Anda di halaman 1dari 2

2.

1 Komplikasi
Menurut Moenadjat (2003), terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat luka
bakar menurut fasenya, yaitu :
1. Fase Akut
Luka bakar mengakibatkan meningkatnya permeabilitas kapiler dan hilangnya plasma,
protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi ke dalam rongga intertisial sehingga
mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipoproteinemia,
hiponatremia, hiperkalemia. Kondisi mengakibatkan seseorang dengan luka bakar
mengalami hipovolemia dan akhirnya mengalami syok.
2. Fase subakut
Fase ini mengakibatkan infeksi dan sepsis serta multiorgan failure. SIRS adalah suatu
bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai stimulus klinik berakibat
infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar, reaksi autoimun, sirosis,
pankreatitis, dan lainnya. Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-
mediator inflamasi (proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses
penyembuhan luka, namun respon ini berubah secara berlebihan (mengalami eksagregasi)
dan menyebabkan kerusakan pada organ-organ sistemik, menyebabkan disfungsi dan
berakhir dengan kegagalan organ yang disebut MODS ( Multi-system Organ Disfunction
Syndrome) bahkan sampai kegagalan berbagai organ ( Multi-system OrganFailure/MOF).
SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya angka mortalitas pada pasien
luka bakar maupun trauma berat lainnya. Dalam penelitian dilaporkan SIRS dan MODS
keduanya menjadi penyebab 81% kematian pasca trauma; dan dapat dibuktikan pula
bahwa SIRS sendiri mengantarkan pasien pada MODS
3. Fase lanjut
Fase lanjut akibat luka bakar yaitu parut hipertropik.
a. Hipertrofi jaringan parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien
dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi denga tindakan
tertentu.
b. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.

2.2 Prognosis
Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan menggunakan
metode resusitasi cairan konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan
penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkan perbaikan prognosis, derajat
kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan
koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostik terhadap
angka mortalitas.

Anda mungkin juga menyukai