Pendahuluan
Teori dan konsep sinyal diperlukan pada bidang rekayasa kelistrikan
dan bidang teknik lainnya. Dalam bab ini diperkenalkan tentang pengertian
sinyal serta klasifikasinya. Beberapa sinyal dasar yang penting serta operasi
dasar sinyal juga dibahas dalam bab ini.
Gambar1.1 Representasi Sinyal 𝑖 = 2 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡 + 100 ) dan 𝑣 = 3 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 100 )
bab I - sinyal 1
Dalam beberapa kasus, sinyal tidak dapat dilihat hubungan fungsinya secara
nyata dan sangat kompleks. Contohnya sinyal pembicaraan seperti terlihat
pada Gambar 1.2.
bab I - sinyal 2
dilambangkan dengan {xn} atau x[n], dimana n = bilangan bulat. Ilustrasi sinyal
waktu kontinyu x(t) dan sinyal waktu diskrit x[n] ditunjukkan pada Gambar. 1-
1.
Sinyal waktu diskrit adalah sinyal yang hanya ada pada waktu tertentu.
Misalnya kita mengukur suhu dalam suatu ruangan setiap satu menit, dengan
demikian kita tak dapat mengetahui suhu pada menit 1,5 menit. Setiap
komponen sinyal diskrit diberi nomor sesuai urutan pembacaan atau
pengambilan datanya. Jarak antar pembacaan ini disebut waktu sampling.
Sebutan diskrit dipergunakan untuk menunjukkan kondisi sumbu
waktunya. Artinya nomor komponen sinyal harus berupa bilangan bulat
sedangkan nilai dari sinyalnya berupa bilangan riil. Sebagai contoh, sebuah
sinyal diskrit x(m) memiliki komponen sinyal x(0), x(1), x(2), …… tetapi bukan
x(1,5) atau atau sesuatu yang semacam ini. Jadi nilai x(1,5) bisa dikatakan
tidak ada atau tidak terdefinisi. Konsep ini sangat penting untuk memahami
sinyal diskrit.
Sinyal waktu diskrit x[n] dapat diperoleh dari sampling sinyal waktu
kontinyu x(t) yaitu: x(to), x(t1), …, x(tn),
Sampling ke-(to), (t1), …, (tn) = nol dan bil. bulat positif, maka sinyal
waktu diskrit dapat ditulis:
x[0], x[1], …, x[n]
atau
Xn = x[n]=x(tn)
dengan x[n]= sinyal sampling dan tn = interval sampling
Jika interval sampling serbasama/uniform, maka:
Xn = x[n]=x(nTs)
dengan Ts= interval sampling
bab I - sinyal 3
Sinyal waktu diskrit x[n] dapat dinyatakan dengan dua cara:
1 1 1 𝑛
atau {𝑥𝑛 } = {1, , , … , ( ) }
2 4 2
{𝑥𝑛 } = {… , 0, 0, 1, 2, 1, 2, 2,0,0, … }
↑
tanda menyatakan n=0, dan jika tidak terdapat tanda maka n=0 pada data
pertama sedangkan untuk n<0 dianggap data=0
bab I - sinyal 4
8
-2
-4
-6
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
0.8
0.6
0.4
0.2
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
bab I - sinyal 5
bisa berupa bilangan riil. Apabila pencatatan dilakukan tiap 5 menit,
maka data yang didapatkan adalah sinyal diskrit. Tetapi saat
pembacaan dilakukan dengan menggunakan plotter seperti yang
dipergunakan untuk rekam jantung, maka kita mendapatkan sinyal
kontinyu. Jadi klasifikasi ini sangat tergantung dari cara mendapatkan
data yang diinginkan.
Beberapa contoh sinyal waktu kontinyu:
Rekaman suara manusia di pita magnetik
Pengukuran suhu ruangan yang tidak dilakukan secara
sampling
bab I - sinyal 6
bab I - sinyal 7
bab I - sinyal 8
1.4 Sinyal-sinyal Standar
Dalam analisis sistem, kita memerlukan beberapa sinyal standar untuk
memberikan hasil yang lebih akurat. Sinyal-sinyal ini terbagi atas sinyal diskrit
standar dan sinyal kontinyu standar
bab I - sinyal 9
Sinyal diskrit standar
Beberapa sinyal standar yang akan dibahas dalam buku ini adalah unit
step, unit impulse, unit ramp dan complex exponential.
