Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
JUDUL MAKALAH :
MATERIAL KARBON
Disusun oleh :
1. Dwi Novitasari (21030116120010)
2. Hansel Milen Santoso ()
3. Malvin Muhammad Z. ()
4. Nora Atika Islamiyati ()
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya,
Penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Material Karbon”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bahan Rekayasa tahun 2017.
Ucapan terimakasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu demi terselesaikannya makalah ini.
1. Dyah Hesti Wardhani, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Ilmu Bahan
Rekayasa
2. Segenap anggota kelompok yang telah bekerjasama menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Karbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai
simbol C dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan
14 pada tabel periodik, karbon merupakan unsur non-logam dan bervalensi 4
(tetravalen), yang berarti bahwa terdapat empat 2ank e2n yang dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen. Terdapat tiga macam isotop karbon yang ditemukan
secara alami, yakni 12C dan 13C yang stabil, dan 14C yang bersifat radioaktif
dengan waktu paruh peluruhannya sekitar 5730 tahun. Karbon merupakan salah satu
dari di antara beberapa unsur yang diketahui keberadaannya sejak zaman kuno. Istilah
“karbon” berasal dari bahasa Latin carbo, yang berarti batu bara.
Karbon adalah unsur paling berlimpah ke-15 di kerak Bumi 2ank e-4 di alam
semesta. Karbon terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan pada manusia, karbon
merupakan unsur paling berlimpah kedua (sekitar 18,5%) setelah
oksigen.[16] Keberlimpahan karbon ini, bersamaan dengan keanekaragaman senyawa
organik dan kemampuannya membentuk polimer membuat karbon sebagai unsur
dasar kimiawi kehidupan. Unsur ini adalah unsur yang paling stabil di antara unsur-
unsur yang lain, sehingga dijadikan patokan dalam mengukur satuan massa atom.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Karbon
Pada temperatur tinggi, karbon yang dicampur dengan logam tertentu akan
menghasilkan karbida logam, seperti besi karbida sementit dalam baja, dan tungsten
3
karbida yang digunakan secara luas sebagai abrasif. Pada tahun
2009, grafena diketahui sebagai material terkuat di dunia yang pernah
diujicobakan. Walaupun demikian, proses pemisahan grafena dari grafit masih belum
cukup ekonomis untuk digunakan dalam proses industri.
2.2.Klasifikasi Karbon
2.2.1. Hard Carbon (Diamond/Intan)
A. Pengertian Diamond
4
tahun yang lalu, erupsi magma yang sangat kuat membawa Diamond-
Diamond tersebut ke permukaan, membentuk pipa kimberlite, penamaan
kimberlite berasal dari penemuan pertama pipa tempat Diamond berada
tersebut di daerah Kimberley, Afrika Selatan.
5
mengalir hingga ke atas permukaan kerak bumi dengan cepat ketika erupsi
terjadi. Jenis batuan yang mengandung Diamond adalah xenolith.
2. Subduction Zone Diamonds
Zona subduksi terdapat di batas pertemuan lempeng samudera dan
lempeng benua, dimana salah satu lempeng masuk ke dalam lapisan mantel
bumi. Ketika lempeng tersebut masuk ke mantel, maka tekanan dan suhu
akan meningkat dan membentuk mineral Diamond. Mineral Diamond yang
bersifat komersil jarang ditemukan pada proses pembentukkan seperti ini.
Deposit Diamond jenis ini sangat kecil dan tidak cocok untuk diolah
menjadi perhiasan komersil.
3. Asteroid Impact Diamonds
Keterdapatan Diamond ditemukan di sekitar lubang bekas tabrakan
asteroid.Bumi telah dijatuhi banyak asteroid selama sejarah
pembentukkannya pada masa lampau.Tekanan dan panas yang dihasilkan
tumbukan asteroid cukup untuk membentuk mineral Diamond. Mineral
Diamond tipe ini tidak bagus untuk diolah secara komersil.
4. Diamond Formed in Space
Keterdapatan Diamond juga ditemukan pada meteorit. Para ahli
berpendapat Diamond tersebut terbentuk di luar angkasa akibat tabrakan
sesama asteroid atau kejadian lainnya. Diamond pada meteorit sangat kecil
dan tidak cocok untuk diolah secara komersil.
