Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke atau Cerebrovascular disease menurut World Health
Organization (WHO) adalah “tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih. Terhambatnya penyediaan oksigen dan nutrisi ke otak menimbulkan
masalah kesehatan yang serius karena dapat menimbulkan kecatatan fisik
mental bahkan kematian (WHO, 2010).
Di negara-negara ASEAN penyakit stroke juga merupakan masalah
kesehatan utama yang menyebabkan kematian. Dari data South East Asian
Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian
stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti secara berurutan oleh
Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Dari seluruh penderita
stroke di Indonesia, stroke ischemic merupakan jenis yang paling banyak
diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh perdarahan
intraserebral, emboli dan perdarahan subaraknoid dengan angka kejadian
masing-masingnya sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4%.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia
12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang
sebesar 8,3 persen. Stroke telah jadi penyebab kematian utama di hampir
semua rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 persen.Prevalensi Stroke
berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan
(17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa
Timur sebesar 16 per mil. Terjadi peningkatan prevalensi stroke berdasarkan
wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis nakes
dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi 12,1 per1000
(2013) (Riskesdas, 2013)
Faktor resiko yang paling berpengaruh untuk terjadinya stroke berulang
adalah hipertensi, kemudian diikuti oleh faktor resiko yang lain yaitu diabetes,

1
kelainan jantung, hiperkolesterol, kebiasaan merokok, pemakaian alkohol,
obesitas, aktivitas fisik, keteraturan minum obat dan stres (DEPKES RI, 2008).
Penelitian epidemiologi menunjukan bahwa penyakit kardiovaskuler
lebih kecil pada wanita premenopausal (Pre-MW) dibandingkan dengan laki-
laki pada usia yang sama. Estrogen memegang peranan penting sebagai
vasodilator pembuluh darah (Masood, Roach, Beauregard, et al, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan asuhan gizi terhadap
pasien cva ich. Hal ini dikarenakan pasien dengan penyakit cva ich beresiko
malnutrisi akibat pasien tidak dapat mengunyah makanan dengan baik
sehingga akan mempengaruhi status gizi pasien.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik
pada pasien dengan diagnose medis CVA ICH (Cerebrovaskuler Accident,
Intracerebral Hematoma) Subcortex + HT (Hipertensi) Emergency +
Hipokalemia + Dislipidemia di ruang 20 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik
pada pasien secara individu di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada klien/pasien secara
individu.
b. Melakukan pengkajian gizi (nutrition assessment) pasien tanpa
komplikasi (dengan kondisi kesehatan umum: hipertensi, penyakit
jantung, obesitas).
c. Membantu dalam pengkajian gizi (nutrition assessment) pasien dengan
komplikasi (kondisi kesehatan yang kompleks misalnya: penyakit ginjal,
multi system organ failures, trauma dan infeksi).
d. Melakukan asuhan gizi untuk pasien/klien sesuai kondisi klinis,
biokimia, social budaya dan kepercayaan dari berbagai golongan umur.

2
e. Melakukan monitoring dan evaluasi intervensi gizi pasien pasien dan
tindak lanjut.
f. Mendidik pasien/klien dalam rangka promosi kesehatan, pencegahan
penyakit dan terapi gizi untuk kondisi tanpa komplikasi.
g. Berpenampilan (unjuk kerja) sesuai dengan kode etik profesi gizi.
h. Merujuk pasien/klien kepada ahli lain (dokter penanggung jawab pasien
PJP atau dietesien senior) pada saat situasi berada diluar kompetensinya.
i. Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan
komunikasi.
j. Berpartisipasi dalam konferensi tim kesehatan untuk mendiskusikan
terapi dan rencana pemulangan pasien
k. Mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi.
D. Manfaat
1. Bagi Institusi
Memberikan informasi dalam hal penatalaksanaan diet pada pasien
dengan diagnosis CVA ICH (Cerebrovaskuler Accident, Intracerebral
Hematoma) Subcortex + HT (Hipertensi) Emergency + Hipokalemia +
Dislipidemia di ruang 20 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
2. Bagi pasien
Pasien dapat mengetahui dan memahami diet yang diberikan sehingga
dapat mengubah perilaku dan sikap dalam memilih konsumsi bahan
makanan yang sesuai dengan anjuran diet agar menjaga kesehatan dan tidak
memperburuk penyakit pasien.
3. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman
mahasiswa dalam merencanakan dan melaksanakan manajemen proses
asuhan gizi klinik (MAGK).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Penyakit
a. Gambaran Umum Stroke CVA ICH
1. Definisi Stroke CVA ICH
Stroke adalah gangguan saraf permanen akibat terganggunya
peredaran darah ke otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih (Lingga,
2013). Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi
saraf otak (Amin, 2013).
Stroke atau disebut penyakit cerebrovascular accident adalah kelainan
pada penyakit neurologi yang terjadi pada pembuluh darah di otak. Stroke
berhubungan erat dengan kelumpuhan, hilangnya kemampuan berbicara,
dan menurunnya kemampuan neurologis (Brust, 2012). Stroke berawal dari
kejadian defisit serebral yang berlangsung cepat dalam jangka waktu 24
jam, menyebabkan kematian dengan gejala yang terjadi pada sistem
vascular disebut sebagai Transient Ischemic attack (TIA). TIA merupakan
bagian awal dari disfungsi neurologi yang ditandai dengan kelumpuhan dan
atau hilangnya kemampuan pandang yang biasanya terjadi cepat selama
kurang dari 24 jam (Brust, 2012).
Stroke CVA ICH atau biasanya disebut stoke hemoragik yaitu stroke
yang terjadi bila pembulu darah di otak pecah atau mengalami kebocoran,
sehingga terjadi perdarahan ke dalam otak. Bagian otak yang dipengaruhi
oleh pendarahan dapat menjadi rusak, dan darah dapat terakumulasi
sehingga memberikan tekanan pada otak. Jumlah perdarahan menentukan
keparahan stroke (Parmet et al, 2010).
2. Klasifikasi
a. Stroke Iskemik atau Stroke Non Hemoragik
Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah tersumbatnya
pembuluh darah otak oleh plak (materi yang terdiri atas protein, kalsium,
dan lemak) yang menyebabkan aliran oksigen yang melalui liang ateri

