Anda di halaman 1dari 23

BUILDING MAINTANANCE /

PEMELIHARAAN GEDUNG
June 19, 2014 · by Neo Publishing · in Property Management, Standard Operation Procedure. ·
HAKEKAT PEMELIHARAAN GEDUNG (I)
Maintenance atau pemeliharaan pada Gedung dimaksudkan sebagai gabungan dari tindakan teknis dan administrative, yang
dimaksudkan untuk mempertahankan,dan memmelihara fungsi bangunan sebagaimana yang telah di rencanakan
sebelumnya. Keberhasilan suatu bangunan dinilai dari kemampuan bangunan untuk ada pada kondisi yang diharapkan, yang
dipengaruhi oleh beberapa persyaratan,antara lain :

1. Persyaratan fungsional
Yang dimaksud persyaratan fungsional adalah persyaratan yang terkait dengan fungsi bangunan. Setiap bangunan memiliki
fungsional umum dan khusus yang perlu dipenuhi. Persyaratan umum contohnya adalah bangunan mampu melindungi
pemakainya dari lingkungan luar. Sedangkan persyarat khusus sangat tergantung pada jenis dan fungsi bangunan tersebut.

2. Persyaratan Performance
Masing – masing bangunan memiliki persyaratan performance bangunan yang sangat spesifik. Performance bangunan
mencakup banyak aspek, mulai dari performance fisik luar bangunan, sampai pada elemen – elemen Mekanikal dan
elektrikal ( ME ).
Tindakan pemeliharaan bangunan sangat ditentukan oleh tuntutan performance yang terkait dengan fungsi bangunan. Namun
seringkali terjadi perbedaan standart performance bangunan menurut USER dan menurut OWNER, terutama pada bangunan
sewa.

3. Persyaratan Menurut Undang – undang


Persyaratan menurut undang – undang merupakan persyaratan yang tidak bisa diabaikan, karena menyangkut regulasi dan
legalitas.Persyaratan ini diantarnya : Persyaratan terhadap pengelolaan gedung tinggi / Hight risk ,

4. Persyaratan Menurut User


Persyaratan menurut user biasanya berkaitan dengan kenyamanan. Kenyamanan user merupakan ukuran keberhasilan suatu
bangunan. Biasanya bangunan yang memiliki persyaratan user adalah bangunan – bangunan sewa dan bangunan – bangunan
umum.
Idealnya, pada tahap desain,perencana telah memiliki kriteria – kriteria untuk menghasilkan suatu performansi tertentu
sehingga aktifitas pemeliharaan yang dilakukan selama masa operasi gedung akan lebih efektif. Namun seringkali kriteria –
kriteria semacam itu tidak dibuat sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan program pemeliharaan sampai tahap
pelaksanaannya.
Kegiatan pemeliharaan bangunan meliputi berbagai aspek yang bisa dikategorikan dalam 4 kegiatan, yaitu :
· Pemeliharaan rutin harian
· Rectification ( perbaikan bangunan yang baru saja selesai )
· Replacement ( penggantian bagian yang berharga dari suatu bangunan )
· Retrofitting ( melengkapi bangunan sesuai kemajuan teknologi )

Secara sederhana, Pemeliharaan bangunan dapat diklarifikasikan menjadi 2 macam yaitu : Pemeliharaan rutin dan
Pemeliharaan remedial / perbaikan.

A. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan dengan interval waktu tertentu untuk mempertahankan gedung
pada kondisi yang diinginkan / sesuai. Contohnya pengecatan dinding luar gedung 2 tahunan, pengecatan interior 3 tahunan,
pembersihan dinding luar, dll. Namun jenis pekerjaan pemeliharaan rutin juga bias berupa perbaikan atau penggantian
komponen yang rusak. Kerusakan – kerusakan tersebut bias diakibatkan oleh proses secara alami ( contoh : Kerapuhan,
kusam ) atau proses pemakaian ( contohnya : goresan,pecah dll ).

Pada pemeliharaan rutin sangat penting untuk menentukan siklus pemeliharaan. Siklus pemeliharaan bias ditentukan
berdasarkan data fisik gedung dan equipment yang cukup dalam bentuk dokumentasi, manual pemeliharaan ataupun catatan
pengalaman dalam pekerjaan pemeliharaan sebelumnya.
Dalam suati rencana program pemeliharaan, jika siklus kegiatannya sudah ditentukan, maka jenis pekerjaan dan anggaran
dapat segera dibuat.
Kendala – kendala yang sering terjadi dalam pemeliharaan rutin adalah :

·Pemilik / Owner
Seringkali para pemilik gedung tidak melaksanakan program pemeliharaan yang sudah dibuat,bahkan cenderung
memperpanjang interval pemeliharan dengan tujuan mengurangi beban biaya pemeliharaan agar keuntungan yang di dapat
lebih besar. Padahal dengan tertundanya jadwal pemeliharaan rutin akan mengakibatkan bertumpuknya kualitas kerusakan (
Multipier effect ) yang akhirnya akan membutuhkan biaya perbaikan yang jauh lebih besar.
·Kurangnya data dan pengetahuan
Seringkali pemeliharaan rutin tidak dapat dilakukan akibat kurangnya data baik manual,sejarah pemeliharaan ataupun
dokumentasi. Disamping itu juga kekurangan pengetahuan dari personil pengelola gedung baik tingkat manajerial maupun
pelaksana mengakibatkan program pemeliharaan dan pelaksanaanya kurang optimal.

B. Pemeliharaan Remedial
Pemeliharaan remedial adalah pemeliharaan perbaikan yang dapat diakibatkan oleh :
·Kegagalan teknis / manajemen
Kegagalan teknis / manajemen bisa terjadi pada tahap kontruksi maupun pada tahap pengoperasian bangunan. Pada tahap
kontruksi contohnya adalah kecerobohan dalam pemasangan suatu komponen bangunan. Pada tahap pengoperasian
bangunan, kesalahan dalam merencanakan jadwal pemeliharaan bias terjadi dan ini dapat berakibat pada kerusakan alat atau
bahan – bahan bangunan.
·Kegagalan kontruksi dan desain
Dalam hal ini faktor desain dan kontruksi berhubungan erat. Contoh dari segi desain adalah kesalahan dalam pemilihan
bahan bangunan, sehingga usia pemakaiannya pendek dan tidak bertahan lama. Sedangkan dari segi kontruksi kesalahan
dalam pelaksanaan finishing dapat menyebabkan usia pemakaiannyapun tidak bertahan lama.
·Kegagalan dalam pemeliharaan
Faktor lain yang menyebabkan kegiatan pemeliharaan perbaikan selama periode pemakaian bangunan adalah akibat
kegagalan pemeliharaan yang disebabkan oleh :
Ø Program pemeliharaan rutin yang dibuat tidak memadai
Ø Program perbaikan yang tidak efektif
Ø Inspeksi – inspeksi yang tidak dilaksanakan dengan baik
Ø Data – data pendukung pemeliharaan yang tidak mencukupi

Secara lebih luas, ditinjau dari direncanakan atau tidak, kegiatan pemeliharaan rutin dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Pemeliharaan terencana / planned.
2. Pemeliharaan tidak terencana / unplanned
Dibawah ini adalah diagram yang menunjukan klasifikasi kegiatan pemeliharaan.

Difinisi :
Planned Maintenance : Pemeliharaan yang diorganisasikan dan dilaksanakan dengan perencanaan, control dan penggunaan
laporan – laporan untuk suatu rencana yang ditentukan sebelumnya.
Unplanned Maintenance : Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk rencana yang yang tidak ditentukan sebelumnya.
Preventive Maintenance : Pemeliharaan yang dilaksanakan pada interval yang ditentukan sebelumnya atau yang sesuai untuk
kriteria yang ditentukan dan ditujukan untuk mengurangi kemungkinan kegagalan atau degradasi performansi suatu
bangunan.
Corrective Maintenance : Pemeliharaan yang dilakukan setelah suatu kegagalan terjadi dan ditujukan untuk memperbaiki
suatu item untuk suatu keadaan yang item tersebut dapat melakukan fungsinyayang diperlukan.
Emergency Maintenance : Pemeliharaan yang diperlukan dengan segera untuk menghindari akibat – akibat yang serius.
Condition Based Maintenance : Preventive maintenance yang di mulai dari suatu hasil pengetahuan kondisi suatu hal dari
pemantauan rutin.
Scheduled Maintenance : Preventive maintenance yang dilaksanakan untuk suatu interval waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.

