Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan KaruniaNya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tentang “Asuhan Keperawatan Pada
Lansia Dengan Kecemasan”.
Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dan buku sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih untuk semua yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata saya berharap laporan ini dapat memberikan sumbangan
pikiran, manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok III
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam
penyambutan. Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya
bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani
atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh
keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan
datang. Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia
juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional
lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial
menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi
mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup
lansia.
Semua orang pernah mengalami reaksi kecemasan, termasuk para lansia. Bila
seseorang bertambah tua maka kemampuan fisik dan psikisnya perlahan-
lahan akan mengalami penurunan yang berpengaruh pada kondisi mental dan
psilokogi seperti kurang percaya diri, cemas, stress dan depresi . Gejala
kecemasan sering terjadi dan sangat mencolok pada usia lanjut karena
menghadapi masa tua. Gejala-gejala tersebut seperti ketakutan, panik,
gangguan perut, mual, muntah, diare, sembelit, sesak napas, dan ketidak
mampuan bergaul dengan orang lain
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan laporan ini adalah untuk
mengetahui teori tentang Lansia dengan Kecemasan serta Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Dengan Kecemasan.
1
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Lansia dengan Kecemasan
b. Mengetahui klasifikasi Lansia dengan Kecemasan
c. Mengetahui Etiologi Lansia dengan Kecemasan
d. Mengetahui Tanda dan Gejala Lansia dengan Kecemasan
e. Mengetahui Jenis gangguan kecemasan pada lansia
f. Mengetahui Penatalaksanaan Lansia dengan Kecemasan
g. Mengetahui Asuhan Keperawatan Lansia dengan Kecemasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Lansia menurut Setianto, 2004 adalah Seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun keatas.
Lansia (Pudjiastuti, 2003) merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia menurut BKKBN, 1995 yaitu Individu yang berusia diatas 60
tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-
fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi.
Kecemasan adalah Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber sering kai tidak spesifik) perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Sigmound Freud menyatakan bahwa ketegangan atau kecemasan yang
terjadi pada diri individu tanpa tujuan atau objek, tidak disadari dan
berkaitan dengan kehilangan self image.
Sulivan menyatakan bahwa kecemasan timbul karena adanya ancaman
terhadap self esteem oleh orang terdekat. Pada orang dewasa kecemasan
terjadi bila pretige dan dignity diri terancam oleh orang lain.
Pepleu menyatakan bahwa kecemasan dapat mempengaruhi hubungan
interpersonal. Disamping itu kecemasan merupakan respon terhadap
bahaya yang tidak diketahui dan terjadi bila ada hambatan pemenuhan
kebutuhan.
1. Anxiety atau kecemasan berasal dari bahasa latin “Anxietas” yang berarti
menjengkelkan atau mengganggu. Kecemasan menghadirkan perasaan
gelisah, tidak nyaman dan mengganggu integritas individu dalam
melaksanakan aktifitas sehari-harinya. Kecemasan adalah suatu pernyataan
3
yang dihasilkan oleh stres atau perubahan dan sering dihubungkan dengan
rasa takut.
2. Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau
kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas
sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas,
non spesifik.
3. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,
keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi
kenyataan atau kejadian dalam hidupnya (Rivai,2000).
4. Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak
diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu
oleh ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart
dkk,1998)
5. Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan
adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan
gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara
subjektif dipacu oleh ketidak tahuan yang didahului oleh pengalaman baru,
dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
4
metabolisme sehingga menjadi rawan terhadap penyakit, tetapi banyak
penyakit yang menyertai proses ketuaan dewasa ini dapat dikontrol dan
diobati. Masalah fisik dan psikologis sering ditemukan pada lanjut usia.
Faktor psikologis diantaranya perasaan bosan, keletihan atau perasaan
depresi (Nugroho, 2000).
2. Klasifikasi
Tingkat kecemasan sebagai berikut:
1. Kecemasan ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Kecemasan sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
3. Kecemasan berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari kecemasan.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi
peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
5
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
3. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan pada lansia yang
mengalami penyakit kronis dalam menghadapi kematian diantaranya
adalah selalu memikirkan penyakit yang dideritanya, kendala ekonomi,
waktu berkumpul dengan keluarga yang dimiliki sangat sedikit karena
anak-anaknya tidak berada satu rumah/berlainan kota dengan subyek,
kepikiran anaknya yang belum menikah, sering merasa kesepian, kadang
sulit tidur dan kurangnya nafsu makan karena selalu memikirkan penyakit
yang dideritanya.
