Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI KASUS

FIBROADENOMA MAMAE

Disusun Oleh:
Ike Kumala Sari
1102013131

Pembimbing:
Letkol (CKM) dr. Wicaksono, Sp.B

KEPANITERAAN ILMU BEDAH


PERIODE 2 JANUARI 2018 – 11 MARET 2018
RUMAH SAKIT MOH. RIDWAN MEUREKSA
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
•Nama : Nn. U
•Usia : 25 tahun
•Jenis Kelamin : Perempuan
•Alamat : Jl.Pangkalan No 29 pd.Ranggon, cipayung, Jakarta timur
•Agama : Islam
•Pendidikan : D.IV
•Status Perkawinan: Belum Menikah
•Masuk RS : 7 Januari 2018
•Ruang : Anyelir

ANAMNESA

• Keluhan Utama : Terdapat benjolan pada payudara kiri, sejak 7 bulan yang lalu.

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan benjolan di payudara kiri atas bagian
luar kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu. Ukuran benjolan awalnya sebesar
kacang lalu membesar hingga saat ini berukuran kurang lebih seperti
kelereng, benjolan dirasa mulai membesar sejak 7 bulan terakhir, pasien tidak
mengeluhkan nyeri pada benjolan tersebut.

 Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Diabetes Mellitus (-) d. Penyakit Jantung (-)


b. Hipertensi ( -) e. Penyakit Paru (-)
c. Asma (-) f. Penyakit Hepar (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada riwayat penyakit keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda Vital
TD : 110 / 70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,4 C
 Berat badan : 39 kg
 Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah di cabut
 Mata
Palpebra : Oedem - / -
Konjungtiva : Anemis - / -
Sklera : Ikterik - / -
Arcus senilis :-/-
Pupil : Bulat, isokor
Refleks cahaya :+ /+
Katarak :-/+
 Telinga
Bentuk : Simetris
Liang : Lapang
Mukosa : Tidak hiperemis
Serumen : Tidak ada
Membrana Timpani : Intak
 Hidung
Bentuk : Simetris
Deviasi septum : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Concha : Tidak hiperemis
 Mulut
Bibir : Mukosa bibir basah, tidak sianosis
Lidah : Tidak kotor
Tonsil : T1-T1
Mukosa faring : Tidak hiperemis
 Gigi
Amalgam : Tidak ada
Gangren Pulpa : tidak ada
Gangren Radiks : tidak ada
Protesa : tidak ada
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
 Leher
KGB : tidak ada pembesaran
Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
JVP : tidak dilakukan pemeriksaan
 Toraks
- Paru
Inspeksi : Pergerakan pernapasan kedua hemitoraks simetris
Palpasi : Fremitus vokal dan taktil sama kanan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, batas paru-hati normal,
peranjakan paru positif
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rh -/-, wh -/-

- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V garis midklavikula
kiri
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Datar , simetris
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : Tymphani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus ( + ) dalam batas normal
 Ekstremitas
- Atas
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak sianosis
Perfusi : Baik
- Bawah
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak sianosis
Perfusi : Baik
Udem :-/-
B. STATUS LOKALIS
Regio : Mammae sinistra kuadran lateral atas

 Benjolan pada mammae sinistra kuadran lateral atas, ukuran ± 2 x 1x


2 cm konsistensi kenyal, mobile, tidak melekat pada dinding dada,
batas tegas, hiperemis (-), nyeri tekan (-), peau d’orange (-), retraksi
puting (-), putting tidak ada discharge dan darah.
 KGB : Tidak ada pembesaran KGB pada supra dan infra clavicula,
juga tidak ditemukannya pembesaran KGB pada axilla
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap (4 Januari 2018 )
•Haemoglobin : 14,8 g/dL
•Leukosit : 5,6 / ul
•Hematokrit : 40 %
•Trombosit : 236.000 /uL
 LED : 11 mm/jam

2. Gula Darah Sewaktu: 104 mg/dL

3. Hemostasis
•Waktu perdarahan : 2’
•Waktu pembekuan : 5’

4. Thorax foto :
Sinus, diaphragm, cor : normal
Pulmones : kedua hillus tak melebar, corakan bronchovaskuler kedua paru normal.
Tak tampak infiltrate pada parenchym.
Tulang dan jaringan lunak baik.
Kesan : tak tampak kelainan pada foto thorax.