Pada dasarnya,tindakan pemeliharaan dilakukan berdasarkan atas laporan hasil pemeriksaan / survey terhadap kondisi
bangunan. Untuk itu pemeriksaan yang dilakukan harus teliti dan menyeluruh,sehingga dapat ditentukan bentuk tindakan
pemeliharaan yang tepat terhadap kegagalan tertentu.

PEMELIHARAAN BANGUNAN YANG BERLANTAI BANYAK


Pada bangunan yang berlantai banyak yang disewakan,misalkan kantor sewa, ada 3 pihak yang berkepentingan dalam
menentukan performance bangunan, yaitu :
· Owner / pemilik gedung
· Tenant / penghuni
· Building management / pengelola bangunan
Masing – masing pihak memiliki tuntutan performance bangunan yang berbeda. Hal ini bisa menyulitkan untuk menentukan
standart sejauh apa kegiatan pemeliharaan bangunan perlu dilakukan. Mengingat kompleksitas pekerjaan yang sangat besar,
maka manajen pemeliharaan dalam gedung bertingkat tinggi biasanya dilakukan oleh suatu organisasi pemeliharaan yang
disebut dengan ORGANISASI PEMELIHARAAN GEDUNG.
Organisasi pemeliharaan gedung ini bertanggung jawab dalam perencanaan,pengawasan dan penentuan pelaksanaan /
operasi pemeliharaan. Organisasinya bisa In – House atau berasal dari lembaga diluar pemilik seperti konsultan atau
kontraktor khusus bidang pemeliharaan.
Dalam pembentukan organisasi pemeliharaan gedung ada 2 hal yang harus diperhatikan, yaitu :

-Organisasi pemeliharaan harus memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan garis kebijakan yang telah ditentukan oleh
perusahaan.
-Organisasi pemeliharaan harus mampu bekerja secara efektif melalui pengamat dan pengendalian terhadap performansinya.
-Organisasi pemeliharaan pada gedung perkantoran biasanya masuk dalam organisasi pengelola yang lebih besar yang
disebut Building management.Building management dipimpin oleh seorang building manager dan dibantu oleh staff dan
pelaksana.
-Organisasi building management pada gedung yang berlantai banyak bervariasi tergantung pada organisasi induk,fungsi
gedung,luas lantai dan jumlah lantai. Fungsi – fungsi yang berada dibawah organisasi building management pada dasarnya
terdiri dari fungsi keuangan ( accounting ), fungsi administrasi (general affair ), fungsi security,fungsi operasional dan
pemeliharaan teknik.

Dalam konteks pemeliharaan gedung, Building Management melaksanakan perawatan dan perbaikan gedung, fasilitas dan
kelengkapan gedung dengan tujuan tercapainya :
Reliabilitas ( kehandalan )
Availabilitas ( ketersediaan )
Memperpanjang umur teknis
Memberikan nilai tambah

HAKEKAT PEMELIHARAAN GEDUNG (II)

Melanjutkan apa yang sudah dibahas pada bagian I Untuk mencapai hasil pemeliharaan yang baik maka building
management harus membuat jadwal pemeliharaan sesuai spesifikasinya baik fisik gedung maupun mekanikal
dan elektrikalnya.
Personil organisasi pemeliharaan yang dibawahi mechanical dan electrical manager bertanggung jawab atas
kegiatan pemeliharaan terhadap :

a. Sistem Elektronik
– Fire alarm
– Sound system
– Telephone, Security System, CCTV, MATV, Access System (by others)
b. Sistem Plumbing
– Fire Fighting System
– Air bersih dan air kotor
c. Sistem tata udara gedung dan ventilasi mekanikal
– AC system (Chiller, AHU, FCU, dll)
– Pressure Fan, Blower, dll
d. Sistem Listrik
– Sistem Pembangkit (Genset)
– UPS
– Gardu PLN, HVDV, LVDP, travo, panel distribusi, dll
e. Sistem Transportasi vertical
– Lift
– Escalator, dll

Tugas – tugas pokok masing – masing bidang

1. Building Manager
· Menetapakan visi buiding management dengan berorientasi pada misi perusahaan / induk.
· Membuat planning,budgeting dan program tahunan
· Melakukan supervise total atas seluruh fungsi organisasi.
· Membuat laporan rutin dan insidentil
2. Chief
· Membuat protap –protap
· Membuat standart operasi dan maintenance
· Mengatur jadwal dan penugasan pelaksana
· Melakukan inspeksi
· Memberikan laporan kepada buiding manager secara rutin
3. Supervisor
· Membuat rencana kerja dan pemeliharaan dan penugasan bersama – sama chief
· Mengatur dan mengkoordinir pekerja harian sesuai dengan bidangnya
· Mengatur penggunaan peralatan dan bahan
· Membuat laporan kepada chief secara rutin
4. Teknisi / Pelaksana
· Melaksanakan pekerjaan pengoperasian,perbaikan dan perawatan alat dan fisik gedung
· Memberikan masukan perihal jadwal pemeliharaan rutin dan pemeliharaan perbaikan
· Melakukan inspeksi dan pencatatan ( checklist harian secara rutin )
· Membuat laporan kepada supervisor

Tindakan pemeliharan secara mendadak dan tidak direncanakan,biasa dilakukan atas dasar komplainan dari
pihak tenant. Komplain ini akan disampaikan kepada organisasi pemeliharaan gedung untuk di tindak lanjuti.
Setelah complain di tindak lanjuti,maka pelaksana perbaikan perlu membuat laporan kepada manager,sehingga
aktifitas pemeliharaan bisa dipantau dengan baik. Berikut skema yang menggambarkan bagaimana complain
ditanggapi :

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


MAINTENANCE PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN MEKANIKAL DAN ELECTRIKAL
Adapun jadwal schedule harian seorang maintenance pemeliharaan dan perawatan mekanical dan electrikal
antara lain :
1. Checklist harian
Melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan oleh supervisor
Menanggani komplain
Membuat laporan kerja
Mencatat pemakaian listrik dan air
Melaksanakan kegiatan schedule kerja yang telah dibuat sesuai jadwal
Mengkoordinasikan kegiatan dengan atasan

Setiap teknisi yang melakukan tugas checklist harian harus paham terhadap standarisasi pengcheckan.apa saja
standarisaisi pengecheckan itu antara lain :

Catatan :
a. Standarisasi ini hanya sebagai bentuk dasar dalam checklist
b. Setiap petugas harus bisa menganalisa data pengecheckan sendiri

Sumber : https://propert1.wordpress.com/2014/06/19/building-maintanance-pemeliharaan-
gedung-2/
PENTINGNYA PERAN FACILITY
MANAGEMENT DALAM PENERAPAN
GREEN BUILDING
January 30, 2013 · by Neo Publishing · in Green Building, Property Management. ·