Beberapa faktor lain diantaranya:
Penyebab kecemasan
1. Traumalitas
2. Stres yang berkepanjangan/depresi
3. Konflik-konflik
4. Ketidakseimbangan kimia dalam tubuh
5. Perubahan struktur otak
6. Stres/trauma/phobia lingkungan.
6
bahwa umur yang lebih muda lebih mudah menderita stress dari pada umur
tua.
2. Keadaan fisik
3. Sosial budaya
4. Tingkat pendidikan
5. Tingkat pengetahuan
7
individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan karena
kurangnya informasi yang diperoleh.
b. Faktor predisposisi
8
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
c. Faktor presipitasi
1. Gejala fisiologis
2. Gejala emosional
Individu mengatakan merasa ketakutan, tidak berdaya, gugup,
kehilangan percaya diri, tegang, tidak dapat rileks, individu juga
memperlihatkan peka terhadap rangsang, tidak sabar, mudah marah,
9
menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri sendiri
dan orang lain.
3. Gejala kognitif
Tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi lingkungan, pelupa
(ketidakmampuan untuk mengingat) dan perhatian yang berlebihan.
b. Tanda gejala
1. Fase 1
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa
tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan
punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot
akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan
spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok
agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang
dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada
fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem
syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai
gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
2. Fase 2 (dua)
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah,
ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga
mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri
(Wilkie, 1985).
10
Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab,
yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang
berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang
dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya
gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri
bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang
ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya
melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).
3. Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan
stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan
fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu
dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala
kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah
laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada
fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang
sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang
sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu
yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
1. Fobia
11
2. Agrofobia
3. Fobia Sosial
Kecemasan sosial tidak rasional karena adanya orang lain. contoh : takut
bicara di hadapan publik, takut makan di tempat umum, takut menggunakan
wc umum, jarang minta bantuan, terjadi pada masa remaja, karena masa itu
kesadaran dan interaksi sosial dengan orang lain menjadi penting dalam
kehidupannya.
4. Gangguan Panik
Gangguan ini melibatkan rasa khawatir yang berlebihan, sering kali tidak
realistis, meski tidak ada hal-hal yang memprovokasi ketakutan tersebut.
Tanda-tandanya adalah kecemasan kronis terus menerus mencakup situasi
hidup, adanya keluhan somatis, seperti berpeluh, jantung berdetak keras,
mulut kering, tangan dan kaki dingin, ketegangan otot dan sulit untuk
berkonsentrasi.
12
sehingga mendorongnya untuk melakukan ritual atau rutinitas tertentu.
Misalnya, orang yang takut pada kuman secara berlebihan sering kali
berpikiran bahwa ada banyak kuman di sekelilingnya, sehingga setiap kali ia
menyentuh sesuatu, ia harus segera mencuci tangan atau menggunakan
pembersih tangan.
Orang dengan gangguan PTSD ini biasanya pernah mengalami trauma atau
peristiwa yang sangat mengerikan seperti pelecehan seksual atau fisik,
kematian tak terduga orang yang dicintai, atau bencana alam. Orang dengan
PTSD sering memiliki pikiran dan kenangan yang abadi dan cenderung
menakutkan terhadap kejadian tersebut. Biasanya, mereka cenderung mati rasa
secara emosional.
6. PENATALAKSANAAN KECEMASAN
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
13
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas tingkat berat/Panik
2. Cemas sedang
C. Intervensi
1. Cemas Berat/panik
Tujuan yang diharapakan :
a. Klien terlindung dari bahaya
14
b. Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya
c. Klien dapat mengikuti aktifitas yang telah dijadwalkan
d. Klien dapat mengalami kesembuhan dengan berkurangnya tanda gejala
15
d. Libatkan keluarga atau sismtem pendukung lainnya yang
memungkinkan
4. Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan
gejal-gejala cemas berat
b. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas,
c. Amati efek samping obat
16
5. Hubungkan pengalaman klien sekarang dengan masa lalu
D. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi
E. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil dari intervensi
17
\
24
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari Laporan pendahuluan ini saya menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak, agar dalam pembuatan laporan
pendahuluan yang akan datang akan lebih baik dan tidak akan terjadi
kesalahan lagi. Semoga dengan adanya laporan ini, kita dapat mengetahui
tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan kecemasan.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatantanjungkarang.blogspot.co.id/2014/10/askep-psikososial-
kecemasan-kelompok-1_91.html
https://marialiwun.wordpress.com/2014/09/16/kecemasan-pada-lansia/
http://www.psychologymania.com/2012/08/kecemasan-pada-lansia.html
http://klana-blog.blogspot.co.id/2011/08/askep-lansia-ansietas.html
http://kumpulanasuhankeperawatanlengkap.blogspot.co.id/2013/06/askep-cemas-
ansietas_5.html
20