AQIDAH
Secara bahasa
- “Apa yang telah berlalu dan telah mendahului,” misal: سل لففا
يء ل ال ش
ش ي
ف ل
سل ل( لsesuatu itu telah berlalu).
- “Jama’ah (sekelompok) orang yang telah mendahului, atau suatu
kaum yang telah berlalu dalam sejarah.”
- “Siapa saja yang mendahului Anda, yaitu Bapak Anda, kaum kerabat
yang secara umur dan keutamaan berada di atas Anda.”
Secara istilah
Kata salaf dalam ‘aqidah: semua definisinya berkisar pada Sahabat; Sahabat dan Tabi’in; atau
Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in yang hidup di masa (tiga abad pertama) yang dimuliakan
dari kalangan para imam yang telah diakui keimanannya, kebaikannya, kepahamannya
terhadap as-Sunnah dan keteguhannya dalam menjadikan as-Sunnah sebagai pedoman
hidupnya, menjauhi bid’ah, dan dari orang-orang yang telah disepakati ummat tentang
keimanan mereka serta keagungan kedudukan mereka dalam agama.
Tauhid Rububiyyah
Maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa hanya Allah semata Rabb dan Pemilik segala
sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dialah Yang Maha Pencipta, Dialah yang mengatur alam
dan yang menjalankannya.Dialah yang menciptakan para hamba, yang memberi rizki kepada
mereka serta menghidupkan dan mematikannya. Selain itu, beriman kepada qada’ dan
qadar-Nya serta keesaan-Nya dalam Dzat-Nya. Ringkasnya, bahwa.Tauhid Rububiyyah adalah
mengesakan Allah Ta’ala dalam segala perbuatan-Nya.
Tauhid Uluhiyyah
Yaitu, mengesakan Allah Ta’ala melalui perbuatan para hamba dinamakan juga dengan
tauhid ibadah. Maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa Allah جل جللهadalah ilah
(sesembahan) yang haq dan tidak ada ilah selain-Nya, segala yang diibadahi selain-Nya
adalah bathil, hanya Dialah yang patut diibadahi, bagi-Nya ketundukkan dan ketaatan secara
mutlak.
HADIST
1. Sebutkan dua pandangan ulama tentang amal hanya tergantung dengan niat?
Tentang sabda Rasulullah, “semua amal itu tergantung niatnya” ada perbedaan pendapat
para ulama tentang maksud kalimat tersebut. Sebagian memahami niat sebagai syarat
sehingga amal tidak sah tanpa niat, sebagian yang lain memahami niat sebagai penyempurna
sehingga amal itu akan sempurna apabila ada niat.
Rukun Iman
‘Aqidah Salafush Shalih – Ahlus Sunnah wal Jama’ah – dalam prinsip-prinsip keimanan
terangkum dalam iman dan tashdiq (pembenaran) terhadap rukun iman yang enam
sebagaimana yang disabdakan Nabi صلى الله عليه وسلمdalam hadits Jibril AS, yakni tatkala
ia datang menanyakan tentang iman kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. Maka Rasulullah
صلى الله عليه وسلمmenjawab: “Bahwa engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir; yang baik
dan buruk.”
Keimanan bersendikan pada keenam rukun ini. Jika salah satu rukun jatuh, seseorang tidak
dapat menjadi Mukmin sama sekali, karena ia telah kehilangan salah satu dari rukun iman.
Jadi, keimanan itu tidak akan berdiri, kecuali di atas rukunnya yang sempurna, sebagaimana
bangunan tidak akan berdiri tegak, kecuali di atas pilar-pilarnya yang sempurna pula.
Enam perkara ini disebut Rukun Iman. Maka tidaklah sempurna iman seseorang, kecuali
dengan mengimani semua rukun di atas dengan cara yang benar, sesuai dengan apa yang
ditunjukkan al-Qur-an dan as-Sunnah. Barang siapa mengingkari salah satu darinya, maka ia
bukanlah seorang Mukmin.
Rukun Islam
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Alh- Khottob radiallahuanhuma dia berkata :
Saya mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda : Islam dibangun diatas lima
perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi
Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan
puasa Ramadhan (Riwayat Turmuzi dan Muslim)
Abul ‘Abbas Al-Qurtubi berkata : “Lima hal tersebut menjadi asas agama Islam dan landasan
tegaknya Islam. Lima hal tersebut diatas disebut secara khusus tanpa menyebutkan Jihad
(Padahal Jihad adalah membela agama dan mengalahkan penentang-penentang yang kafir)
Karena kelima hal tersebut merupakan kewajiban yang abadi, sedangkan jihad merupakan
salah satu fardhu kifayah, sehingga pada saat tertentu bisa menjadi tidak wajib.
Ihsan
Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu’an
dalam beribadah, memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah
kepadanya serta keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.