Sinyal unit step adalah sinyal yang bernilai tetap, yaitu satu untuk
semua nilai waktu yang positif dan nol. Secara matematis, sinyal ini ditulis
sebagai:
1, untuk n ≥ 0
u(n) = {
0, untuk n < 0
Berikut, gambar yang menunjukkan sinyal unit step
bab I - sinyal 10
Gambar 1.7 Sinyal unit impulse untuk sistem diskrit
Sinyal unit step dan unit impulse ternyata berhubungan satu sama lain. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut:
∞
𝑢(𝑛) = ∑ 𝛿(𝑛 − 𝑚)
𝑚=0
bab I - sinyal 11
bab I - sinyal 12
bab I - sinyal 13
bab I - sinyal 14
bab I - sinyal 15
bab I - sinyal 16
bab I - sinyal 17
bab I - sinyal 18
bab I - sinyal 19
bab I - sinyal 20
bab I - sinyal 21
bab I - sinyal 22
bab I - sinyal 23
bab I - sinyal 24
1.5 Representasi Sinyal
Sinyal dapat direpresentasikan dalam berbagai cara. Representasi sinyal
kontinyu dapat dijelaskan dengan lebih mudah dengan contoh berikut: Suatu
sinyal kontinyu seperti gambar berikut representasikan dalam suatu
persamaan isyarat:
x(t)
1 2 3 t
Sinyal x(t) diatas mempunyai tiga kondisi yaitu: pada saat 0<t<2, pada saat
2<t<3 dan saat t yang lain. Dengan demikian dapat dirumuskan suatu fungsi
sebagai berikut:
x1(t), 0<t<2
x(t) = x2(t), 2<t<3
x3(t), t lainnya
Dari grafik x(t) dapat dilihat bahwa kondisi selain 0<t<2 dan 2<t<3 tidak
ada sinyal x(t) atau dapat dituliskan x3(t) = 0. Sedangkan pada saat 2<t<3
terlihat bahwa sinyal x(t) bernilai 1 sehingga dapat dituliskan x2(t) = 1. Untuk
mencari nilai x1(t) dipergunakan rumusan persamaan garis antara dua titik.
Isyarat x1(t) melalu titik (0,0) yang selanjutnya disebut titik 1 dan titik (2,1)
yang selanjutnya disebut titik 2. Dengan dasar tersebut maka isyarat x1(t)
dapat dicari sebagai berikut:
x1 (t ) x1 t t1
x 2 x1 t 2 t1
dengan memasukan nilai-nilai titik 1 dan titik 2 didapatkan:
x1 (t ) 0 t 0
1 0 20
bab I - sinyal 25
maka:
t
x1 (t )
2
Jadi x(t) dapat ditulis menjadi persamaan berikut :
0,5t, 0<t<2
x(t) = 1, 2<t<3
0, t lainnya
Untuk menuliskan persamaan x(t) dalam satu persamaan dapat
digunakan u(t-a) dan u(t-b) sebagai awal dan akhir dari sinyal tersebut. Hal
tersebut dapat dipahami dengan ilustrasi sebagai berikut:
y(t)
a b t
(a)
y1(t) y2(t)
1 1
a b t a b t
(b) (c)
Gambar 1.9 (a) Sinyal y(t), (b) sinyal y1= u(t-a), (c) sinyal y2=u(t-b)
Pada Gambar 1.9(a) adalah suatu sinyal yang bernilai 1 yang dimulai pada t = a
dan diakhiri pada t = b. Sinyal tersebut dari gambar dapat dilihat merupakan
hasil pengurangan sinyal y1(t) = u(t-a) (sinyal unit step yang tergeser ke kanan
sejauh a) dengan sinyal y2(t) = u(t-b) (sinyal unit step yang tergeser ke kanan
sejauh b).
