Anda di halaman 1dari 5

LATAR BELAKANG

Udara merupakan salah satu unsur penting bagi kehidupan manusia. Untuk melakukan
semua aktivitas, manusia membutuhkan energi yang dihasilkan dari hasil pembakaran zat
melalui inspirasi oksigen. Akan tetapi, kini seiring bertambahnya jumlah penduduk,
mengakibatkan kualitas udara menurun akibat pencemaran lingkungan. Kepadatan penduduk
meningkatkan pembangunan dan aktivitas manusia. Pencemaran lingkungan yang paling
mempengaruhi keadaan iklim dunia adalah pencemaran udara. Pada tahun 2012 terdapat
sekitar 7 juta kematian dari total 8 juta kematian yang diakibatkan karena paparan polusi udara
(WHO, 2014). Pencemaran udara terbagi menjadi dua yaitu pencemaran udara ambient
(ambient /outdoor air pollution) dan pencemaran udara di dalam ruangan (indoor air
pollution). Sumber polutan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran udara juga terbagi
menjadi dua yaitu dari aktivitas alam dan aktivitas manusia (antropogenik). Sumber polutan
yang menjadi penyumbang emisi gas adalah dari kegiatan industri. Kegiatan industri
merupakan suatu kegiatan vital yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
industri yang kian pesat hingga seringkali pihak industri hanya mengutamakan keuntungan
produksi dan tak jarang dari aktivitas industri meemberikan dampak negatif terhadap kesehatan
dan lingkungan.

Menurut Wiguna, salah satu dampak negatif dari adanya kegiatan industri adalah emisi
partikulat yang berasal dari pembakaran tungku di industri yang menjadi penyumbang
pencemaran udara yaitu sebesar 51, 27 %. Namun, emisi PM 2,5 menjadi perhatian penting
karena partikulat tersebut mampu masuk ke dalam pernapasan dan mengendap di alveoli
(Novirsa & Achmadi , 2012). PM 2,5 ini memiliki tingkat toksisitas tinggi. Ketika masuk
kedalam tubuh, PM 2,5 akan mampu melakukan penetrasi hingga ke dalam sistem paru-paru
(WHO, 2006). PM 2,5 lebih toksik dari pada yang berukuan lebih besar dan telah terbukti
mengakibatkan efek terhadap kesehatan. Menurut WHO dan ATS, PM 2,5 memiliki dampak
bagi kesehatan baik secara jangka pendek maupun secara jangka panjang. Dampak kesehatan
jangka pendek dari pajanan PM 2,5 adalah perubahan fisiologis (fungsi paru dan tekanan
darah), gejala akut (batuk, sesak, infeksi pernapasan) sedangkan dampak jangka panjang yaitu
kematian akibat respirasi, meningkatnya insiden dan prevalensi paru kronik dan kanker. Selain
itu, PM 2,5 terbukti dapat mengakibatkan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) (WHO,
2010). Berdasarkan data WHO, rata-rata konsentrasi PM 2,5 secara global adalah sebesar 38
µg/m3. Sedangkan berdasarkan data Bank Dunia (2016) sebanyak 88,91 % penduduk Indonesia
terpajan oleh PM 2,5 dengan konsentrasi melebihi standar WHO. Selain itu pajanan PM juga
telah terbukti mengakibatkan sekitar 3% kematian yang disebabkan karena infeksi saluran
pernafasan (WHO, 2010).

Zat pencemar udara yaitu PM 2,5 akan berbaur dalam udara inspirasi (inhalasi) dan bersifat
iritan atau korosif hingga menyebabkan ISPA. Menurut WHO (2012) penyakit ISPA
menyebabkan 4,25 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Sedangkan di Indonesia sendiri
menurut data Riskesdas (2013) jumlah penderita ISPA di Indonesia mencapai 25% (256.941
penderita ISPA) dari jumlah keseluruhan penderita penyakit menular sebanyak 1.027.766
penderita. ISPA terjadi di seluruh provinsi dan kota di Indonesia salah satunya Jawa Tengah.
Bahkan ISPA masuk kedalam 10 besar penyakit yang sering di derita masyarakat (Dinkes,
2012). ISPA memiliki gejala yang bersifat ekternal dan tanda berupa batuk, kesukaran
bernafas, sakit tenggorokan, pilek dan demam.

Desa Kademangaran merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dukuhturi
Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Di desa tersebut terdapat industri pembuatan batu bata
merah yang dikelola oleh masyarakat setempat (informal). Industri tersebut merupakan sumber
mata pencaharian warga setempat. Industri tersebut tidak diatur dalam peraturan perundan-
undangan sehingga peraturan yang berkaitan dengan perlindungan kesehatan dan keselamatan
terhadap pekerja kurang menjadi perhatian. Dengan adanya aktivitas industri pembuatan batu
bata merah di daerah tersebut, tentunya mendatangkan sejumlah dampak positif dan negatif.
Dampak positif yang tercipta dengan adanya industri terebut adalah terciptanya lapangan
pekerjaan dan meningkatkan perekonomian dan sosial masyarakat. Akan tetapi adanya industri
terebut juga mendatangkan dampak negatif yaitu timbulnya dampak kesehatan akibat terpapar
zat pencmar udara yang berasal dari proses produksi industri tersebut terutama bagi pekerja.