Setelah pemilik bangunan, tim desain dan tim kontraktor selesai membangun dan seluruh persyaratan untuk sertifikasi telah
disampaikan kepada GBCI (Green Building Council Indonesia), selesailah perjalanan untuk menghasilkan green building.
Benarkah begitu?
Salah besar. Karena pada dasarnya green building bukan lomba desain, tapi hasil akhirnya dilihat dari unjuk kerja atau
performa bangunan. Apakah pada saat digunakan bangunan tersebut hemat energi? Apakah bangunan tersebut betul hemat
air? Apakah bangunan tersebut menghasilkan kualitas lingkungan dalam ruang yang sehat untuk penggunanya? Apakah
bangunan tersebut dibersihkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan?
Lebih jauh lagi, kalau bangunan tersebut adalah bangunan komersial yang disewakan kepada pihak ketiga, pertanyaannya
menjadi apakah si penyewa menggunakan ruangnya dengan hemat energi? Lalu apakah karyawan si penyewa hemat dalam
menggunakan air? Apakah si penyewa mendukung penggunaan sarana transportasi umum? Apakah si penyewa
menggunakan peralatan kantor yang ramah lingkungan? Apakah si penyewa mendukung penghematan energi dengan
menghargai desain sistem AC yang sudah ada atau menambah split air conditioning di dalam ruangnya?
Pertanyaan-pertanyaan di atas membawa kita pada kondisi bahwa ternyata desain dan konstruksi yang baik tidak pasti
menghasilkan tujuan akhir suatu green building. Kegiatan-kegiatan pada masa operasional justru yang sangat menentukan
tercapainya tujuan dan konsep-konsep yang diintegrasikan dalam desain bangunan.
Di dunia properti dikenal jasa facility management. Jasa ini melaksanakan kegiatan operasional bangunan dengan
mengintegrasikan seluruh aspeknya, khususnya dari sisi pengguna bangunan. Dalam konteks bangunan sewa, penggunanya
adalah si penyewa ruangan. Facility management berbeda dengan building management yang lebih berfokus pada area dan
peralatan bersama (common area).
Karena yang memberi tugas adalah pemilik bangunan, bukan penyewa bangunan, building management umumnya tidak
memiliki kontrol atas kegiatan operasional si penyewa bangunan. Facility management diberi tugas oleh pengguna
bangunan, umumnya adalah si penyewa ruang. Karena itu kegiatan operasional pengguna ruang ada dalam kontrol
langsungnya.
Green building memang berhubungan baik dengan building management maupun facillity management. Tapi karena
kegiatan operasional pengguna ruanglah yang sangat mendikte penggunaan energi, air, produksi sampah, dan kegiatan
operasional lainnya, facility management berperan lebih dominan dalam green building.
Building management bisa menentukan pola operasional yang sangat mendukung green building, tapi kalau pengguna ruang
sama sekali tidak menghargai hal-hal tersebut, performa bangunan secara keseluruhan akan anjlok.
Negara tetangga kita, Singapura telah paham mengenai hal ini. Mereka telah mencanangkan bahwa pada tahun 2030, 80%
bangunan di Singapura akan tersertifikasi sebagai green building menurut sistem rating Green Mark. Mereka telah juga
berhitung bahwa untuk itu mereka membutuhkan sekitar 7 ribu orang facility manager. Karenanya secara bersamaan
institusi-institusi pendidikan di Singapura telah menyelenggarakan jurusan facility management, baik
program diploma, bachelor degree, bahkan master degree. Tidak kurang dari Temasek Polytechnic, NUS (National
University of Singapore) bahkan Building Construction Authority Academy yang bekerjasama dengan University College
London.
Bagaimana dengan Indonesia? Belum ada satupun. Tertinggal lagikah kita?

Tondy O. Lubis, LEED AP


Core Founder – GBCI
Director – Colliers FM
PERATURAN GUBERNUR NO. 38/2012
– GREEN BUILDING (1)
June 28, 2012 · by Neo Publishing · in Architecture, Design, Green Building, Mechanical Electrical. ·
Kemarin penulis berkesempatan untuk mengikuti acara yang diadakan oleh GMT institute, yang didalamnya terdapat acara
sosialisasi Pergub DKI yang baru mengenai Green Building.

Pergub ini sendiri dilatar belakangi oleh komitmen dari Gubernur DKI tahun 2008 di Korea mengenai program c40 dalam
tujuannya untuk mengurangi CO2 dan penghematan energi. Menurut Ir. Pandita, MSi (Kasie Perencanaan dan Pengawasan
Struktur Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) DKI Jakarta) Untuk mengurangi emisi tersebut sangatlah tidak
mudah bagi semua negara, karena dengan mengurangi emisi (CO2) berarti mengurangi produktifitas, mengurangi
produktifitas berarti mengurangi lahan kerja.

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada lembaga independent, yaitu lembaga KONSIL BANGUNAN HIJAU
INDONESIA atau GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA. Lembaga ini adalah lembaga mandiri (non government)
dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-
praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan. GBC INDONESIA
merupakan Emerging Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat
ini beranggotakan 90 negara dan hanya memiliki satu GBC di setiap negara. Untuk lebih detail mengenai lembaga ini dapat
dilihat websitenya di http://www.gbcindonesia.org/

Kita semua sangat bersyukur dengan keberadaan lembaga ini, sehingga pemerintah daerah, seperti halnya pemda DKI yang
telah bekerja sama dengan lembaga ini untuk mengadop dan merumuskannya di dalam peraturan perundang-undangan yang
telah dituangkan dalam Peraturan Gubernur No. 38/2012 tentang Bangunan Gedung Hijau.

Peraturan ini sendiri sebenarnya telah didahului dengan diterbitkannya peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Sertifikasi Bangunan Hijau atau green building.
Dengan perkembangan properti yang begitu pesat saat ini, pembangunan bangunan-bangunan tinggi, mall, apartment, hotel,
perkantoran, mix building, dan sebagainya, khususnya di Jakarta, maka penggunaan energi meningkat begitu pesatnya, dan
kalau tidak dipikirkan solusi mengenai penghematan energi ini, masalah yang akan timbul, khususnya di Jakarta akan
semakin kompleks, khususnya dampak terhadap lingkungan dan energi. Adalah langkah yang sangat tepat jika saat ini
pemerintah DKI Jakarta memulai program ini.

Secara garis besar dalam peraturan ini terbagi 2(dua) yaitu peraturan yang bersifat mandatory (wajib) dan voluntery (tidak
wajib) yang akan diterapkan baik itu kepada bangunan baru dan bangunan existing.
berlanjut….

Sumber : https://propert1.wordpress.com/2012/06/28/peraturan-gubernur-no-382012-green-
building-1/
SISTEM POMPA
April 25, 2014 · by Neo Publishing · in Mechanical Electrical, Pump. ·
POMPA ( PUMP)
Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain
melalui suatu media perpipaan dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus
menerus.
Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk (suction) dengan bagian keluar
(discharge). Dengan kata lain, pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi
tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan yang ada
sepanjang pengaliran.

Pompa Sentrifugal
Salah satu jenis pompa pemindah non positip adalah pompa sentrifugal yang prinsip kerjanya mengubah energi kinetis
(kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing.
Sesuai dengan data-data yang didapat, pompa reboiler debutanizer di Hidrokracking Unibon menggunakan pompa
sentrifugal single – stage double suction.

Klasifikasi Pompa Sentrifugal


Pompa Sentrifugal dapat diklasifikasikan, berdasarkan :
1. Kapasitas :
• Kapasitas rendah 60 m3 / jam
2. Tekanan Discharge :
• Tekanan Rendah 50 Kg / cm2
3. Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat :
• Single stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing
• Multi stage : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri dalam satu casing.
• Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel dalam satu casing.
• Multi Impeller – Multi stage : Kombinasi multi impeller dan multi stage.
4. Posisi Poros :
• Poros tegak
• Poros mendatar
5. Jumlah Suction :
• Single Suction
• Double Suction
6. Arah aliran keluar impeller :
• Radial flow
• Axial flow
• Mixed fllow

Bagian-bagian Utama Pompa Sentrifugal

Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal dapat dilihat sepert gambar berikut :
Rumah Pompa Sentrifugal
A. Stuffing Box
Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana poros pompa menembus casing.
B. Packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes
atau teflon.
C. Shaft (poros)
Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan
bagian-bagian berputar lainnya.
D. Shaft sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage
dapat sebagai leakage joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.
E. Vane
Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.
F. Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan
diffusor (guide vane), inlet dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan mengkonversikan energi
kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage).
G. Eye of Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
H. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan
secara kontinyu, sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan
dari cairan yang masuk sebelumnya.
I. Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang
impeller, dengan cara memperkecil celah antara casing dengan impeller.
J. Bearing
Beraing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial
maupun beban axial. Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap pada tempatnya,
sehingga kerugian gesek menjadi kecil.
K. Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan
diffusor (guide vane), inlet dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan mengkonversikan energi
kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage).