4
yang terhambat (Lingga, 2013). Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3
sebagai berikut:
- Stroke iskemik trombolitik adalah penggumpulan darah pada
pembuluh darah yang mengarah menuju ke otak.
- Stroke iskemik embolitik adalah tertutupnya pembuluh arteri oleh
bekuan darah.
- Hipoperfusion sistemik adalah berkurangnya aliran darah ke seluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pendarahan otak
akibat pecahnya pembuluh darah otak (Lingga, 2013).
- Stroke hemoragik intraselebral adalah pendarahan yang terjadi di
dalam otak, biasanya pada ganglia, batang otak, otak kecil, dan otak
besar.
- Stroke hemoragik subaraknoid adalah pendarahan yang terjadi di luar
otak, yaitu pembuluh darah yang berada dibawah otak atau di selaput
otak.
3. Etiologi
Faktor penyebab stroke ada 2, yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat diubah (faktor tidak terkendali) menurut Lingga
(2013), yaitu :
a. Faktor genetik
b. Cacat bawaan: memiliki cacat pada pembuluh darahnya(cadasil)
beresiko tinggi terhadap stroke.
c. Usia: makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
d. Gender: pria lebih beresiko terhadap stroke dibanding wanita.
e. Riwayat penyakit dalam keluarga: orang tua atau saudara sekandung
yang pernah mengalami stroke pada usia muda maka beresiko tinggi
terkena stroke.

5
2. Faktor yang dapat diubah yaitu: kegemukan (obesitas), hipertensi,
hiperlipidemia (kolesterol tinggi), hiperurisemia, penyakit jantung,
diabetes melitus, kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi alkohol,
malas berolahraga, kadar hematokrit tinggi, kadar fibrinogen tinggi, dan
konsumsi obat-obatan bebas psikotropika.
4. Tanda dan Gejala
a. Berikut tanda dan gejala stroke (Lingga 2013), yaitu:
- Sering pusing disertai mual
- Muka terasa tebal, telapak kaki dan tangan kebas atau mati rasa.
- Koordinasi anggota gerak (tangan dan kaki) tidak seperti biasanya,
misalnya sulit digerakkan.
- Mengalami kesulitan ketika akan mengenakan sandal jepit.
- Gagal menempatkan benda pada tempat yang pas.
- Sulit ketika mengancingkan baju.
- Mendadak mengalami kebingungan.
- Penglihatan pada satu mata atau keduanya mendadak buram.
- Mengalami kesulitan menelan makanan.
- Ketika minum sering berceceran karena minuman tidak dapat masuk
ke dalam mulut dengan semestinya.
- Mengalami gangguan kognitif dan dementia ketika berkomunikasi
dengan orang lain.
- Sering kejang, pingsan, dan bahkan koma.
b. Tanda dan gejala stroke menurut Amin (2013), yaitu: tiba-tiba hilang rasa
peka, bicara cedel atau pelo, gangguan bicara atau bahasa, gangguan
penglihatan, mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai,
gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat, vertigo, kesadaran menurun,
proses kencing terganggu, gangguan fungsi otak.

6
b. Gambaran Umum Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik sebesar atau di atas 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik tekanan yang sama dan atau di atas
90 mmHg. Tekanan darah sistolik adalah tekanan tertinggi di pembuluh
darah dan terjadi saat jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah
diastolik adalah tekanan terendah di pembuluh darah di antara detak jantung
ketika otot jantung mengendur (WHO, 2013).
Hipertensi akan mengakibatkan tahanan aliran darah dalam pembuluh
menjadi naik. Naiknya tekanan sistolik yang diakibatkan oleh pembuluh
darah yang tidak elastis dan naiknya tekanan diastolik yang diakibatkan oleh
penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah meningkat
(Ariyani, 2010).
Hipertensi atau yang dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah
suatu gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigendan
nutrisi yang dibawah oleh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang
membutuhkannya (Vita Health, 2005).
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi terbaru dari Joint National Committee (JNC 8,
2013) yaitu prehipertensi sistoliknya 120-139 mmhg, hipertensi derajat satu
sistoliknya 140-159 mmhg atau diastolik 90-99 mmhg. hipertensi derajat
dua sistoliknya ≥160 mmhg atau diastoliknya ≥100 mmhg (JNC 8, 2013).
3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi 2 yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer merupakan hipertensi yangtidak atau belum diketahui
penyebabnya secara pasti. Penyebab hipertensi primer atau esensial
adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor
keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit
kardiovaskuler dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat

7
berupa sensitifitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
peningkatan reaktivitas vaskuler (terhadap vasokonstriksi) dan resistensi
insulin (Setiawati dan Bustami, 1995:315-342).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan atau
sebagaiakibat dari adanyapenyakit lain (terdapat sekitar 5%-10% kasus)
penyebabnya antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal(hipertensi
renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obat dan lain-lain.
4. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral
Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut
yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi.
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan
mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari
sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf,
refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal
dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem
pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi
kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam
jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan
tubuh yang melibatkan berbagai organ.
5. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu
dan hampir sama dengan penyakit lainnya. Gejala-gejala itu adalah:
a. Sakit kepala
b. Jantung berdebar-debar
c. Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat
d. Mudah lelah