5. USG : tidak dilakukan.

DIAGNOSA KERJA
Fibroadenoma mamae sinistra.

DIAGNOSA BANDING
Fibro Cystic Disease, Tumor mamae suspect maligna

PENATALAKSANAAN
- Operasi Eksisi Biopsi

Pre Op : Infus RL 30tpm


Pasien di puasa kan 6 jam sebelum operasi
Operasi : 8 Januari 2018, pukul 09.00-10.00

LAPORAN OPERASI :
- Pasien terlentang dalam general anestesi.
- Dilakukan aseptic dan antiseptic pada daerah operasi dan sekitarnya.
- Medan operasi di persempit dengan duk steril.
- Dilakukan insisi dari mulai kutis, subkutis hingga massa tumor
- Dilakukan eksisi massa secara tajam
- Perdarahan dikontrol
- Luka operasi dijahit kemudian ditutup
- Operasi selesai
DO : ditemukan massa berukuran 2x1x2cm, kenyal, berwarna putih, batas tegas.

- TNM
- • T (Tumor size), ukuran tumor :
- T 0 : tidak ditemukan tumor primer
T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
- • N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
- N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla
N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb
di mammary interna di dekat tulang sternum
- • M (Metastasis) , penyebaran jauh :
- M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
M 1 : terdapat metastasis jauh
- STADIUM
- Setelah masing-masing faktor T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian
digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
- Stadium 0 : T0 N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
Stadium III C : Tiap T N3 M0
Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1

Dx post op : Fibro Adenoma mamae


Terapi Post Operasi : inj.Ceftriaxon 2x1
Inj. Ranitidine 2x1
Inj. Ketorolac 3x1

PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria
organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti
pada wanita. Payudara terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta terbentang lebarnya
dari linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana. Berat dan ukuran
payudara bervariasi sesuai pertambahan umur, pada masa pubertas membesar, dan
bertambah besar selama kehamilan dan sesudah melahirkan, dan menjadi atropi pada
usia lanjut.

Setiap payudara terdiri atas 15 sampai 25 lobus kelenjar yang masing-masing


mempunyai saluran ke papilla mamma yang disebut duktus laktiferus dan dipisahkan
oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya.

Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut
terdapat jaringan lemak. Di antara lobus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut
ligamentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan
lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan
memberi rangka untuk payudara.
Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan
anterior.

Pembuluh darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri torakalis
lateralis. Vena supervisialis mamae mempunyai banyak anastomosa yang bermuara ke
vena mamaria interna da
n vena torakalis interna/epigastrika, sebagian besar bermuara ke vena torakalis
lateralis. Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula aliran ke kelenjar
interpektoralis.

Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada gambar berikut:
Fisiologi
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen
diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai
perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.

• Pubertas

Pengaruh estrogen dan progesteron dan Growth hormone yang diproduksi ovarium
dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan ductus berkembang dan bercabang
cabang membentuk asinus.

• Masa menstruasi

Pada waktu menstruasi, ductus akan menciut dan sebagian epital akan berdesquamasi.
Setelah ‘bersih’ ( + 8 hari post menstruasi), ductus berproliferasi, sel epitel membesar
atau bertambah, jaringan periductal diinflitrasi oleh limfosit dan kemudian terjadi
intersisial edeme, sehingga bengkak. Hingga beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya, terjadi pembesaran maksimal payudara, dan payudara menjadi tegang dan
nyeri, sehingga kadang pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu ini, mammografi juga tidak terlalu berguna karena kontras kelenjar terlalu
besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Ada kalanya, dimana siklus
menstruasi berubah, dapat timbul kelainan benigna. Keadaan mammae yang paling
bagus adalah saat ovulasi.
• Masa hamil dan menyusui

Prolactin hormone memicu epitel ductus berproliferasi dan tumbuh ductus baru,
seolah-olah jaringan lemak bergeser oleh karena HCG.

• Partus

Hormon placenta menurun dan merangsang peningkatan kadar hormon prolactin (dari
hipofise anterior), sehingga mentrigger laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisiasinus, kemudian dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.
Pengeluaran ASI dipicu oleh penurunan hormone estrogen dan rangsangan mekanik
dari hisapan bayi.

