PEMBAHASAN
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014 sampai 2016. Alasan
perusahaan dengan jumlah terbesar dari seluruh sektor-sektor industri yang listing di BEI,
keuangan yang dilakukan dengan earning management juga banyak terjadi pada perusahaan
manufaktur.
Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan purposive sampling method dengan
b. Perusahaan yang menerbitkan annual report secara lengkap pada tahun 2014 – 2016 dan
laporan keuangan audited yang dinyatakan dalam Rupiah (Rp) sesuai dengan data yang
Penelitian ini menggunakan software alat analisis SPSS 22 untuk menganalisis pengaruh
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam analisis regresi
berganda, ada tiga bagian analisis data yang dilakukan, yaitu analisis statistik deskriptif,
pengujian asumsi klasik, dan uji hipotesis. Hubungan antara discretionary accruals dan
proksi dari fraud pentagon diuji menggunakan model sesuai dengan penelitian Skousen et al.
(2009). Selanjutnya pengujian asumsi klasik dan ketiga, uji hipotesis berdasarkan pengujian
yang digunakan secara parsial (uji t) dan pengujian secara simultan (uji F) serta penyajian
Berikut ini merupakan tabel analisis statistik deskriptif yang memberikan gambaran suatu
data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi dari nilai
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel diatas N yang tertulis adalah 99 data. Tabel diatas menggambarkan
deskripsi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Minimum yaitu nilai terkecil
dari suatu rangkaian pengamatan, maksimum yaitu nilai terbesar dari suatu rangkaian
pengamatan, mean (rata-rata) yaitu hasil penjumlahan nilai seluruh data dibagi banyak
data, serta standar deviasi merupakan akar dari jumlah kuadrat dari selisih nilai data
dengan rata-rata dibagi banyaknya data. Adapun penjelasan dari tabel statistik deskriptif
diatas yaitu:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu financial statement fraud yang dihitung
fraud memiliki rata-rata sebesar 0,80290. Hal ini berarti bahwa rata-rata
melakukan diskresioner akrual terkecil yaitu PT Mustika Ratu Tbk (MRAT) sebesar
yaitu PT Berlina Tbk (BRNA) sebesar 50.435. Data ini menunjukkan bahwa rata-rata
deviasi menunjukkan angka 8.01816, dimana angka ini lebih besar dari nilai rata-rata
2. Variabel Independen
a. Pressure
perusahaan manufaktur memilki ROA rata-rata sebesar 0.09572. Hal ini berarti
dari total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai ROA terkecil diperoleh sebesar -
0,039 yang dimiliki oleh PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPHS). Hal ini
berarti bahwa PT Yana Prima Hasta Persada Tbk mengalami kerugian sebesar
-0,039 dari total aset yang dimiliki selama tahun 2016. Selanjutnya ROA
terbesar dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 0,432.
Artinya, sebesar 66% dari total aset yang dimiliki PT Multi Bintang Indonesia
Tbk merupakan laba bersih yang telah diperoleh perusahaan. Standar deviasi
besar dari angka rata-rata. Hal ini menggambarkan bahwa data tidak menyebar
secara merata karena ada beberapa data yang memiliki nilai terlalu tinggi dan
b. Opportunity
Ukuran Kantor Akuntan Publik atau size KAP dari jumlah data 99 perusahaan
memiliki rata-rata sebesar 1,4242. Hal ini menunjukkan bahwa dari total 99
standar deviasi memiliki nilai yang cukup besar yaitu sebesar 0,105116. Nilai
terendah yaitu 1 dan nilai tertinggi yaitu 2 dimana dalam pengukuran variabel ini
c. Rationalizations
change in auditor dari sampel 99 perusahaan memiliki nilai terendah 1 dan nilai
public sebesar 1,0707 yang berarti bahwa turnover kantor akuntan public dari data
perusahaan yang terkumpul cukup tinggi dengan standar deviasi senilai 0,25764.
d. Competence
yang berarti bahwa turnover direksi dari data perusahaan yang terkumpul cukup
e. Arrogance
Variabel arrogance yang diproksikan dengan jumlah foto CEO yang terpajang
jumlah foto CEO yag terpajang dalam laporan tahunan perusahaan cukup
banyak. Variabel CEOPIC ini dihitung manual berdasarkan jumlah foto CEO
yang terpampang pada laporan tahunan perusahaan. Jumlah foto CEO terbanyak
diperoleh dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Sedangkan untuk jumlah foto
CEO terbanyak urutan kedua diperoleh dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk,
(AISA), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Berlina Tbk (BRNA), dan
PT Mandom Indoensia Tbk (TCID). Untuk jumlah foto yang tidak muncul dalam
laporan tahunan berasal dari PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Ultrajaya Milk
Industry and Trading Company (ULTJ), PT Argha Karya Prima Industry Tbk
Pasific (TSPC), PT Akasha Wira International Tbk (ADES), dan PT Siantar Top
(STTP). Standar deviasi menunjukkan angka 1,15175 yaitu nilai tersebut lebih
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji
dan variabel idnependen memiliki distribusi data yang normal atau tidak (Ghozali, 2013).
Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan analisis statistik non parametrik One-
Sample Kolmogorov-Smirnov, yaitu dapat dilihat jika tingkat signifikansi > 0,05 maka data
terdistribusi normal, dan sebaliknya jika tingkat signifikansi ≤ 0,05, maka data tidak
Kolmogrov-Smirnov Test:
Tabel 4.3
Hasil Uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test
Dari tabel diatas, dapat dilihat nilai signifikasinya atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000
yang menunjukkan bahwa nilai signifikan < 0,05. Dengan demikian nilai residualnya
terdistribusi secara tidak normal, sehingga menunjukkan bahwa penelitian ini dinyatakan
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (indpenden). Model regresi yang baik seharusnya tidak tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2013). Salah satu cara untuk
Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
dinyatakan bebas dari gangguan multikolonieritas jika mempunyai nilai VIF ≤10 atau
tolerance ≥ 0,1. Berikut adalah hasil uji multikolonieritas dalam penelitian ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji multikolonieritas
menunjukkan nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) di bawah
10 untuk setiap variabel. Nilai VIF yang dihasilkan untuk pressure (ROA), opportunity
(CEOPIC) berada pada rentang 1,0-1,2. Dan nilai tolerance untuk kesembilan variabel
independen tersebut diatas berada pada rentang 0,7-0,9. Berdasarkan hasil uji
multikolonieritas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen dalam model regresi
tidak terdapat korelasi antara variabel yang satu dengan lainnya, sehingga variabel
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
dimana gangguan heteroskedastisitas akan tampak dengan adanya pola tertentu pada
grafik. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas,
serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut
Berdasarkan grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga layak dipakai untuk
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk
mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson.
Secara umum panduan mengenai angka Durbin-Watson dapat diambil patokan sebagai
berikut:
1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Tabel 4.5
adalah 2,187. Nilai tersebut berada diatas +2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Analisis linear berganda digunakan untuk manguji pengaruh dua atau lebih variabel
memberikan hasil bahwa variabel independen yang memiliki hubungan linear terhadap
variabel dependen financial fraud statement. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan
linearity untuk ACHANGE (proksi variabel financial stability) menunjukkan angka 0,006.
Sedangkan variabel lainnya tidak memiliki hubungan linear.
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
Square, bukan R Square dari model regresi, karena R Square bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan dalam model. Sedangkan Adjusted R Square dapat naik turun
jika variabel independen ditambahkan dalam model (Ghozali, 2013). Berikut hasil uji
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
Hasil output SPSS pada tabel 4.6 diatas menunjukkan besarnya adjusted R Square
adalah 0,106. Hal ini berati bahwa 10,6% variasi financial fraud statement dapat dijelaskan
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji
pada tingkat signifikan 0,05. Jika nilai probabilitas t lebih kecil dari 0,05, maka H1 diterima
dan H0 ditolak, sedangkan jika nilai probabilitas t lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima
Tabel 4.7
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Keterangan:
X1 = Pressure / Return on Asst
X2 = Opportunity / Quailty of
External Auditor
X3 = Rationalization / Change in
Auditor
X4 = Competence / Change in Director
X5 = Arrogance / Frequency of CEO’s Profile Picture
Dari persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan bahwa dengan konstanta
sebesar -5,428 menyatakan jika ada pressure, opportunity, rationalization, competence dan
5,428. Koefisien regresi pada variabel pressure pada return on asset bernilai -12,105.
Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara
variabel independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti kenaikan pressure
sebesar 0,01 akan menurunkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar -12,105.
Koefisien regresi pada variabel opportunity pada kualitas eksternal auditor bernilai -
2,259. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel
independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti untuk kenaikan opportunity
sebesar 0,01 akan menurunkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar 2,259.
Koefisien regresi pada variabel rationalization pada perubahan auditor bernilai 3,358.
Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan yang searah antara variabel
independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti kenaikan rationalization sebesar
Koefisien regresi pada variabel competence pada perubahan direksi bernilai 3,679.
Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel
independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti untuk kenaikan competence sebesar
Koefisien regresi pada variabel arrogance pada frekuensi foto direksi bernilai 1,678.
Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan yang searah antara variabel
independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti kenaikan arrogance sebesar 0,01
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan pengaruh apakah variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai f menunjukkan signifikansi lebih kecil dari
0,05 maka H0 ditolak, artinya semua variabel independen secara bersama mempengaruhi
Tabel 4.8
Hasil Uji F (Uji Simultan)
Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji F atau anova didapat nilai F hitung sebesar 3,323
dengan probabilitas (signifikan) 0,008. Karena signifikan jauh lebih kecil dari 0,05, maka
menunjukkan bahwa secara bersama-sama atau simultan variabel independen pressure,
opportunity, rationalization, competence dan arrogance berpengaruh dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan teori agency manajemen sebagai agen bertanggung jawab untuk memberikan
informasi dengan menyajikan laporan keuangan terhadap stakeholder sebagai prinsipal.
Namun, pada praktiknya manajemen tidak memberikan informasi yang sebenarnya demi
memperlihatkan kinerja dan posisi keuangan yang baik di mata stakeholder. Sehingga, untuk
menunjukkan hal tersebut, manajemen akan melakukan manipulasi laporan keuangan (fraud).
Penelitian ini menguji elemen-elemen fraud pentagon berpengaruh dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement). Kelima elemen
fraud pentagon yaitu; (1) tekanan (pressure) yang diproksikan dengan financial target salah
satunya dengan Return on Asset, (2) opportunity yang diproksikan dengan kualitas eksternal
auditor, (3) rationalization yang diproksikan dengan changes in auditor, dan
rationalization, (4) competence yang diproksikan dengan pergantian direksi; dan (5)
arrogance diproksikan dengan frequency of CEO’s profile picture.
Hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu pressure berpengaruh positif dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Financial target diukur menggunakan rasio
ROA, dimana rasio ROA merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar return yang
dihasilkan atas penggunaan aset perusahaan. Hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan nilai
t sebesar -1,483 dengan tingkat signifikan sebesar 0,142 yang berada lebih besar dari 0,05 dan
nilai koefisien regresi (β) negatif sebesar -12,105. Nilai negatif pada koefisien regresi
menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel independen dengan variabel
dependennya. Hal ini berarti bahwa untuk setiap kenaikan ROA sebesar 0,01 akan
menurunkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar -12,105. Tingkat signifikan yang
lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa H1 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa
pressure tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. ROA
(profitabilitas) perusahaan yang tinggi belum tentu ada indikasi kecurangan laporan keuangan
di dalamnya. Kenaikan ROA bisa saja disebabkan oleh peningkatan mutu operasional dan
kinerja perusahaan seperti modernisasi sistem informasi. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian dari Sihombing dan Rahardjo (2014), Tessa dan Harto (2016), dan juga penelitian
Skousen et. al (2009) yang menyatakan bahwa financial target yang diukur dengan ROA
tidak berpengaruh terhadap financial fraud statement.
Hipotesis kedua yaitu opportunity pada Quality of External Auditor berpengaruh
positif dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Quality of External Auditor diukur
menggunakan penggunaan kantor akuntan public kategori big 4 dan non big 4. Pengujian
hipotesis kedua ini berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t sebesar -1,290 dengan
signifikansi 0,200 dan nilai koefisien regresi (β) sebesar -2,259. Nilai negatif pada koefisien
regresi menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara variabel opportunity dengan
kecurangan laporan keuangan. Tingkat signifikansi 0,200 yang berada lebih besar dari 0,05
mengartikan bahwa H2 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa quality of external auditor
tidak berpengaruh positif dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian
ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Siddiq, Achyani dan Zulfikar (2016),
yang menyatakan bahwa quality of external audit tidak berpengaruh dalam fraudulent
financial statement.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu rationalization pada Changes in Auditor
berpengaruh positif dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Perubahan auditor ini
diukur dengan adanya pergantian kantor akuntan public dalam kurun waktu tiga tahun.
