PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan
kemampuan bagi siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah
dengan melakukan tes hasil belajar. Tes hasil belajar merupakan salah satu bentuk yang
digunakan untuk mengukur perkembangan belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
pengembangan tes hasil belajar yang baik dan benar sehingga tes dapat berfungsi dengan sebaik-
baiknya. Dalam menyusun dan mengembangkan tes hasil belajar matematika terdapat hal-hal
yang harus diperhatikan sehingga pendidik dapat mengukur tujuan instruksional khusus pada
B. Tujuan Penulisan
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan petunjuk penyusunan tes hasil belajar matematika.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka ada beberapa masalah/materi yang
akan diuraikan.
Memberikan informasi kepada mahasiswa sebagai calon guru dalam memahami dan mengetahui
penyusunan dan pengembangan tes hasil belajar matematika yang akan dilakukan.
2. Bagi Guru.
Menambah wawasan guru tentang penyusunan dan pengembangan tes hasil belajar matematika
PEMBAHASAN
Prinsip dasar yang perlu dicermati dalam menyusun tes hasil belajar matematika sehingga tes
tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus baik indikator dan tujuan pembelajaran
untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan siswa
1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah
2. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan
pelajaran yang telah diajarkan sehingga dapat mewakili seluruh pengetahuan yang telah
3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi sehingga betul-betul
cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.
4. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.
6. Mengandung unsur diagnosis artinya tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat
pengukur keberhasilan belajar siswa, juga dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang
berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
bentuk soalnya dibedakan menjadi dua macam yaitu tes hasil belajar bentuk uraian dan tes hasil
a. Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau
b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada tes untuk memberikan penjelasan,
c. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas yaitu berkisar antara lima saPmpai dengan sepuluh
butir.
Bertitik tolak dari kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh tes hasil belajar bentuk
uraian maka beberapa petunjuk penyusunan yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun
a. Menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh mungkin harus dapat diusahakan agar butir-butir
soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah
b. Menghindari timbulnya perbuatan curang oleh tes misalnya menyontek atau bertanya kepada
teman. Hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan
kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya.
c. Sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara
tegas bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki sebagai jawaban
yang betul.
Menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan jangan dibuat
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini
memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian).
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang
1) Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah
2) Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur
5) Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki
belum lengkap. Untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban
yang telah disediakan. Tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan dan bagian kemungkinan
jawaban atau alternatif jawaban. Petunjuk penyusunan tes pilihan ganda adalah
1) Instruksi pengerjaannya harus jelas dan bila dipandang perlu baik disertai contoh
mengerjakannya.
2) Dalam tes pilihan ganda hanya ada satu jawaban yang benar. Kalimat pokoknya hendaknya
mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih.
5) Kalimat pokok dalam setiap butir soal hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.
6) Gunakan kata-kata: "manakah jawaban paling baik", "pilihlah satu yang pasti lebih baik dari
yang lain", bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.
10) Susunlah agar jawaban alternatif mempunyai kesesuaian bahasa dengan pertanyaan.
11) Alternatif jawaban yang disajikan hendaknya seragam seperti panjang sifat uraian maupun
teknis.
13) Buatlah jumlah alternatif jawaban pilihan ganda sebanyak empat. Bila terdapat kesukaran,
buatlah pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan tambahan hendaknya
17) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.
c. Tes menjodohkan
Tes menjodohkan terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Petunjuk penyusunan
1) Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal.
2) Jumlah jawaban yang harus dipilih harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya.
3) Item-item yang tergabung dalam satu seri tes menjodohkan harus merupakan pengertian yang
homogen.
d. Tes isian
Tes isian terdiri atas kalimat-kalimat yang bagian dihilangkan. Bagian yang dihilangkan harus
1) Selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
4) Diusahakan hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
Langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar matematika harus di ikuti menurut kaidah
kaidah penyusunan agar tes hasil belajar yang di susun berfungsi dengan baik antara lain:
1. Menetapkan Tujuan
Pencapaian belajar dapat di buat untuk bermacam-macam tujuan. Tujuan tes pencapaian
belajar adalah untuk mendapatkan informasi tentang seberapa jauh siswa sudah menyerap isi
2. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum adalah penetapan isi bahan yang akan ditanyakan melalui tes dengan
melihat tujun kurikulum, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator kompetensi serta
pokok bahasa dan subpokok bahasa. Tiga hal analisis kurikulum adalah
a. Mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang paling esensial harus di kuasai siswa
dan untuk mencapai validitas yang menjadi dasar dalam pengembangan tes.