C. Diamond Sintesis (Diamond Carbon)
6
Sifat berlian sintetis bergantung pada detail proses pembuatannya, dan
dapat melebihi sifat berlian alami. Sifat kekerasan,konduktivitas termal,
dan mobilitas elektronnya dapat melebihi berlian alami. Akibatnya, berlian
sintetis secara luas dipergunakan untuk abrasif, pemotong dan alat
penghalus dan peredam panas. Aplikasi elektronik berlian sintetis ada pada
saklar berkekuatan tinggi pada pembangkit listrik, transistor medan efek
berfrekuensi tinggi, dan LED. Detektor sinar ultraviolet atau partikel
berenergi tinggi yang terbuat dari berlian sintetis digunakan pada fasilitas
penelitian berenergi tinggi dan tersedia secara komersial. Karena kombinasi
yang unik antara kestabilan termal dan kimia, pemuaian pada suhu rendah,
dan sangat bening pada range spektrum yang luas, berlian sintetis menjadi
material yang paling populer untuk jendela optis pada laser
CO2 berkekuatan tinggi dan gyrotron
D. Aplikasi Diamond
b. Konduktor panas
7
bermanfaat untuk elektronik di mana berlian digunakan sebagai peredam
panas untuk laser semikonduktor dan transistor berkekuatan tinggi.
c. Material optik
Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu
jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa
dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan
satu gram dari karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki
luas permukaan kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari
pengukuran adsorpsi gas nitrogen). Biasanya pengaktifan hanya bertujuan
untuk memperbesar luas permukaannya saja, namun beberapa usaha juga
berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu
sendiri.
Karbon aktif adalah karbon padat yang memiliki luas permukaan yang
cukup tinggi berkisar antara 100 sampai dengan 2000 m2/g. Bahkan ada
peneliti yang mengklaim luas permukaan karbon aktif yang dikembangkan
8
memiliki luas permukaan melebihi 3000 m2/g. Bisa dibayangkan dalam
setiap gram zat ini mengandung luas permukaan puluhan kali luasan
lapangan sepak bola. Hal ini dikarenakan zat ini memiliki pori – pori yang
sangat kompleks yang berkisar dari ukuran mikro dibawah 20 A
(Angstrom), ukuran meso antara 20 sampai 50 Angstrom dan ukuran makro
yang melebihi 500 A (pembagian ukuran pori berdasarkan IUPAC).
Sehingga luas permukaan disini lebih dimaksudkan luas permukaan internal
yang diakibatkan dari adanya pori – pori yang berukuran sangat kecil.
Struktur karbon aktif digambarkan sebagai jaringan yang tumpang
tindih karbon dapat menjerap substansi terlarut ke dalam porinya. Ada
banyak dari dataran lapisan karbon dengan ikatan silang oleh gugus
jembatan alifatik. Hal ini memeberikan suatu sifat yang unik, disebut
struktur pori internal yang mudah dipenetrasi. Mikropori merupakan jenis
pori yang dianggap penting karena sebagian besar adsorpsi terjadi di
dalamnya. Mikropori adalah ruang dua dimensi yang terbentuk dari dua
dinding seperti grafit, bidang planar kristalit yang disusun oleh gugus
aromatik atom-atom karbon. Banyaknya pori berkorelasi dengan luas
permukaan yang meningkatkan kemampuan adsorpsi dari karbon aktif.
