DOSEN PENGAMPU :
Oleh:
Suharianto (08161082)
BALIKPAPAN
2018
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Pasal 159 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang telah ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Rencana
tata ruang wilayah kabupaten/kota yang selanjutnya disingkat RTRW kabupaten/kota
adalah rencana tatar uang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang
merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi
penataan ruang wilayah kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota,
rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota, penetapan kawasan strategis kabupaten/kota,
arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Rencana detail tata ruang kabupaten/kota
yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Zonasi dalah pembagian
kawasan kedalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau
diarah kan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. laporan pendahuluan ini merupakan
salah satu hasil dari Kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota
Sungai Penuh yang dikoordinasi oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh. ini
berisikan Pendahuluan, Dinamika Perkembangan Penataan Ruang, Kebijakan
Pembangunan, Gambaran Umum Wilayah Perencanaan, Metodologi dan Pendekatan,
Rencana Kerja, serta Organisasi Pelaksanaan dan Uraian Tugas. Letak Geografis Kota
Sungai Penuh antara 1010 14' 32'' BT sampai 1010 27' 31'' BT dan 020 01' 40'' LS sampai
dengan 020 14' 54'' LS. Dengan luas wilayah 39.150 ha.
Adanya kondisi pembangunan di Kota Sungai Penuh yang masih kurang
berkembang, untuk mengantisipasi dan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah
kota yang timbul, maka perlu adanya rencana penataan ruang kota yang bersifat umum,
detail maupun teknis. Untuk mengantisipasi perkembangan ke depan, terutama dengan
adanya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai
pengganti Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992, diperlukan peninjauan kembali
terhadap produk rencana tata ruang yang sudah ada. Tujuan dari Penyusunan RDTR Kota
Sungai Penuh adalah sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan
fisik kawasan, selain itu dapat dijadikan pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi,
dan pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan.
Pada BAB kedua dimana membahas tentang pemahaman dasar-dasar perencanaan
kota dimana mengartikan kota dalam beberapa lingkup seperti secara geografis, secara
fisik, secara demografis, secara statistis, secara sosial, secara ekonomi dan secara
administratif. Selain itu juga terdapat Pembagian Kewenangan antar Pemerintah, mulai
dari Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang diatur dalam UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007,
Hirarki dan jenis rencana tata ruang, dimana pada awalnya penyusunan rencana kota di
Indonesia diatur dalam Permendagri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kota. Akan tetapi perundang-undangan yang telah ada belum dapat menampung
tuntutan perkembangan pembangunan, sehingga Pemerintah menerbitkan Undang-undang
No. 24 Tahun 1992 mengenai Penataan Ruang. Yang mengatur, jenis rencana tata ruang
dibedakan menurut hirarki adminstrasi pemerintahan, fungsi wilayah serta kawasan, dan
kedalaman rencana. UU No. 26 Tahun 2007 membawa perubahan yang cukup signifikan
terhadap produk rencana tata ruang, yaitu bukan hanya berdasar pada wilayah administrasi
saja, tetapi dapat didasarkan pada fungsional dari suatu kawasan. Setiap tingkatan rencana
tata ruang memiliki cakupan wilayah perencanaan yang berbeda dengan tujuan pembuatan
atau maksud yang berbeda pula. Acuan penataan ruang di Indonesia haruslah mengikuti UU
No. 26 Tahun 2007 dimana, dalam setiap proses perumusannya, rencana tata ruang kota
tersebut selalu mengacu kepada kebijakan-kebijakan lain yang secara luas terkait dalam suatu
struktur kebijakan pembangunan, yang dimulai dari kebijakan skala nasional, regional hingga
kebijakan pembangunan kota itu sendiri.
UU Penataan Ruang No. 24/1992 pasal 19 maupun UU No. 26 Tahun 2007 dimana telah
mengatur tingkat ketelitian rencana yang sesuai dengan undang-undang yang mengatur peta
wilayah. Penjelasan pasal 19 ini adalah tingkat ketelitian dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tingkat ketelitian yang dimaksud/diminta adalah tingkat ketelitian minimal.
Dimana pengertian minimal ini diperuntukan pada skala peta dikandung arti bahwa suatu
rencana tata ruang dapat digambarkan dalam peta wilayah berskala yang lebih besar.
Kedudukan RDTR dalam Kerangka Penataan Ruang di Indonesia diatur dalam UU No.
26 Tahun 2007 dimana, perencanaan tata ruang merupakan proses menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Proses
perencanaan tata ruang menghasilkan produk yang disebut sebagai rencana tata ruang, yang
intinya memuat struktur ruang dan pola ruang. Kebutuhan mengenai perwujudan struktur
ruang dan pola ruang tersebut berbeda-beda sesuai dengan tingkat rencana tata ruang. Terkait
dengan hal tersebut, saat ini dikenal 2 (dua) kelompok rencana tata ruang, meliputi rencana
umum dan rencana rinci. Rencana umum pada dasarnya memuat mengenai kebijakan umum
dari penataan ruang suatu wilayah atau kawasan, sedangkan rencana rinci adalah penjabaran
operasionalisasi dari rencana umum yang dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan
aspirasi masyarakat (penjelasan pasal 14 ayat 1 (b)).