• Post lactasi

Sebagian mengalami involusi / penyusutan ductus dan alveoli, dan sebagian lagi
menetap hingga masa menopause.

• Menopause

Jaringan kelenjar mulai diganti oleh jaringan ikat. Banyak tetapi tidak padat. Jaringan
periductal tebal, sehingga seakan-akan ada obstruksi. Batas lobulus kabur, dapat
terjadi dilatasi ductus dan kista kecil-kecil.

Remaja

Kehamilan

Menyusui

Orang Tua
Fibroadenoma Mamae
Definisi
Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat
pada wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause, berasal dari jaringan
fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel). Fibroadenoma adalah kelainan
pada perkembangan payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak
normal pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang
melapisi saluran air susu di payudara. Fibroadenoma merupakanjenis tumor jinak
mamma yang paling banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling
banyak ditemukan pada kelompok umur muda.

Epidemiologi
Fibroadenoma mamae adalah tumor jinak pada payudara yang lebih sering didiagnosa
pada wanita muda. Fibroadenoma dilaporkan terjadi pada lebih dari 9% penduduk
wanita. Fibroadenoma sangat dipengaruhi oleh hormon dan bervariasi selama siklus
menstruasi dan masa kehamilan.

Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute, fibroadenoma umumnya


terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas
50 tahun.Belum ada data yang pasti mengenai insiden fibroadenoma pada populasi
umum. Dalam suatu studi disebutkan bahwa angka kejadian fibroadenoma pada
wanita yang menjalani pemeriksaan di klinik payudara sekitar 7%-13% sementara itu
pada studi yang lain didapatkan 9% dari otopsi. Fibroadenoma didapatkan dari 50%
semua biopsi payudara dan hal ini meningkat mencapai 75% pada biopsi payudara
wanita yang berumur < 20 tahun.

Fibroadenoma mammae terutama sering terjadi pada wanita muda di Afrika. Sebuah
analisis klinikopatologi melaporkan bahwa dari 202 lesi jinak payudara terjadi pada
wanita kulit hitam. Hasil studi menunjukkan bahwa kejadian puncak fibroadenoma
terjadi pada usia lebih dini yang terjadi pada pasien kulit hitam dibandingkan pada
pasien kulit putih.

Etiologi
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa
faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas
estrogen, yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya.Peningkatan aktivitas
estrogen absolut atau relatif dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan
fibroadenoma, dan sesungguhya lesi serupa dapat muncul dengan perubahan
fibrokistik (perubahan fibroadenomatoid). Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor
embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan
fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.

Hubungan antara munculnya beberapa fibroadenoma dengan penggunaan


kontrasepsi oral belum dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan
patogenesis yang berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara lokal
terhadap estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau keturunan.
Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidak meningkat
tetapi sebaliknya jumlah reseptor estrogen meningkat. Peningkatan kepekaan terhadap
estrogen dapat menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan berkembang menjadi
karsinoma. Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma
bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat
membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu
kemampuan seorang wanita untuk menyusui.

Faktor Risiko
Sampai saat ini penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya
tumor ini antara lain:

a. Umur

Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi terjadinya
Fibroadenoma Mammae. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30
tahun. Terutama terjadi pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun. Berdasarkan data
dari penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di
Ghana, dilaporkan bahwa rata-rata umur pasien yang menderita fibroadenoma adalah
23 tahun dengan rentang usia 14-49 tahun.

b. Riwayat Perkahwinan

Riwayat perkahwinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan,


paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, pada tahun 2011
di Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM, artinya
penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Hasil
penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun meningkatkan risiko
kejadian FAM artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang
menikah pada usia < 21 tahun.

c. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak

Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat pada


kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang penting
dalam perlindungan terhadap risiko kejadian FAM.