Mikropori merupakan salah satu kelebihan dari karbon aktif . Struktur grafit
dari karbon aktif dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
9
Keistimewaan lain dari karbon aktif adalah gugus fungsional pada
permukaannya. Gugus kompleks oksigen di permukaan karbon aktif akan
membuat permukaan karbon aktif menjadi reaktif secara kimiawi dan
menentukan sifat adsorpsinya seperti sifat hidrofilik, keasaman dan
potensial negatif. Adsorpsi oleh karbon aktif bersifat fisik, artinya adsorpsi
terjadi jika gaya tarik Van der Waals oleh molekul-molekul di permukaan
lebih kuat daripada gaya tarik yang menjaga adsorbat tetap berada dalam
fluida. Sifat ini menguntungkan karena karbon aktif dapat dipakai ulang
melalui proses regenerasi
B. Proses Pembuatan Karbon Aktif
Secara umum karbon aktif ini dibuat dari bahan dasar batu bara dan
biomasa. Intinya bahan dasar pembuat karbon aktif haruslah mengandung
unsur karbon yang besar. Dewasa ini karbon aktif yang berasal dari
biomasa banyak dikembangkan para peneliti karena bersumber dari bahan
yang terbarukan dan lebih murah. Bahkan karbon aktif dapat dibuat dari
limbah biomasa seperti kulit kacang-kacangan, limbah padat pengepresan
biji – bijiaan, ampas, kulit buah dan lain sebagainya. Proses pembuatan
arang aktif dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengaktifan secara fisika
dan secara kimia. Pengaktifan secara fisika pada dasarnya dilakukan
dengan cara memanaskan bahan baku pada suhu yang cukup tinggi (600o –
900o C) pada kondisi miskin udara (oksigen), kemudian pada suhu tinggi
tersebut dialirkan media pengaktif seperti uap air dan CO2.
Sedangkan pada pengaktifan kimiawi, bahan baku sebelum dipanaskan
dicampur dengan bahan kimia tertentu seperti KOH, NaOH, K2CO3 dan
lain sebagainya. Biasanya pengaktifan secara kimiawi tidak membutuhkan
suhu tinggi seperti pada pengaktifan secara fisis, namun diperlukan tahap
pencucian setelah diaktifkan untuk membuang sisa – sisa bahan kimia yang
dipakai. Sekarang ini telah dikembangkan pengabungan antara metode
fisika dan kimia untuk mendapatkan sekaligus kelebihan dari kedua tipe
pengaktifan tersebut.
C. Aplikasi Karbon Aktif
10
pengganggu, atau justru menyerap zat yang perlu dipisahkan. Diantaranya
yaitu sebagai filter air, pemurni gas, penyaring air limbah industri, pemutih
warna pada industri gula, pengubah air laut ke air tawar pada industri
tambak, serta sebagai penyerap hasil tambang seperti emas, perak, dan lain
sebagainya. Karbon aktif juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
membran seperti pada membran polimer matrik komposit yang dapat dibuat
dari karbon aktif berbahan dasar tempurung kelapa.
2.3.Keramik Karbon
2.3.1. Definisi Keramik Karbon
11
C/C, C/SiC, SiC/SiC, dan Al2O3/Al2O3 merupakan material campuran
komposit yang paling penting secara komersial. Perbedaannya dari keramik
konvesional terdapat pada ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kemungkinan dari kerusakan mencapai maksimal 1%
2. Ketahanan dari retak dan pecah yang kuat
3. Ketahanan suhu yang tinggi
4. Ketahanan menahan beban berat
5. Ciri-ciri yang mirip dengan materi dari fiber
2.3.2. Proses Pembuatan Keramik Karbon
Prosedur satu, dua, dan tiga, ditemukan pada aplikasi komposit non-
oksida, dimana yang ke empat digunakan untuk komposit oksida.
Kombinasi dari berbagai prosedur ini pula dipraketkan. Prosedur ke lima
belum sepenuhnya dipakai di proses industri. Setiap prosedur mempunyai
berbagai macam variasi, dengan perbedaan di detail tekniknya. Setiap
langkahnya menghasilkan materia yang berpori.
12
Langkah ketiga dan terakhir dari pengolahan mesin, ialah grinding,
drilling, lapping, atau milling, harus digunakan dengan peralatan dari intan.
Komposit dapat pula diolah menggunakan pemotong air, laser, atau mesin
ultrasonik.