8
e. Penglihatan kabur
f. Wajah memerah
g. Hidung berdarah
h. Sering buang air kecil, terutama dimalam hari
i. Telinga berdenging (tinnitus)
j. Dunia terasa berputar (vertigo)
c. Gambaran Umum Hipokalemia
1. Definisi Hipokalemia
Hipokalemia adalah rendahnya kadar kalium didalam darah kita.
Kalium sering kita ketahui juga sebagai elektrolit yang berperan penting
pada fungsi syaraf dan sel otot, terutama fungsi sel otot jantung.
Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) merupakan
suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3,8
mEq/L darah.
2. Etiologi
Penyebab lain hipokalemia meliputi (Price dan Wilson, 2005):
a. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium pada tubuh.
b. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat
menyebabkan hipokalemia. Obat lain termasuk diuretic loop (furosemid).
Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan
antibiotic tertentu.
c. Ginjal disfungsi, ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu
kondisi yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan
mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA
termasuk cisplatin, dan amfoterisisn B.
d. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau
berkeringat.
e. Endokrin atau hormonal masalah (aldosteron meningkat). Aldosteron
adalah hormone yang mengatur kadar potassium. Penyakit tertentu dari
system endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom cushing, dapat
menyebabkan kehilangan kalium.

9
f. Asupan kalium rendah.
3. Patofisiologi
Hipokalemia dapat terjadi karena kondisi yang berasal masalah
ginjal maupun GI, diet yang indekuat, pergeseran transselular (pergerakan
kalium dari serum ke dalam sel) dan pengaruh obat-obatan.
4. Tanda dan Gejala
a. Hipokalemia ringan
Penurunan kadar kalium pada hipokalemia rendah cenderung tidak
memberikan tanda dan gejala.
b. Hipokalemia sedang
Pada hipokalemia sedang <3.0 mmol/L memiliki tanda dan gejala seperti
mengalami kelesuan, kelemahan dan nyeri otot, dan sembelit.
c. Hipokalemia berat
Pada hipokalemia berat <2.5 mmol/L tubuh dapat mengalami masalah
pada neuromuscular, seperti:
- Kelemahan otot yang parah dan kelumpuhan (dimulai pada tulang
bagian bawah atau kaki dan bergerak menuju tulang atas seperti
tangan dan dada)
- Mengalami kegagalan nafas (berkaitan dengan kelemahan otot
pernafasan).
- Kontraksi normal pada dinding usus untuk sementara berhenti
(berkaitan dengan kelemahan otot pencernaan).
- Terjadi paraesthesia (sensasi seperti kesemutan, tertusuk, atau kulit
seperti terbakar pada tangan, kaki, lengan, tungkai).
d. Gambaran Umum Dislipidemia
1. Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan
fraksi lipid yang utama ialah kenaikan kadar kolesterol total, LDL
kolesterol, trigliserida, serta penurunan High Density Lipoprotein (HDL)
(Mansjoer et al, 2005).

10
Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai
peran yang penting dan sangat erat kaitannya satu dengan yang lain,
sehingga tidak mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. LDL, kolesterol dan
trigliserida dikenal sebagai triad lipid (Decroli, 2008).
2. Klasifikasi
Berdasarkan proses terjadinya penyakit, dislipidemia dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu dislipidemia primer dan dislipidemia
sekunder. Dislipidemia primer disebabkan karena kelainan genetic dan
bawaan. Sedangkan dislipidemia sekunder merupakan dislipidemia yang
menyertai beberapa penyakit seperti diabetes melitus, hipotiroidisme,
sindrom nefrotik, dan gagal ginjal kronik disebut sebagai dislipidemia
sekunder (Irwan, 2008).
Sedangkan klasifikasi dislipidemia secara klinis (menurut Eropean
Atherosclerosis Society, EAS) dibagi menjadi 3, yaitu: hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia, dan campuran hiperkolesterolemia dan
hipertrigliseridemia (dislipidemia campuran) (Decroli, 2008).
3. Etiologi
a. Dislipidemia primer (genetik)
Disebabkan oleh karena kelainan genetik berupa mutasi gen berupa
single gen ataupun multiple ataupun keduanya dari metabolism
lipoprotein. Selain itu dapat pula disebabkan oleh ketidaksempurnaan
pembersihan (cleareance) trigliserida dan low density lipoprotein-
cholesterol (LDL-C). Pembuangan secara berlebih dari high density
lipoprotein cholesterol (HDL-C) juga dapat menyebabkan
terjadinyadislipidemia. Kelainan genetik ini sering diderita oleh anak-
anak. Salah satu penyebab dari kelainan primer dislipidemia ialah
familial hypercholesterolemia (FH).
Familial hypercholesterolemia berupa kelainan autosomal yang dominan
dengan suatu defek dari gen dari reseptor LDL-C. Pengukuran kadar
level serum kolestrol total pada penderita FH yang heterozigot dan
homozigot pada masa dewasa diperoleh 360-560 mg/dl untuk heterozigot

