Anda di halaman 1dari 3

Air Asia Kalah Lawan Konsumen

Pembatalan penerbangan Air Asia dinilai sebagai perbuatan melawan hukum. Karena itu, Air
Asia harus mengganti kerugian pada konsumen.
Mon
Dibaca: 8131 Tanggapan: 4

Air Asia harus membayar ganti rugi Rp806 ribu kepada


konsumennya Hastjarjo Boedi Wibowo. Foto: dok. Air Asia

Pembatalan penerbangan pesawat sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari para


konsumen pesawat terbang. Konsumen seperti tidak punya pilihan lain selain menunggu.
Namun, ada pula konsumen yang berani dan berhasil memperjuangkan haknya. Salah satunya
adalah Hastjarjo Boedi Wibowo. Ia berhasil memenangkan gugatan sengketa konsumen
penerbangan melawan PT Indonesia AirAsia (Air Asia). Pengalaman Dosen Desain
Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara itu mungkin bisa dipetik konsumen lain.

Lewat putusan Pengadilan Negeri Tangerang, Air Asia harus membayar ganti rugi sebesar
Rp806 ribu pada Boedi. Air Asia juga dihukum mengganti kerugian immaterial sebesar Rp50
juta. Hukuman itu dijatuhkan majelis hakim yang diketuai Perdana Ginting serta
beranggotakan Ismail dan I Gede Mayun. Putusan No. 305/Pdt.G/2009/PN.TNG itu
dibacakan dalam persidangan, Kamis (4/2) kemarin.

Ganti rugi itu merupakan kompensasi pembayaran tiket Air Asia dan Lion Air dengan tujuan
Jakarta-Yogyakarta, plus airport tax. Sedangkan kerugian immateriil timbul lantaran Boedi
mengalami kepanikan dan gangguan konsentrasi karena keterlambatan pesawat. Ganti rugi
immaterial juga dimaksudkan agar perusahaan penerbangan tidak sewenang-wenang pada
penumpang pesawat.

Putusan majelis hakim tersebut lebih rendah dari tuntutan yang diajukan Boedi. Dalam
petitum gugatan, Boedi meminta majelis hakim menghukum Air Asia membayar ganti rugi
materil sebesar Rp961.900 dan ganti rugi immaterial sebesar Rp100 juta.

Majelis hakim menilai Air Asia terbukti melakukan perbuatan melawan hukum lantaran
membatalkan jadwal penerbangan. Air Asia, dalam jawaban, menjelaskan pembatalan
penerbangan dilakukan demi keamanan dan keselamatan penumpang. Sebab terjadi
kerusakan pesawat sehingga menjadi suatu keadaan memaksa (overmacht). Hal itu
dibuktikan dari Surat Keterangan Department of Maintenance & Engineering Air Asia.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b6c031c4fc99/air-asia-kalah-lawan-konsumen Page 1
Pesawat baru bisa digunakan pada 13 Desember 2008. Sementara, jadwal penerbangan Boedi
pada 12 Desember 2008.

Dalam pertimbangannya, majelis hakim menilai bukti itu tidak dapat membuktikan secara
jelas apakah pesawat yang rusak itu pesawat yang mengangkut Boedi dari Jakarta ke
Yogyakarta. Air Asia dinilai tidak bisa membuktikan bahwa pesawat dalam perbaikan.

Ketika Air Asia memberitahukan pembatalan, Boedi sebenarnya telah menghubungi


customer service Air Asia. Maskapai penerbangan itu lalu menawarkan pengembalian uang
pembelian tiket. Hanya, pengembalian uang baru bisa diterima 30 hari sejak pemberitahuan
pembatalan penerbangan. Namun, dari fakta persidangan terungkap hingga kini Air Asia
belum mengembalikan uang tiket pesawat.

Sejatinya, Boedi akan terbang ke Yogyakarta dari Jakarta dengan Air asia pada 12 Desember
2008. Boedi juga telah mengantongi tiket Air Asia Yogyakarta-Jakarta untuk penerbangan 14
Desember 2008. Namun sehari sebelum keberangkatan, Air Asia mengirimkan SMS ke
Boedi yang intinya membatalkan penerbangan. Walhasil, Boedi tak bisa menggunakan tiket
yang dibelinya. Boedi harus merogoh kantongnya lagi untuk membeli tiket pesawat lain
untuk sampai ke tujuan.

Klausula Baku Dihapuskan


Dalam pertimbangan hukumnya, majelis hakim juga menyatakan klausula baku pengalihan
tanggung jawab pada tiket pesawat batal demi hukum. Klausula itu dinyatakan tidak
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

Pencantuman klausula baku pengalihan tanggung jawab dalam tiket pesawat Air Asia
dianggap bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) huruf a UU No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Pasal itu melarang pencantuman klausula baku yang mengalihkan
tanggung jawab pelaku usaha.

Dalam tiket pesawat tercantum Indonesia Air Asia akan mengangkut penumpang, tetapi tidak
menjamin ketepatan sepenuhnya, Indonesia AirAsia dapat melakukan perubahan tanpa
pemberitahuan sebelumnya. Klausula baku ini dinilai sulit dipahami penumpang pesawat.

Pasal 146 UU Penerbangan juga mewajibkan pengangkut bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita karena keterlambatan, kecuali pengangkut dapat membuktikan keterlambatan
disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional.

Kuasa hukum Boedi, David ML Tobing menilai putusan majelis hakim konsisten seperti
putusan sengketa konsumen sebelumnya. Yakni antara Lion Air dengan David sendiri.
Putusan itu juga menghukum Lion Air untuk membayar ganti rugi pada David.

David menyatakan klausula baku yang ditentukan secara sepihak memang harus dibatalkan.
Ke depan, kata David, untuk mencegah gugatan, perusahaan penerbangan seharusnya tidak
seenaknya membuat jadwal penerangan. Maskapai penerbangan harus antifipatif bila ada
kerusakan pesawat. “Karena konsumen berhak mendapatkan pengalihan penerbangan dengan
pesawat lain dalam waktu yang sama,” ujarnya saat dihubungi melalui telepon.

Ketika dihubungi, legal executive Air Asia, Liza Nur Azizah, menyatakan belum
berkomentar atas putusan majelis hakim.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b6c031c4fc99/air-asia-kalah-lawan-konsumen Page 2
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b6c031c4fc99/air-asia-kalah-lawan-konsumen Page 3

Anda mungkin juga menyukai