Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan

kemampuan bagi siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah

dengan melakukan tes hasil belajar. Tes hasil belajar merupakan salah satu bentuk yang

digunakan untuk mengukur perkembangan belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Sebagai pendidik yang professional, maka sebaiknya mengetahui penyusunan dan

pengembangan tes hasil belajar yang baik dan benar sehingga tes dapat berfungsi dengan sebaik-

baiknya. Dalam menyusun dan mengembangkan tes hasil belajar matematika terdapat hal-hal

yang harus diperhatikan sehingga pendidik dapat mengukur tujuan instruksional khusus pada

pembelajaran matematika dan memberikan informasi mengenai keberhasilan belajar siswa.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai:

1. Untuk mengetahui prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar matematika.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan petunjuk penyusunan tes hasil belajar matematika.

3. Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar matematika.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika.

C. Masalah/ Materi yang Diuraikan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka ada beberapa masalah/materi yang

akan diuraikan.

1. Apa prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar matematika ?


2. Bagaimanakah bentuk-bentuk dan petunjuk penyusunan tes hasil belajar matematika ?

3. Bagaimanakah langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar matematika ?

4. Bagaimanakah langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika ?

D. Manfaat Bagi Mahasiswa dan Guru.

1. Mahasiswa sebagai Calon Guru.

Memberikan informasi kepada mahasiswa sebagai calon guru dalam memahami dan mengetahui

penyusunan dan pengembangan tes hasil belajar matematika yang akan dilakukan.

2. Bagi Guru.

Menambah wawasan guru tentang penyusunan dan pengembangan tes hasil belajar matematika

dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar Penyusunan Tes Hasil Belajar Matematika

Prinsip dasar yang perlu dicermati dalam menyusun tes hasil belajar matematika sehingga tes

tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus baik indikator dan tujuan pembelajaran

untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan siswa

yang diharapkan setelah mereka menyelesaikan pembelajaran.

Prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar matematika adalah

1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah

ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.

2. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan

pelajaran yang telah diajarkan sehingga dapat mewakili seluruh pengetahuan yang telah

diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi sehingga betul-betul

cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.

4. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang

diinginkan.

5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.

6. Mengandung unsur diagnosis artinya tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat

pengukur keberhasilan belajar siswa, juga dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang

berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

B. Bentuk-bentuk dan Petunjuk Penyusunan Tes Hasil Belajar Matematika


Tes sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar siswa jika ditinjau dari segi

bentuk soalnya dibedakan menjadi dua macam yaitu tes hasil belajar bentuk uraian dan tes hasil

belajar bentuk objektif.

1. Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian

Bentuk uraian memiliki karaktaristik antara lain:

a. Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau

paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.

b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada tes untuk memberikan penjelasan,

komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya.

c. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas yaitu berkisar antara lima saPmpai dengan sepuluh

butir.

Bertitik tolak dari kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh tes hasil belajar bentuk

uraian maka beberapa petunjuk penyusunan yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun

butir-butir soal tes uraian.

a. Menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh mungkin harus dapat diusahakan agar butir-butir

soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah

diperintahkan kepada tes untuk mempelajarinya.

b. Menghindari timbulnya perbuatan curang oleh tes misalnya menyontek atau bertanya kepada

teman. Hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan

kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya.

c. Sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara

tegas bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki sebagai jawaban

yang betul.
Menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan jangan dibuat

seragam melainkan dibuat secara bervariasi.

d. Soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas.

2. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini

memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian).

Macam-Macam tes objektif adalah

a. Tes benar salah

Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang

salah. Petunjuk penyusunan tes benar salah antara lain:

1) Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah

mengerjakan dan menilai (scoring).

2) Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus

dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur

3) Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.

4) Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.

5) Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki

oleh item yang bersangkutan.

b. Tes pilihan ganda


Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang

belum lengkap. Untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban

yang telah disediakan. Tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan dan bagian kemungkinan

jawaban atau alternatif jawaban. Petunjuk penyusunan tes pilihan ganda adalah

1) Instruksi pengerjaannya harus jelas dan bila dipandang perlu baik disertai contoh

mengerjakannya.

2) Dalam tes pilihan ganda hanya ada satu jawaban yang benar. Kalimat pokoknya hendaknya

mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih.

3) Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.

4) Usahakan menghindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.

5) Kalimat pokok dalam setiap butir soal hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.

6) Gunakan kata-kata: "manakah jawaban paling baik", "pilihlah satu yang pasti lebih baik dari

yang lain", bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.

7) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.