d. Penggunaan Hormon
Perkembangan payudara dan fungsinya diprakarsai oleh berbagai rangsangan hormon
,termasuk estrogen , progesteron , prolaktin , oksitosin , hormon tiroid dan kortisol.
Pertumbuhan Estrogen, progesteron, dan prolaktin terutama memiliki efek mendalam
pada pengembangan dan fungsi payudara yang normal. Estrogen memulai
pembangunan duktal,sedangkan progesteron bertanggung jawab untuk diferensiasi
epitel dan untuk pengembangan lobular. Prolaktin adalah primer stimulus hormonal
untuk lactogenesis pada akhir kehamilan dan periode postpartum, prolaktin juga
meregulasi reseptor hormon dan merangsang pengembangan epitel . Hormon
gonadotropin luteinizing (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) mengatur
pelepasan estrogen dan progesteron dari indung telur. Sebaliknya, pelepasan LH dan
FSH dari sel basofilik dari hipofisis anterior diatur oleh sekresi gonadotropin
releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, umpan balik positif dan negatif dari
sirkulasi estrogen dan progesteron mengatur sekresi LH, FSH, dan GnRH. Hormon ini
yang bertanggung jawab untuk pengembangan, fungsi, dan pemeliharaan jaringan
payudara. Pada bayi perempuan, estrogen dan progesteron yang beredar menurun
setelah lahir dan tetap rendah selama masa kanak-kanan karena sensitivitas dari aksis
hipotalamus-hipofisis terhadap umpan balik negatif dari hormon ini. Pada masa
pubertas, terjadi penurunan sensitivitas aksis hipotalamus-hipofisis terhadap umpan
balik negatif sehingga terjadi peningkatan kepekaan terhadap umpan balik positif dari
estrogen. Peristiwa fisiologis ini mengawali peningkatan GnRH, FSH, dan sekresi LH
dan akhirnya terjadi peningkatan estrogen dan sekresi progesteron oleh indung telur,
yang mengarah pada pembentukan siklus menstruasi. Pada awalnya dari siklus
menstruasi, terjadi peningkatan dalam ukuran dan kepadatan payudara, yang diikuti
oleh kendurnya jaringan payudara dan epitel proliferasi. Dengan terjadinya
menstruasi, pembengkakan payudara mereda dan epitel proliferasi menurun.

Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap


peningkatan hormon estrogen. Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya
adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Department of Surgery, University of
Oklahoma Health Sciences Center, dilaporkan proporsi penderita FAM yang
menggunakan kontrasepsi dengan komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.

e. Gaya Hidup

Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal merupakan
faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian , diketahui bahwa IMT > 30
kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM, artinya wanita dengan IMT > 30 kg/m2
memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT < 30
kg/m2 .
Selain itu, kebiasaan mengkonsumsi junk food dan makanan dengan kolesterol tinggi
juga menjadi salah satu fakor resiko FAM, diketahui bahwa sintesis kolesterol dapat
menghasilkan estrogen dan progesterone, dimana dapat meningkatkan proliferasi sel
sel pada payudara.
Perubahan kolesterol menjadi estrogen memerlukan sejumlah langkah berurutan,
dengan langkah terakhir adalah perubahan androgen menjadi estrogen. Sel-sel teka
banyak menghasilkan androgen tetapi kapasitas mereka mengubah androgen menjadi
estrogen terbatas. Sel-sel granulosa, dipihak lain mudah mengubah androgen menjadi
estrogen tetapi tidak mampu membuat androgen sendiri. LH bekerja pada sel-sel teka
untuk merangsang pembentukan androgen, sementara FSH bekerja pada sel-sel
granulosa untuk meningkatkan perubahan androgen teka menjadi estrogen.

f. Riwayat Keluarga

Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma. Namun,


riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan oleh
beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko tumor ini. Dari beberapa
penelitian menunjukkan adanya risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan
saudara perempuan mengalami penyakit payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita
FAM memiliki riwayat keluarga menderita penyakit pada payudara. Tidak seperti
penderita dengan fibroadenoma tunggal, penderita multiple fibroadenoma memiliki
riwayat penyakit keluarga yang kuat menderita penyakit pada payudara.

g. Stress

Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga akan
meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian, diketahui orang yang mengalami
stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM yaitu orang yang mengalami stress
memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM dibandingkan dengan orang yang tidak
stress.