1. Pengendapan Matriks dari Fase Gas
13
3. Pembentukan matriks lewat reaksi kimia
14
2.3.3. Sifat Keramik Karbon
1. Sifat Mekanik
Kekuatan dan ketahanan dari retak dan pecah dihasilkan dari mekanisme
berikut : di bawah beban retakan matriks keramik, seperti jenis materi
keramik lain ialah pada elongasi sekitar 0,05%. Pada komposit, fiber
mengikat retakan-retakan ini. Mekanisme ini bekerja hanya jika matriks
dapat bergerak pada fiber, yang berarti mereka harus mempunyai ikatan
yang lemah antara fiber dan matriks itu sendiri. Ikatan yang kuat
menyebabkan kapabilitas elongasi dari ikatan fiber harus lebih tinggi lagi,
menyebabkan retakan seperti keramik konvesional. Produk materi komposit
dengan ketahanan pecah yang tinggi, membutuhkan langkah untuk
melemahkan ikatan antara fiber dan matriks. Hal ini dicapai dengan
memasukkan lapisan tipis dari karbon pirolitik atau boron nitrida pada
fiber-fiber sehingga ikatannya dengan matriks menjadi lemah.
Menyebabkan gaya tarik fiber pada permukaan yang retak. Pada komposit
oksida, porositas yang tinggi cukup untuk melemahkan ikatan-ikatannya.
2. Sifat Termal dan Listrik
Sifat termal dan listrik dari komposit ialah hasil dari komposisi antara fiber,
pori, dan matriks tertentu. Orientasi dari fiber-fiber, menghasilkan data
yang anisotropik. Komposit oksida merupakan insulator listrik yang sangat
bagus dikarenakan porositas yang tinggi, dan insulasi termal mereka lebih
baik dari keramik oksida konvensional. Penggunaan karbon fiber
meningkatkan konduktivitas elektrik. Fiber-fiber yang ada saling kontak
satu sama lain dengan sumber listrik. Karena itu, bahan jadi bersifat semi-
konduktor. Hambatannya berkurang seiring naiknya suhu. Dibandingkan
dengan poli-kristal SiC, fiber SiC amorphous relatif buruk dalam konduksi
panas dan listrik.
3. Sifat Korosi
Data dari sifat korosi material komposit ialah langka, kecuali pada oksidasi
di suhu atas 1000 °C. Sifat ini ditentukan dari komposisi fiber dan
matriksnya. Materi keramik biasanya stabil dari korosi. Teknik produksi,
zat yang ditambahkan ketika proses sintering, dan porositas sangat krusial
pada penentuan hasil sifat korosi. Kecilnya impuritas dan ketepatan
stoikiometrinya, mengurangi pengaruh korosi pada materi. Struktur
15
amorphous, dan zat kimia non-keramik sering kali digunakan pada proses
sintering dianggap sebagai poin awal proses korosi terjadi.
1. Alumina
Alumina murni menunjukkan ketanahan korosi yang bagus dari berbagai
zat kimia. Kehalusan gelas amorphous dan silika menentukan kecepatan
korosi dengan asam dan basa yang berkonsentrasi tinggi di suhu yang
tinggi pula. Karakteristik ini membatasi penggunaan alumina. Untuk
lelehan logam, alumina digunakan hanya untuk emas dan platina
2. Fiber alumina
Fiber-fiber ini menunjukkan sifat korosi yang serupa dengan alumina,
namun fiber komersial tidak selalu murni dan mempunyai ketahanan yang
kurang. Dikarenakan proses pembakaran pada suhu 1000 °C, hanya sedikit
aplikasi untuk komposit oksida.
3. Karbon
Proses korosi paling signifikan terjadi pada karbon terjadi akibat adanya
oksigen di temperatur atas 500 °C. Karbon terbakat membentuk CO atau
CO2. Selain itu, karbon dapat teroksidasi di dalam cairan oksidasi yang
kuat seperti asam nitrat. Pada lelehan logam, karbon terlarut dan
membentuk logam karbida. Sifat korosi karbon fiber tidak terlalu berubah
jauh dari karbon asli.
4. Silikon karbida
Silikon karbida murni mempunyai ketahanan korosi yang paling tinggi.
Hanya basa kuat, adanya oksigen di suhu atas 800 °C, dan lelehan logam
yang bereaksi membentuk karbida dan silikat. Reaksi dengan oksigen
membentuk SiO2 dan CO2, dimana lapisan atas dari SiO2 memperlambat
oksidasi lanjutan. Suhu di atas 1600 °C dan oksigen bertekanan rendah
menghasilkan oksidasi aktif dimana CO, CO2, dan gas SiO terbentuk.
