Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia menghadapi beban ganda (double burden) di bidang


kesehatan pada saat ini. Di satu sisi masih terdapat penyakit infeksi menular
yang diderita masyarakat, namun pada saat yang bersamaan, terjadi
peningkatan penyakit tidak menular, di antaranya penyakit jantung dan
pembuluh darah (RISKESDAS 2013). Salah satu penyakit tidak menular
yaitu kardiovaskular yang menyumbang hampir mendekati 40% kematian
di negara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan berkembang.Riset
yang dilakukan oleh departemen kesehatan RI (Depkes RI) menunjukkan
bahwa perubahan gaya hiduplah yang paling banyak menyebabkan
terjadinya penyakit kardiovaskuler, diantaranya mengkonsumsi makanan
cepat saji,merokok,dan jarang berolahraga (Juang,2014).
American Heart Association (AHA) dalam tahun 2013 gagal jantung
diderita oleh hampir 5,7 juta orang Amerika pada usia > 40 tahun dan
merupakan penyebab dari hospitalisasi lebih banyak dari segala jenis
kanker. Sementara itu di Indonesia Prevalensi penyakit gagal jantung
berdasarkan pernah didiagnosis dokter sebesar 0,13% atau diperkirakan
sekitar 229.696 orang (Riskesdas ,2013). Provinsi yang masuk prevalensi
tertinggi ditempati oleh Jawa Timur, diagnosis dokter prevalensi penyakit
gagal jantung sebesar 0,19% atau diperkirakan sekitar 54.826 orang. Pada
Puskesmas Pamotan,penyakit jantung termasuk dalam lima besar penyakit
yang paling banyak diderita oleh pasien diruangan dengan prevalensi
10,41%(Buku indikator mutu ruangan Puskesmas Pamotan,
2016).Berdasarkan hasil studi WHO-PPGHC (World Health Organization
-Psychiatric Prevalence in General Health Care) menunjukkan bahwa
gangguan Ansietas memiliki prev alensi tertinggi pada pasien dengan
gangguan jantung yaitu sebesar 10,2 % dari masalah mental emosional
lainnya (Dirjen Med, 2012). Hal ini berarti, dari seluruh pasien yang
mengalami keluhan gagal jantung, ternyata 10,2 % mengalami ansietas.
Data tersebut menunjukan bahwa penyakit jantung dapat memicu
munculnya ansietas dari tingkat ringan sampai berat.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 2-5 april
2018 di ruang rawat inap Puskesmas Pamotan didapat 3 pasien terdiagnosa
CHF, 2 orang terlihat menunjukkan manifestasi kecemasan berupa gelisah.
Berdasarkan literatur yang telah divalidasi mengenai tingkat akurasi yang
tinggi pada system pengukuran skala HARS (Nursalam,2013), peneliti
melakukan pengukuran tingkat kecemasan responden menggunakan skala
HARS, 1 responden perempuan Ny.P (46 tahun) mengalami ansietas ringan
dengan skor 12. Responden selanjutnya perempuan Ny.M (51 tahun)
mendapatkan skor skala HARS sebanyak 19 poin yang menunjukkan
responden mengalami ansietas sedang. Dari data data tersebut, divalidasi

