Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG..............................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1

1.3. TUJUAN..................................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................................3

METODE DAN PEMBAHASAN...........................................................................................3

2.1. METODE.................................................................................................................3

2.2. PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.2.1. EPIDEMIOLOGI.............................................................................................3

2.2.2. PHATOGENESIS.............................................................................................4

2.2.3. GEJALA KLINIS.............................................................................................5

2.2.4. PENYEBARAN...............................................................................................6

2.2.5. PENCEGAHAN...............................................................................................7

2.2.6. PENGOBATAN................................................................................................9

BAB III..................................................................................................................................13

KESIMPULAN......................................................................................................................13

3.1. KESIMPULAN...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam upaya penerimaan
pendapatan pemerintah daerah yang cukup menjajikan. Melalui pariwisata
pemerintah berusaha untuk menambah penghasilan atau devisa negara,
terutama dengan masuknya wisatawan mancanegara. Indonesia merupakan
salah satu negara dengan berbagai macam budaya dan etnik serta beberapa
gugusan pulau. Oleh sebab itu, Indonesia menjadi daya tarik tersendiri
sebagai salah satu negara tujuan wisatawan. Salah satu daerah yang menjadi
tujuan para wisatawan yaitu Bali. Sebagai wujud nyata di bidang ekonomi
atas dikembangkannya pariwisata di Bali adalah dibangunnya fasilitas-
fasilitas wisata sebagai usaha untuk mendukung kepariwisataan Bali.
Upaya peningkatan pengunjung dalam sebuah destinasi wisata perlu
dilakukan melalui peningkatan pengelolaan agar para pengunjung merasa
nyaman, aman dan terjamin kesehatannya.
Selain dapat mendatangkan devisa bagi negara,kedatangan wisatawan
juga dapat membawa penyakit yang mungkin sebelumnya tidak ada di
Indonesia salah satunya adalah penyakit Legionella Kadiskes Prov Bali, dr I
Ketut Suarjaya mengaku merasa aneh dengan penyakit Legionellosis yang
sampai saat ini hanya ditemukan di Bali dan belum ditemukan di wilayah-
wilayah lain di Indonesia. Penyakit ini dominan dijumpai pada pasien dari
wisatawan Australia (Tribunbali.2016).. Oleh karena itu penulis ingin
memberikan informasi kepada pembaca mengenai penyakit Legionellosis
melalui tulisan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Bagaimana epidemiologi penyakit Legonellosis?
1.2.2. Bagaimanakah pathogenesis dari penyakit Legionellosis?
1.2.3. Bagaimanakah gejala klinis penyakit Legionellosis?
1.2.4. Bagaimanakah penyebaran penyakit Legionellosis?
1.2.5. Bagaimanakah pencegahan penyakit Legionellosis?

1
1.2.6. Bagaimanakah pengobatan penyakit Legionellosis ?

1.3. TUJUAN
1.3.1. Untuk mengetahui penyakit Legionellosis
1.3.2. Untuk mengetahui pathogenesis penyakit Legionellosis
1.3.3. Untuk mengetahui gejala klinis penyakit Legionellosis
1.3.4. Untuk mengetahui penyebaran penyakit Legionellosis
1.3.5. Untuk mengetahui pencegahan penyakit Legionellosis
1.3.6. Untuk mengetahui pengobatan penyakit Legionellosis

BAB II

METODE DAN PEMBAHASAN


2.1. METODE
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yang
bertujuan untuk melihat keberadaan bakteri Legionella p. Identifikasi L.
pneumophila dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu isolasi bakteri
dengan metode kultur, identifikasi bakteri dengan uji serologi, deteksi
antigen di dalam urin, deteksi bakteri dalam jaringan ataupun cairan tubuh