11
dan kadar serum kolesterol total homozigot selalu lebih dari 600 mg/dl
dan dapat mencapai setunggi 1200 mg/dl. Selain kadar homozigot yang
tinggi, juga di didapatkan pada tanda klinis berupa tendon xanthomas,
corneal arcus, xanthelamate dan premature coronary artery disesaes.
Selain Familial hypercholesterolemia juga dapat disebabkan dari
polygenic hypercholesterolemia dan familial combined
hypercholestreolemia.
b. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia sekunder ini merupakan penyebab tersering dari kejadian
dislipidemia. Ini disebabkan oleh kebiasaan buruk dalam hidup.
Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa kebiasaan yang sifatnya
seenaknya berupa makan makanan yang mengandung kadar kolesterol
yang tinggi seperti makanan yang mengandung saturated fat, trans fatty
accid. Selain makanan yang mengnadung lemak yang tinggi juga
kebiasaan buruk yang lain berupa kurangnya olahraga. Kehidupan
sedentery life style yang akan mengakibatkan timbulnya dislipidemia
juga akan mengakibatkan pula penyakit serebrovaskular dan
kardiovaskular.
4. Patofisiologi
Abnormalitas lipoprotein dapat ditemukan pada individu dengan obesitas
sentral sebagai akibat dari resistensi insulin yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan lipoprotein seiring dengan terjadinya peningkatan
kandungan lemak tubuh.
a. Peningkatan kadar trigliserida
Overproduksi VLDL didalam hati merupakan kelainan primer yang
ditemukan pada obesitas dan keadaan resistensi insulin.
Ketidakmampuan menekan produksi glukosa dihati, gangguan oksidasi
dan ambilan glukosa diotot dan ketidakmampuan jaringan adiposa
menekan pelepasan asam lemak tak jenuh (non esterified fatty acids =
NEFA) merupakan konsekuensi dari resistensi insulin didalam hati, otot
dan jaringan adiposa.

12
b. Peningkatan partikel-partikel small dense LDL
Konsentrasi small dense LDL dan trigliserida puasa berkorelasi secara
positif, sebab pembentukan small dense LDL sangat tergantung dengan
metabolisme partikel2 VLDL. Pada individu yang gemuk dan mengalami
resistensi insulin, peningkatan kadar VLDL dan hambatan bersihannya
menyebabkan peningkatan pertukaran antara kolesterol ester didalam
LDL dan trigliserida didalam VLDL yang dimediasi oleh cholesterol
ester transfer protein (CETP).
c. Penurunan kadar HDL cholesterol
Mekanisme yang mengatur HDL tidak diketahui dengan jelas, dimana
ada beberapa mekanisme yang dapat berkontribusi dalam terjadinya
penurunan kadar HDL pada individu gemuk dengan resistensi insulin.
Sebagaimana pembentukan small dense LDL, metabolisme TRL
memainkan peranan. Berbagai studi tentang lipoprotein menunjukkan
adanya hubungan terbalik antara trigliserida VLDL dan kolesterol LDL.
Gangguan lipolisis TRL menyebabkan penurunan kadar HDL melalui
penurunan transfer apolipoprotein dan fosfolipid dari TRL ke
kompartmen HDL. Disamping itu, hambatan bersihan TRL memfasilitasi
pertukaran antara ester kolesterol didalam HDL dan trigliserida didalam
VLDL yang dimediasi oleh Cholesterol ester transfer protein (CETP).

13
BAB III
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)
A. Data Dasar Pasien
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia (tahun) : 70 tahun
Status Perkawinan : Cerai mati
Agama : Islam
Suku : Jawa
Ruang : 22
Bed :2
Tanggal MRS : 10 Maret 2018
Jenis Pembayaran : JKN (BPJS)
Jenis Diet Rumah Sakit : Diet RG RL (Lunak)
Diagnosis Medis : CVA ICH (Cerebrovaskuler Accident, Intracerebral
Hematoma) Subcortex + HT (Hipertensi)
Emergency + Hipokalemia + Dislipidemia
Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2018
2. Pengukuran Antropometri
TL : 42 cm
TB EST : 84,88 + (1,83 x 42) – (0,24 x 70
84,88 + 76,8 – 16,8 = 145 cm
BBI : 1,452 x 21 = 44 kg
LILA : 27 cm
% LILA : 27 x 100 = 90% (Status Gizi Normal)
29,9

14
3. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium
Jenis Hasil Nilai Rujukan Keterangan
pemeriksaan Pemeriksaan Dewasa Normal
Kolesterol total 246 mg/dl < 200 Tinggi
Kolesterol LDL 207 mg/dl < 100 Tinggi
4. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Tabel 2. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Data Pengamatan Pengamatan Pengamatan Hasil Normal
Fisik/Klinis I II II
(17/03/2018) (18/03/2018) (19/03/2018)
TD 140/90 mmHg 170/10 mmHg 150/80 mmHg 130-150/80-90
Suhu 35,70C 35,60C 350C 36-37
Nadi 81x /mnt 88x /mnt 96x /mnt 70-80
RR 21x /mnt 22x /mnt 20x /mnt 16-20

5. Riwayat Gizi
a. Riwayat Gizi Dahulu
a) Pasien tidak memiliki alergi makanan
b) Pasien tidak memiliki pantangan makanan
c) Pola makan :
1. Frekuensi makan pasien 2x/hr
2. Sumber KH yang paling sering dikonsumsi adalah nasi sebanyak
2x/hari yaitu sebanyak 2 centong nasi ± 100 gr
3. Sumber protein hewani yang sering di konsumsi ikan goreng 1-2x
sehari, daging 3-4x seminggu, telur goreng 2-3x seminggu
4. Sumber protein nabati yaitu tahu dan tempe 5x seminggu.
5. Sangat suka mengkonsumsi sayuran bersantan 1-2x sehari
6. Buah di konsumsi 3-4x seminggu
7. Pasien sangat suka makan goreng-gorengan.