Kapasitas Pompa
Kapasitas pompa adalah banyaknya cairan yang dapat dipindahkan oleh pompa setiap satuan waktu . Dinyatakan dalam
satuan volume per satuan waktu, seperti :
• Barel per day (BPD)
• Galon per menit (GPM)
• Cubic meter per hour (m3/hr)
Head Pompa
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan
sesuai dengan kondisi instalasi pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair,yang umumnya dinyatakan dalam
satuan panjang.
Menurut persamaan Bernauli, ada tiga macam head (energi) fluida dari sistem instalasi aliran, yaitu, energi tekanan, energi
kinetik dan energi potensial
Hal ini dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Karena energi itu kekal, maka bentuk head (tinggi tekan) dapat bervariasi pada penampang yang berbeda. Namun pada
kenyataannya selalu ada rugi energi (losses).

Pada kondsi yang berbeda seperti pada gambar di atas maka persamaan Bernoulli adalah sebagai berikut :

1. Head Tekanan
Head tekanan adalah perbedaan head tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair pada sisi tekan dengan head tekanan
yang bekerja pada permukaan zat cair pada sisi isap.
Head tekanan dapat dinyatakan dengan rumus :

2. Head Kecepatan
Head kecepatan adalah perbedaan antar head kecepatan zat cair pada saluran tekan dengan head kecepatan zat cair pada
saluran isap.
Head kecepatan dapat dinyatakan dengan rumus :

3. Head Statis Total


Head statis total adalah perbedaan tinggi antara permukaan zat cair pada sisi tekan dengan permukaan zat cair pada sisi isap.
Head statis total dapat dinyatakan dengan rumus :
Z = Zd – Zs(5)
Dimana :
Z : Head statis total
Zd : Head statis pada sisi tekan
Zs : Head statis pada sisi isap
Tanda + : Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih rendah dari sumbu pompa (Suction lift).
Tanda – : Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih tinggi dari sumbu pompa (Suction head).

4. Kerugian head (head loss)


Kerugian energi per satuan berat fluida dalam pengaliran cairan dalam sistem perpipaan disebut sebagai kerugian head (head
loss).
Head loss terdiri dari :
a. Mayor head loss (mayor losses)
Merupakan kerugian energi sepanjang saluran pipa yang dinyatakan dengan rumus :

Harga f (faktor gesekan) didapat dari diagram Moody (lampiran – 6) sebagai fungsi dari Angka Reynold (Reynolds Number)
dan Kekasaran relatif (Relative Roughness – ε/D ), yang nilainya dapat dilihat pada grafik (lampiran) sebagai fungsi dari
nominal diameter pipa dan kekasaran permukaan dalam pipa (e) yang tergantung dari jenis material pipa.
Sedangkan besarnya Reynolds Number dapat dihitung dengan rumus :

b. Minor head loss (minor losses)


Merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang sistem perpipaan. Dapat dicari dengan
menggunakan Rumus :

Dalam menghitung kerugian pada fitting dan valve dapat menggunakan tabel pada lampiran 4. Besaran ini menyatakan
kerugian pada fitting dan valve dalam ukuran panjang ekivalen dari pipa lurus.

c. Total Losses
Total losses merupakan kerugian total sistem perpipaan, yaitu :

Daya Pompa

Daya pompa adalah besarnya energi persatuan waktu atau kecepatan melakukan kerja.
Ada beberapa pengertian daya, yaitu :
1.Daya hidrolik (hydraulic horse power)
Daya hidrolik (daya pompa teoritis) adalah daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah zat cair. Daya ini dapat
dihitung dengan rumus :
2. Daya Poros Pompa (Break Horse Power)
Untuk mengatasi kerugian daya yang dibutuhkan oleh poros yang sesungguhnya adalah lebih besar dari pada daya hidrolik.
Besarnya daya poros sesungguhnya adalah sama dengan effisiensi pompa atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

3. Daya Penggerak (Driver)


Daya penggerak (driver) adalah daya poros dibagi dengan effisiensi mekanis (effisiensi transmisi). Dapat dihitung dengan
rumus :

Effisiensi Pompa
Effisiensi pada dasarnya didefinisikan sebagai perbandingan antara output dan input atau perbandingan antara HHP Pompa
dengan BHP pompa.
Harga effisiensi yang tertinggi sama dengan satu harga effisiensi pompa yang didapat dari pabrik pembuatnya.
Effisiensi pompa merupakan perkalian dari beberapa effiaiensi, yaitu:

Referensi utama : Ir. Sularso, MSME dan Prof. Dr. Haruo Tahara, Pompa dan Kompresor, PT Pradnya Paramita, Jakarta,
1983.
Lampiran :
Grafik fungsi dari Angka Reynold (Reynolds Number) dan Kekasaran relatif (Courtesy ofwww.fao.org/) :
SYSTEM PENYEKAT PADA POMPA
Menyambung pembahasan saya mengenai pompa pada tulisan sebelumnya. Kali ini saya akan sedikit mengulas tentang
system penyekatan (Sealing System).
Pemilihan yang tepat pada sebuah seal sangat penting bagi keberhasilan pemakaian pompa. Untuk mendapatkan kehandalan
pompa yang terbaik, pilihan penyekat harus tepat antara jenis seal dan lingkungan yang dipakai.

Dasar-dasar Penyekat (Seal)

Ada dua jenis seal: statis dan dinamis.

Seal statis dipakai di mana tidak ada gerakan yang terjadi pertemuan antara kedua permukaan yang akan disekat. Gasket dan
O-ring merupakan contoh yang umum dari seal statis.

Seal Dinamis digunakan di mana ada permukaan yang bergerak relatif terhadap satu sama lain. Seal dinamis misalnya
digunakan pada poros yang berputar dan menghantarkan power melalui dinding sebuah tangki (Gambar 1), melalui casing
dari pompa (Gambar 2), atau melalui rumah peralatan berputar lainnya seperti filter atau layar.

Contoh umum dari pemakaian alat-alat penyekat adalah penyekat untuk poros yang berputar pada pompa. Untuk mengetahui
lebih banyak tentang fungsi dari penyekat ini, kita harus tahu terlebih dahulu dasar-dasar pengetahuan pompa.
Pada pompa sentrifugal, cairan masuk ke pompa melalui bagian ‘suction’ pada pusat (eye) impeller yang berputar. (gambar 3
dan 4).

Pada saat kipas impeller berputar, mereka menghantarkan gerakan untuk memasukan produk, yang kemudian meninggalkan
impeller, dikumpulkan di dalam rumah pompa(casing) dan meninggalkan pompa melalui tekanan pada sisi keluar
(discharge) pompa.
Tekanan discharge akan menekan beberapa produk ke bawah di belakang impeller menuju poros, di mana ia akan mencoba
keluar sepanjang poros yang berputar. Pabrik pembuat pompa menggunakan berbagai macam teknik untuk mengurangi
adanya tekanan produk yang mencoba keluar. Beberapa cara yang umum dilakukan adalah:
1. Penambahan lobang penyeimbang (balance hole) melalui impeller untuk memberikan jalan bagi tekanan yang akan keluar
melalui sisi isap impeller.
2. Penambahan kipas pada sisi belakang impeller (back pump-out vanes).
Bagaimanapun juga, sepanjang tidak ada jalan untuk mengurangi adanya tekanan ini seluruhnya, maka peralatan penyekat
mutlak diperlukan untuk membatasi keluarnya produk. Seperti penyekat kompresi (packing )atau penyekat mekanis
(mechanical seals).
Stuffing Box Packing
Pengaturan penggunaaan ‘stuffing box’ ditunjukan pada gambar di bawah. Ia terdiri dari:
1. 5 ring packing.
2. Sebuah lantern ring yang digunakan untuk menginjeksi peluamas dan atau untuk membuang cairan
3. Sebuah penekan (gland) untuk menahan packing dan menjaga kebutuhan tekanan yang disesuaikan dengan kondisi
pengencangan packing.
Fungsi dari packing adalah untuk mengontrol kebocoran, bukan untuk mencegah seluruh kebocoran. Karena packing harus
selalu terlumasi dan kebocoran yang dianjurkan untuk menjaga adanya pelumasan adalah sekitar 40 sampai 60 tetes per
menit.
Metode pelumasan pada packing tergantung pada ko0ndisi cairan yang dipompa dan juga tekanan pada stuffing box. Ketika
tekanan stuffing box di atas tekanan atmosfir dan cairan yang ditekan bersih dan tidak korosif, maka cairan pada pompa
itulah yang berfungsi sebagai pelumas paking. (gambar 6).