h. Faktor Lingkungan

Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic hydrocarbons


(PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian pada
tahun 2011 di Iran dilaporkan 38% dari penderita FAM memiliki riwayat tinggal di
dekat pabrik yang memproduksi PAHs. Penelitian tersebut menggunakan desain case
control dimana diketahui yang artinya orang yang tinggal didekat pabrik yang
memproduksi zat PAHs memiliki risiko 3,7 kali menderita FAM. PAHs adalah salah
satu pencemar organik yang paling luas. PAHs dibentuk oleh pembakaran tidak
sempurna dari karbon yang mengandung bahan bakar seperti kayu, batu bara, diesel,
lemak, tembakau, dan dupa. 36 Banyak senyawa-senyawa aromatik, termasuk PAHs,
yang bersifat karsinogenik. Hal ini berdasarkan sifatnya yang hidrofobik (tidak suka
akan air), dan tidak memiliki gugus metil atau gugus reaktif lainnya untuk dapat
diubah menjadi senyawa yang lebih polar. Akibatnya senyawa PAHs sangat sulit
diekskresi dari dalam tubuh dan biasanya terakumulasi pada jaringan hati, ginjal,
maupun adiposa atau lemak tubuh. Dengan struktur molekul yang menyerupai basa
nukleat (adenosin, timin, guanin, dan sitosin), molekul PAHs dapat dengan mudah
menyisipkan diri pada untaian DNA. Akibatnya fungsi DNA akan terganggu dan
apabila kerusakan ini tidak dapat diperbaiki dalam sel, maka akan menimbulkan
penyakit kanker.

Patofisiologi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses
hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya
dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Fibroadenoma
berkembang dari unit lobular duktus terminal karena proliferasi tak terkendali dari
komponen epitel dan stroma (kemungkinan karena stimulasi estrogen) yang
melibatkan bagian dari jaringan sekitarnya. Pertumbuhan jaringan ini sebagian
dikompresi, sehingga menciptakan semacama pseudokapsul. Fibroadenoma memiliki
struktur internal yang terdiri dari stroma dan elemen epitel. Unsur stroma mungkin
mengalami degenerasi myxoid, seperti sklerosis, hialinisasi dan kalsifikasi,
sedangkan elemen epitel dapat menimbulkan semua aspek proliferasi dan non-
proliferasi yang mungkin dari parenkim payudara, seperti metaplasia apokrin,
hiperplasia duktus, sclerosing adenosis dan kemerahan. Fibroadenoma yang ditandai
dengan apokrin metaplasia, hiperplasia duktus, sclerosing adenosis atau kista
didefinisikan sebagai fibroadenoma kompleks.

Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel stroma


neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang mempengaruhi sel epitel.
Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap
tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai
diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.

Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami


postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,
fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi
pergantian hormon, dan pada orang – orang yang mengalami penurunan kekebalan
imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien
– pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma
berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr manakala pada wanita remaja, Juvenile
Fibroadenoma.
Klasifikasi

Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:

1. Common Fibroadenoma

Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25
tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya
berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari
seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.

2. Giant Fibroadenoma

Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm.33 Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar
4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada
wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar
dan pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat
merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang
besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.
3. Juvenile Fibroadenoma

Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan insiden 0,5-
2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile
fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18 Tumor jenis ini lebih
banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang
Kaukasia. Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain:

a. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.

b. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk
panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat
menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause
terjadi regresi

Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah adanya bagian
yang menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas dengan
konsistensi padat dan kenyal. Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi sekitar 1-4
cm, namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan ukuran
benjolan berdiameter lebih dari 5 cm.

Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan digerakkan dengan bebas.Umumnya


fibroadenoma tidak menimbulkan rasa nyeri atau tidak sakit.Perubahan fibroadenoma
menjadi ganas dalam komponen epitel fibroadenoma umumnya dianggap
langka.Fibroadenoma secara signifikan tidak meningkatkan risiko berkembang
menjadi kanker payudara

Insiden karsinoma berkembang dalam suatu fibroadenoma dilaporkan hanya


20/10.000 sampai 125/10.000 orang yang berisiko. Sekitar 50% dari tumor ini adalah
lobular carcinoma in situ (LCIS), 20% infiltrasi karsinoma lobular, 20% adalah
karsinoma duktal in situ (DCIS), dan 10% sisanya infiltrasi karsinoma duktal..
Fibroadenoma yang dibiarkan selama bertahun-tahun akan berubah menjadi ganas,
dikenal dengan istilah progresi dan persentase kemungkinannya hanya 0,5% - 1%.
Diagnosis
Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik
(phisycal examination), pemeriksaan radiologi (dengan foto thorax dan mammografi
atau ultrasonografi), dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC):

1. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik penderita diperiksa dengan sikap tubuh duduk tegak atau
berbaring atau kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara,
warna kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus,
dan benjolan. Kemudian dilakukan palpasi dengan telapak jari tangan yang
digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara. Palpasi
dilakukan untuk mengetahui ukuran, jumlah, dapat bergerak-gerak, kenyal atau
keras dari benjolan yang ditemukan.
Dilakukan pemijatan halus pada puting susu untuk mengetahui pengeluaran
cairan, darah atau nanah dari kedua puting susu. Cairan yang keluar dari puting
susu harus dibandingkan.
Pengeluaran cairan diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
seperti fibroadenoma atau bahkan karsinoma.

2. Mammografi

Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai


jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit.
Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan
sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya
perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis,adanya mikroklasifikasi,
adanya spikulae, dan ditensi pada struktur payudara.

Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi,


keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam
jaringan lunak di belakang mamma dan adanya metastatis ke kelenjar (gambaran
ini tidak khas). Mammografi digunakan untuk mendiagnosa wanita dengan usia
tua sekitar 60-70 tahun dan tidak diindikasikan untuk wanita yang sedang
menyusui, saat mendekati masa menstruasi, terdapat infeksi berat di mammae dan
beberapa saat setelah operasi mammae.
3. Ultrasonografi (USG)

Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda karena
fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika
menggunakan mammografi. Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau
tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan gabungan antara USG dan mammografi
memberikan ketepatan diagnosa yang tinggi.
Beberapa gambar hasil USG pada payudara :

Fibroadenoma kecil,diameter 1cm Fibroadenoma besar (3cm)

Giant Fibroadenoma >5cm

4. Biopsi

Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dan dilihat di bawah
lensa mikroskop, guna mengetahui adakah sel kanker .

Biopsi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

(a) Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)

Pada FNAC akan diambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap
berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat
memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut
dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop (Pamungkas,
2011).

Menurut Taufan (2011) di bawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut :
(1) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan
berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus
(2) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular
(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)

(3) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek
uniform

(b) Core needle biopsy ( biopsi jarum inti )

Prosedur yang digunakan untuk mengambil jaringan yang


kecil dari area yang tidak normal pada payudar dengan
menggunakan jarum yang sedikit lebih besar.

(c)Biopsy stereotaktis

Biopsy jenis ini menggunakan sinar x dan computer untuk melihat gambar. Tekhnik
ini dapat menemukan benjolan yang tidak teraba, namun terlihat saat pemeriksaan
mammogram.
(d) Biopsy terbuka atau pembedahan

Pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan bagian dari benjolan kemudian dilihat


dengan mikroskop.

5. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )

Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang memiliki resiko.

6. USG payudara

Dikenal dengan breast ultrasound, digunakan untuk mengevaluasi adanya


ketidaknormalan pada payudara yang telah ditemukan pada hasil pemeriksaan
mammografi.

Diagnosis Banding
1. Tumor Filodes
Tumor ini lebih jarang ditemui daripada fibroadenoma dan dipikirkan berasal
dari stroma periduktal dan bukan dari fibroadenoma sebelumnya. Tumor filodes atau
dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial yang ditandai dengan
hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel. Beberapa menjadi
lobus dan kista.

Tumor ini mungkin kecil (berdiameter 3-4 cm), tetapi kebanyakan tumbuh besar,
kemungkinan berukuran sangat besar seperti buah pepaya, sehingga payudara ikut
membesar, unilateral, tunggal, tidak nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba,
payudara terlihat mengilat dengan permukaan kulit seperti teregang disertai pelebaran
vena permukaan kulit. Pada kasus-kasus yang tidak tertangani baik, dapat terjadi luka
borok kulit akibat iskemi jaringan.
Perubahan mikroskopik paling merugikan ialah peningkatan selularitas
stromal dengan anaplasia dan aktivitas miosis yang tinggi, diikuti dengan
pertumbuhan cepat tumor, biasanya dengan invasi dari jaringan payudara yang
berdampingan oleh stroma ganas. Kebanyakan tumor ini tetap terlokalisasi dan
disembuhkan dengan eksisi. Lesi maligna mungkin kambuh, tetapi lesi ini juga
cenderung terlokalisasi. Gambaran radiologis (mammografi) dari tumor ini berupa
massa berbentuk bulat dan berbatas tegas. umumnya
Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoekoik dengan batas yang masih
tegas, eko-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya penyangatan
akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik pada tumor
tersebut.