Pergantian auditor eksternal mengindikasikan bahwa manajemen telah melakukan
tindakan manajemen tidak diketahui oleh para stakeholdernya. Berdasarkan tabel 4.7
hasil pengujian nilai t untuk rationalization sebesar 1,110 dengan signifikansi 0,270 dan nilai
koefisien regresi (β) 3,358. Tanda posistif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan
yang searah antara variabel independen rationalization dengan deteksi kecurangan laporan
keuangan. Berdasarkan tingkat signifikansi 0,276 lebih besar dari 0,05 membuktikan bahwa
Sihombing dan Rahardjo (2014) dan Tessa dan Harto (2016) yang menyatakan bahwa change
dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pergantian direksi dapat menjadi suatu
upaya perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap kinerja direksi sebelumnya. Hasil
pengujian berdasarkan tabel 4.7 menggambarkan nilai t sebesar 1,679 dengan signifikansi
0,097 dan nilai koefisien regresi (β) senilai 3,679. Tanda positif pada koefisien regresi
menunjukkan hubungan yang searah antara variabel independen pergantian direksi dengan
deteksi kecurangan laporan keuangan. Namun, tingkat signifikansi yang berada lebih besar
dari 0,05 menunjukkan hasil bahwa H4 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa secara
parsial, pergantian direksi tidak berpengaruh positif dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Sihombing dan
Rahardjo (2014) dan Tessa dan Harto (2016) yang menunjukkan hasil bahwa pergantian
Hipotesis kelima yaitu arrogance pada frequent number frequency of CEO’s picture
berpengaruh positif terhadap financial statement fraud Jumlah foto CEO yang terpajang
dalam laporan tahunan menggambarkan tingkat arogansi dan percaya diri dari CEO. Dengan
tingkat arogansi dan percaya diri yang tinggi dapat mengindikasikan CEO untuk melakukan
manipulasi laporan keuangan, karena sistem pengendalian internal bagaimanapun tidak akan
berlaku bagi dirinya. Hasil pengujian berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t sebesar
2,483 dengan signifikansi 0,015 dan nilai koefisien regresi 0,1687. Tanda positif pada
koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel independent frequent number
frequency of CEO’s picture dengan variabel dependen. Namun, tingkat signifikansi yang
berada lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa H5 diterima, sehingga dapat dikatakan
bahwa secara parsial variabel number of CEO’s picture berpengaruh positif terhadap
financial statement fraud. Jumlah foto yang terpasang dalam laporan tahunan dapat dijadikan
indikasi bahwa secara psikologis ada keinginan direksi ingin dikenal oleh masyarakat.
Tingkat arogansi direksi tersebut dapat memicu kecurangan dalam laporan keuangan
perusahaan agar posisi direksi tersebut dipertahankan dalam kurun waktu yang diinginkan.
Hasil Penelitian ini mendukung penelitian Tessa dan Harto (2016) yang menyatakan bahwa
Dari hasil analisis pengujian yang dilakukan maka diperoleh ringkasan sebagai berikut:
Tabel 4.9
Ringkasan Hasil Pengujian
Variabel Dependen
No. Variabel Independen
Kecurangan Laporan Keuangan
1 Pressure X
2 Opportunity X
3 Rationalization X
4 Competence X
5 Arrogance √
Keterangan:
√ = variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen atau
hipotesis diterima
X = variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau
hipotesis ditolak.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis teori fraud pentagon dalam mendeteksi
pentagon yaitu, tekanan (pressure) yang diproksikan dengan financial target yaitu return on
(competence) yang diproksikan dengan pergantian direksi, dan arogansi (arrogance yang
diproksikan dengan frequency number of CEO’s profile picture. Perusahaan yang menjadi
sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2014-2016,
khususnya perusahaan makanan dan minuman, perusahaan plastic dan kemasan, perusahaan
farmasi dan perusahaan kosmetik dengan jumlah 33 perusahaan. Sehingga diperoleh total
1. Financial target merupakan variabel proksi pertama dari variabel pressure yang
dihitung menggunakan rasio ROA, dimana memberikan hasil bahwa financial target
financial statement). Hasil penelitian ini menolak hipotesis 1. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap kenaikan pada rasio ROA tidak menjadi tekanan bagi pihak manajemen
opportunity yang diukur dengan variable dummy atas penggunaan jasa kantor
akuntan public dari ukuran big 4 maupun non big 4. Hasil penelitian ini menolak
hipotesis kedua. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan jasa kantor akuntan public
kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menolak hipotesis keempat. Hal
menerima hipotesis kelima. Hal ini disebabkan dari factor arogansi direksi
1. Penelitian selanjutnya dapat memilih sampel penelitian dengan sektor industri yang
metode kuantitatif dengan kualitatif. Karena, beberapa dari variabel yang terdapat
dalam fraud risk factor tidak dapat dijelaskan secara spesifik oleh alat analisis
metode kuantitatif.
accrual sebagai alat ukur fraudulent financial statement, salah satunya dengan
delapan rasio keuangan. Dari hasil pengukuran model tersebut jika diperoleh hasil
lebih besar dari -2,22 maka dikategorikan sebagai perusahaan yang melakukan
fraud. Begitupula sebaliknya, jika hasil lebih kecil dari -2,22 maka dikategorikan
selanjutnya untuk lebih meyakinkan apakah terdapat fraud dalam perusahaan yang
akan diteliti.
fraud risk factor yang lebih dapat menjelaskan variabel dependennya, misalnya
dengan menggunakan factor politisi pada latar belakang direksi suatu perusahaan,