Tatkala tekanan pada stuffing box di bawah tekanan atmosfir, sebuah lantern ring di pasang dan pelumas di injeksikan ke
dalam stuffing box. (gambar 7). Sebuah pipa bypass dari sisi tekan pompa ke penghubung lantern ring umumnya dipakai
untuk menyediakan aliran cairan jika cairannya bersih.

Manakala cairan yang dipompakan kotor atau berpartikel, perlu diinjeksikan cairan pelumas yang bersih dari luar melalui
lantern ring (gambar 8). Aliran sebanyak 0.2 sampai 0.5 gpm diperlukan dan sebuah keran pengatur serta flowmeter perlu
dipasang untuk mendapatkan aliran yang akurat. Lantern ring biasanya dipasang pada tengah stuffing box, tetapi untuk
cairan yang sangat kental seperti bahan baku kertas disarankan dipasang di leher stuffing box untuk menghindari
tersumbatnya lantern ring.

Rumah packing (gland) pada gambar 5 sampai 8 merupakan tipe ‘quench gland’. Air, minyak atau cairan lainnya dapat
diinjeksi ke dalam gland untuk mengurangi panas poros, ia dapat memperkecil perpindahan panas dari poros ke rumah
bearing. Alasan inilah yang membolehkan temperatur kerja dari pompa lebih tinggi dari tempertur desain bearing
dan pelumas.Tipe ‘quench gland’ yang sama dapat digunakan untuk mencegah keluarnya racun atau cairan berbahaya keluar
ke udara luar di sekitar pompa. Ini dinamakan ‘smothering gland’, dengan mengalirkan cairan dari luar dan membawa
kebocoran yang tidak diinginkan ke parit atau tangki pengumpul cairan bekas.
MECHANICAL SEAL

Pengertian
Mechanical Seal, apabila diterjemahkan secara bebas, adalah alat pengeblok mekanis. Namun penerjemahan tersebut
menjadi lebih susah dimengerti dan dibayangkan bila dibandingkan pengertian teknisnya. Mengapa? Karena pengertian seal
mekanis mengandung arti begitu luas. Apakah semua tipe seal mekanis bisa disebut dengan mechanical seal? O-ring
merupakan seal mekanikal, demikian juga Labyrinth Seal, namun keduanya jelas bukan MechanicalSeal.

Mechanical seal yang dibahas pada situs ini adalah suatu tipe Seal yang dipakai pada pompa-pompa kelas industri, agitator,
mixer, chiller dan semua rotating equipment (mesin-mesin yang berputar).

Untuk mempermudah pemahaman, maka situs ini merasa perlu menyatakan penulisan mechanical seal yang ideal adalah
Mechanical Seal dan disepakati terlebih dahulu bahwa mechanical seal pada dasarnya adalah masuk golongan seal. Seal
tidak akan diterjemahkan namun diperjelas pengertiannya lewat serangkaian contoh.
Terminologi
Yang paling susah buat pemula adalah pengertian atas istilah-istilah yang digunakan dalam penyebutan bagian mechanical
seal. Untuk itu mari kita samakan persepsi dahulu atas hal-hal sebagai berikut:

SHAFT adalah as/bagian poros sebuah alat dan merupakan bagian utama dari mesin-mesin yang berputar. Buku manual
mesin-mesin lebih sering menggunakan kata shaft dibandingkan as.

SHAFT SLEEVE adalah sebuah bushing/adapter yang berbentuk selongsong yang terpasang pada shaft dengan tujuan
melindungi shaft akibat pengencangan baut/screw MechanicalSeal.

SEAL adalah suatu part/bagian dalam sebuah konstruksi alat/mesin yang berfungsi untuk sebagai penghalang/pengeblok
keluar/masuknya cairan, baik itu fluida proses maupun pelumas. Pada sepeda motor atau mobil sering kali bengkel bilang
karet sil, sil-as kruk, oil-seal. Analogi lainnya, coba anda bayangkan sebuah aquarium. Apa yang akan terjadi jika kaca-kaca
ditempelkan tanpa diberi lem kaca/sealant?
Lem kaca setelah mengeras, pada kondisi tersebut adalah seal. Bisa disepakati bahwa Seal lebih merujuk pada pengertian
suatu fungsi. Apapun bentuk dan materialnya, apabila berfungsi untuk mencegah kebocoran, maka dia disebut sebagai Seal.

O-RING awalnya adalah merujuk pada karet berbentuk bundar yang berfungsi sebagai Seal. Perkembangan teknologi o-ring
sebagai alat pengeblok cairan sekunder (secondary sealing device) menghasilkan berbagai tipe o-ring berdasarkan
materialnya. Material o-ring, ada dari karet alam, EPDM, Buna, Neoprene, Viton, Chemraz, Kalrez, Isolast hingga tipe
Encapsulated O-Ring, dimana o-ring dibalut dengan PTFE. Ada pula yang murni dibuat dari PTFE dan disebut dengan
Wedge.

SEALFACE adalah bagian paling penting, paling utama dan paling kritis dari sebuah Mechanical Seal dan merupakan titik
PENGEBLOK CAIRAN UTAMA (primary sealing device) Terbuat dari bahan Carbon atau Silicone Carbide atau Tungsten
Carbide atau keramik atau Ni-resist, dengan serangkaian teknik pencampuran. Permukaan material yang saling bertemu
(contact) dibuat sedemikian halusnya hingga tingkat kehalusan / kerataan permukaan mencapai 1 – 2 lightband.
Seringkali Sealface disebut juga dengan contact face. Seal faces berarti ada 2 sealface. Yang satu diam dan melekat pada
dinding pompa, dan yang lainnya berputar, melekat pada shaft.
Yang berputar biasanya terbuat dari bahan yang lebih lunak/soft. Kombinasinya bisa berupa carbon versus silicone carbide,
carbon vs ceramic, carbon vs tungten carbide, silicone carbide vs silicone carbide, silicone carbide vs tungsten carbide.
Setelah memahami bagian-bagian yang menyusun Mechanical Seal, maka bisa dilanjutkan bahwa MechanicalSeal adalah
suatu sealing device yang merupakan kombinasi menyatu antara sealface yang melekat pada shaft yang berputar dan sealface
yang diam dan melekat pada dinding statis casing/housing pompa/tangki/vessel/kipas.
Sealface yang ada pada shaft yang berputar seringkali disebut sebagai Rotary Face/Primary Ring. Sedangkan Sealface yang
diam atau dalam kondisi stasioner sering disebut sebagaiStationaryFace / Mating Ring / Seat.

Dengan demikian bisa diambil simpulan definisi Mechanical Seal adalah Sebuah alat pengeblok cairan/gas pada suatu
rotating equipment, yang terdiri atas:
1. Dua buah sealface yang bisa aus, dimana salah satu diam dan satunya lagi berputar, membentuk titik pengeblokan primer
(primary sealing).
2. Satu atau sekelompok o-ring/bellows/PTFE wedge yang merupakan titik pengeblokan sekunder (secondary sealing).
3. Alat pembeban mekanis untuk membuat sealface saling menekan.
4. Asesoris metal yang diperlukan untuk melengkapi rangkaian Mechanical Seal.
Cara Kerja Mechanical Seal
Titik utama pengeblokan dilakukan oleh dua sealfaces yang permukaannya sangat halus dan rata. Gesekan gerak berputar
antara keduanya meminimalkan terjadinya kebocoran. Satu sealface berputar mengikuti putaran shaft, satu lagi diam
menancap pada suatu dinding yang disebut dengan Glandplate.
Meterial dua sealfaces itu biasanya berbeda. Yang satu biasanya bersifat lunak, biasanya carbon-graphite, yang lainnya
terbuat dari material yang lebih keras seperti silicone-carbide.

Pembedaan antara material yang digunakan pada stationary sealface dan rotating sealfaceaalah untuk mencegah terjadinya
adhesi antara dua buah sealfaces tersebut. Pada sealface yang lebih lunak biasanya terdapat ujung yang lebih kecil sehingga
sering dikenal sebagai wear-nose (ujung yang bisa habis atau aus tergesek).