2
menggunakan mikroskop immunofluorescent seperti Direct
Immunofluorescent Assay (DFA) dan deteksi DNA bakteri dengan
Polymerase Chain Reaction/ PCR
Metode PCR merupakan alternatif metode kultur konvensional untuk
mendeteksi bakteri dengan pertumbuhan lambat dan sangat kritis seperti
Legionella sp. Metode PCR merupakan salah satu dari beberapa tes
diagnostik yang dapat mendeteksi infeksi yang disebabkan oleh semua
spesies dari Legionella. Metode PCR memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang sesuai untuk deteksi cepat organisme yang terdapat di sumber air
lingkungan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi keberadaan
bakteri L. pneumophila pada air kolam renang di Kota Surabaya dengan
menggunakan Nested Polymerase Chain Reaction berbasis gen mip.
2.2. PEMBAHASAN
2.2.1. EPIDEMIOLOGI
Legionellosis adalah kumpulan dari gejala klinis yang
disebabkan oleh kuman Legionella. Penyakit Legionella dan Pontiac
fever adalah bentuk Legionellosis yang sering terjadi .Legionella
pneumophila ditemukan pertama kali setelah terjadi wabah
pneumonia yang serius yang terjadi pada 27 Juli 1976 di Beelevue
Stratford Hotel Philadelphia, Pennsylvania. Pada saat itu tentara
Amerika (legion) mengadakan pertemuan di hotel tersebut. Tiba-tiba
kurang lebih 221 purnawirawan mengalami penyakit yang mirip
pneumonia. Setelah mendapatkan perawatan 34 orang meninggal
dan setelah diteliti ditemukan adanya bakteri Legionella
pneumopilla. Itulah sebabnya penyakit ini dinamakan Legionella
disease. Penyakit ini adalah infeksi yang menyerang pada saluran
pernafasan bawah. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian 15-
20%.
Di Bali kasus ini ditemukan pada tahun 1996. Dari hasil survey
pada tahun 2001 atas petugas air di Denpasar ditemukan hampir 90%
terpajan bakteri Legionella (Republika.2011).
2.2.2. PHATOGENESIS
Patogenesis dari infeksi Legionella dimulai dari penyediaan air
yang menggandung bakteri yang dapat menginfeksi manusia. Infeksi
legionella terbanyak melalui dua cara yaitu:

3
a. Inhalasi: aerosol, semprotan air, kabut atau bentukan
halus dari air yang terhirup lansung.
b. Aspirasi (tersedak): melalui makanan atau terminum atau
tersedak dengan air yang terkontaminasi dengan
Legionella.
Sumber bakteri Legionella bisa berasal dari alam atau buatan
manusia. Dari alam seperti: danau, sungai, lumpur, uap panas serta
tanah. Sedangkan yang berasal dari buatan manusia: menara
pendingin, keran air panas atau dingin, tangki pemanas air, spa,
shower, whirpool, sauna, industri sistem pendingin, air terjun buatan
dan lain lain.
Bakteri Legionella dapat bertahan dan tumbuh pada suhu 25-
420C. Legionella akan mati pada suhu 550C dalam 1 jam. Infeksi
dimulai pada saluran pernafasan bawah yaitu makrofag alveolar
dimana ini merupakan pertahanan tubuh pertama jika tubuh
terinfeksi oleh bakteri paru-paru. Bakteri akan diikat oleh makrofag
melalui reseptor komplemen dan kemudian ditelan oleh fagosom.
Jika bakteri tidak mati maka bakteri akan mengalami multiplikasi
dan sel akan mati lalu menginfeksi sel sehat yang lain.
Legionella terdapat pada permukaan air atau tempat-tempat air
yang sudah terkontaminasi oleh L.pneumonia dapat masuk kedalam
tubuh manusia melalui udara yang dihirp. Tempat-tempat yang dapat
menjadi sumber kontaminasi adlah sistem pendingin udara yang
terkontaminasi, pancuran air untuk mandi atau sumber air lainnya.
Udara yang menggandung uap air yang sudah terkontaminasi
oleh Legionella masuk kedalam tubuh melalui inhalasi dan menetap
di makrofag alveolar. Sel fagosit akan membunuh atau menghambat
dari pertubuhan dari L.pneumophila di paru-paru.
2.2.3. GEJALA KLINIS
Bakteri Legionella dapat menimbulkan infeksi dengan gejala
klinis yang bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat,
mulai dari gejala flu sampai pneumonia yang akan mengakibatkan
penyakit Legionellosis.
Gejala klinis dibagi dua yaitu :
a. Pontiac fever :
Gejala klinis mirip dengan influenza