1
2

dengan Intervensi pada klien CHF disertai ansietas bisa dengan teknik
farmakologi maupun nonfarmakologi, teknik nonfarmakologi yang bisa
diterapkan diantaranya komunikasi teraupetik. Salah satu faktor yang dapat
menurunkan tingkat kecemasan pasien yaitu dengan memberikan
komunikasi teraupeutik . Hal ini berdasarkan teori yang diungkapkan
Peplau, asuhan keperawatan yang berfokus pada individu, perawat dan
proses interaktif yang menghasilkan hubungan antara perawat dan pasien .
Berdasarkan teori ini pasien adalah individu dengan kebutuhan perasaan,
dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik, dimana
perawat memiliki peran yang cukup penting dalam mempengaruhi,
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kesehatan pasien melalui proses
komunikasi.
Metode lain dalam upaya penurunan kecemasan diantaranya
keperawatan komplementer, dimana perawat akan melakukan intervensi
berupa hipnoterapi dalam menurunkan ansietas pada klien dengan CHF.
Terapi keperawatan komplementer ini dimungkinkan dilakukan oleh
perawat karena secara legal etik sudah tercantum dalam Permenkes No.HK.
02. 02/ME NKES/148 /1/2010. Hipnoterapi ini menitik beratkan pada
pemberian sugesti-sugesti positif pada klien yang harapannya akan
menimbulkan perilaku mekanisme koping konstruktif pada klien. Sumber
ansietas pada seseorang itu tersimpan di pikiran bawah sadar. Dengan
Hipnoterapi pikiran bawah sadar bisa ditembus dan menemukan akar
permasalahan yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Setelah menemukan
akar permasalahannya dengan menggunakan teknik tertentu, klien akan
dibimbing untuk menyelesaikan akar permasalahannya sehingga nantinya
tidak berpengaruh negative terhadap kehidupan mulai saat ini dan
seterusnya (Ehlers et al, 2010; Lynn et al,2012) Hipnoterapi dilakukan
melalui 5 tahap, yaitu pre-induksi/pengkajian, induksi, deepening, terapi
pikiran, terminasi. Pada tahap deepening inilah klien dibawa masuk ke alam
bawah sadarnya, kemudian pada tahap terapi pikiran terapis dapat
memberikan keyakinan positif untuk menghilangkan ansietas yang dialami.
Melalui tahap-tahap hipnoterapi,klien yang mengalami ansietas tingkat
sedang akan menurun dan klien dapat menjalani kehidupan lanjutnya
dengan lebih baik (Alladin & Alibhai, 2007; Ehlers et al,2010; Lynn et al,
2012).
Dengan melihat tingginya angka prevalensi penyakit jantung dengan
ansietas yang dirawat di ruang melati Puskesmas Pamotan yang mencapai
rata-rata 15 pasien perbulan dari total 50 pasien dengan diagnosa CHF, serta
besarnya pengaruh ansietas terhadap kesembuhan klien, mahasiswa
memilih kasus penyakit jantung kongestif disertai ansietas untuk dilaporkan
sebagai studi kasus dalam laporan praktik ini.
3

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) Dengan Ansietas Di Puskesmas Pamotan Kabupaten
Malang?
1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan umum


Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive
Heart Failure (CHF) Dengan Ansietas Di Puskesmas Pamotan
Kabupaten Malang.

1.3.2. Tujuan khusus


1. Melakukan pengkajian Pada Pasien Congestive Heart Failure
(CHF) Dengan Ansietas Di Puskesmas Pamotan Kabupaten
Malang.

2. Menyusun Diagnosa Keperawatan sesuai dengan prioritas


masalah Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Dengan
Ansietas Di Puskesmas Pamotan Kabupaten Malang.

3. Merencanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive


Heart Failure (CHF) Dengan Ansietas Di Puskesmas Pamotan
Kabupaten Malang.

4. Melakukan tindakan Pada Pasien Congestive Heart Failure


(CHF) Dengan Ansietas Di Puskesmas Pamotan Kabupaten
Malang.

5. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive


Heart Failure (CHF) Dengan Ansietas Di Puskesmas Pamotan
Kabupaten Malang.
1.4. Manfaat

1.4.1. Mangfaat Teoritis

Digunakan sebagai data dasar maupun acuan untuk


melakukan asuhan keperawatan selanjutnya yang berkaitan dengan
congesti heart failure (CHF) disertai dengan ansietas.
1.4.2. Mangfaat Praktis
1. Bagi pasien
Memberikan informasi dan penatalaksanaan secara dini
mengenai congesti heart failure (CHF),sehingga bisa membantu
klien untuk mengcegah dan menghindari resiko dan komplikasi
yang ditimbulkan.
4

2. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti dapat memperluas ilmu pengetahuan
dan menambah wawasan tentang Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) disertai dengan Ansietas.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat menambah pustaka perpustakaan STIKes
Kendedes Malang dan sebagai sarana belajar mahasiswa STIKes
Kendedes Malang.

4. Bagi Puskesmas
Menjadikan wawasan dan pengetahuan perawat dalam
mengaplikasikan intervensi yang sesuia untuk pasien congestive
heart failure (CHF) dengan masalah keperawatan ansietas
secara lebih tepat dan sesuai dalam instansi kesehatan lebih
tepatnya Puskesmas Pamotan.

5. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menambah refrensi dalam melakukan
asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan Congestive
Heart Failure (CHF) disertai Ansietas.

Anda mungkin juga menyukai