8) Bahasa yang digunakan pada butir-butir soal jangan terlalu sukar.

9) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide.

10) Susunlah agar jawaban alternatif mempunyai kesesuaian bahasa dengan pertanyaan.

11) Alternatif jawaban yang disajikan hendaknya seragam seperti panjang sifat uraian maupun

teknis.

12) Alternatif jawaban yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen.

13) Buatlah jumlah alternatif jawaban pilihan ganda sebanyak empat. Bila terdapat kesukaran,

buatlah pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan tambahan hendaknya

jangan terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isi.


14) Hindari pengulangan kata pada pertanyaan di alternatif pertanyaan.

15) Hindari menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran.

16) Alternatif jawaban hendaknya jangan inklusif dan sinonim.

17) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.

c. Tes menjodohkan

Tes menjodohkan terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Petunjuk penyusunan

tes menjodohkan adalah

1) Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal.

2) Jumlah jawaban yang harus dipilih harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya.

3) Item-item yang tergabung dalam satu seri tes menjodohkan harus merupakan pengertian yang

homogen.

d. Tes isian

Tes isian terdiri atas kalimat-kalimat yang bagian dihilangkan. Bagian yang dihilangkan harus

diisi oleh siswa. Petunjuk penyusunan tes isian adalah

1) Selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.

2) Jangan mengutip kalimat/pernyataan yang tertera pada buku.

3) Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.

4) Diusahakan hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.

5) Jangan mulai dengan tempat kosong.

C. Langkah-Langkah Penyusunan Tes hasil Belajar matematika

Langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar matematika harus di ikuti menurut kaidah

kaidah penyusunan agar tes hasil belajar yang di susun berfungsi dengan baik antara lain:
1. Menetapkan Tujuan

Pencapaian belajar dapat di buat untuk bermacam-macam tujuan. Tujuan tes pencapaian

belajar adalah untuk mendapatkan informasi tentang seberapa jauh siswa sudah menyerap isi

bahan pengajaran yang disajiakan oleh guru dalam pembelajaran.

2. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum adalah penetapan isi bahan yang akan ditanyakan melalui tes dengan

melihat tujun kurikulum, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator kompetensi serta

pokok bahasa dan subpokok bahasa. Tiga hal analisis kurikulum adalah

a. Mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang paling esensial harus di kuasai siswa

dan untuk mencapai validitas yang menjadi dasar dalam pengembangan tes.

b. Untuk mempertimbangkan teknik penilaian yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan

karakteristik kompetensi dasar yang diukur.

c. Analisis kurikulum untuk menjabarkan indikator pencapaian suatu kompetensi dasar yang

terdapat dalam indikator untuk perencanaan butir soal yang akan dibuat. Cara menganalisis

kurikulum sebagai cara yang mudah dengan menelusuri seluruh silabus dan menilai esensial

tidaknya suatu pokok bahasan atau subpokok bahasan.

3. Analisis Buku Pelajaran dan Sumber Materi Belajar

Penulusuran buku pelajaran dan sumber materi belajar lain dilaksanakan setelah seluruh

materi belajar lain dilaksanakan setelah seluruh materi pelajaran dengan pokok bahasan dan

subpokok bahasan yang esensial telah ditetapkan. Dengan melaksanakan langkah ini dan upaya

memperkecil kesalahan atau kekeliruan dalam memilih sampel bahan untuk soal tes. Bila analisis
yang dilakukan kurang cermat maka dapat mengakibatkan kesimpulan atau penilaian yang

sesat. Karena itu kecermatan dalam menganalisis buku pelajaran dan sumber materi sangat

dituntut dalam kegiatan penyusunan tes.

4. Menyusun Kisi

Menyusun kisi-kisi berarti mengonstruksi soal yang akan dibuat. Kisi-kisi soal merupakan

format yang berbentuk tabel yang memuat informasi yang dijadikan pedoman dalam membuat

soal untuk dijadikan tes. Kisi-kisi ini memuat pedoman sehingga siapa pun yang membuat soal

akan menghasilkan soal yang memuat materi dan tingkat kedalamannya relatif sama. Penulis

soal akan dapat kemudahan dalam merakit soal dan dapat membuat soal sesuai dengan tujuan

tes.

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan adalah

a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus atau kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara

tepat dan proporsional.

b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.

c. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

Bentuk matrikulasi yang memuat komponen-komponen tertentu yang ditentukan oleh tujuan

penulisan soal tersebut. Komponen kisi-kisi dapat berjenjang mulai dari yang sederhana sampai

dengan yang kompleks. Tes formatif misalnya cukup memuat dua komponen, yaitu komponen

pokok bahasan/subpokok bahasan dalam komponen ranah kognitif yaitu aspek tingkah laku yang

akan diukur dengan tes yang hendak disusun. Tes sumatif memiliki lebih banyak komponen

dibandingkan tes formatif.

