Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENGUJIAN PENETRASI ASPAL

I.1 Tujuan Praktikum


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal yang
dinyatakan dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada kurun waktu
tertentu pada suhu kamar. Tingkat kekerasan ini merupakan klasifikasi aspal.

I.2 Dasar Teori


Penetrasi merupakan suatu pengujian yang sangat penting. Hal ini karena
penetrasi dapat menunjukkan mutu suatu aspal. Penetrasi adalah masuknya jarum
penetrasi ke dalam permukaan aspal dalam waktu 5 detik dengan beban 100 gram
pada suhu 25˚C (SNI 06 – 2456 – 1991).

Pengujian ini ditujukan untuk menentukan kekerasan dan kelembekan suatu


aspal. Semakin besar angka penetrasi makin lembek aspal tersebut dan
sebaliknya semakin kecil angka penetrasi maka aspal tersebut semakin keras.
Aspal yang penetrasinya rendah di guanakan untuk daerah panas dan lalu lintas
dengan volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk
daerah bercuaca dingin dan lalu lintas rendah.

Menurut ASTM D-8-31, aspal adalah bahan berwarna hitam / coklat tua, bersifat
perekat, terutama terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau dari proses
pembuatan minyak bumi. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna hitam,
dapat bersifat padat/keras (asphaltine) dapat juga bersifat lembek (malthine).
Klasifikasi aspal sendiri dapat dilihat pada RSNI S-01-2003.

Pemeriksaan sifat kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur perlu dilakukan


sehingga diperoleh informasi rentang temperatur yang baik untuk pelaksanaan
pekerjaan. Kepekaan temperatur ini diperlukan karena aspal merupakan material
yang bersifat thermoplastic, yaitu bentuknya berubah tergantung suhu. Kepekaan
terhadap temperatur akan menjadi dasar perbedaan umur aspal untuk menjadi
retak atau mengeras.

Selain itu, penentuan penetrasi juga merupakan suatu cara empiris yang
digunakan untuk mengetahui konsistensi aspal. Konsistensi aspal merupakan
derajat kekentalan aspal yang sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk aspal keras
atau lembek penentuan konsistensi dilakukan dengan penetrometer.

Konsistensi dinyatakan dengan angka penetrasi, yaitu masuknya jarum penetrasi


dengan beban tertentu ke dalam benda uji aspal pada suhu 25°C selama 5 detik.
Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap aspal dengan angka
penetrasi berkisar 50 – 200.

Penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu kamar


menghasilkan nilai yang berbeda variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat
disusun sedemikian rupa hingga dihasilkan nila grafik antara suhu dan penetrasi.
Penetrasi index dapat ditentukan dari grafik tersebut.

British Standard (BS) membagi nilai penetrasi menjadi sepuluh macam dengan
rentang nilai PEN 15 sampai dengan 450, sedangkan AASHTO mendefinisikan
nilai PEN 40-50 sebagai nilai PEN untuk material terkeras dan PEN 200-300
untuk material bahan bitumen terlunak.

Berdasarkan SNI 06 – 2456 – 1991 nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata


sekurang -kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil
pembacaan tidak melampaui ketentuan dibawah ini :
Tabel I. 1 Hasil Penetrasi dan Nilai Toleransinya

Pembagian kekerasan dan kekentalan aspal adalah sebagai berikut.


1. Aspal pen 40/50 : Bila jarum penetrasi benda pada range (40 – 59)
2. Aspal pen 60/70 : Bila jarum penetrasi benda pada range (60 – 79)
3. Aspal pen 85/100 : Bila jarum penetrasi benda pada range (85 – 100)
4. Aspal pen 120/150 : Bila jarum penetrasi benda pada range (120 – 150)
5. Aspal pen 200/300 : Bila jarum penetrasi benda pada range (200– 300)

I.3 Alat dan Bahan


I.3.1. Alat
Dalam pengujian penetrasi, alat yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0.1 mm. Pemegang jarum
seberat (47.5 ± 0.05) g yang dapat dilepas dengan mudah dari alat
penetrasi untuk peneraan
2. Pemberat sebesar (50 ± 0.05) g dan (100 ± 0.05) g masing-masing
digunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 g dan 200 g
3. Cawan yang terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata-rata berukuran sebagai berikut :
Tabel I. 2 Kapasitas Cawan untuk Pengujian Penetrasi

4. Jarum penetrasi yang dibuat dari stainless steel mutu 440℃ atau HRC 54
sampai 160. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
5. Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari
10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang
0.1℃. bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50
mm di atas dasar bejana. Permukaan air sekurang-kurangnya 150 ml di atas
pelat dasar berlubang.
6. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi.
7. Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang
cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
8. Pengukur waktu.

I.3.2. Bahan
Untuk melakukan pengujian pentrasi, dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut.
1. Sample aspal
2. Air

I.4 Prosedur Praktikum


Berdasarkan AASHTO T 49-89: 1990/ASTM D 5-86, prosedur pengujian
penetrasi aspal adalah sebagai berikut :
Persiapan Benda Uji
1. Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup cair untuk
dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 56℃ di atas
titik lembek, dan untuk bitumen tidak lebih dari 100℃ di atas titik lembek.
Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan
agar udara tidak masuk ke dalam contoh.
2. Setelah contoh cair merata, tuangkan ke dalam tempat contoh dan diamkan
hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari
angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah dua buah benda uji (duplo).
3. Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang
selama 1 sampai 1.5 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 90 ml
dan 1.5 sampai 2 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.
Langkah-Langkah Pengujian
1. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air
tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang
ditentukan. Diamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1.5 jam untuk
benda uji dengan cawan berkapasitas 90 ml dan 1.5 jam sampai 2 jam untuk
benda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.
2. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian
keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum.
3. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar
(100 ± 0.1) gram.
4. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
5. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji . kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer
sehingga jarum penunjuk berhimpit dengannya.
6. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama jangka
waktu (5 ± 0.1) detik.
7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0.1 mm terdekat.
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
9. Lakukan pekerjaan di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang
sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi dinding berjarak
lebih dari 1 cm.
10. Termometer untuk bak peredam harus ditera.
11. Bitumen dengan penetrasi kurang dari 350 dapat diuji dengan alat-alat dan
cara pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350 dan
500 perlu dilakukan dengan alat-alat lain (SNI 06-2456-2011).
12. Untuk penetrasi dengan nilai lebih besar dari 200 sedikitnya digunakan 3
jarum penetrasi. Untuk tiap penusukan digunakan 1 jarum dan jarum tidak
usah ditarik kembali sampai pengujian selesai. Hal ini dikarenakan untuk
penetrasi lebih dari 200 lebih rentan terhadap kerusakan dibanding benda
uji dengan nilai penetrasi yang lebih kecil.
13. Apabila pembacaan stopwatch lebih dari (5±0.1) detik, hasil tersebut tidak
berlaku (diabaikan).

Prosedur percobaan ini dapat dirangkum dalam flowchart sebagai berikut :


Gambar I. 1 Flowchart Prosedur Pengujian Penetrasi Aspal

Anda mungkin juga menyukai