15
b. Riwayat Gizi Sekarang
1. Pasien mendapatkan Diet RG RL (Lunak)
Tabel 3. Hasil Food Recall 24 Jam (16 Maret 2018)
Energi dan Zat Gizi
Energi Protein Lemak KH
Asupan makanan (kkal)
366,3 (gram)
16,5 (gram) (gram)
10,3 51,2
Kebutuhan 1149 43 31,9 172
Tingkat konsumsi 31,8 % 38,3 % 31,9 % 29,8 %

2. Hasil Monitoring dan Evaluasi Asupan Pasien


Tabel 4. Menu yang Dikonsumsi Pasien Pada Pengamatan I
Sore Pagi
- Bubur biasa - Bubur biasa - Bubur biasa
Siang
- Daging cincang - Bakso daging - Daging cincang
ggggggggggg
- Bening manisa - Tempe bola-bola - Tahu bb kuning
ggggggg
- Jus Buah Alpukat - Bening bayam + labu - Bobor manias
- Pisang ambon - Oisang ambon

Tabel 5. Hasil Pengamatan I


Energi dan Zat Gizi
Energi Protein Lemak KH
Asupan makanan (kkal)
664,2 (gram)
28,9 (gram) (gram)
13,9 105
Kebutuhan 1149 43 31,9 172
Tingkat konsumsi 57,8% 67,2% 43,5% 61,1%

Tabel 6. Menu yang Dikonsumsi Pasien Pada Pengamatan II


Siang Sore Pagi
- Bubur biasa - Bubur biasa - Roti putih
gggggggggggggggggg
- Pentol daging - Daging cincang - Susu coklat
- Semur kentang - Acar wortel +
- Pisang ambon kentang + buncis

16
Tabel 7. Hasil Pengamatan II
Energi dan Zat Gizi
Energi Protein Lemak KH
Asupan makanan (kkal)
775,4 (gram)
32,5 (gram) (gram)
11,9 131
Kebutuhan 1149 43 31,9 172
Tingkat konsumsi 67,4% 75,7% 37,4% 76,1%

Tabel 8. Menu yang Dikonsumsi Pasien Pada Pengamatan III


Siang Sore Pagi
- Bubur beras - Bubur beras - Bubur beras
gggggggggggggggggg
- Bakso daging - Bakso daging - Bakso daging
- Sup wortel + buncis - Sayur wortel parut - Tahu bulat-bulat
- Pisang ambon - Pisang ambon - Sup kentang + buncis

Tabel 9. Hasil Pengamatan III


Energi dan Zat Gizi
Energi Protein Lemak KH
Asupan makanan (kkal)
903,7 (gram)
38 (gram) (gram)
24,5 131
Kebutuhan 1149 43 31,9 172
Tingkat konsumsi 78,6% 88,4% 76,9% 75,9%

Menurut Supariasa, Bakri, dan Fajar (2002) klasifikasi tingkat


konsumsi asupan energi berdasarkan AKG dibagi menjadi 5 yaitu :
a. Defisit (<70% AKG)
b. kurang (70-80% AKG)
c. cukup (80-100% AKG)
d. baik (100-110% AKG), dan
e. lebih (>110% AKG)

17
6. Riwayat Personal
a. Riwayat PenyakitKeluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit degeneratif.
b. Riwayat PenyakitDahulu
Pasien menderita hipertensi sejak 5 bulan lalu.
c. Riwayat PenyakitSekarang
1. Saat MRS pasien mengeluhkan Lemah setengah badan kiri, nyeri
kepala, pelo, kesulitan mengunyah, nafsu makan menurun.
2. Pasien didiagnosis CVA ICH (Cerebrovaskuler Accident,
Intracerebral Hematoma) Subcortex + HT (Hipertensi) Emergency +
Hipokalemia + Dislipidemia
7. DiagnosisGizi
a. NI-5.6.2:
Penurunan kebutuhan zat gizi lemak berkaitan dengan penyakit
dislipidemia ditandai dengan Kolesterol total dan kolesterol LDL ↑
b. NI-5.4:
Penurunan kebutuhan zat gizi natrium berkaitan dengan riwayat penyakit
dahulu hipertensi ditandai dengan TD (Tensi Darah) ↑ .
c. NB-1.1:
Kebiasaan makan yang salah berkaitan dengan kurangnya pengetahuan
tentang makanan dan zat gizi ditandai dengan suka mengkonsumsi lemak
tinggi.
d. NI-2.1:
Kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan
penurunan nafsu makan ditandai dengan asupan kurang yaitu energi:
366,3 kkal/hr (31,8%), protein: 16,5 gr/hr (38,3%), lemak: 10,3 gr/hr
(31,9%) dan karbohidrat: 51,2 gr/hr (29,8%).

8. Intervensi Gizi dan Edukasi/ KonselingGizi

18
a. TerapiDiet
1. Prinsip Diet
Rendah Garam Rendah Lemak (Lunak)
2. Tujuan diet
a. Memberikan makanan untuk memenuhi gizi seimbang.
b. Memberikan makanan sesuai kebutuhan pasien.
c. Mempertahankan BBI dan status gizi normal.
d. Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap.
e. Membantu menurunkan kolesterol total dan kolesterol LDL secara
bertahap.
f. Membantu memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia dan
kelainan jantung.
3. Syarat diet
a. Energi diberikan sesuai kebutuhan.
b. Protein cukup yaitu 15% dari total energy.
c. Lemak cukup yaitu 25% dari total energy, utamakan lemak tak
jenuh.
d. Karbohidrat sedang yaitu 60% dari total energy.
e. Serat tinggi, terutama serat larut air.
f. Natrium dibatasi 200-400 mg/hr.
g. Vitamin dan Mineral cukup
b. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
BEE: 655 + (9,6 BB) + (1,7 TB) – (4,7 U)
655 + (9,6 x 44) + (1,7 x 145) – (4,7 x 70)
655422,4 + 246,5 – 329
1323,9 – 329 = 994,9 kkal