y(t) = y1(t) – y2(t)
= u(t-a) –u(t-b)
bab I - sinyal 26
Sehingga representasi sinyal pada contoh soal di atas dalam satu persamaan
adalah:
x(t) = 0,5t{u(t-0)-u(t-2)} + {u(t-2)-u(t-3)}
= 0,5t {u(t)-u(t-2)} + u(t)-u(t-3)
bab I - sinyal 27
B. Amplifikasi
Dalam bentuk penyederhanaan persamaan matematis, bentuk operasinya
sama dengan atenuasi, tetapi dalam hal ini konstanta a >1
Contoh:
Sebuah sinyal sinus s(t) = 2sin(2πfst) dikuatkan dengan sebuah suatu
rangkaian dengan gain 2x. Berikan gambaran bentuk sinyal sebelum dan
sesudah melewati rangkaian penguat.
Penyelesaian:
Bentuk sinyal setelah melalui rangkaian hasil kali sinyal masuk dengan gain.
Dengan memanfaatkan persamaan matematik di atas diperoleh bentuk sinyal
keluaran sebagai berikut so(t) = 2*s(t) = 2*2*sin(2πfst) = 4 sin(2πfst)
bab I - sinyal 28
Lakukan Operasi pergeseran x(t-1) dan x(t+2) terhadap isyarat x(t) pada contoh soal
1.1.
x(t-1) dapat dicari sebagai berikut :
0,5(t-1),0<t-1<2
x(t-1) = 1, 2<t-1<3
0, t-1 lainnya
dengan penyederhanaan:
0,5t-0,5, 1<t<3
x(t-1) = 1, 3<t<4
0, t lainnya
0,5(t+2), 0<t+2<2
x(t+2) = 1, 2<t+2<3
0, t+2 lainnya
0,5t+1, -2<t<0
x(t+2) = 1, 0<t<1
0, t lainnya
x(t-1)
x(t+2)
bab I - sinyal 29
1
1
Gambar 1.11 (a) Sinyal x(t-1), (b) Sinyal x(t+2)
Pada Gambar 1.11, terlihat operasi pergeseran sinyal. Sinyal x(t-1) adalah
sinyal x(t) yang tergeser 1 ke kanan. Sinyal x(t+2) adalah sinyal x(t) yang
tergeser ke kiri sejauh 2. Jadi pada isyarat dengan t mempunyai tanda
positif maka akan tergeser ke kanan sebesar suatu bilangan kalau di
kurangi suatu bilangan tersebut. Untuk pergesaran ke kiri (ditambah suatu
bilangan) juga demikian.
4. Penskalaan waktu
Penskalaan waktu adalah upaya menyempit dan melebarkan isyarat pada sumbu
waktu Contoh : Lakukan Penskalaan waktu x(2t) dan x(0.5t) terhadap isyarat x(t)
pada contoh soal 1.1.
a) x(2t) dapat dicari dengan memasukan 2t untuk menggantikan t pada
fungsi x(t)
0,5t, 0<t<2
x(t) = 1, 2<t<3
0, t lainnya
bab I - sinyal 30
Nilai t digantidengan 2t maka didapatkan:
0,5.2t, 0<2t<2
x(2t) = 1, 2<2t<3
0, 2t lainnya
t, 0<t<1
x(2t) = 1, 1<t<1,5
0, t lainnya
0,5(0,5t), 0<0,5t<2
x(0,5t) = 1, 2<0,5t<3
0, 0,5t lainnya
0,25t , 0<t<4
x(0,5t) = 1, 4<t<6
0, t lainnya
x(2t) x(0,5t)
1 1
bab I - sinyal 31
1 2 3 t 1 2 3 4 5 6
Gambar 1.10 (a) Sinyal x(2t), (b) Sinyal x(0,5t)
Pada Gambar 1.10, kalau dibandingkan dengan gambar sinyal x(t) terlihat jelas
operasi penskalaan waktu. Sinyal x(2t) merupakan operasi penyempitan skala
waktu setengah kali dari skala waktu asli. Sinyal x(0,5t) merupakan operasi
pelebaran skala waktu dua kali dari waktu aslinya.
