Anda di halaman 1dari 4

Aspek Pengenalan Filsafat Hukum

(Ontologi. Epistomologi, dan Aksiologi)


A. Aspek Ontologi
Sebelum kita masuk pada cangkupan dan kajian aspek ontologi filsafat hukum, maka
kita perlu meletakan fungsi ontologi. Ajaran ontologi dalam filsafat ilmu, tidak membatasi
jangkauannya hanya pada suatu wujud tertentu. Penelusuran ontologi mengkaji apa yang
merupakan keseluruhan yang ada secara objektif ditangkap oleh panca indra, yaitu pada
taraf metafisika akan mengkaji dan membicarakan problem watak yang sangat mendasar
dari benda atau realitas yang ada dibelakang pengalaman yang langsung secara
koperhensif, oleh karena itu, ontologi akan mencari dan mengkaji serta membicarakan
watak realitas tertinggi (hakekat) atau wujud (being).
Noeng Muhajir berpandangan bahwa objek telaah ontologi adalah yang ada tidak
terikat pada sesuatu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara
universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala
realitas dalam semua bentuknya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa titik tolak kajian
ontologi dalam filsafat ilmu akan mempersoalkan; apa objeknya, bagaimana hakekat dari
keberadaan (wujud) objek tersebut, serta bagaimana perhubungan objeknya terhadap
jangkauan penalaran (pikiran) dan deteksi panca indara manusia.
Contoh 1: Kekuasaan Dalam Negara Hukum
Secara ontologis, kekuasaan itu adalah kemampuan seseorang untuk memaksakan
kehendaknya atas pihak lain. Pada hakekatnya kekuasaan itu adalah kemampuan
seseorang untuk memaksakan kehendaknya atas pihak lain. Dalam konteks negara hukum,
sumber dan batas-batas kekuasaan ditentukan oleh hukum dan harus dipergunakan dalam
koridor hukum. Hukum memerlukan kekuasaan bagi pelaksanaannya, sebaliknya
kekuasaan itu sendiri ditentukan batas-batasnya oleh hukum.
Contoh 2 : Hukum Penanaman Modal
Ilmu Penanaman Modal adalah bidang ilmu yang berperan dalam merumuskan
konsep dan implementasi tentang permasalahan penanaman modal. Persoalan penanaman
modal pada suatu bangsa akan terus bergejolak dan berkembang mengikuti peradaban
manusia dalam beradaptasi dengan globalisasi. Karena itu, objek yang dikaji dalam Ilmu
Penanaman Modal adalah bidang pengetahuan yang bermanfaat dalam menciptakan
kreativitas ekonomi yang riil, produktif, kolaboratif serta berdampak luas (karena
berkesinambungan) dengan peradaban umat manusia.
Untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan suatu peradaban, seluruh
kreativitas ekonomi harus dilakukan melalui kaidah tertentu yang disebut Prinsip
Penanaman Modal: "Kolaborasi berbagai sumber daya pada suatu kreativitas ekonomi akan

1
memberikan dampak lebih bermanfaat". Kreativitas ekonomi diartikan sebagai kegiatan
ekonomi yang dilakukan secara proaktif, inovatif dan penuh inspiratif. Sementara semakin
banyak sumber daya yang efektif dan efisien yang digabung dalam aktivitas ekonomi
(penanaman modal) yang kreatif akan memberikan kemaslahatan lebih besar.

B. Aspek Epistimologi
Pada tataran epistimologi dalam filsafat ilmu, akan mempersoalkan bagaimana
segala sesuatu itu ada (datang), bagaimana kita dapat memahaminya, dan bagaimana kita
dapat mengklasifikasi eksistensi setiap objek berdasarkan ruang dan waktunya. Epistimologi
filsafat hukum, merupakan landasan dimana kita melakukan suatu proses penemuan
pengetahuan logika, etika dan estetika, menjadi suatu kebenaran ilmiah.
Contoh 1 : Kekuasaan dalam Negara Hukum
Dari epistemologis, supaya terhindar dari penumpukan kekuasaan yang dapat
mengarah pada tindakan penyalahgunaan kekuasaan, maka dalam konsep negara hukum
juga disyaratkan adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan. Kekuasaan itu lahir
supaya terhindar dari penumpukan kekuasaan yang dapat mengarah pada tindakan
penyalahgunaan kekuasaan, maka dalam konsep negara hukum juga disyaratkan adanya
pemisahan atau pembagian kekuasaan. Legislator tidak dapat menghukum individu-individu
secara langsung. Administrator atau pejabat eksekutif berurusan dengan individu hanya
sebatas aturan-aturan yang ditentukan, supaya ia terhindar dari upaya penggunaan
kekuasaan publik untuk mencapai tujuan pribadi. Untuk bertindak dalam batas-batas yang
ditentukan oleh undang-undang, harus ada pejabat lain dengan kewenangan terakhir untuk
menentukan makna hukum, yang dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang
berbeda dengan metode administratif. Pejabat ini adalah hakim, yang memiliki kekuasaan
mengadili menurut (prosedur) hukum.
Contoh 2: Hukum Penanaman Modal
Ilmu Penanaman Modal lahir karena aktivitas penanaman modal yang sudah
demikian menyatu dengan segala aspek kehidupan. Jika kegiatan ekonomi tunduk pada
aktivitas sosial-budaya masyakat, maka hal tersebut tidak terjadi di bidang penanaman
modal. Kini tidak sulit mempengaruhi atau merubah perilaku sosial-budaya masyarakat
melalui dampak penanaman modal. Hal ini dapat dibuktikan bahwa perilaku suatu bangsa
mudah dipengaruhi oleh aktivitas penanaman modal yang terjadi melalui perkembangan
industri (penanaman modal) berbasis teknologi, telekomunikasi, mode, keuangan,
pariwisata, transportasi dan sebagainya.
Demikian pula dengan kebijakan pemerintah dalam suatu negara juga akan terus
mengalami perubahan orientasi. Saat ini pemerintah cenderung lebih ramah dalam
merumuskan regulasi penanaman modal. Kecenderungan itu terjadi karena pemerintah