5. Menulis Indikator
Menulis indikator yang dimaksud adalah menetapkan kemampuan yang ingin dicapai dalam

tes berdasarkan pada tanda-tanda kemampuan dasar siswa yang diharakan materi pembalajaran.

Indikator merupakan tanda yang dijadikan patokan untuk menilai tercapainya kompetensi dasar,

atau suatau perumusan masalah tingkah laku yang diamati untuk digunakan sebagai petunjuk

tercapainya kopompetensi dasar. Keberadaan indikator harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.

6. Menulis Soal

Soal baru ditulis setelah indikator kompetensi, bukan sebaliknya. Dengan mengacu pada

indikator kompetensi, maka pembuatan soal lebih terarah sehingga dapat tercapainya tujuan

pembelajaran. Sementara itu, indikator harus tersusun secara sisrematik dan sistematis.

Sistematik dimaksudkan karena indikator kompetensi berkaitan dengan perangkat tujuan

pembelajaran, kompotensi dasar, dan standar kompotensi dasar, sedangkan sistematis

dimaksudkan ada urutan yang jelas antara indikator yang satu dengan yang lainnya.

7. Reproduksi Tak Terbatas

Memproduksi tes terbatas dimana tes yang sudah jadi perbanyak dalam jumlah yang untuk

tujuan uji coba. Item soal yang dibuat banyak misalkan sekitar kurang dari 20 untuk uji coba

sehingga kalau ada yang ada drop maka soal yang baik masih memadai jumlahnya untuk

diperbanyak.

8. Uji Coba

Uji coba dilakukan bila tes sudah diperbanyak pada sampel yang telah ditentukan. Dalam

melaksanakan uji coba sampel yang ditentukan secara acak atau random yang mewakili atau

representative. Cara penentuan pada sampel mana yang dipakai bergantung pada tujuan uji coba

itu sendiri. Misalkan untuk tes soal matematika Sekolah Menengah Atas di Jakarta, dipakai
sampel siswa Sekolah Menengah Atas dari daerah lain yang telah diketahui setingkat mutunya.

Penerapan setingkat dapat dilihat dokumen yang ada sekolah-sekolah bermutu. Ada pendapat

bahwa uji coba butir soal kurang efisien namun uji coba tetap diperlukan untuk pengkajian mutu

soal-soal.

9. Analisis Soal

Analisis soal pada tes yang telah diuji cobakan perlu karena melalui analisis soal dapat

diketahui baik buruknya. Kriteria baik buruk butir soal ditetapkan dengan melihat tentang

kesukarannya, fungsi pokok soal, fungsi distraktor atau pengecoh serta penyebaran jawaban pada

pengecoh dala total kelompok.

10. Revisi Soal

Revisi soal dilakukan apabila hasil analisi menunjukkan adanya butir soal yang jelek, maka

butir-butir soal itu perlu direvisi/diperbaiki. Kata butir soal yang jelek dapat berarti misalkan

redaksi kalimat atau bahasa soal yang dipakai kurang dapat dipahami siswa, karena tidak

menurut aturan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ada juga jeleknya butir soal dari sisi

distraktornya yang mengiring akan jawabannya yang benar. Setelah direvisi dan diujicobakan

kembali kemudian dianalisis lagi untuk melihat apa benar-benar sudah baik atau belum.

11. Menentukan Soal-soal yang Baik

Menentukan soal-soal yang baik merupakan lanjutan dari revisi soal. Soal-soal yang telah

diujicobakan dianalisi kembali untuk dapat diperoleh gambaran tentang tingkat kesukaran dan

lain-lain. Dari data itu dapat ditentukan mana item soal yang baik dan tidak.

12. Merakit Soal Menjadi Tes

Merakit soal menjadi tes dilakukan setelah diketahui semua soal yang baik kalau sudah

banyak yang terkumpul dan meliputi semua pokok bahasan seta aspek-aspek yang hendak
diukur. Soal dapat dirakit menjadi tes yang standar. Tes standar dimaksudkan bahwa tes itu

adalah hasil perakitan buti-butir soal yang telah dibekukan melalui proses analisi soal.