Ada 4 (empat) titik sealing/pengeblokan, yang juga merupakan jalur kebocoran jika titik pengeblokan tersebut gagal.

Silakan lihat gambar di atas. Titik pengeblokan utama (primary sealing) adalah pada contactface, titik pertemuan 2 buah
sealfaces, lihat Point A. Jalur kebocoran di Point B diblok oleh suatu O-Ring, atau V-Ring atau Wedge (baca: WED).
Sedangkan jalur kebocoran di Point C dan Point D, diblok dengan gasket atau O-Ring.

Point B, C & D disebut dengan secondary sealing.

KAVITASI

Kavitasi adalah fenomena perubahan phase uap dari zat cair yang sedang mengalir, karena tekanannya berkurang hingga di
bawah tekanan uap jenuhnya. Pada pompa bagian yang sering mengalami kavitasi adalah sisi isap pompa. Hal ini terjadi jika
tekanan isap pompa terlalu rendah hingga dibawah tekanan uap jenuhnya, hal ini dapat menyebabkan :
• Suara berisik, getaran atau kerusakan komponen pompa tatkala gelembung-gelembung fluida tersebut pecah ketika melalui
daerah yang lebih tinggi tekanannya
• Kapasitas pompa menjadi berkurang
• Pompa tidak mampu membangkitkan head (tekanan)
• Berkurangnya efisiensi pompa.
Secara umum, terjadinya kavitasi diklasifikasikan atas 5 alasan dasar :
1. Vaporisation – Penguapan.
Fluida menguap bila tekanannya menjadi sangat rendah atau temperaturnya menjadi sangat tinggi. Setiap pompa sentrifugal
memerlukan head(tekanan) pada sisi isap untuk mencegah penguapan. Tekanan yang diperlukan ini, disiapkan oleh pabrik
pembuat pompa dan dihitung berdasarkan asumsi bahwa air yang dipompakan adalah ‘fresh water’ pada suhu 68oF. Dan ini
disebut Net Positive Suction Head Available (NPSHA)
Karena ada pengurangan tekanan (head losses) pada sisi suction( karena adanya valve, elbow, reduser, dll), maka kita harus
menghitung head total pada sisi suction dan biasa disebut Net Positive Suction Head is Required (NPSHR).
Nah nilai keduanya mempengaruhi terjadinya penguapan, maka untuk mencegah penguapan, syaratnya adalah :
NPSHA – Vp ≥ NPSHR
Dimana Vp : Vapor pressure fluida yang dipompa.
Dengan kata lain untuk memelihara supaya vaporization tidak terjadi maka kita harus melakukan hal berikut :
1. Menambah Suction head, dengan :
• Menambah level liquid di tangki.
• Meninggikan tangki.
• Memberi tekanan tangki.
• Menurunkan posisi pompa(untuk pompa portable).
• Mengurangi head losses pada suction piping system. Misalnya dengan mengurangi jumlah fitting, membersihkan striner,
cek mungkin venting tangki tertutup) atau bertambahnya speed pompa.
2. Mengurangi Tempertur fluida, dengan :
• Mendinginkan suction dengan fluida pendingin
• Mengisolasi suction pompa
• Mencegah naiknya temperature dari bypass system dari pipa discharge.
3. Mengurangi NPSHR, dengan :
• Gunakan double suction. Ini bias mengurangi NPSHR sekitar 25 % dan dalam beberapa kasus memungkinkan penambahan
speed pompa sebesar 40 %.
• Gunakan pompa dengan speed yang lebih rendah.
• Gunakan impeller pompa yang memiliki bukaan ‘lobang’ (eye) yang lebih besar.
• Install Induser, dapat mereduksi NPSHR sampai 50 %.
• Gunakan pompa yang lebih kecil. Menggunakan 3 buah pompa kecil dengan ukuran kapasitas separuhnya, hitungannya
lebih murah dari pada menggunakan pompa besar dan spare-nya. Lagi pula dapat menghemat energy.
KAVITASI PADA POMPA (II)

Pada bagian pertama tulisan yang lalu, kita telah mengenal apa itu kavitasi, efek yang ditimbulkannya dan klasifikasi
kavitasi,yaitu :

1. Vaporisation – Penguapan.
Selanjutnya kita kaji secara singkat klasifikasi yang kedua

2. Air Ingestion – Masuknya Udara Luar ke Dalam System


Pompa sentrifugal hanya mampu meng’handle’ 0.5% udara dari total volume. Lebih dari 6% udara, akibatnya bisa sangat
berbahaya, dapat merusak komponen pompa.
Udara dapat masuk ke dalam system melalui beberapa sebab, antara lain :
• Dari packing stuffing box (Bagian A – Lihat Gambar). Ini terjadi, jika pompa dari kondensor, evaporator atau peralatan
lainnya bekerja pada kondisi vakum.
• Letak valve di atas garis permukaan air (water line).
• Flens (sambungan pipa) yang bocor.
• Tarikan udara melalui pusaran cairan (vortexing fluid).
• Jika ‘bypass line’ letaknya terlalu dekat dengan sisi isap, hal ini akan menambah suhu udara pada sisi isap.
• Berkurangnya fluida pada sisi isap, hal ini dapat terjadi jika level cairan terlalu rendah.

Vortexing Fluida
Keduanya, baik penguapan maupun masuknya udara ke dalam system berpengaruh besar terhadap kinerja pompa yaitu pada
saat gelembung-gelembung udara itu pecah ketika melewati ‘eye impeller'(Bagian G – Lihat Gambar) sampai pada sisi
keluar (Sisi dengan tekanan yang lebih tinggi). Terkadang, dalam beberapa kasus dapat merusak impeller atau casing.
Pengaruh terbesar dari adanya jebakan udara ini adalah berkurangnya kapasitas pompa.

3. Internal Recirculation – Sirkulasi Balik di dalam System


Kondisi ini dapat terlihat pada sudut terluar (leading edge) impeller, dekat dengan diameter luar, berputar balik ke bagian
tengah kipas. Ia dapat juga terjadi pada sisi awal isap pompa.
Efek putaran balik ini dapat menambah kecepatannya sampai ia menguap dan kemudian ‘pecah’ ketika melalui tempat yang
tekanannya lebih tinggi. Ini selalu terjadi pada pompa dengan NPSHA yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, kita harus
tahu nilai Suction Spesific Speed , yang dapat digunakan untuk mengontrol pompa saat beroperasi, berapa nilai terdekat
yang teraman terhadap nilai BEP(Best Efficiency Point) pompa yang harus diambil untuk mencegah terjadinya masalah.
Nilai Suction Spesific Speed yang diijinkan adalah antara 3.000 sampai 20.000. Rumus yang dipakai adalah :
Dimana :
rpm = Kecepatan Pompa
Capacity = Gallons per menit, atau liters per detik dari impeller terbesar pada nilai BEP(Best Efficiency Point) -nya.
Head = Net Positive Suction Head is Required (feet atau meter)pada nilai rpm-nya.
Catatan penting :
• Untuk pompa double suction, kapasitas dibagi 2 karena ada 2 impeller eyes.
• Ideal untuk ‘membeli’ pompa dengan nilai Suction Spesific Speed kurang dari 8500(5200 metrik) kecuali untuk kondisi
yang ekstrim.
• Mixed Hydrocarbon dan air panas idealnya pada 9000 ÷ 12000 (5500÷7300 metric) atau lebih tinggi, lebih bagus.
• Nilai Suction Spesific Speed yang tinggi menandakan impeller eye-nya lebih besar dari biasanya dan biasanya nilai
efisiensinya disesuaikan dengan nilai NPSHR yang rendah.
• Lebih tinggi nilai Suction Spesific Speed memerlukan desain khusus, operasinya memungkinkan adanya kavitasi.
• Biasanya, pompa yang beroperasi dibawah 50% dari nilai BEP-nya tidak reliable.

Jika kita memakai open impeller, kita dapat mengoreksi internal recirculation dengan mengatur suaian(clearance) impeller
sesuai dengan spesifikasi pabrik pembuatnya.

Jenis impeller
Untuk jenis Closed Impeller lebih banyak masalahnya dan kebanyakan pada prakteknya dikembalikan ke pabrik pembuatnya
untuk di evaluasi atau mungkin didesain ulang pada impellernya atau perubahan ukuran suaian(clearance) pada wearing ring.

