Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi
Kolelitiasis disebut juga Sinonimnya adalah batu empedu,

gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk

pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu

merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material

mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.

(Sjamsuhidajat,2005)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya

terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk

cairan empedu. Batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang

sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C. 2001)


Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen

empedu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak

dan fosfolipid (Price & Wilson, 2005).

B. Etiologi

Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa

faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang

dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya

kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :

1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki - laki)

2. Usia lebih dari 40 tahun .


3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7. Hiperlipidemia
8. Diet tinggi lemak dan rendah serat
9. Pengosongan lambung yang memanjang
10. Nutrisi intravena jangka lama
11. Dismotilitas kandung empedu
12. Obat - obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,

pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus

(kekurangan garam empedu)


14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit

putih, baru orang Afrika)

C. Patofisiologi

Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan

empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan

(3) berkembang karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol

merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukan semua batu,

kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila

perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan

kolesterol perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin)

dengan kolesterol perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama

lesitin) dengan kolesterol perbandingan asam empedu dan fosfolipid

(terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara

normal kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu

dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang

mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik

dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan,

atau kadar asam empedu rendah atau terjadi sekresi lesitin, merupakan

keadaan yang litogenik (Schwartz, 2000). Pembentukan batu dimulai


hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan kolesterol. Pada

tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan

membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat

saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel

yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai

benih pengkristalan(Lesmana, 2000).

D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :

(Sjamsuhidajat,2005)
1. Asimtomatik
2. Obstruksi duktus sistikus
3. Kolik bilier
4. Kolesistitis akut
5. Perikolesistitis
6. Peradangan pankreas (pankreatitis)-angga
7. Perforasi
8. Kolesistitis kronis
9. Hidrop kandung empedu
10. Empiema kandung empedu
11. Fistel kolesistoenterik
12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut

kembali dan batu empedu muncul lagi)


13. Ileus batu empedu (gallstone ileus)

E. Penatalaksanaan

Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan

pengobatan. Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi

dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak.

(Sjamsuhidajat,2005)

Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang

meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk

menjalani pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan

kandung empedu tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah

pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan.

(Sjamsuhidajat,2005)

Pilihan penatalaksanaan antara lain : (Schwartz,2000)

1. Kolesistektomi terbuka

Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien

denga kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang

dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2%

pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang

dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah

kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. (Schwartz,2000)

2. Kolesistektomi laparaskopi
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990

dan sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara

laparoskopi. 80-90% batu empedu di Inggris dibuang dengan cara ini

karena memperkecil resiko kematian dibanding operasi normal (0,1-

0,5% untuk operasi normal) dengan mengurangi komplikasi pada

jantung dan paru.2 Kandung empedu diangkat melalui selang yang

dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut. (Schwartz,2000)

Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik

tanpa adanya kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya

pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan prosedur ini pada

pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus

koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini dibandingkan

prosedur konvensional adalah dapat mengurangi perawatan di rumah

sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja,

nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum

terpecahkan adalah kemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan

insiden komplikasi 6r seperti cedera duktus biliaris yang mungkin

dapat terjadi lebih sering selama kolesistektomi laparaskopi.

(Schwartz,2000)

3. Disolusi medis

Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah

digunakan adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang

dikeluarkan. Zat disolusi hanya memperlihatkan manfaatnya untuk


batu empedu jenis kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam

xenodeoksikolat telah mengindikasikan bahwa disolusi dan hilangnya

batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan,

kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien. (Schwartz,2000)

Kurang dari 10% batu empedu dilakukan cara ini sukses.

Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi kriteria terapi non

operatif diantaranya batu kolesterol diameternya < 20 mm, batu kurang

dari 4 batu, fungsi kandung empedu baik dan duktus sistik paten.

(Beckingham,2001)

4. Disolusi kontak

Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol

yang poten (Metil-Ter-Butil-Eter (MTBE)) ke dalam kandung

empedu melalui kateter yang diletakkan per kutan telah terlihat

efektif dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien tertentu.

Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka

kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun). (Schwartz,2000)

5. Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)

Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis

biaya-manfaat pad saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya

terbatas pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk

menjalani terapi ini. (Schwartz,2000)

6. Kolesistotomi
Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal

bahkan di samping tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur

yang bermanfaat, terutama untuk pasien yang sakitnya kritis.