2
telah mengambil peran sebagai fasilitator dalam menunjang kegiatan penanaman modal.
Kata penanaman modal bermakna lebih tinggi dari sekadar kata ekonomi. Jika dalam
perumusan regulasi ekonomi lebih terkesan restriktif dan dominan, sementara dalam
penyusunan regulasi penanaman modal, pemerintah lebih inferior dan membawa semangat
liberalisme.
Sehingga terhadap aktivitas penanaman modal yang sudah demikian mengglobal,
pemerintah suatu negara lebih senang membuat kebijakan nasional yang dapat bersinergi
dengan kebijakan internasional. Fungsi kontrol terhadap aktivitas penanaman modal yang
mengglobal (yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat luas) semakin diserahkan
secara terbuka kepada banyak pihak yang merasa berkepentingan. Apalagi saat ini tidak
lagi berlaku motif ekonomi yang dulu dipropagandakan sebagai ujud kegiatan yang
ekonomis, yakni bagaimana mencari keuntungan yang maksimal dengan modal (resiko)
yang minimal. Motif itu kini semakin ditinggalkan karena sekarang sudah dianggap tidak
optimal. Yang sekarang lebih dianggap relevan adalah Motif Penanaman Modal; "semakin
tinggi resiko yang dihadapi, semakin tinggi keuntungan yang diraih". Alasan inilah yang
menyebabkan bidang penanaman modal sangat berproses strategis dengan perkembangan
peradaban umat manusia.

4. Aspek Aksiologi
Yang menjadi objek kajian filsafat pada tataran aksiologi adalah bagaimana manusia
dalam penerapan pengetahuan itu, dapat mengklasifikasinya, tujuan pengetahuan dan
perkembangannya. Pada taraf tertinggi, aksilogi filsafat akan mempersoalkan bagaiman
sesuatu itu berfungsi secara ideal. Contoh Nilai, azas dan norma (azas objektif hukum yang
bersifat moral, Azas objektif hukum yang bersifat Rasional, dan Azas subjektif hukum yang
bersifat Moral dan Rasional) yang merupakan unsur-unsur hukum.
Contoh 1: kekuasaan dalam Negara Hukum
secara aksiologis, kekuasaan yang bersifat menentukan tidak semata-mata karena
diperoleh dengan cara menundukkan pihak yang lemah melalui kekuatan fisik, melainkan
terletak dalam kekuasaan terhadap suara hati nurani manusia. Kekuasaan yang bersifat
menentukan tidak semata-mata karena diperoleh dengan cara menundukkan pihak yang
lemah melalui kekuatan fisik, melainkan terletak dalam kekuasaan terhadap suara hati
nurani manusia. Hukum dapat timbul dari kekuasaan, termasuk kekuatan fisik, asal saja ia
berkembang menjadi kekuasaan susila (kekuatan moral), yakni kekuasaan yang berkuasa
atas suara hati orang. Kekuasaan susila tersebut membentuk hukum, karena ia bercita-
citakan keadilan. Meskipun, keadilan yang sungguh-sungguh tak dapat dicapai oleh hukum,
karena hukum itu dibuat manusia yang tidak dikaruniai Tuhan untuk mengetahui apa yang

3
adil dan tidak adil secara mutlak. Dalam perspektif ini, hukum tidak bebas nilai, karena
terkait dengan hati nurani (moral), termasuk di dalamnya nilai-nilai keadila.
Contoh 2 : Hukum Penananaman Modal
Ilmu Penanaman Modal akan memberikan manfaat yang sangat penting bagi tiga
pilar negara, yakni pemerintah (government), swasta (private sector) dan masyarakat (public
society). Bagi aparatur pemerintah, Ilmu Penanaman Modal akan membentuk karakter diri
untuk selalu berorientasi memakmurkan dan menyejahterakan bangsa dan negara.
Tentunya berdasarkan rumusan kebijakan dan penyelenggaraan layanan penanaman modal
yang dibuat dan diselenggarakan secara mulia.
Bagi kalangan swasta, Ilmu Penanaman Modal akan membentuk perilaku yang
bertanggung jawab ketika merambah di dalam konstelasi iklim penanaman modal sehingga
mampu menatakelolakan usahanya secara profesional dan penuh keteladanan. Selanjutnya
bagi kalangan masyarakat, Ilmu Penanaman Modal akan membentuk sikap dan semangat
positif dirinya dalam melibatkan diri maupun menerima manfaat serta dampak dari kegiatan
penanaman modal di dalam kehidupan.
Secara keseluruhan, Ilmu Penanaman Modal dapat membentuk "naluri penanaman
modal" (investment instinct) bagi ketiga pilar negara menjadi baik, benar, adil, bijaksana dan
bertanggung jawab tinggi terhadap bangsa dan negara namun memiliki kepekaan tinggi
terhadap perubahan zaman.

Anda mungkin juga menyukai