Institusi yang terkait dalam penyusunan dan penerapan Aturan Pola Ruang adalah
instansi dan pihak yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan kota, yaitu :
1. DPRD sebagai institusi yang terkait dalam pengesahan aturan menjadi Peraturan
Daerah
2. BAPEDA
3. Kantor atau Dnas Pertanahan
4. Dinas PU atau Dinas Kimpraswil atau Dinas Tarkim
5. Dinas Tata Kota
6. Dinas Pertanian
7. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
8. Dinas Bangunan
9. Dinas Pertamanan
10. BUMN/BUMD dan Swasta : PT TELKOM, PLN, PDAM, PN GAS, Operator
Telekomunikasi Seluler
I. Kedudukan Peraturan Zonasi Dalam Kerangka Proses Penyusunan Rencana
Tata Ruang
Kerangka proses penyusunan Rencana Tata Ruang, telah diatur dalam RTRW Kota dan
untuk melengkapi aturan pembangunan pada penetapan penggunaan lahan yang telah
ditetapkan dalam RDTRK. Peraturan Zonasi adalah rujukan dalam penyusunan RDTRK
seperti Rencana Teknik Ruang Kawasan (RTRK), atau Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).
II. Kedudukan Peraturan Zonasi Dalam Kerangka Proses Pemanfaatan Ruang
Dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Peraturan Zonasi ini menjadi suatu panduan rinci mengenai pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana diatur dalam RTRW Kota. Walaupun
merupakan penjabaran dari RTRW Kota, dalam kaitannya dengan pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang, Peraturan Zonasi ini perlu dipahami sebagai sesuatu yang
berbeda dari RDTRK. Adapun perbedaan antara keduanya adalah :
a. Peraturan Zonasi memiliki tingkat ketelitian yang sama dengan RDTRK namun mengatur
lebih rinci dan lebih lengkap
b. RDTRK merupakan salah satu jenjang rencana tata ruang kota yang memuat mengenai
arahan perencanaan ruang dan Peraturan Zonasi merupakan perangkat pengendalian
pemanfaatan ruang yang memuat ketentuan teknis dan administratif pemanfaatan ruang
dan pengembangan tapak
c. Peraturan Zonasi lebih diarahkan untuk melengkapi aturan pemanfaatan ruang dalam
RDTRK yang telah ditetapkan.
III. Kedudukan Peraturan Zonasi Dalam Kerangka Perangkat Pengendalian
Kerangka perangkat pengendalian pembangunan, sebagaimana telah dijelaskan di
atas, Peraturan Zonasi ini merupakan salah satu dari sekian banyak perangkat pengendalian
yang ada, terutama yang terkait dengan proses perizinan.
Kedudukan Peraturan Zonasi Dalam Kerangka Perangkat Pengendalian
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Sungai Penuh Tahun 2005 –
2025 (Perda No 6 Tahun 2012) dimana Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu
kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang disusun dalam jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek, oleh karena itu untuk memberikan arah dan
tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan arah
kebijakan daerah, maka perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah kurun
waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang. Keterkaitan dokumen RPJPD dengan dokumen
rencana pembangunan daerah lain, secara hubungan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. RPJPD Kota Sungai Penuh 2005-2025 disusun mengacu pada RPJP Nasional
Tahun 2005-2025.
2. RPJPD Kota Sungai Penuh 2005-2025 disusun mengacu pada RPJP Provinsi
Jambi Tahun 2005-2025 dan RPJMD Provinsi Jambi 2011-2015
3. RPJPD Kota Sungai Penuh 2005 - 2025 disusun berpedoman dan memperhatikan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional , RTRW Provinsi Jambi dan
RTRW Kota Sungai Penuh serta RTRW daerah lainnya,
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Sungai Penuh adalah Tujuan
penataan ruang yang mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan,
terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan. Struktur Ruang
Kota Sungai Penuh dimana pusat pelayanan Kota Sungai Penuh berada di Kecamatan Sungai
Penuh dan akan dikembangkan pada kawasan yang meliputi Desa Gedang, Desa Sumur
Anyir, Desa Aur Duri, Kelurahan Pasar Sungai Penuh, Desa Talang Lindung, Desa Karya
Bakti, Kelurahan Sungai Penuh, Desa Pelayang Raya, sebagian Kelurahan Pondok Tinggi,
Desa Permanti, Desa Pasar Baru, Desa Pondok Agung dan Desa Amar Sakti.
Fungsi Pusat Pelayanan Kota Sungai Penuh berupa pelayanan skala kota dan wilayah,
yang terdiri dari :
Kota Sungai Penuh direncanakan memiliki 4 (empat) Sub Pusat Pelayanan,mencakup Sub
Pusat Pelayanan Tanah Kampung, Hamparan Rawang, Pesisir Bukit, dan Kumun Debai.
Pusat Lingkungan merupakan pusat pelayanan untuk melayani kegiatan dengan skala wilayah
lingkungan kota. Fungsi yang diarahkan pada pusat pelayanan unit lingkungan adalah
fasilitasfasilitas lingkungan untuk melayani kawasan permukiman antara lain:
a) Pendidikan tingkat dasar;
b) Kesehatan: balai pengobatan;
c) Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk Taman lingkungan / olahraga lingkungan;
d) Fasilitas peribadatan skala lingkungan;
e) Fasilitas perdagangan skala lingkungan.
Pola Ruang Kota Sungai Penuh adalah Rencana pola ruang wilayah kota yang
merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi
rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya.
Kesimpulan:
Arahan pembangunan yang diatur dalam RDTR Kota Sungai Penuh bertujuan
sebagai dasar pembangunan yang ada. Dimana terdapat kawasan lindung dan budidaya yang
masing-masing memiliki tata guna lahan sesuai yang telah direncanakan. Oleh karena itu
pembangunan yang ada haruslah mengikuti keteraturan pembangunan demi Kota Sungai
Penuh yang lebih baik.