b. Untuk mempertimbangkan teknik penilaian yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan
c. Analisis kurikulum untuk menjabarkan indikator pencapaian suatu kompetensi dasar yang
terdapat dalam indikator untuk perencanaan butir soal yang akan dibuat. Cara menganalisis
kurikulum sebagai cara yang mudah dengan menelusuri seluruh silabus dan menilai esensial
Penulusuran buku pelajaran dan sumber materi belajar lain dilaksanakan setelah seluruh
materi belajar lain dilaksanakan setelah seluruh materi pelajaran dengan pokok bahasan dan
subpokok bahasan yang esensial telah ditetapkan. Dengan melaksanakan langkah ini dan upaya
memperkecil kesalahan atau kekeliruan dalam memilih sampel bahan untuk soal tes. Bila analisis
yang dilakukan kurang cermat maka dapat mengakibatkan kesimpulan atau penilaian yang
sesat. Karena itu kecermatan dalam menganalisis buku pelajaran dan sumber materi sangat
4. Menyusun Kisi
Menyusun kisi-kisi berarti mengonstruksi soal yang akan dibuat. Kisi-kisi soal merupakan
format yang berbentuk tabel yang memuat informasi yang dijadikan pedoman dalam membuat
soal untuk dijadikan tes. Kisi-kisi ini memuat pedoman sehingga siapa pun yang membuat soal
akan menghasilkan soal yang memuat materi dan tingkat kedalamannya relatif sama. Penulis
soal akan dapat kemudahan dalam merakit soal dan dapat membuat soal sesuai dengan tujuan
tes.
a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus atau kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara
Bentuk matrikulasi yang memuat komponen-komponen tertentu yang ditentukan oleh tujuan
penulisan soal tersebut. Komponen kisi-kisi dapat berjenjang mulai dari yang sederhana sampai
dengan yang kompleks. Tes formatif misalnya cukup memuat dua komponen, yaitu komponen
pokok bahasan/subpokok bahasan dalam komponen ranah kognitif yaitu aspek tingkah laku yang
akan diukur dengan tes yang hendak disusun. Tes sumatif memiliki lebih banyak komponen
5. Menulis Indikator
Menulis indikator yang dimaksud adalah menetapkan kemampuan yang ingin dicapai dalam
tes berdasarkan pada tanda-tanda kemampuan dasar siswa yang diharakan materi pembalajaran.
Indikator merupakan tanda yang dijadikan patokan untuk menilai tercapainya kompetensi dasar,
atau suatau perumusan masalah tingkah laku yang diamati untuk digunakan sebagai petunjuk
6. Menulis Soal
Soal baru ditulis setelah indikator kompetensi, bukan sebaliknya. Dengan mengacu pada
indikator kompetensi, maka pembuatan soal lebih terarah sehingga dapat tercapainya tujuan
pembelajaran. Sementara itu, indikator harus tersusun secara sisrematik dan sistematis.
dimaksudkan ada urutan yang jelas antara indikator yang satu dengan yang lainnya.
Memproduksi tes terbatas dimana tes yang sudah jadi perbanyak dalam jumlah yang untuk
tujuan uji coba. Item soal yang dibuat banyak misalkan sekitar kurang dari 20 untuk uji coba
sehingga kalau ada yang ada drop maka soal yang baik masih memadai jumlahnya untuk
diperbanyak.
8. Uji Coba
Uji coba dilakukan bila tes sudah diperbanyak pada sampel yang telah ditentukan. Dalam
melaksanakan uji coba sampel yang ditentukan secara acak atau random yang mewakili atau
representative. Cara penentuan pada sampel mana yang dipakai bergantung pada tujuan uji coba
itu sendiri. Misalkan untuk tes soal matematika Sekolah Menengah Atas di Jakarta, dipakai
sampel siswa Sekolah Menengah Atas dari daerah lain yang telah diketahui setingkat mutunya.
Penerapan setingkat dapat dilihat dokumen yang ada sekolah-sekolah bermutu. Ada pendapat
bahwa uji coba butir soal kurang efisien namun uji coba tetap diperlukan untuk pengkajian mutu
soal-soal.
9. Analisis Soal
Analisis soal pada tes yang telah diuji cobakan perlu karena melalui analisis soal dapat
diketahui baik buruknya. Kriteria baik buruk butir soal ditetapkan dengan melihat tentang
kesukarannya, fungsi pokok soal, fungsi distraktor atau pengecoh serta penyebaran jawaban pada
Revisi soal dilakukan apabila hasil analisi menunjukkan adanya butir soal yang jelek, maka
butir-butir soal itu perlu direvisi/diperbaiki. Kata butir soal yang jelek dapat berarti misalkan
redaksi kalimat atau bahasa soal yang dipakai kurang dapat dipahami siswa, karena tidak
menurut aturan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ada juga jeleknya butir soal dari sisi
distraktornya yang mengiring akan jawabannya yang benar. Setelah direvisi dan diujicobakan
kembali kemudian dianalisis lagi untuk melihat apa benar-benar sudah baik atau belum.
Menentukan soal-soal yang baik merupakan lanjutan dari revisi soal. Soal-soal yang telah
diujicobakan dianalisi kembali untuk dapat diperoleh gambaran tentang tingkat kesukaran dan
lain-lain. Dari data itu dapat ditentukan mana item soal yang baik dan tidak.
Merakit soal menjadi tes dilakukan setelah diketahui semua soal yang baik kalau sudah
banyak yang terkumpul dan meliputi semua pokok bahasan seta aspek-aspek yang hendak
diukur. Soal dapat dirakit menjadi tes yang standar. Tes standar dimaksudkan bahwa tes itu
adalah hasil perakitan buti-butir soal yang telah dibekukan melalui proses analisi soal.
Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus
dimiliki oleh suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa
saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan
Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan dalam lembaga
pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
Langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes adalah menulis tujuan umum pelajaran, membuat
daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan, menentukan indikator, dan
menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.
3) Bahan Kelas/Semester.
4) Materi Pokok.
5) Indikator Soal.
6) Nomor soal
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang
tersedia, baik untuk memeriksa lembar jawaban tes maupun untuk melaksanakan tes, cakupan
materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang akan diujikan. Serta pertimbangan terhadap
Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta didik.
Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Khusus untuk tes baku,
penentuan waktu berdasarkan hasil uji coba, namun tes untuk ulangan di kelas penentuan waktu
yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Pertanyaan perlu
Setelah soal dibuat, perlu dilakukan telaah atas soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk
memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan dan
kesalahan. Telaah soal ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan si pembuat soal.
Sebelum soal digunakan dalam tes sesungguhnya, ujicoba perlu dilakukan untuk semakin
memperbaiki kualitas soal. Melalui ujicoba, dapat diperoleh data tentang reabilitas, validitas,
tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya pembeda, dan lain-lain. Jika soal
yang disusun masih jauh dari kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil ujicoba tersebut maka
Berdasarkan hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis butir soal terhadap masing-
masing butir soal yang telah disusun. Melalui analisis butir ini, dapat diketahui tingkat kesukaran
6. Memperbaiki Tes
Setelah uji coba dan analisis butir soal dilakukan, maka langkah berikutnya adalah dengan
melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang
diharapkan.
7. Merakit Tes
Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah merakit butir-
butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, dan lain-lain
harus diperhatikan.
8. Melaksanakan Tes
Tes yang telah disusun, diberikan kepada siswa untuk diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan pemantauan dan pengawasan agar
tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh siswa dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang
telah digariskan. Namun, pengawasan yang dilakukan harus tidak mengganggu pelaksanaan tes
itu sendiri. Siswa tidak boleh merasa terganggu oeh kehadiran pengawas atau pemantau. Hal ini
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan
sehingga menjadi nilai yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip dasar dalam penyusunan tes adalah mengukur secara jelas hasil belajar, merupakan
sampel yang representative, bervariasi, desainnya sesuai kegunaan, memiliki reliabilitas yang
Bentuk-bentuk tes hasil belajar matematika adalah bentuk uraian dan bentuk objektif.
pembelajaran, menyusun kisi-kisi, membuat soal dan kunci jawaban, memeriksa butir-butir soal,
mengorganisasikan tes sesuai tipenya, membuat petunjuk pengerjaan soal, mengadakan uji coba,
Pengembangan tes hasil belajar matematika adalah menyusun spesifikasi, menulis butir soal,
menelaah butir soal, melakukan ujicoba, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit tes,
B. Saran
Dengan mengetahui penyusunan dan pengembangan tes hasil belajar matematika maka
pendidik sebaiknya mengikuti langkah-langkah tersebut untuk menyusun tes hasil belajar
sehingga tes yang dihasilkan benar-benar dapat mengukur hasil belajar dan kemajuan siswa
Paradita, Surya. 2007. Penyusunan dan Pengembangan Tes. Jakarta: Bumi Aksara
Lampiran
Jawaban:
a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah
b. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan
pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang
c. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-
betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.
d. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.
e. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.
2. Unsur diagnosis adalah tes hasil belajar disamping dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan
belajar siswa, juga dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna
untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
a. Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau
b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada tes untuk memberikan penjelasan,
c. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir.
a. Menyusun butir-butir soal tes uraian sejauh mungkin harus dapat diusahakan agar butir-butir
soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah
b. Menghindari timbulnya perbuatan curang oleh tes misalnya menyontek atau bertanya kepada
teman. Hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan
kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya.
c. Sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera disusun dan dirumuskan
secara tegas, bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester
sebagai jawaban yang betul.
Menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan atau
e. Suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester ialah, agar dalam menyusun butir-butir
soal yang harus dijawab hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau
a. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah
b. Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur
e. Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki
a. Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai contoh
mengerjakannya.
b. Dalam multiple choice test hanya ada "satu" jawaban yang benar. Kalimat pokoknya hendaknya
mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih.
e. Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.
f. Gunakan kata-kata: "manakah jawaban paling baik", "pilihlah satu yang pasti lebih baik dari
yang lain", bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.
i. Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat kompleks.
k. Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.
l. Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun
taraf teknis.
m. Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan
bentuknya.
n. Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bila terdapat kesukaran, buatlah pilihan
tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan tambahan hendaknya jangan terlalu
o. Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif.
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item).
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak daripada jumlah soalnya (lebih kurang 1
1/2 kali).
c. Item-item yang tergabung dalam satu seri tes menjodohkan harus merupakan pengertian yang
homogen.
a. Selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
d. Diusahakan hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
a. Menetapkan tujuan
b. Analisis kurikulum
d. Menyusun kisi-kisi
e. Menulis indikator
f. Menulis soal
h. Uji coba
i. Analisis soal
j. Revisi soal