4
1. Masa inkubasi 24 – 48 jam
2. Demam, sakit kepala
3. Akan sembuh sendiri dalam 2 – 5 hari
b. Penyakit Legionella :Gejala klinis seperti pneumonia
1. Masa inkubasi 2 – 10 hariDemam, sakit kepala, anoreksia,
2. Kematian
Sulit untuk mendiagnosis Legionella dari gejala klinis dan
fototoraks karena gejala klinis dan foto rontgennya mirip dengan
pneumonia. Oleh karenanya harus ditegakkan melaui pemeriksaan
laboratorium yang khusus. Infeksi legionella yang disebabkan oleh
L.pneumophila bisa juga menyebabkan Pontiac fever dimana gejala
lebih ringan dan lebih cepat sembuh.

2.2.4. PENYEBARAN
Hasil penelitian deteksi bakteri L. pneumophila pada air di
beberapa kolam renang yang berada di Kota Surabaya diperoleh
hasil positif sebesar 11,11% (satu dari 10 sampel). Menurut
Permenkes RI No:416/Menkes/Per/IX/1990, kadar klorin air kolam
renang pada standar baku mutu kualitas air yaitu 0,2-0,5 mg/L.
Kemungkinan tingginya kadar klorin pada kolam renang di Surabaya
dapat membunuh berbagai macam bakteri yang berbahaya, sehingga
sembilan dari 10 sampel air menunjukkan hasil negatif L.
pneumophila Kolam air hangat dan spa merupakan jalur utama
penularan Legionella, yang merupakan kondisi optimal untuk
berkembang biak serta mengandung nutrisi untuk pertumbuhannya.
Ditemukannya Legionella pada kolam air hangat 25%, spa 3,5%, dan
kolam renang 10%. Pada penelitian ini, hasil elektroforesis produk
PCR menunjukkan bahwa dari 10 sampel air yang dilakukan
amplifikasi ditemukan satu sampel yang menunjukkan pita hasil
amplifikasi primer mip dengan panjang 403 bp Hal ini menunjukkan
bahwa ada sampel air kolam renang di Surabaya mengandung
bakteri L. pneumophila.Bakteri Legionella dapat tumbuh secara
intraseluler dalam makrofag dan monosit,sedangkan pada habitat

5
perairan berbagai amoeba dan cilliata bertindak sebagai tuan rumah.
Infeksi didapat ketika air yang mengandung Legionella terhirup ke
dalam paruparu, infeksi tersebut tidak saja terjadi pada manusia
tetapi juga pada hewan. Adanya pneumonia pada sapi, maka infeksi
Legionella bisa dipertimbangkan sebagai salah satu penyebabnya.
Penyakit ini dapat terjadi melalui inhalasi dari aerosol atau
mikroaspirasi dari air yang mengandung L. pneumophila . Beberapa
peneliti melaporkan bahwa aspirasi sebagai cara penularan utama.
Air dapat menjadi sumber penyebaran penyakit yang cepat jika tidak
diketahui cara pengolahannya dengan baik. Bakteri ini dapat
ditemukan pada sumber-sumber air alami dan juga buatan manusia.
Sumber yang berpotensi dalam kontaminasi L.pneumophila yaitu
sistem penyejuk udara seperti cooling tower dan penyejuk ruangan,
kolam air hangat, kolam renang, shower head, dan air pancuran.
Kolam air hangat dan spa merupakan jalur utama penularan
Legionella, yang merupakan kondisi optimal untuk berkembang biak
serta mengandung nutrisi untuk pertumbuhannya Bakteri Legionella
dapat tumbuh secara intraseluler dalam makrofag dan monosit,
sedangkan pada habitat perairan berbagai amoeba dan cilliata
bertindak sebagai tuan rumah. Infeksi didapat ketika air yang
mengandung Legionella terhirup ke dalam paru-paru, infeksi
tersebut tidak saja terjadi pada manusia tetapi juga pada hewan.
Tempat yang paling rentan mendapatkan serangan bakteri ini
yakni bangunan yang menggunakan sistem sirkulasi air pendingin
dan air pemanas. Pada umumnya di gedung-gedung perkantoran dan
hotel. Bakteri legionella ini hidup pada lingkungan yang lembab dan
hangat, kuman ini tahan pada suhu 30-60°C, dan tumbuh subur pada
suhu antara 30-45°C dengan kelembaban 90% serta dapat bertahan
hidup pada proses chlorinasi air (Jawetz, 2001). Legionella
merupakan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan dimana
penularannya dari sumber air atau tanah yang tercemar oleh bakteri
ini. Penularannya bukan dari manusia ke manusia. Legionella dapat