KAVITASI PADA POMPA (III)

Pada dua tulisan yang lalu : di sini dan di sini, kita telah mengenal apa itu kavitasi, efek yang ditimbulkannya dan klasifikasi
kavitasi,yaitu :

1. Vaporisation – Penguapan.
2. Air Ingestion – Masuknya Udara Luar ke Dalam System
3. Internal Recirculation – Sirkulasi Balik di dalam System
Selanjutnya kita kaji secara singkat klasifikasi yang keempat :
4. Turbulence – Pergolakan Aliran
Kita selalu menginginkan aliran fluida pada kecepatan yang konstan. Korosi dan hambatan yang ada pada system perpipaan
dapat merubah kecepatan fluida dan setiap ada perubahan kecepatan, tekanannya juga berubah. Untuk menghambat hal
tersebut, perlu dilakukan perancangan system perpipaan yang baik. Antara lain memenuhi kondisi berikut :
Jarak minimum antara suction pompa dengan elbow yang pertama minimal 10 X diameter pipa.Pada pengaturan banyak
pompa, pasang suction bells pada bays yang terpisah, sehingga satu sisi isap pompa tidak akan mengganggu yang lainnya.
Jika ini tidak memungkinkan, beberapa buah pompa bisa dipasang pada satu bak isap (sump) yang besar, dengan syarat :
• Posisi pompa tegak lurus dengan arah aliran.
• Jarak antara dua ‘center line’ pompa minimum dua kali suction diameter.
• Semua pompa dalam keadaan ‘runing’.
• Bagian piping upstream paling tidak memiliki pipa yang lurus dengan panjang minimal 10 x diameter pipa.
• Setiap pompa harus memiliki kapasitas kurang dari 15.000 gpm.
• Suaian dasar pompa seharusnya sekitar 30% diameter pipa isap.
• Hubungan kedalaman pemasangan pompa dengan kapasitas disesuaikan dengan table berikut :
Kapasitas Kedalaman Minimum
20,000 GPM 4 FEET
100,000 GPM 8 FEET
180,000 GPM 10 FEET
200,000 GPM 11 FEET
250,000 GPM 12 FEET
Untuk metrik :
Kapasitas Kedalaman Minimum
4,500 M3/HR 1.2 METERS
22,500 M3/HR 2.5 METERS
40,000 M3/HR 3.0 METERS
45,000 M3/HR 3.4 METERS
55,000 M3/HR 3.7 METERS
5. Vane Passing Syndrome
Kerusakan akibat kavitasi jenis ini terjadi ketika diameter luar impeller lewat terlalu dekat dengan ‘cutwater’ pompa.
Kecepatan aliran fluida ini bertambah tatkala alirannya melalui lintasan kecil tersebut, tekanan berkurang dan menyebabkan
penguapan lokal. Gelembung udara yang terbentuk kemudian pecah pada tempat yang memiliki tekanan yang lebih tinggi,
sedikit diluar alurcutwater. Hal inilah yang menyebabkan kerusakan pada volute(rumah keong) pompa.
Untuk mencegah pergerakan poros yang berlebihan, beberapa pabrik pembuat memasangbulkhead rings pada suction eye.
Pada sisi keluar (discharge), ring dapat dibuat untuk memperpanjang sisi keluar dari dinding discharge sampai selubung
impeller.
PENGARUH KAVITASI TERHADAP KINERJA POMPA

Pada empat tulisan sebelumnya kita telah mengenal pengaruh kavitasi dan klasifikasi kavitasi berdasarkan penyebab
utamanya.
Kali ini kita kembali memperdalam pengaruh kavitasi ini secara lebih detil. Sebelumnya kita telah tahu pengaruh kavitasi
secara umum adalah sebagai berikut :
• Berkurangnya kapasitas pompa
• Berkurangnya head (pressure)
• Terbentuknya gelembung-gelembung udara pada area bertekanan rendah di dalam selubung pompa (volute)
• Suara bising saat pompa berjalan.
• Kerusakan pada impeller atau selubung pompa(volute).
Pada tulisan ini akan kita bahas kenapa semua itu bisa terjadi.
Kavitasi dinyatakan dengan cavities atau lubang di dalam fluida yang kita pompa. Lubang ini juga dapat dijelaskan sebagai
gelembung-gelembung, maka kavitasi sebenarnya adalah pembentukan gelembung-gelembung dan pecahnya gelembung
tersebut. Gelembung terbentuk tatkala cairan mendidih. Hati-hati untuk menyatakan mendidih itu sama dengan air yang
panas untuk disentuh, karena oksigen cair juga akan mendidih dan tak seorang pun menyatakan itu panas.
Mendidihnya cairan terjadi ketika ia terlalu panas atau tekananya terlalu rendah. Pada tekanan permukaan air laut 1 bar (14,7
psia) air akan mendidih pada suhu 212oF (100oC). Jika tekanannya turun air akan mendidih pada suhu yang lebih rendah.
Ada tabel yang menyatakan titik didih air pada setiap suhu yang berbeda. Sebagai contoh dapat dilihat tabel berikut :
Fahrenheit Centigrade Vapor pressure lb/in2 A Vapor pressure (Bar) A
40 4.4 0.1217 0.00839
100 37.8 0.9492 0.06546
180 82.2 7.510 0.5179
212 100 14.696 1.0135
300 148.9 67.01 4.62
Satuan tekanan di sini yang digunakan adalah absolute bukan pressure gauge, ini jamak dipakai tatkala kita berbicara
mengenai sisi isap pompa untuk menghindari tanda minus. Maka saat menyebut tekanan atmosfir nol, kita katakan 1 atm
sama dengan 14,7 psia pada permukaan air laut dan pada sistim metrik kita biasa memakai 1 bar atau 100 kPa.
Kita balik ke paragraf pertama untuk menjelaskan akibat dari kavitasi, sehingga kita lebih tahu apa sesungguhnya yang
terjadi.

Kapasitas Pompa Berkurang


• Ini terjadi karena gelembung-gelembung udara banyak mengambil tempat(space), dan kita tidak bisa memompa cairan dan
udara pada tempat dan waktu yang sama. Otomatis cairan yang kita perlukan menjadi berkurang.
• Jika gelembung itu besar pada eye impeller, pompa akan kehilangan pemasukan dan akhirnya perlu priming (tambahan
cairan pada sisi isap untuk menghilangkan udara).
Tekanan (Head) kadang berkurang
Gelembung-gelembung tidak seperti cairan, ia bisa dikompresi (compressible). Nah, hasil kompresi inilah yang
menggantikan head, sehingga head pompa sebenarnya menjadi berkurang.

Pembentukan gelembung pada tekanan rendah karena mereka tidak bisa terbentuk pada tekanan tinggi.
Kita harus selalu ingat bahwa jika kecepatan fluida bertambah, maka tekanan fluida akan berkurang. Ini artinya kecepatan
fluida yang tinggi pasti di daerah bertekanan rendah.
Ini akan menjadi masalah setiap saat jika ada aliran fluida melalui pipa terbatas, volute atau perubahan arah yang mendadak.
Keadaan ini sama dengan aliran fluida pada penampang kecil antara ujung impeller dengan volute cut water.