5. Pencerminan
Operasi pencerminan dilakukan dengan mencerminkan isyarat terhadap sumbu
vertikalnya. Contoh : Lakukan Operasi pencerminan x(-t) dan x(-0,5t)
terhadap isyarat x(t) pada contoh soal 1.1.
a) Operasi pencerminan x(-t) dan x(-0,5t)
Nilai x(-t) dapat dicari sebagai berikut:
-0,5t, 0<-t<2
x(-t) = 1, 2<-t<3
0, -t lainnya
-0,5t, -2<t<0
bab I - sinyal 32
x(-t) = 1, -3<t<-2
0, t lainnya
0,5(-0,5)t, 0<-0,5t<2
x(-0,5t) = 1, 2<-0,5t<3
0, -0,5t lainnya
-0,25t, -4<t<0
x(-0,5t) = 1, -6<t<-4
0, t lainnya
x(-t) x(-0,5t)
1 1
-3 -2 -1 1 t -6 -5 -4 -3 -2 -1
(a) (b)
bab I - sinyal 33
Pada Gambar 1.12, dapat dilihat bahwa sinyal x(-t) adalah hasil
pencerminan sinyal x(t). Sinyal x(-0,5t) adalah hasil pencerminan dan
penskalaan waktu sinyal aslinya.
Penjumlahan
Perkalian
bab I - sinyal 34
Secara matematik dituliskan sebagai berikut:
g(t) = f(t) x h(t)
Dalam operasi matemati perkalian antar dua sinyal, setiap komponen ke-t
sinyal sinyal pertama dikalikan dengan komponen ke-t sinyal ke dua.
Contoh Perkalian Sinyal
Sebuah pemancar AM DSB-SC menggunakan operasi perkalian dalam proses
modulasi sinyal informasi si = 2 sin(2πfst) dan sinyal carrier sc = 4 sin (2πfct).
Nilai fs = 1 sedangkan fc=8. Bagaimana gambaran proses operasi perkalian
kedua sinyal diatas? Dan bagaiman bentuk sinyal akhir yang dihasilkan?
Penyelesaian:
Setiap komponen sinyal ss(t) dikalikan dengan komponen sinyal sc(t) untuk
setiap nilai t yang sama. Bentuk persamaan matematik dituliskan sebagai
berikut: s(t) = si (t) x sc (t) =2sin(2πfst) x 4sin (2πfct)
bab I - sinyal 35
Soal-soal untuk diselesaikan secara analitis
1. Beri gambaran sebuah sinyal waktu-kontinyu yang bersifat periodik
berupa sinyal sinus dengan frekuensi f = 5 Hz, dan fase awal θ = π/2
radiant.
2. Ulangi langkah tersebut untuk nilai f = 10 Hz, 20 Hz dan 30 Hz sementara
fase awalnya ditetapkan θ = 0 untuk semua kasus diatas.
3. Berikan persamaan untuk sinyal seperti Gambar berikut ini:
bab I - sinyal 36
Soal-soal untuk diselesaikan melalui Matlab
1. Bangkitkan sinyal sinus pada soal nomor 1 dengan menggunakan Matlab
untuk waktu dari t = 0 sampai t = 2 detik.
2. Bangkitkan sebuah sinyal sinus s1(t) = sin(8πfct) dan jumlahkan dengan
sebuah sinyal s2(t) = sin(5πfct + 0.5π). Berikan gambaran hasil
penjumlahan kedua sinyal tersebut.
3. Bangkitkan sebuah sinyal sinus s1(t) = sin(2πfst) dan kalikan dengan
sebuah sinyal s2(t) = sin(5πfct). Berikan gambaran hasil perkalian kedua
sinyal tersebut.
4. Sebuah kanal memiliki sifat melemahkan sinyal yang dilaluinya sehingga
menyebabkan level sinyal yang lewat turun 20%. Apabila sebuah sinyal
sinus memiliki persamaan s1(t) = sin(5πfct), dengan fc=10, maka beri
gambaran bentuk sinyal sebelum dan sesudah atenuasi.
bab I - sinyal 37
5. Sebuah sistem penguat memiliki gain 2,5x. Apabila sebuah sinyal sinus
memiliki persamaan s1(t) = sin(5πfct), bagaimanakah bentuk sinyal
sebelum dan sesudah amplifikasi terjadi?
bab I - sinyal 38