D. Langkah-langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika

Mardapi (Paradita Surya, 2007: 7-10) mengemukakan langkah-langkah dalam pengembangan

tes hasil belajar matematika adalah

1. Menyusun Spesifikasi Tes

Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus

dimiliki oleh suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa

saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan

spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut:

a. Menentukan Tujuan Tes

Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan dalam lembaga

pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.

b. Menyusun Kisi-Kisi Tes

Langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes adalah menulis tujuan umum pelajaran, membuat

daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan, menentukan indikator, dan

menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.

Komponen kisi-kisi yang diberikan adalah


1) Identitas yang sekurang-kurangnya memuat nama sekolah, mata pelajaran, jenis kurikulum,

jumlah soal, bentuk soal, alokasi waktu, dan penyusun soal.

2) Standar Kompetensi Lulusan/Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar.

3) Bahan Kelas/Semester.

4) Materi Pokok.

5) Indikator Soal.

6) Nomor soal

c. Memilih Bentuk Tes

Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang

tersedia, baik untuk memeriksa lembar jawaban tes maupun untuk melaksanakan tes, cakupan

materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang akan diujikan. Serta pertimbangan terhadap

kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan.

d. Menentukan Panjang Tes

Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta didik.

Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Khusus untuk tes baku,

penentuan waktu berdasarkan hasil uji coba, namun tes untuk ulangan di kelas penentuan waktu

berdasarkan pengalaman dari tiap guru.

2. Menulis Butir Soal

Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan

yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Pertanyaan perlu

dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel.


3. Menelaah Butir Soal

Setelah soal dibuat, perlu dilakukan telaah atas soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk

memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan dan

kesalahan. Telaah soal ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan si pembuat soal.

4. Melakukan Uji coba

Sebelum soal digunakan dalam tes sesungguhnya, ujicoba perlu dilakukan untuk semakin

memperbaiki kualitas soal. Melalui ujicoba, dapat diperoleh data tentang reabilitas, validitas,

tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya pembeda, dan lain-lain. Jika soal

yang disusun masih jauh dari kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil ujicoba tersebut maka

kemudian dilakukan perbaikan.

5. Menganalisis Butir Soal

Berdasarkan hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis butir soal terhadap masing-

masing butir soal yang telah disusun. Melalui analisis butir ini, dapat diketahui tingkat kesukaran

butir soal, daya pembeda, dan efektifitas pengecoh.

6. Memperbaiki Tes

Setelah uji coba dan analisis butir soal dilakukan, maka langkah berikutnya adalah dengan

melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang

diharapkan.

7. Merakit Tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah merakit butir-

butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, dan lain-lain

harus diperhatikan.

8. Melaksanakan Tes

Tes yang telah disusun, diberikan kepada siswa untuk diselesaikan sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan pemantauan dan pengawasan agar

tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh siswa dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang

telah digariskan. Namun, pengawasan yang dilakukan harus tidak mengganggu pelaksanaan tes

itu sendiri. Siswa tidak boleh merasa terganggu oeh kehadiran pengawas atau pemantau. Hal ini

akan berakibat tidak akuratnya hasil tes yang diperoleh.

9. Menafsirkan Hasil Tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan

sehingga menjadi nilai yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu

dikaitkan dengan acuan penilaian.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip dasar dalam penyusunan tes adalah mengukur secara jelas hasil belajar, merupakan

sampel yang representative, bervariasi, desainnya sesuai kegunaan, memiliki reliabilitas yang

dapat diandalkan dan mengandung unsur diagnosis.

Bentuk-bentuk tes hasil belajar matematika adalah bentuk uraian dan bentuk objektif.

Prosedur penyusunan tes hasil belajar matematika adalah mendefinisikan tujuan

pembelajaran, menyusun kisi-kisi, membuat soal dan kunci jawaban, memeriksa butir-butir soal,

mengorganisasikan tes sesuai tipenya, membuat petunjuk pengerjaan soal, mengadakan uji coba,

merevisi soal, mengorganisasikan kembali tes, dan memperbanyak soal.

Pengembangan tes hasil belajar matematika adalah menyusun spesifikasi, menulis butir soal,

menelaah butir soal, melakukan ujicoba, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit tes,

melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.

B. Saran

Dengan mengetahui penyusunan dan pengembangan tes hasil belajar matematika maka

pendidik sebaiknya mengikuti langkah-langkah tersebut untuk menyusun tes hasil belajar

sehingga tes yang dihasilkan benar-benar dapat mengukur hasil belajar dan kemajuan siswa

dalam pembelajaran matematika.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Baskoro. 2012. Penyusunan dan Pengembangan Tes. Tersedia Pada


http://baskoro.blogspot.com/2012/12/tes-hasil-belajar.html. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015.

Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Pers.

Oktaviandy, Nevel. 2012. Tes Hasil Belajar. Tersedia Pada http://nevel.blogspot.com/2012/12/tes-


hasil-belajar.html. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015.

Paradita, Surya. 2007. Penyusunan dan Pengembangan Tes. Jakarta: Bumi Aksara
Lampiran

Soal-soal Sesuai Uraian

1. Apa sajakah prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar matematika ?

2. Apa yang dimaksud unsur diagnosis ?

3. Apa saja karakteristik dari tes hasil belajar bentuk uraian ?

4. Jelaskan petunjuk penyusunan tes hasil belajar bentuk uraian ?

5. Jelaskan petunjuk penyusunan tes benar salah ?

6. Jelaskan petunjuk penyusunan tes pilihan ganda ?

7. Jelaskan petunjuk penyusunan tes menjodohkan ?

8. Jelaskan petunjuk penyusunan tes isian ?

9. Sebutkan langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar matematika ?

10. Sebutkan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika ?

Jawaban:

1. Prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar matematika adalah

a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah

ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.

b. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan

pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang

telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran.

c. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-

betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.

d. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang

diinginkan.
e. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.

f. Mengandung unsur diagnosis

2. Unsur diagnosis adalah tes hasil belajar disamping dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan

belajar siswa, juga dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna

untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

3. Bentuk uraian memiliki karaktaristik antara lain:

a. Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau

paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.

b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada tes untuk memberikan penjelasan,

komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan sebagainya.

c. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir.

4. Petunjuk penyusunan tes hasil belajar matematika adalah

a. Menyusun butir-butir soal tes uraian sejauh mungkin harus dapat diusahakan agar butir-butir

soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah

diperintahkan kepada testee untuk mempelajarinya.

b. Menghindari timbulnya perbuatan curang oleh tes misalnya menyontek atau bertanya kepada

teman. Hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan

kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya.

c. Sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera disusun dan dirumuskan

secara tegas, bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester
sebagai jawaban yang betul.

Menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan atau

perintah-perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.

d. Soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas.

e. Suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester ialah, agar dalam menyusun butir-butir

soal yang harus dijawab hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau

menjawab butir-butir soal tersebut.

5. Petunjuk penyusunan tes benar salah antara lain:

a. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah

mengerjakan dan menilai (scoring).

b. Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus

dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur

c. Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.

d. Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.

e. Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki

oleh item yang bersangkutan.

6. Petunjuk penyusunan tes pilihan ganda adalah

a. Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai contoh

mengerjakannya.

b. Dalam multiple choice test hanya ada "satu" jawaban yang benar. Kalimat pokoknya hendaknya

mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih.

c. Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.


d. Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.

e. Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.

f. Gunakan kata-kata: "manakah jawaban paling baik", "pilihlah satu yang pasti lebih baik dari

yang lain", bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.

g. Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.

h. Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.

i. Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat kompleks.

j. Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan.

k. Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.

l. Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun

taraf teknis.

m. Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan

bentuknya.

n. Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bila terdapat kesukaran, buatlah pilihan

tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan tambahan hendaknya jangan terlalu

gampang diterka karena bentuknya atau isi.

o. Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif.

p. Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran.

q. Alternatif hendaknya jangan tumpang-suh, jangan inklusif, dan jangan sinonim.

r. Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.

7. Petunjuk penyusunan tes menjodohkan adalah

a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item).
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak daripada jumlah soalnya (lebih kurang 1

1/2 kali).

c. Item-item yang tergabung dalam satu seri tes menjodohkan harus merupakan pengertian yang

homogen.

8. Petunjuk penyusunan tes isian adalah

a. Selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.

b. Jangan mengutip kalimat/pernyataan yang tertera pada buku.

c. Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.

d. Diusahakan hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.

e. Jangan mulai dengan tempat kosong.

9. Langkah-langkah dalam penyusunan tes hasil belajar matematika adalah

a. Menetapkan tujuan

b. Analisis kurikulum

c. Analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar

d. Menyusun kisi-kisi

e. Menulis indikator

f. Menulis soal

g. Reproduksi tak terbatas

h. Uji coba

i. Analisis soal

j. Revisi soal

k. Menentukan soal-soal yang baik

l. Merakit soal menjadi tes-tes


10. langkah-langkah dalam pengembangan tes hasil belajar matematika adalah

a. Menyusun spesifikasi tes

b. Menulis butir soal

c. Menelaah butir soal

d. Melakukan uji coba

e. Menganalisis butir soal

Anda mungkin juga menyukai