Anda di halaman 1dari 6

A.

Jenis Penelitian
Pengembangan bahan ajar ini menggunakan jenis penelitian pengembangan
(research and development). Metode penelitian dan pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut. Penelitian jenis ini berbeda dengan penelitian
pendidikan lainnya karena tujuannya adalah mengembangkan produk berdasarkan
uji coba untuk kemudian direvisi sampai menghasilkan produk yang layak pakai.
Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2011: 4) menyatakan bahwa penelitian
pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Peneetian ini akan menghasilkan bahan ajar berbasis kontekstual dengan penemuan
termbimbing pada materi bangun ruang.
B. Desain Penelitian
Pengembangan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Model Desain Pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-Develop-
ImplementEvaluate) yang dipadu kan menurut langkah-langkah penelitian
pengembangan yang direkomendasikan oleh Borg dan Gall dengan dasar
pertimbangan bahwa model tersebut cocok untuk mengembangkan produk model
instruksional/pembelajaran yang tepat sasaran, efektif dan dinamis dan sangat
membantu dalam pengembangan pembelajaran bagi guru. Model desain
instruksional ADDIE (Analysis-Desain-Develop-ImplementEvaluate) yang
dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda (1990-an) merupakan model desain
pembelajaran/pelatihan yang bersifat generik menjadi pedoman dalam membangun
perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung
kinerja pelatihan itu sendiri. Sehingga membantu instruktur pelatihan dalam
pengelolaan pelatihan dan pembelajaran (Pargito, 2010:46) Model ADDIE ini
menggunakan 5 tahap atau langkah pengembangan sebagaimana gambar berikut.
1. Langkah 1. Analisis (Analyze.)
Tahap analisis merupakan suatu proses needs assessment (analisis kebutuhan),
mengidentifikasi masalah (kebutuhan) dan melakukan analisis tugas (task analyze).
Out put yang dihasilkan berupa karakteristik atau profile calon peserta didik,
identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan kebutuhan.
2. Langkah 2. Desain (Design)
Tahap ini dikenal dengan istilah membuat rancangan (blue print), ibarat bangunan
maka sebelum dibangun harus ada rancang bangun diatas kertas terlebih dahulu.
3. Langkah 3. Pengembangan (Development).
Merupakan proses mewujudkan blue print alias desain tadi menjadi kenyataan.
Artinya pada tahap ini segala sesuatu yang dibutuhkan atau yang akan mendukung
proses pembelajaran semuanya harus disiapkan.
4. Langkah 4. Implementasi (Implementation).
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang
sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal
atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa
diimplementasikan. Setelah produk siap, maka dapat diuji cobakan melalui
kelompok besar kemudian dievaluasi dan direvisi. Kemudian
uji coba dapat dilakukan pada kelompok besar kemudian dievaluasi kembali dan
direvisi sehingga menghasilkan produk akhir yang siap didiseminasikan.
5. Langkah 5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang
dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Tahap evaluasi bisa
dilakukan pada setiap empat tahap diatas yang disebut evaluasi formatif, karena
tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misalnya pada tahap rancangan kita memerlukan
review ahli untuk memberikan input terhadap
rancangan yang sedang kita buat.
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian yang dilakukan adalah Guru Matematika dan Siswa SMP
N 1 Bayat, Klaten.
D. Instrumen Penelitian
Dalam tahap pengumpulan data, penulis membutuhkan alat bantu dalam
bentuk instrmen pengembangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga
metode sebagai berikut.
a. Panduan Observasi.
Observasi dilakukan untuk menjaring informasi mengenai aktivitas siswa dan guru
pada saat pembelajaran serta mengetahui efektivitas penggunaan sumber belajar.
b. Angket.
Instrumen angket digunakan untuk menjaring data mengenai interaksi siswa dengan
sumber belajar.
c. Panduan wawancara.
Dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara.
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang
dari tujuan penelitian.
E. Analisis Data
Teknik analisis data dalam menarik kesimpulan dari data yang dihasilkan.
Adapun teknik analisis data pada tahap pengembangan bahan ajar matematika
berbasis kontekstual ini sebagai berikut.
1. Tahap Asesmen kebutuhan (Needs Assesment)
Tahap Needs Assesent Pengembangan ini menggunakan teknik analisis data
kualitatif dengan pendekatan induktif. Artinya peneliti berangkat dari fakta,
informasi, dan data empirik untuk mengembangkan teori. Upaya yang dilakukan
dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, menintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain. Setelah data diperoleh, ada tahapan
yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.
a. Peneliti membaca dan mempelajari data yang diperoleh melalui observasi dan
angket, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada pada data.
b. Mereduksi data dengan jalam membuat abstraksi, yaitu usaha membuat
rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataannya perlu dijaga
sehingga tetap berada di dalamnya.
c. Menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi yang dilakukan sambil
membuat koding. Satuan merupakan alat untuk menghaluskan data.
d. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
2. Tahap Pengembangan Produk Utama
Teknik analisis data pada pengembangan produk utama dilakukan dengan
teknik analisis data menggunakan statistik parametrik dan non parametrik.
3. Tahap Pengembangan Produk Operasional
Teknik analisis data pada pengembangan produk operasional dilakukan
dengan teknik analisis data kuantitatif menggunakan persentase.
Daftar Pustaka
Fitriani I & Lestari ,H M(2017). Efektivitas Model Penemuan Terbimbing Dan
Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika.
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pmath/article/view/7844

Sariningsih,Ratna (2014).Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan


Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Smp . Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 3(2).

Anggo, Mustamin (2011). Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual Untuk


Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatica ,1(2).

Taufiq.(2016).Pendekatan Kontekstual Dan Strategi Think-Talk-Write Untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Disposisi Matematik
Siswa Smp. .

Nugroho, Dheni. (2016). Efektivitas Pendekatan Penemuan Terbimbing Dan


Ekspositori Ditinjau Dari Kemampuan Pemecahan Masalah.

Effendi , Leo Adhar.(2012). Pembelajaran Matematika Dengan Metode


Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp. Jurnal Penelitian Pendidikan ,13(2).

Kurniawati, Sulistya. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dengan


Pendekatan Open-Ended Terhadap Motivasi Belajar Dan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas Vii Mtsn Sleman Kota.
Mulhamah & Putrawangsa,Susilahudin. Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.

Anda mungkin juga menyukai