Menyebabkan hilangnya SiC dalam jumlah besar. Jika matriks SiC
dibentuk selain dari proses CVI, ketahanan korosinya tidak terlalu bagus.
Ini merupakan akibat dari porositas pada materi amorphous, dan silikon
residual yang ada di matriks LSI.
5. Fiber silikon karbida
Silikon karbida diproduksi dari pirolisis polimer organik, dan sifat korosi
mereka mirip seperti silikon karbida ditemukan pada matriks LPI. Fiber-
16
fiber ini lebih sensitif pada basa dan media pengoksidasi dibandingkan
silikon karbida murni.
2.3.4. Aplikasi Keramik Karbon
17
• Mudah diarahkan pada fase keluar-masuk di sistem flap kendaraan
Pada aplikasi ini di suhu yang tinggi, penggunaan komposit fiber
oksida juga termasuk. Silikon carbid fiber amorphous kehilangan
kekuatannya dikarenakan kristalisasi pada suhu di atas 1250 °C. Karena itu
karbon fiber di dalam matriks silikon karbida (C/SiC) digunakan pada
progam pengembangan aplikasi ini. Progam Eropa ‘HERMES of ESA’,
dimulai dari 1980 dan dikarenakan krisis keuangan berhenti di 1992, telah
mengeluarkan produk pertamanya. Progam selanjutnya, difokuskan pada
pengembangan, produksi, dan kualifikasi pada bagian hidung pesawat,
sayap, untuk pesawat X-38 milik NASA.
• Pengembangan Komponen Turbin Gas
Penggunaan turbin gas dari komposit, mampu menghasilkan inlet
turbin dengan suhu yang lebih tinggi, sehingga efisiensinya meningkat.
Dikarenakan bentuk dari baling-baling yang kompleks, pengembangannya
untuk pertama kali difokuskan pada tungku pembakaran. Di Amerika
Serikat, sebuah tungku dibuat dari SiC/SiC dengan fiber SiC khusus.
Pengujiannya untuk 15.000 jam dianggap sukses karena kestablian
suhunya. Oksidasi SiC secara perlahan dikurangi dengan penggunakan
lapisan pelindung oksidasi. Kolaborasi antara General Electric dan Rolls-
Royce sedang mempelajari penggunaan komposit pada baling-baling pada
bagian panas mesin turbo F136. Bagian komposit juga dipelajari untuk
aplikasinya yang merata di kondisi panas dan dingin dari mesin. Karena ada
gaya lain yang mempengaruhi kerja mesin, penelitian lebih lanjut masih
dibutuhkan. Secara umum, aplikasi yang berhasil pada turbin masih
membutuhkan teknik dan pengurangan biaya dari komponen suhu tinggi
untuk memastikan efisiensinya. Karena itu poin-poin tersebut merupakan
hal esensial yang ada pada penggunaan fiber.
• Aplikasi komposit oksida pada tungku dan isolator gas panas
Gas mengandung oksigen pada temperatur di atas 1000 °C, korosif
untuk logam dan komponen silikon karbida. Komponen tersebut dapat
dibuat ulang dari komposit oksida yang mampu bertahan pada suhu 1200
°C. Ventilasi yang mensirkulasi gas panas mengandung oksigen dapat
diproduksi pada bentuk yang sama seperti ventilasi logam biasa.. Umur dari
komponen komposit oksida ini lebih lama dibandingkan logam yang
18
kadang berubah bentuk. Contoh lain daripada pemaiakannya ialah pada
pintu tungku sintering yang bisa bertahan lebih dari 260.000 siklus buka-
tutup.
• Aplikasi pada cakram rem
Materi C/C digunakan untuk cakram rem pada mobil balap dan
aeorplanes, dan cakram rem dari C/SiC, diprosukdi dengan proses LSI
digunakan untuk mobil-mobil mewah komersial. Keuntungan dari bahan ini
ialah :
• Pemakaian yang jarang, menghasilkan umur panjang pada mobil dengan
jarak setir normal sebesar 300.000 km
• Tidak mengalami kerusakan meskipun beban yang dibawa berat
• Tidak merusak lapisan jalan meskipun terdapat koefisien friksinya
• Ketahanan korosi yang bagus melebihi logam
• Massanya ringan menyebabkan kenyamanan dalam menyetir dan
membelok
Matriks SiC dari LSI mempunyai porositas yang sangat rendah,
melindungi karbon fiber sangat baik. Cakra rem tidak mengalami keadaan
sampai suhu 500 °C pada lebih dari satu jam saat pemakaiannya. Oksidasi
bukanlah masalah utama pada aplikasi ini. Kurangnya biaya ketika
produksi, menentukan kesuksesan pemakain cakram rem ini untuk mobil-
mobil kelas menengah.
