Menurut ASTM D-8-31, aspal adalah bahan berwarna hitam / coklat tua, bersifat
perekat, terutama terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau dari proses
pembuatan minyak bumi. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna hitam,
dapat bersifat padat/keras (asphaltine) dapat juga bersifat lembek (malthine).
Klasifikasi aspal sendiri dapat dilihat pada RSNI S-01-2003.
Selain itu, penentuan penetrasi juga merupakan suatu cara empiris yang
digunakan untuk mengetahui konsistensi aspal. Konsistensi aspal merupakan
derajat kekentalan aspal yang sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk aspal keras
atau lembek penentuan konsistensi dilakukan dengan penetrometer.
British Standard (BS) membagi nilai penetrasi menjadi sepuluh macam dengan
rentang nilai PEN 15 sampai dengan 450, sedangkan AASHTO mendefinisikan
nilai PEN 40-50 sebagai nilai PEN untuk material terkeras dan PEN 200-300
untuk material bahan bitumen terlunak.
4. Jarum penetrasi yang dibuat dari stainless steel mutu 440℃ atau HRC 54
sampai 160. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
5. Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari
10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang
0.1℃. bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50
mm di atas dasar bejana. Permukaan air sekurang-kurangnya 150 ml di atas
pelat dasar berlubang.
6. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi.
7. Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang
cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
8. Pengukur waktu.
I.3.2. Bahan
Untuk melakukan pengujian pentrasi, dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut.
1. Sample aspal
2. Air