6
masuk kedalam tubuh manusia dengan cara menghirup udara yang
tercemar.
2.2.5. PENCEGAHAN
Penyakit Legionella merupakan interaksi dari kuman Legionella,
lingkungan dan penjamu (host). Kejadian dari penyakit legionella
ini dapat dikontrol melalui beberapa cara.
a. Mendisinfektan sistem air yang akan digunakan yaitu melalui
beberapa metode yaitu :
1. Panaskan dan dibilas. Metode ini adalah yaitu
meningkatkan suhu pada tangki lebih dari 60oC, dan
kemudian air tersebut dibilas atau digerojok sampai
30 menit. Metode ini bersifat sementara,
membutuhkan biaya yang tinggi dan kurang efektif.
2. Chlorinisasi. Clorin ditambahkan kedalam tangki 20
mg/l dan kemudian dibilas dengan chlotin dapat
mengakibatkan pipa menjadi cepat korosif dan kadar
yang tinggi dalam air menyebabkan air tidak bisa
diminum.
3. Radiasi ultra violet. Sinar UV yg digunakan
mempunyai panjang gelombang 250 – 280 nm.
Lampu UV ini dipasang dimana air mengalir.
Keuntungan dengan UV adalah tidak menyebabkan
zat-zat sisa, biaya yg dibutuhkan mahal.
4. Ozonisasi. Dosis ozon yang dibutuhkan adalah 1-
ppm. Karena ozon merupakan oksidasi yg kuat maka
sangat baik untuk membunuh bakteri, tetapi mudah
merusak pipa dan waktu paruhnya pendek.
5. Ionisasi tembaga-silver. Kombinasi dari dua macam
logam ini sangat efektif sebagai antimikroba.
6. Klorine dioxide efektif untuk dosis legionella kurang
dari 0,2 mg/l
b. Memonitoring lingkungan
Beberapa penelitian yang memberikan bukti penggunaan
pemantauan dalam pencegahan penyakit Legionella yang
didapat di rumah sakit. Dua studi dari Spanyol menunjukkan
bahwa kolonisasi Legionella sangat luas di rumah sakit di

7
Barcelona, dan bahwa pemantauan lingkungan yang diikuti oleh
surveilans klinis intensif mengidentifikasi kasus-kasus yang
sebelumnya tidak diketahui dari penyakit Legionella yang
didapat di rumah sakit. Departemen Kesehatan Allegheny
County di Pennsylvania merekomendasikan pemantauan
lingkungan berkala terhadap fasilitas perawatan akut sebagai
bagian dari rencana pencegahan yang mereka rencanakan. Efek
dari pendekatan ini baru-baru ini dievaluasi dan hasilnya
menunjukkan penurunan yang signifikan dalam jumlah kasus
terkait perawatan kesehatan penyakit Legionella setelah
pedoman pencegahan dilakukan.
c. Diteksi
Metode kultur lempeng konvensional yang dijelaskan
dalam standar AFNOR NF T90-431 adalah teknik yang sangat
penting untuk mendeteksi Legionella dan L. pneumophila,
karena ini adalah metode standar yang saat ini digunakan dan
memberikan strain untuk studi epidemiologi.
2.2.6. PENGOBATAN
Pengobatan yang biasa digunakan untuk penyakit legionella yaitu
obat antibiotik. diantaranya:
1. Golongan kuinolon
Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon
berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan
inhibisi terhadap enzim DNA-gyrase kuman, sehingga sintesis
DNAnya dihindarkan. Golongan ini hanya dapat digunakan pada
infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi. Bentuk sediaan yang
biasa dipakai yaitu :
a. Levofloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet
dengan kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga
tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin
500 mg/100 ml.
b. Gatifloksasin