USG tumor filodes memperlihatkan gambaran lesi bulat hipoekoik berbatas tegas

Pasien tumor filodes dengan metastasis hingga ke paru

2. Papiloma Intraduktal

Papiloma intraduktal merupakan tumor papiliform yang tumbuh di dalam duktus


laktiferus. Kebanyakan lesi berbentuk soliter dan ditemukan dalam duktus laktiferus
prinsipal atau sinus. Secara histologi tumor ini terdiri dari papil multipel, masing-
masing papil memiliki jaringan ikat yang ditutupi oleh sel epitel kubus atau sel epitel
toraks berlapis. Pada beberapa kasus, terdapat banyak papiloma pada beberapa duktus
atau intraductal papillomatosis. Lesi ini kadang dapat berkembang menjadi ganas,
meskipun hampir selalu ditemukan jinak.

Gejala klinis berupa munculnya sekret papila mamae yang serous atau berwarna
merah gelap, ini di sebabkan tumor disertai infeksi peradangan mengalami
perembesan darah, terasa nyeri pada payudara, bila areolar ditekan ringan dapat
teraba massa tumor dengan diameter beberapa milimeter, terkadang juga disertai
dengan retraksi papil.

3. Kista Payudara

Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Kista payudara dapat
berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan asinus mengalami dilatasi dan dibatasi
oleh jaringan epitel.
Kista payudara sangat sering ditemukan pada praktek sehari-hari, terbanyak pada usia
40 tahunan sampai peri-menopause. Besarnya berubah sesuai dengan siklus haid.
Secara etiopatogenesis, kista terbentuk akibat obstruksi dan dilatasi duktus koligentes.
Bila membesar dengan cepat, umumnya disertai rasa nyeri. Seringkali diduga maligna
apabila cairan di dalamnya sangat banyak sehingga tekanannya tinggi dan teraba
keras.
Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas.
Tepi kista ini dapat berbatasan dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun
seluruhnya Gambaran mamografi kista payudara dengan kompresi nodul
menunjukkan massa berbatas tegas. Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan
bentuk bulat atau oval, mempunyai batas tegas dan teratur, anekoik dan adanya
penyangatan akustik posterior.

Gambaran mamografi
kista payudara dengan
kompresi nodul
menunjukkan massa
berbatas tegas.
Tatalaksana
Pilihan tatalaksana konservatif yang tersedia bagi perempuan yang didiagnosis
fibroadenoma meliputi observasi atau observasi bedah. Terapi untuk fibroadenoma
tergantung dari beberapa hal yaitu ukuran, terdapat rasa nyeri atau tidak, usia pasien
dan hasil biopsy. Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka
pengobatan yang dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu
diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya saja. Pengangkatan mammae harus
memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila
ukuran dan lokasi tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada
pasien maka diperlukan pengangkatan. Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan
biopsi eksisi yaitu pembedahan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta
sedikit jaringan sehat disekitarnya Terapi dengan operasi pengangkatan tumor ini
tidak akan merubah bentuk payudara tetapi hanya akan meninggalkan jaringan parut
yang akan digantikan jaringan normal secara perlahan.

Dua pendekatan baru, eksisi perkutan dan in situ cryoablasi, telah


dikembangkan dan kurang invasif dibandingkan eksisi bedah. Studi terbaru
menunjukkan bahwa sebagai terapi utama untuk fibroadenoma payudara, cryoablasi
perkutan aman dan efektif dengan hasil yang tahan lama dan segi kosmetik yang
baik. Cryoablasi adalah cara cepat serta efisien untuk membekukan fibroadenoma
hingga mati. Cryoablasi hanya membeku benjolannya saja sehingga jaringan sehat
dapat mengambil alih. Prosedur ini memakan waktu kurang dari 30 menit dan
menghasilkan bekas luka kecil. Baik penghapusan atau biopsi dari massa sisa
mengungkapkan hyalin matriks menyusut dengan arsitektur kolagen yang diawetkan.
Mammografi menunjukkan penyembuhan efek masa dengan dikelilingi reaksi
parenkimal ringan di sekitarnya.