Bagian-bagian Pompa Rusak


• Gelembung-gelembung itu pecah di dalam dirinya sendiri, ini dinamakan implodingkebalikan dari exploding. Gelembung-
gelembung itu pecah dari segala sisi, tetapi bila ia jatuh menghantam bagian dari metal seperti impeller atau voluteia tidak
bisa pecah dari sisi tersebut, maka cairan masuk dari sisi kebalikannya pada kecepatan yang tinggi dilanjutkan dengan
gelobang kejutan yang mampu merusak part pompa. Ada bentuk yang unik yaitu bentuk lingkaran akibat pukulan ini,
dimana metal seperti dipukul dengan ‘ball peen hammer’.
• Kerusakan ini kebanyakan terjadi membentuk sudut ke kanan pada metal, tetapi pengalaman menunjukan bahwa kecepatan
tinggi cairan kelihatannya datang dari segala sudut.
Semakin tinggi kapasitas pompa, kelihatannya semakin mungkin kavitasi terjadi. Nilai Specific speed pump yang tinggi
mempunyai bentuk impeller yang memungkinkan untuk beroperasi pada kapasitas yang tinggi dengan power yang rendah
dan kecil kemungkinan terjadi kavitasi. Hal ini biasanya dijumpai pada casing yang berbentuk pipa, dari pada casing yang
berbentuk volute seperti yang sering kita lihat.
Sumber : https://propert1.wordpress.com/2014/04/25/sistem-pompa/

AIR CONDITIONING 1
June 22, 2012 · by Neo Publishing · in Air Conditioning, Mechanical Electrical, Uncategorized. ·
Air conditioning atau sistem penghawaan adalah suatu sistem yang dibuat untuk menghasilkan udara yang terkondisi, agar
obyek yang ada didalamnya (manusia / peralatan) dapat bekerja dengan baik, kalau manusia tentu sampai tercapai angka
kenyamanan.

Beberapa hal-hal penting mengenai penghawaan akan kita bahas:

1 Apakah Refrigerasi dan Penyejuk AC itu


Refrigerasi dan penyejuk AC digunakan untuk mendinginkan produk atau lingkungan gedung. Sistim refrigerasi atau
penyejuk AC (R) memindahkan panas dari tangki reservoir rendah energi yang lebih dingin ke tangki reservoir energi tinggi
yang lebih hangat

Gambar 1. Penggambaran skematik sistim refrigerasi


Terdapat beberapa putaran/ loop perpindahan panas dalam sistim refrigerasi seperti terlihat pada Gambar 2. Energi panas
bergerak dari kiri kekanan yang diambil dari ruangan dan dikeluarkan ke luar ruangan melalui lima putaran loops
perpindahan panas:
-Putaran/ loop udara dalam ruangan. Pada loop sebelah kiri, udara dalam ruangan
digerakkan oleh fan pemasok udara melalui kumparan pendingin, yang akan mentransfer
panasnya ke air dingin/ chilled water. Udara dingin kemudian mendinginkan ruangan
gedung.
-Putaran/ loop air dingin. Digerakkan oleh pompa air dingin/ chilled water, air kembali
dari kumparan dingin ke penguap pendingin chiller untuk didinginkan ulang.
-Putaran/ loop refrigeran. Dengan menggunakan refrigerant perubahan fase, kompresor
chiller memompa panas dari air dingin/ chilled water ke air kondenser.
-Putaran/ loop air kondenser. Air menyerap panas dari kondenser pendingin, dan pompa
air kondenser mengirimkannya ke menara pendingin.
-Putaran/ loop menara pendingin. Fan menara pendingin menggerakan udara melintasi
aliran terbuka air kondenser panas, memindahkan panas ke luar ruangan.
2 Sistim Penyejuk AC
Tergantung pada penerapannya, terdapat berbagai opsi/ kombinasi penyejuk udara AC yang tersedia untuk penggunaannya:
-Penyejuk udara (untuk ruangan atau mesin-mesin)
-Penyejuk udara AC Split
-Unit kumparan fan pada sistim yang lebih besar
-Unit handling udara pada sistim yang lebih besar
3 Sistim Refrigerasi (untuk proses)
Sistim refrigerasi berikut tersedia untuk proses-proses industri (misal plant pendingin) dan keperluan domestik (unit modul
seperti kulkas):
-Unit modul ekspansi langsung yang berkapasitas kecil sama dengan kulkas.
-Plant air dingin/ chilled water yang terpusat dengan air dingin/ chilled water sebagai refrigeran sekundernya untuk kisaran
suhu diatas 5 oC. Dapat juga digunakan sebagai pembentuk gumpalan es.
-Plant air garam, yang menggunakan air garam untuk suhu yang lebih rendah, refrigeran sekunder untuk penerapan suhu
sub-nol, yang kemudian menjadi kapasitas unit modul
dan kapasitas plant yang terpusat.
-Kapasitas plant hingga 50 TR (ton refrigerasi) biasanya dianggap sebagai unit yang
berkapasitas kecil, 50 – 250 TR sebagai unit berkapasitas menengah dan diatas 250 TR sebagai unit berkapasitas besar.
Sebuah perusahaan besar dapat dapat memiliki sekumpulan unit, seringkali dengan pompa air dingin/ chilled water, pompa
air kondenser, menara pendingin, sebagai utilitas diluar lokasi.
Perusahaan yang sama mungkin juga memiliki dua atau tiga tingkat refrigerasi dan penyejuk.
AC seperti kombinasi antara:
-Penyejuk udara AC yang nyaman (20 – 25 oC)
-Sistim chilled water (80 – 100 C)
-Sistim air garam (penerapan sub-nol)
Sumber: Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia http://www.energyefficiencyasia.org

LED, PILIHAN YANG WAJIB


DIPERTIMBANGKAN!
June 27, 2012 · by Neo Publishing · in Architecture, Lighting, Mechanical Electrical. ·
Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita, khususnya pemakaian didalam bangunan, mulai bangun tidur, beraktifitas/
bekerja, hingga kembali beristirahat di malam hari.
Saat ini ada banyak pilihan dalam kita mendesain atau melilih jenis pencahayaan buatan/ artificial lighting, selain dari sisi
estetis, warna, yang cukup penting juga adalah efektifitas penggunaan energy lampu itu sendiri.

Dengan perkembangan teknologi saat ini, LED menjadi pilihan dan pembicaraan banyak orang, berbagai kelebihan banyak
ditawarkan oleh teknologi LED, bahkan ada yang mengatakan ketahanan lampu ini bisa mencapai umur 20-25 tahun.

Hendry Syafrullah, Senior Marketing Manager Philips Lighting mengatakan, menjawab kebutuhan estetika tanpa harus
boros pemakaian listrik sudah bisa dijawab melalui pemakaian lampu berbasiskan LED (Light Emiting Diode) keluaran
Philips ini. LED mampu menghemat energi sampai 80 persen.

Berikut

PERBANDINGAN BERBAGAI JENIS LAMPU

Item LED HPSL High Metal CFL Incandescent


Street Voltage Halide Lamp
Light Mercury Lamp
(Lampu Light
Jalan)

Efficacy 105~136 90~ 30~50 75~95 25~70 15


(lm/W)
110

Rated Efficacy 90~112 51~63 26~43 80~ 30~80 19


(lm/W)
110

CRI 65~90 <30 30~40 65 50~80 >95


(Ra)
PERBANDINGAN BERBAGAI JENIS LAMPU

Power Factor >0.92 0.4~ 0.4~ 0.6~ 0.35~ 1


0.6 0.6 0.8 0.95

Start Time Instant 4~10 4~10 4~10 <3s Instant


min. min. min.

Restart Time Instant 7~10 7~10 7~10 <1s Instant


min. min. min.

Flaring No Obvious Obvious Obvious Obvious Obvious

Glaring No High Low High No Low

EMI No No No No No No

Hazardous No Mercury Mercury Mercury Mercury No


Material &
halogen
element

UV Radiation No Yes Yes Yes Yes Yes

Surface 30~50 400~ 180~ 400~ 50~80 100~300


Temperature
800 250 800
(℃)

Lifespan 80,000 8,000~ 3,500~ 6,000~ 5,000~ 500~1,00


(hrs)
14,000 6,000 1,2000 10,000

Dari tabel diatas ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil, salah satunya adalah dibandingkan lampu Bohlam CFL biasa,
keunggulan lain LED adalah rendahnya radiasi yangkerap muncul saat posisi mata dan lampu terlalu dekat. Ini terjadi,
karena LEDberbahan semikonduktor. Dengan tingkat silau yang juga lebih rendah, mata menjadi tidak perih.
Selain itu lampu LED memiliki kinerja yang jauh lebih baik ditinjau dari berbagai parameter pengukuran. Juga, LED
termasuk lampu yang paling ramah lingkungan dengan efek carbon yang paling rendah.

Regards, Adjie

http: //pusatledindonesia.com, kompas.properti.com


Sumber : https://propert1.wordpress.com/2012/06/27/led-pilihan-yang-wajib-dipertimbangkan/

Anda mungkin juga menyukai