8
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet
dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial
untuk ijeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml
c. Moksifloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet
dengan Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia
dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400
mg/250 ml.
2. Golongan makrolida
Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap
terutama bakteri gram-positif dan spectrum kerjanya mirip
Penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel
pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila
digunakan terlalu lama atau sering dapat menyebabkan resistensi.
Absorbinya tidak teratur, agak sering menimbulkan efek samping
lambung-usus, dan waktu paruhnya singkat, maka perlu ditakarkan
sampai 4x sehari.
a. Claritromycin
Dosis 500 mg menghasilkan konsentrasi serum sebesar
2-3 mg/mL. Waktuparuh claritromycin (6 jam) yang lebih
panjang dibandingkan dengan eritromycinmemungkinkan
pemberian dosis 2 kali sehari. Claritromycin dimetabolisme
dalam hati.Metabolit utamanya adalah 14-
hidroksiclaritromycin, yang juga mempunyai
aktivitasantibakteri. Sebagian dari obat aktif dan metabolit
utama ini dieliminsai dalam urine, danpengurangan dosis
dianjurkan bagi pasien-pasien dengan klirens kreatinin
dibawah 30mL/menit.
b. Azitromycin
Azitromycin berbeda dengan eritromycin dan juga
claritromycin, terutama dalam sifatfarmakokinetika. Satu dosi
Azitromycin 500 mg dapat menghasilkan konsentrasi
serumyang lebih rendah, yaitu sekitar 0,4 µg/mL. Akan tetapi
Azitromycin dapat melakukanpenetrasi ke sebagian besar
jaringan dapat melebihi konsentrasi serum sepuluh

9
hinggaseratus kali lipat. Obat dirilis perlahan dalam jaringan-
jaringan (waktu paruh jaringanadalah 2-4 hari) untuk
menghasilkan waktu paruh eliminasi mendekati 3 hari. Sifat-
sifatyang unik ini memungkinkan pemberian dosis sekali
sehari dan pemendekan durasi pengobatan dalam banyak kasus
c. Roxithromicin
Roxithromicin adalah antibiotik golongan makrolidum
yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram
negatif maupun gram positif meskipun dibandingkan
eritromisin, antibiotik ini lebih aktif terhadap bakteri gram
negatif. roksitromisina (Roxithromycin) adalah bakteriostatik
yang bekerja dengan cara mengikat sub unit 50s dari ribosom
bakteri sehingga menghambat translasi mRNA. Dengan
demikian sistesis protein akan terganggu sehingga
pertumbuhan bakteri akan terhambat.

3. Rifampisin juga dapat digunakan sebagai kombinasi dengan


quinolone/ macrolide
Rifampisin merupakan obat antibiotik yang dapat
digunakan untuk mengobati beberapa infeksi serius yang
disebabkan oleh bakteri. Obat ini berfungsi menghentikan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.
4. Antibiotik lain yang bekerja secara intraseluler ( eritromisin dan
tetrasiklin )
a. Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat
bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat
dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme
kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman.
Spektrum antibakterinya luas dan meliputi banyak cocci
gram positif dan gram negatif serta kebanyakan bacilli.
Tidak efektif Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif
terhadap mikroba khusus Chlamydia trachomatis
(penyebab penyakit mata trachoma dan penyakit kelamin),
dan beberapa protozoa (amuba) lainnya.