TEE: 994,9 x 1,05 (FA) x 1,1 (FS) = 1149 kkal/hr

Protein: 15% x 1149 = 43 gr/hr


4

19
Lemak: 25% x 1149 = 31,9 gr/hr
9

KH: 60% x 1149 = 172 gr/hr


4

Diberikan bertahap mulai dari 1200 kkal (target 60% dari kebutuhan)

c. Terapi Edukasi
1. Tujuan
a. Dapat merubah pola makan dengan menerapkan gizi seimbang
b. Dapat memperbaiki pola makan yang salah
c. Dapat mengerti tentang bahan makanan yang dianjurkan dan yang
tidak dianjurkan.
2. Sasaran
a. Pasien dan Keluarga Pasien
3. Metode
a. Konsultasi
4. Tanggal dan waktu
Tanggal : 17 Maret 2018
Waktu : ± 15 menit (Jam 09.00-09.15 WIB)
4. Tempat
Ruang 22 IPD Kamar 9 bed 3
5. Media
a) Leaflet RG
b) Bahan makanan penukar
6. Materi
a) Tujuan diet RG RL
b) Bahan makanan yang dianjurkan, dihindari dan dibatasi untuk
dikonsumsi
9. RencanaEvaluasi
a) Apakah pasien dan keluarga pasien sudah memahami diet RG RL
b) Apakah pasien dan keluarga pasien mengetahui bahan makanan

20
yang dianjurkan dandibatasi.
9. Monitoringdan EvaluasiGizi
Pengamatan dan Monitoring-Evalusi terdiri atas:
a. Antropometri
Indeks Massa Tubuh (LILA) merupakan salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk menilai status gizi per hari selama pengamatan.
b. Biokimia (bila ada hasil pemeriksaan laboratorium terbaru)
1) Kolesterol total
2) Kolesterol LDL
c. Fisik/Klinis
1) Nadi/hr
2) RR/hr
3) TD/hr
4) Suhu/hr
d. Dietary
Dietary intake untuk mengetahui perubahan asupan makanan pasien
dilakukan dengan cara food recall selama 3 hari dan pengamatan pada
menu, yaitu asupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat.
e. Edukasi
Pasien memahami tentang Rendah Garam Rendah Lemak, makanan
yang dihindari, makanan yang disarankan, dan makanan yang dibatas

21
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Rencana Terapi
Pasien didiagnosa menderita penyakit CVA ICH (Cerebrovaskuler Accident,
Intracerebral Hematoma) Subcortex + Hipertensi Emergency + Hipokalemia +
Dislipidemia. Pasien diberikan Diet Rendah Garam Rendah Lemak dengan energi
1149 kkal/hr, protein 43 gr/hr, lemak 31,9 gr/hr, dan karbohidrat 172 gr/hr.
Keadaan pasien sekarang hanya total bed rest, dengan keluhan lemah setengah
badan kiri, nyeri kepala, pelo, kesulitan mengunyah, nafsu makan menurun. Pasien
berusia 70 tahun dengan tinggi badan estimasi 145 cm, LILA 27 cm dan status gizi
pasien adalah status gizi normal.
Hasil observasi konsumsi makan pasien selama 3 hari dimulai dari tanggal
17-19 Maret 2018 dengan menu yang disajikan rumah sakit, diketahui bahwa
pasien sering tidak menghabiskan makanan yang disajikan dari rumah sakit,
sehingga terlihat dari kebutuhan energy, protein, lemak, dan karbohidrat belum
terpenuhi.
Untuk itu, perlu dilakukan terapi gizi seperti edukasi dan konsultasi gizi
kepada pasien maupun keluarga pasien. Tujuannya adalah agar dapat merubah
pola makan dan kebiasaan makan yang salah, mengerti tentang makanan yang
boleh dan tidak boleh dikonsumsi dan menjalani diet yang dianjurkan dengan
benar. Hal ini dilakukan dengan memberikan konsultasi kepada pasien dan
keluarganya. Setelah itu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap rencana
terapi gizi yang dianjurkan, meliputi antropometri, biokimia, fisik-klinis, dan
dietary pasien selama 3 hari untuk mengetahui apakah pasien dapat mematuhi diet
yang diberkan.
B. Hasil Monitoring Skrining Gizi
Monitoring pasien studi kasus berlangsung mulai dari tanggal 17-19 maret
2017 yang meliputi monitoring terhadap asupan makan pasien (konsumsi energy

22
dan zat gizi pasien), perkembangan antropometri, perkembangan pemeriksaan
laboratorium dan perkembangan fisik klinis.
1. Konsumsi Energi dan Zat Gizi
a. Konsumsi Energi
Asupan makan pasien merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
proses penyembuhan penyakit dan salah satu indikator dalam menentukan
diet yang diberikan. Pengamatan asupan makanan pasien dilakukan selama 3
hari yaitu 9 kali makan. Adapun asupan energy pasien selama pengamatan
disajikan pada grafik 1 dibawah ini:
Grafik 1. Asupan Energi

ASUPAN ENERGI
1400

1200 1149 1149


1000 1149
903.7
800 Hari I
775.4
600 Hari II
664.2
Hari III
400

200
78.60%
0 57.80% 67.40%
Kebutuhan Asupan Energi % Kebutuhan

Pada grafik asupan energy tersebut menunjukkan bahwa pengamatan I


asupan energy meningkat sebesar 664,2 kkal/hr (57,8%), dan pada
pengamatan II asupan energy meningkat sebesar 775,4 kkal/hr (67,4%), serta
pada pengamatan ke III terjadi peningkatan sebesar 903,7 kkal/hr (78,6%).
Konsumsi energy pasien belum sesuai kebutuhan, hal ini dikarenakan pasien
mengalami penurunan nafsu makan. Tetapi pada pengamatan I, II dan III
sudah terjadi perubahan peningkatan asupan energy meskipun belum sesuai
kebutuhan pasien.

