut
Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai
referensi untuk teknologi yang sama.

Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun
yang lalu. Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda
sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai
dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan
penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah,
bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.

Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada
saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu
dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk
mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia.Pada tahun 1924 sampai
1930 Hawthorne Works of Wertern Electric(Amerika) melakukan suatu percobaan tentang
ergonomi yang selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil
percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi di tempat kerja dan menunjukan
hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.

Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata
bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan kemauan manusia untuk
bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata
perang.
C. Ruang Lingkup Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu dari pembelajaran multidisiplin ilmu lain yang menjembatani
beberapa disiplin ilmu dan professional, serta merangkum informasi, temuan, dan prinsip
dari masing-masing keilmuan tersebut. Keilmuan yang dimaksud antara lain ilmu faal,
anatomi, psikologi faal, fisika, dan teknik.

Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk tubuh manusia, kemampuan
tubuh atau anggota gerak untuk mengangkat atau ketahanan terhadap suatu gaya yang
diterimanya. Ilmu psikologi faal memberikan gambaran terhadap fungsi otak dan sistem
persyarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku, sementara eksperimental mencoba
memahami suatu cara bagaimana mengambil sikap, memahami, mempelajari, mengingat,
serta mengendalikan proses motorik. Sedangkan ilmu fisika dan teknik memberikan
informasi yang sama untuk desain lingkungan kerja dimana pekerja terlibat.

Kesatuan data dari beberapa bidang keilmuan tersebut, dalam ergonomi dipergunakan
untuk memaksimalkan keselamatan kerja, efisiensi, dan kepercayaan diri pekerja sehingga
dapat mempermudah pengenalan dan pemahaman terhadap tugas yang diberikan serta
untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pekerja.

D. Tujuan dan Prinsip Ergonomi


Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi. Tujuan-
tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004):

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan


mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama
kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis
dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas
hidup yang tinggi

Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau


pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan
teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah
pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja. Dibawah ini dikemukakan beberapa
prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain : (Suma’mur, 1996)

1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan
penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani
mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).

2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan
dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar punggung tidak bungkuk
dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih sikap duduk yang tegak yang
diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.

3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal tidak
mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah penglihatan ini
sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).

5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah.
Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan
yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat
melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan penyokong pada sikap
lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan lengan.

7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan
dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh
ILO sebesar 50kg. Cara mengangkat dan menolak hendaknya memperhatikan hukum-
hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban
hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukungnya.

8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien dan
kualitas kerja sangat menurun.

E. Manfaat Ergonomi

1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.

2. Menurunnya kecelakaan kerja.

3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang

4. Stress akibat kerja berkurang

5. Produktivitas membaik.

6. Alur kerja bertambah baik.

7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

8. Kepuasan kerja meningkat

F. Metode-Metode Ergonomi

 Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat


kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana
sampai kompleks (Nurmianto, 2003).

 Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi
fisik pekerja (Nurmianto, 2003).
 Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan ,
sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang
ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain (Nurmianto, 2003).

G. Bidang Studi Ergonomi


Beberapa bidang studi yang dipelajari dalam ergonomi merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kerja. Menurut Asosiasi Internasional Ergonomi terdapat tiga
bidang studi dalam ergonomi. Penjelasan dari ketiga bidang studi tersebut adalah sebagai
berikut (http://sobatbaru.blogspot.com/ 2010/03/pengertian-ergonomi.html, 2011):

a. Ergonomi fisik: berkaitan dengan anatomi manusia dan beberapa karakteristik


antropometrik, fisiologis, dan bio mekanik yang berkaitan dengan aktivitas fisik.

b. Ergonomi kognitif: berkaitan dengan proses mental, seperti persepsi, memori,


penalaran, dan respon motorik, karena mereka mempengaruhi interaksi antara manusia
dan elemen lain dari sistem. Topik yang relevan meliputi beban kerja mental,
pengambilan keputusan, kinerja terampil, interaksi manusia-komputer, kehandalan
manusia, stress kerja, dan pelatihan yang berhubungan dengan manusia-sistem dan
desain interaksi manusia komputer.

c. Ergonomi organisasi: berkaitan dengan optimalisasi sistem teknis sosial, termasuk


struktur organisasi, kebijakan, dan proses. Topik yang relevan meliputi komunikasi, awak
manajemen sumber daya, karya desain, kerja tim, koperasi kerja, program kerja baru,
dan manajemen mutu.

Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap dikelompokkan oleh Dr.
Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979). Berikut ini adalah penjelasan dari bidang-bidang kajian
tersebut.

a. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang dikeluarkan
dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem
kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.
b. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas
sehingga sesuai dengan pemakainya.

c. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme tubuh
dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam bekerja
dan sebagainya.

d. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah
penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.

e. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis dari
suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya.

Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima
bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang
optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi yang
semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia pekerjanya.

H. Penerapan Ergonomi
Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja. Penerapan ergonomi
antara lain dapat dilakukan pada posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja, dan cara
mengangkat beban (http://www.depkes.go.id/downloads/ Ergonomi.PDF, 2011).

a) Posisi Kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

b) Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat
dan timur.
c) Tata Letak Tempat Kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

d) Mengangkat Beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yaitu, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

1) Menjinjing Beban

Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:

- Laki-laki dewasa 40 kg

- Wanita dewasa 15-20 kg

- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg

- Wanita (16-18 th) 12-15 kg

2) Organisasi Kerja

Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:

- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun

- Frekuensi pergerakan diminimalisasi

- Jarak mengangkat beban dikurangi

- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak
Terlalu tinggi.

- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan

3) Metode Mengangkat Beban

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik Dari Pedoman
penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip:
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung

- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :

- Posisi kaki yang benar

- Punggung kuat dan kekar

- Posisi lengan dekat dengan tubuh

- Mengangkat dengan benar

- Menggunakan berat badan

4) Supervisi Medis

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.

- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan bebankerjanya.

- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan


mendeteksi bila ada kelainan.

- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita
muda dan yang sudah berumur.

I. Masalah Akibat Lingkungan Kerja yang Tidak Ergonomi

Masalah terbesar yang dihadapi para pekerja setelah melakukan pekerjaannya adalah
kelelahan. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja.
Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam
industri. Pembebanan otot secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan
dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu
nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat
berulang (repetitive) (Nurmianto, 2003).
Sebab-sebab kelelahan yang utama adalah pekerjaan yang monoton, beban dan lama
kerja terlalu berat, lingkungan pekerjaan, sakit dan gizi yang buruk, dan kurangnya waktu
istirahat (Nurmianto, 2003).

Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk
istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja melebihi
ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi
kerja secara khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan
kesegaran jasmani serta rohani dapat dipertahankan (Nurmianto, 2003).

Dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa
ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :

a) Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan
diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa
hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup (Manuaba, 2000).
b) Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba
dan berat gejalanya (Manuaba, 2000).
c) Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
“mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat
yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja
(Manuaba, 2000).

Gejala klinis dari kelelahan adalah perasaan lesu, ngantuk, dan pusing, sulit tidur,
kurang atau tidak mampu berkonsentrasi, menurunnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang
buruk dan lambat, tidak ada atau berkurangnya keinginan untuk bekerja, dan menurunnya
kesegaran jasmani dan rohani (Manuaba, 2000). Jika kelelahan yang terjadi sudah dalam
batas waktu kronis, maka gejala yang ditimbulkan adalah meningkatnya ketidaksatbilan jiwa,
depresi, dan meningkatnya sejumlah penyakit fisik (Manuaba, 2000).

Anda mungkin juga menyukai