10
b. Antibiotik golongan Eritromisin, turunan dari bakteri
seperti jamur, streptomyces erythaeus pertama kali
diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Eritromisin
menghambat sintesis protein. Dalam dosis rendah sampai
sedang, obat ini mempunyai efek bakteriostatik dan dengan
dosis tinggi efeknya bakteriostatik dan dengan dosis tinggi
efeknya bakterisidal. Eritromisin dapat diberikan melalui
oral atau intravena. Karena asam lambung merusak obat

11
BAB III

KESIMPULAN

3.1. KESIMPULAN
Legionellosis adalah kumpulan dari gejala klinis yang disebabkab
oleh kuman Legionella. Penyakit Legionella dan Pontiac fever adalah
bentuk Legionellosis yang sering terjadi .Legionella pneumophila
ditemukan pertama kali setelah terjadi wabah pneumonia yang serius
yang terjadi pada 27 Juli 1976 di Beelevue Stratford Hotel
Philadelphia, Pennsylvania.
Patogenesis dari infeksi Legionella dimulai dari penyediaan
air yang menggandung bakteri yang dapat menginfeksi manusia.
Infeksi legionella terbanyak melalui dua cara yaitu inhalasi dan
aspirasi.
Bakteri Legionella dapat menimbulkan infeksi dengan gejala
klinis yang bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat,
mulai dari gejala flu sampai pneumonia yang akan mengakibatkan
penyakit Legionellosis.
Penyakit ini dapat terjadi melalui inhalasi dari aerosol atau
mikroaspirasi dari air yang mengandung L. pneumophila .
Beberapa peneliti melaporkan bahwa aspirasi sebagai cara
penularan utama. Air dapat menjadi sumber penyebaran penyakit
yang cepat jika tidak diketahui cara pengolahannya dengan baik.
Bakteri ini dapat ditemukan pada sumber-sumber air alami dan
juga buatan manusia. Sumber yang berpotensi dalam kontaminasi
L.pneumophila yaitu sistem penyejuk udara seperti cooling tower
dan penyejuk ruangan, kolam air hangat, kolam renang, shower
head, dan air pancuran.
Penyakit Legionella merupakan interaksi dari kuman
Legionella, lingkungan dan penjamu (host). Kejadian dari penyakit
legionella ini dapat dikontrol melalui beberapa cara yaitu
mendesinfektan sumber yang akan digunakan, memonitoring
lingkungan, serta mendeteksi sumber air.Pengobatan yang dapat

12
diberikan yaitu golongan golongan kuinolon, golongan makrolida,
Rifampisin, dan antibiotic lain yang dapat bekerja secara
intraseluler.

DAFTAR PUSTAKA

Aksono Eduardus Bimo,Ana Adelina Farahdiba,,Eka Pramyrtha Hestianah.


2017. Bakteri Legionella pneumophila Terdeteksi pada Air Kolam
Renang di Kota Surabaya dengan Nested Polymerase Chain
Reaction. Jurnal Veteriner Juni 2017 Vol. 18.
Lan Lubis Ira Putri, Irnawati, M, Surya,D.2014. Keberadaan Bakteri
Legionella Pada Ruangan Ber Ac Dan Karakteristik Serta Keluhan
Kesehatan Pegawai Di Kantor Gubernur Sumatera Utara Tahun
2014.Jurnal Universitas Sumatera Utara.
Mekkour Mariam,El Khalil Ben Driss, Jalila Tail,Nozha Cohen.2013.
Legionella pneumophila: An Environmental Organism and

13
Accidental Pathogen. International Journal of Science and
Technology Volume 2 No. 2, February, 2013.
Montagna Maria Teresa, Maria, M.R., Christian N., Daniela T., Maria S.,
Giovanna B., Giuseppe P., Maddalena C.P. 2007. legionella
pneumophila serogroup 5 infection in the presence of multiple
environmental contamination. the importance of a bacteriological
diagnosis. IJPH - Year 5, Volume 4, Number 1, 2007
Widyaningsih, Indah.Legionella.Jurnal Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
Tri Siwi, Putri B. 2011. Apa itu Bakteri Legionella yang Diduga Mewabah
di Bali?. http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/kesehatan/11/01/19/159447-apa-itu-bakteri-legionella-yang-diduga-
mewabah-di-bali.

Tribun Bali.2016. ‘Mengejutkan’ Penyakit Yang Disebabkan Bakteri Ini


Hanya Ada di Bali, Pasien Dominan Bule Aussie!.
http://bali.tribunnews.com/2016/10/14/mengejutkan-penyakit-yang-
disebabkan-bakteri-ini-hanya-ada-di-bali-pasien-dominan-bule-aussie

14

Anda mungkin juga menyukai