23
b. Konsumsi Protein:
Asupan protein pasien selama pengamatan disajikan pada grafik 2 dibawah
ini:
Grafik 2. Asupan Protein

ASUPAN PROTEIN
50
43
45
43
40 43 38
35
32.5
30
25 28.9 Hari I
20 Hari II
15 Hari III
10
5 88.40%
0 67.20%
75.70%
Kebutuhan Asupan Protein % Kebutuhan

Pada grafik asupan protein tersebut menunjukkan bahwa hari pertama


pra pengamatan terdapat asupan protein sebanyak 16,5 gr/hr (38,3%),
sedangkan pada pengamatan I asupan protein meningkat sebesar 28,9 gr/hr
(67,2%), dan pada pengamatan II asupan protein meningkat sebesar 32,5
gr/hr (75,7%), serta pada pengamatan ke III terjadi peningkatan sebesar 38
gr/hr (88,4%). Konsumsi protein pasien belum sesuai kebutuhan, hal ini
dikarenakan pasien mengalami penurunan nafsu makan. Tetapi pada
pengamatan I, II dan III sudah terjadi perubahan peningkatan asupan protein
meskipun belum sesuai kebutuhan pasien.

24
c. Konsumsi Lemak
Asupan lemak pasien selama pengamatan disajikan pada grafik 3 dibawah
ini:
Grafik 3. Asupan Lemak

ASUPAN LEMAK
35
31.9 31.9
30
31.9
25 24.5
20 Hari I
15 13.3 Hari II

10 11.9 Hari III

5 76.90%
0
37.40% 43.50%
Kebutuhan Asupan Lemak % Kebutuhan

Pada grafik asupan lemak tersebut menunjukkan bahwa hari pertama


pra pengamatan terdapat asupan lemak sebanyak 10,3 gr/hr (31,9%),
sedangkan pada pengamatan I asupan lemak meningkat sebesar 13,3 gr/hr
(43,5%), dan pada pengamatan II asupan lemak turun menjadi 11,9 gr/hr
(37,4%), serta pada pengamatan ke III terjadi peningkatan sebesar 24,5 gr/hr
(76,9%). Konsumsi lemak pasien belum sesuai kebutuhan, hal ini
dikarenakan pasien mengalami penurunan nafsu makan. Tetapi dari asupan
lemak pada hari ke 3 sudah mengalami peningkatan meskipun belum sesuai
dengan kenutuhan pasien.

25
d. Konsumsi Karbohidrat
Asupan karbohidrat pasien selama pengamatan disajikan pada grafik 4
dibawah ini:
Grafik 4. Asupan Karbohidrat

ASUPAN KARBOHIDRAT
200
180 172 172
160 172
140 131
131
120 Hari I
100 105 Hari II
80
Hari III
60
40
20
76.10%
0
61.10% 75.90%
Kebutuhan Asupan KH % Kebutuhan

Pada grafik asupan karbohidrat tersebut menunjukkan bahwa hari


pertama pra pengamatan terdapat asupan karbohidrat sebanyak 51,2 gr/hr
(29,8%), sedangkan pada pengamatan I asupan karbohidrat meningkat
sebesar 105 gr/hr (61,1%), dan pada pengamatan II asupan karbohidrat
meningkat sebesar 131 gr/hr (76,1%), serta pada pengamatan ke III sebesar
31 gr/hr (75,9%). Konsumsi karbohidrat pasien belum sesuai kebutuhan, hal
ini dikarenakan pasien mengalami penurunan nafsu makan. Tetapi pada
pengamatan I, II dan III sudah terjadi perubahan peningkatan asupan
meskipun belum sesuai kebutuhan pasien.
2. Perkembangan Pengukuran Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh, ditinjau dari pandangan
gizi maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan energy, protein, lemak dan

26
karbohidrat, ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh.
Tabel 10. Perkembangan Pengukuran Antropometri
Jenis Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
I II III
LILA - - -
Tinggi Lutut - - -
TB. Estimasi - - -
BBI - - -
Status Gizi - - -
Berdasarkan tabel tersebut, pengukuran antropometri pada pengamatan I,
II dan III tidak dilakukan pengukuran. Hal ini dikarenakan pengukuran
antropometri tidak akan terjadi perubahan dalam waktu yang singkat,
sedangkan pengamatan hanya dilakukan selama 3 hari yang relative singkat.
3. Perkembangan Pemeriksaan Laboratorium
Penilaian biokimia merupakan pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Penilaian
biokimia digunakan untuk suatu penelitian peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang
kurang spesimen, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
Tabel 11. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Hari Hari Hari Nilai Normal
I II II
Hemoglobin - - - 11,4-15,1 g/dl
Eritrosit - - - 4,0-5,0 106/UL