Biopsi eksisi terbuka konservatif merupakan terapi yang efektif pada


beberapa kasus, eksisi terbuka mungkin masih merupakan pilihan terbaik pada
beberapa kasus berdasarkan besarnya ukuran fibroadenoma. Eksisi dilakukan sejak
dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari
bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesi di
payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu:
1. Radial Incision
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya
memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk
fibroadenoma yang tunggal dan kecil serta lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas
areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar
dan berada di daerah lateral payudara.

Pencegahan dan Deteksi Dini


Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Konsep dasar dari
pencegahan primer adalah untuk menurunkan insiden penyakit. Cara yang dilakukan
adalah dengan menghindari faktor-faktor tertentu yang dapat merangsang
pertumbuhan sel-sel tumor antara lain:

a. Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan yang dapat memicu berkembangnya
sel-sel tumor fibroadenoma, seperti mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi
dengan bahan atau zat-zat hormonal, menghindari pemakaian pil kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen. Penggunaan zat tersebut jika dipakai terus menerus akan
menyebabkan terjadinya perubahan jaringan pada payudara yang meningkatkan angka
kejadian FAM.
Selain itu menghindari terpapar dengan zat Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs)
yang bersifat karsinogenik.

b. Menggunakan atau mengkonsumsi zat dan bahan yang dapat menurunkan kejadian
FAM antara lain dengan mengkonsumsi buah dan sayuran. Penggunaan alat
kontrasepsi oral juga dapat menurunkan risiko terjadinya FAM.

c. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Pemeriksaan terhadap payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur.
Dengan melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur maka kesempatan untuk
menemukan tumor dalam ukuran kecil lebih besar, sehingga dapat dengan cepat
dilakukan tindakan pengobatan. SADARI dapat dilakukan dengan cara:

1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran


payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran
antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke
dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting
susu berkerut.

2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang


kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan
lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat tumor. Perhatikan perubahan
bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
3. Kedua tangan diletakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin,
tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur
payudara.

4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil)
di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam
sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di
bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara
mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga
daerah antara kedua payudara dan ketiak.

5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting
susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.

6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan
kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan
kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan
pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan
bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara
dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.

7. Pemeriksaan no.5. dan 6. akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam
keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin. SADARI secara
visual dapat dilihat pada gambar berikut :
Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara medeteksi penyakit secara


dini dan melakukan pengobatan secara cepat dan tepat.

a. Anamnesa
Anamnesa terpadu harus didapatkan sebelum dilakukan pemeriksaan fisik.
Penyelidikan terperinci tentang faktor risiko harus meliputi riwayat kehamilan dan
ginekologi seperti usia, paritas, serta riwayat menstruasi dan menyusui. Riwayat
terapi hormonal sebelumnya yang mencakup kontrasepsi oral dan estrogen.

b. Diagnosa
Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik
(phisycal examination), pemeriksaan radiologi (dengan foto thorax dan mammografi
atau ultrasonografi), dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan dan melakukan


rehabilitasi.25 Rehabilitasi dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita
agar dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara
fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa nyeri, mendapatkan asupan
gizi yang baik, dan dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita
pasca operasi.

Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi
untuk menderita kanker payudara di kemudian hari. Pemeriksan berkala payudara
meningkatkan kemungkinan prognosis yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

1. .Hacker, N. F., Gambone, J. 2010. Hacker and Moore’s Essential of


Obstetrics and Gynecology. (5th edition). China.Elsavier.
2. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from
:http://emedicine.medscape.com/ . Update on July 26, 2009.5. Accessed
on May 26,2016.
3. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Prawirohardjo,S. 2008.Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
5. Swartz. 1995, Buku Ajar Diagnostik Fisik, EGC : Jakarta
6. Sabiston, D.C., Jr, M.D. 2004. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
7. Case Report Tumor Phyllodes, Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, RS M. Djamil, Padang, Indonesia, Available from:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_212Tumor%20Phyllodes.pdf.
Accessed on Juny 8, 2016.

Anda mungkin juga menyukai