• Aplikasi pada bantalan peluncur
SiC konvesional atau SiC yang lebih murah, sukses digunakan lebih
dari 25 tahun untuk peluncur dan bantalan pada pompa. Cairan yang
dipompa juga memberikan lubrikasi untuk bantalannya. Ketahanan korosi
yang bagus pada segala media, pemakaian yang jarang, dan koefisien
gesek yang rendah merupakan faktor utama dari kesuksesan ini. Bantalan
ini terdiri dari bantalan tetap, berada pada lingkungan logam dan sebuah
lengan putar, dipasang pada poros. Di bawah kompresi, bantalan keramik
mempunyai resiko yang kecil akan kegagalan. Namun, lengan SiC tidak
mempunyai sifat ini sehingga perlu diberikan desain khusus. Pada pompa
yang lebih besar dengan poros berdiameter 100-350 mm, resiko
kegagalannya lebi tinggi dikarenakan perubahan keperluan untuk
perfomansi pompa. Seperti contoh, perubahan beban ketika operasi.
19
Pengenalan materi SiC/SiC sebagai lengan poros dibuktikan sangat
berhasil. Eksprerimen menunjukkan, hampir tiga jenis beban secara spesifik
ditahan oleh sistem bantalan dengan lengan poros terbentuk dari SiC/SiC.
Sintered SiC sebagai bantalan tetap, dan air 80 °C, sebagai cairan pelicin.
• Aplikasi Lain
1. Pengendali gaya dorong untuk mesin jet militer
2. Komponen untuk reaktor fusi dan fisi
3. Sistem gesekan untuk berbagai macam peralatan
4. Aplikasi pada nuklir
20
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Material karbon dapat dimodifikasi atau direkayasa menjadi berbagai senyawa
dan material baru yang dapat berguna bagi berbagai ruang lingkup kehidupan
dan disiplin ilmu karena sifatnya yang cenderung stabil dalam berbagai
kondisi dan inert terhadap berbagai senyawa bahkan terhadap oksigen
3.2.Saran
Berbagai bahan di sekitar kita dapat dijadikan penelitian lebih lanjut untuk
dijadikan material karbon aktif bahkan bisa menjadi membran komposit, kita
sebagai mahasiswa teknik kimia dapat mengkaji dan melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai hal tersebut. Karena siapa tahu bahan limbah yang tidak
digunakan dapat diubah menjadi suatu produk komersil.
21
REFERENSI
Smallman, R.E dan Bishop, R.J. 1999. Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material.
Erlangga : Jakarta
Junshiro Hayakawa, 1991, Testing Method of Bending Strenght and Its Evoluation
JICA – SIRIM Publishing, Malaysia
Ramadhani, Dian P.2013. Kenapa arang dan intan memilik nasib yang berbeda walau
dari unsur yang sama?.http://dianayg.wordpress.com/2013/04/03/kenapa-arang-
dan-intan-memiliki-nasib-yang-berbeda-walau-dari-unsur-yang-sama/ diakses
tanggal 7 Oktober 2014
Widjanarko,Maria.2011.Proses Pengolahan Batu
Berlian.http://keuangan.net/manajemen /produksi/proses-pengolahan-batu-
berlian/ diakses tanggal 5 Oktober 2014
Zain,Ikrom.2014.Intan dan Grafit.
http://m.kompasiana.com/post/read/630772/3/beauty-and-the-beast-intan-dan-
grafit.html.diakses tanggal 7 Oktober 2014
Haaland, D (1976). "Graphite-liquid-vapor triple point pressure and the density of
liquid carbon". Carbon 14 (6): 357. doi:10.1016/0008-6223(76)90010-5
22