27
Leukosit - - - 4,7-11,3 103/UL
Kalium - - - 3,5-5,0 mmol/l
Ureum - - - 16,6-48,5 mg/dl
Kreatinin - - - < 12 mg/dl
Kolesterol total - - - < 200 mg/dl
Koleterol LDL - - - < 100 mg/dl
Trigliserida - - - < 150 mg/dl
Berdasarkan tabel tersebut, selama pengamatan I, II dan III tidak ada hasil
laboratorium terbaru.
4. Perkembangan Pemeriksaan Fisik/klinis
Perkembangan fisik klinis merupakan metode yang sangat penting untuk
melihat status gizi. Metode ini di dasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.
Tabel 12. Pemeriksaan Fisik/klinis
Jenis Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Pemeriksa Nilai Normal I II II
an
Tensi 130-150/80- 140/90 170/10 150/80
Darah 90 mmHg mmHg mmHg mmHg
Nadi 70-80 x/mnt 81 x/mnt 88x /mnt 96x /mnt
Suhu 36-37oC 35,7oC 35,6oC 35oC
RR 16-20 x /mnt 21x /mnt 22x /mnt 20x /mnt

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pemeriksaan fisik/klinis


pasien untuk tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi menunjukkan hasil yang
fluktuatif dalam hal ini hasil fisik/klinis dari pengamatan I sampai pada
pengamatan ke III mengalami perubahan dari hari ke hari yaitu TD pada
pengamatan I 140/90 mmHg, pengamatan II 170/10 mmHg dan Pengamatan III

28
turun menjadi 150/80 mmHg. Nadi pada pengamatan I 81x /mnt, pengamatan II
88x /mnt dan Pengamatan III meningkat menjadi 96x /mnt. Suhu pada
pengamatan I 35,7oC, pengamatan II 35,6oC Pengamatan III turun menjadi
35oC. Respirasi pada pengamatan I 21x /mnt, pengamatan II 22x /mnt dan
Pengamatan III turun menjadi 20x /mnt.
C. Hasil Motivasi Diet Melalui Konseling Gizi
1. Deskripsi pemahaman diet pasien
Berdasarkan hasil pengamatan studi kasus selama 3 hari di Rumah Sakit,
asupan makan pasien belum mencukupi sesuai kebutuhan. Hal ini terjadi bukan
karena pasien belum memahami edukasi yang diberikan, melainkan karena
pasien tidak bisa menelan banyak makanan karena penyakit yang dideritanya.
Hasil evaluasi yang dilakukan dengan menanyakan kembali kepada
keluarga pasien mengenai materi edukasi tentang diet RG RL Lunak, keluarga
pasien dapat menjawab pertanyaan berupa tujuan diet, syarat dan makanan yang
boleh dikonsumsi dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.
2. Observasi sisa makanan pasien
Berdasarkan hasil obervasi pengamatan yang dilakukan selama 3 hari,
pada hari pertama sampai hari ketiga pasien tidak menghabiskan makanan yang
diberkan dari rumah sakit. Hal ini dikarenakan pasien masih sulit untuk
menelan karena penyait yang dideritanya.
D. Evaluasi Asuhan Gizi
1. Indikator keberhasilan asuhan gizi
Indikator keberhasilan asuhan gizi selama pengamatan studi kasus ini
yaitu ditunjang dengan adanya kemauan dan motivasi untuk segera sembuh
yang ada pada diri pasien serta kondisi pasien yang sudah dapat menerima diet
yang diberikan dari Rumah Sakit sampai saat ini.

29
2. Rencana tindak lanjut
Pasien tetap diberikan diet Rendah Garam Rendah Lemak dalam bentuk
Lunak sampai penyakit yang diderita pasien sembuh.

30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari studi kasus diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnose penyakit pasien adalah CVA ICH (Cerebrovaskuler Accident,
Intracerebral Hematoma) Subcortex + HT (Hipertensi) Emergency +
Hipokalemia + Dislipidemia.
2. Permasalahan pasien yaitu Lemah setengah badan kiri, nyeri kepala, pelo,
kesulitan mengunyah, nafsu makan menurun.
3. Kebutuhan energy dan zat gizi pada pasien ialah:
Energi : 1149 kkal/hr
Protein : 43 gr/hr
Lemak : 31,9 gr/hr
Karbohidrat : 172 gr/hr
4. Jenis diet yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien dan kebutuhan zat gizi
pasien. Diet Rendah Garam Rendah Lemak diberikan dalam bentuk makanan
lunak.
5. Tujuan Diet:
a. Memberikan makanan untuk memenuhi gizi seimbang.
b. Memberikan makanan sesuai kebutuhan pasien.
c. Mempertahankan BBI dan status gizi normal.
d. Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap.
e. Membantu menurunkan kolesterol total dan kolesterol LDL secara bertahap.
f. Membantu memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia dan kelainan
jantung.
6. Syarat Diet:
a. Energi diberikan sesuai kebutuhan.
b. Protein cukup yaitu 15% dari total energy.
c. Lemak cukup yaitu 25% dari total energy, utamakan lemak tak jenuh.

31
d. Karbohidrat sedang yaitu 60% dari total energy.
e. Serat tinggi, terutama serat larut air.
f. Natrium dibatasi 200-400 mg/hr.
g. Vit dan Mineral cukup
7. Pemberian edukasi melalui pendekatan konsultasi gizi dan pendekatan motivasi
dengan keluarga pasien dapat memberikan kontribusi terhadap terjadinya terapi
diet.
B. Saran
1. Bagi Pasien:
Disarankan agar pasien mematuhi diet yang telah diberikan oleh rumah sakit
dan menjalankan diet yang dianjurkan dengan benar.
2. Bagi Keluarga:
Disarankan agar membantu pasien dalam melakukan diet yang dianjurkan dan
member motivasi kepada pasien.

32

Anda mungkin juga menyukai