Adapun proses produksi industri batu bata merah yaitu penggalian bahan mentah, pengolahan
bahan mentah, pembentukan batu bata, pengeringan batu bata merah dan pembakaran batu bata
(Huda & Hastuti, 2012). Tahap pembakaran merupakan tahap yang paling berisiko terhadap
kesehatan pekerja karena membutuhkan waktu yang lama dan pembakaran dilakukan dengan
menggunakan kayu yang mampu menghasilkan zat pencemar udara PM 2,5. Belum ada peneliti
yang melakukan penelitan antara PM 2,5 dengan kejadian ISPA pada pekerja. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Analisis Risiko Pajanan PM 2,5 dengan gejala
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pada pekerja Pembuatan Batu Bata Merah (Studi di
Pembuatan Batu Bata Kademangaran, Kabupaten Tegal Tahun 2018).

Rumusan Masalah

Industri pembuatan batu bata merah di Desa Kademangaran Kabupaten Tegal berpotensi
mengeluarkan PM 2,5 ke udara dan memiliki risiko untuk menyebabkan gejala ISPA bagi para
pekerja. Akan tetapi dikarenakan industri pembuatan batu bata merah terebut dikelola oleh
masyarakat (informal) belum pernah ada yang melakukan pengukuran kadar PM 2,5 tersebut
dan melihat gejala ISPA yang ditimbulkan dari kegiatan pembuatan batu bata pada pekerja.
Oleh karena itu, perlu dilakukan Analisis Risiko Pajanan PM 2,5 dengan gejala ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut) pada pekerja Pembuatan Batu Bata Merah (Studi di Pembuatan Batu
Bata Kademangaran, Kabupaten Tegal Tahun 2018).

Pertanyaan Penelitian

Adakah hubungan pajanan PM 2,5 dengan gejala ISPA pada pekerja pembuatan batu bata
merah (Studi di Pembuatan Batu Bata Kademangaran Kabupaten Tegal Tahun 2018.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Mengetahui Hubungan antara PM 2,5 dengan gejala ISPA pada pekerja pembuat batu bata di
Kademangaran Kabupaten Tegal Tahun 2018
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui konsentrasi pajanan PM 2,5 di lingkungan kerja pembuatan batu bata
Kademangaran Kabupaten Tegal tahun 2018
2. Mengetahui kejadian gejala ISPA pada pekerja pembuat batu bata di wilayah
Kademangaran Kabupaten Tegal tahun 2018
3. Mengetahui hubungan antara pajanan PM 2,5 dengan kejadian gejala ISPA pada
pekerja pembuatan batu bata di wilayah Kademangaran Kabupaten Tegal tahun 2018.
Manfaat Penelitian

1. Dinas Kesehatan
a. Hasil penelitian dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan untuk mulai
memberikan perhatian kepada kesehatan dan keselamatan pekerja di sektor
industri informal seperti pembuatan batu bata merah.
b. Memberikan informasi bagi para pekerja mengenai gambaran risiko ketika
bekerja lalu memberikan edukasi bagi para pekerja industri pembuatan batu bata
merah.

2. Bagi Pekerja

Hasil Penelitian ini diharapkan bisa menjadi satu sumber informasi bagi para pekerja
tentang bahaya dan risiko kesehatan yang dihaddapi pekerja. Pekerja pembuat batu bata
dapat mengetahui risiko dari pajanan PM 2,5 hingga dapat mengakibatkan terjadinya
gejala ISPA. Sehingga, para pekerja atau pemiliki dapat melakukan pencegahan atau
upaya untuk mengurangi rissiko terjadinya gangguan kesehatan saat bekerja.
3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti mengenai hubungan pajanan PM 2,5 dengan


kejadian gejala ISPA pada pekerja pembuatan batu bata merah di Desa Kademangaran
Kabupaten Tegal Tahun 2018.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini fokus tehadap hubungan pajanan PM 2,5 dengan gejala ISPA pada
pekerja di Desa Kademangarana Kabupaten Tegal Tahun 2018. Adapun penelitian ini
menggunakan desain studi cross sectional dengan mengumpulkan data primer melalui
pengukuran particulate matter langsung dan melakukan penyebaran kuisioner pada
target penelitian yaitu para pekerja pembuat batu bata merah di wilayah Desa
Kademangaran Kabupaten Tegal Tahun 2018.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
Udara

Debu

ISPA

Anda mungkin juga menyukai