(Schwartz,2000)

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Aktifitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah
b) Sirkulasi
Tanda : Takikardia, berkeringat
c) Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urine dan feses
Tanda : - Distensi abdomen
- Teraba masa pada kuadran kanan atas
- Urine gelap, pekat.
- Feses waran tanah liat,steatorea.
d) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia,mual.
Tanda : adanya penurunan berat badan.
e) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas, dapat menyebar kepunggung atau

bahu kanan.Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.

Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit.


Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas

f) Keamanan
Tanda : Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus).

Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K).


g) Penyuluhan/Pembelejaran
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu.

Adanya kehamilan / melahirkan; riwayat DM, penyakit inflamasi

usus, diskrasias darah.


Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: 3,4 hari.

Rencana pemulangan: Memerlukan dukungan dalam perubahan

diet/penurunan berat badan.

2. Perencanaan Keperawatan

N Diagnosa (NANDA) NOC NIC


o
1 Nyeri akut b.d. agen injury Pain Level Pain Manageme
Definisi : Setelah dilakukan pera nt
Sensori yang tidak menyenangka watan 3 hari, nyeri ber - Kaji nyeri secar
n dan pengalaman emosional ya kurang atau hilang den a komprehensi
ng muncul secara aktual atau pot gan kriteria : f termasuk lok
ensial kerusakan jaringan atau m - Klien tenang, klien d asi, karakterist
enggambarkan adanya kerusakan apat istirahat dengan ik, durasi, frek
(Asosiasi Studi Nyeri Internasio tenang uensi, kualitas
nal): serangan mendadak atau pe - Skala nyeri 1-2 dan faktor pres
lan intensitasnya dari ringan sam - Tanda vital normal ipitasi
pai berat yang dapat diantisipasi - Observasi reaksi
dengan akhir yang dapat dipredi Pain control nonverbal dari
ksi dan dengan durasi kurang dar Setelah dilakukan pera ketidaknyama
i 6 bulan. watan 3 hari pasien: m nan
Batasan karakteristik : ampu mengontrol nyer - Gunakan teknik
- Laporan secara verbal atau non i dengan kriteria hasil komunikasi ter
verbal : apeutik untuk
- Tingkah laku ekspresif - pasien mengetahui p mengetahui pe
- Gangguan tidur enyebab nyeri ngalaman nyer
- mampu menggunaka i pasien
n tehnik nonfarmak - Evaluasi pengal
ologi untuk mengur aman nyeri ma
angi nyer sa lampau
- Melaporkan gejala y - Evaluasi bersam
ang dirasakan kepad a pasien dan ti
a tenaga kesehatan m kesehatan la
in tentang keti
Comfort level dakefektifan k
Setelah dilakukan pera ontrol nyeri m
watan pasien menyata asa lampau
kan rasa nyaman setel - Kurangi faktor
ah nyeri berkurang presipitasi nye
ri
- Ajarkan tentang
teknik relaksas
i, sentuhan dan
dorong ambula
si dini
- Evaluasi keefekt
ifan kontrol ny
eri
- Tingkatkan istir
ahat
- Kolaborasikan d
engan tim med
is dalam pemb
erian oabat ana
lgetik.
- Monitor peneri
maan pasien te
ntang manaje
men nyeri

2 Cemas berhubungan dengan p Anxiety control Anxiety Reductio


erubahan status kesehatan Setelah dilakukan pera n (penurunan ke
Definisi : watan 3x24 jam, pada cemasan)
Perasaan gelisah yang tak jelas d klien tidak menunjukk - Gunakan pende
ari ketidaknyamanan atau ketaku an kecemasan dengan katan yang me
tan yang disertai respon autonom indikator: nenangkan
(sumner tidak spesifik atau tidak - Klien mampu mengi - Jelaskan semua
diketahui oleh individu); perasaa dentifikasi dan me prosedur dan a
n keprihatinan disebabkan dari a ngungkapkan gejal pa yang dirasa
ntisipasi terhadap bahaya. Sinyal a cemas kan selama pr
ini merupakan peringatan adany - Mengidentifikasi, me osedur
a ancaman yang akan datang dan ngungkapkan dan - Temani pasien u
memungkinkan individu untuk menunjukkan tehni ntuk memberi
mengambil langkah untuk meny k untuk mengontol kan keamanan
etujui terhadap tindakan. cemas dan menguran
- Vital sign dalam bata gi takut
Batasan karakteristik: s normal - Berikan informa
- Gelisah - Postur tubuh, ekspres si faktual men
- Sedih i wajah, bahasa tub genai diagnosi
- Insomnia uh dan tingkat akti s, tindakan pr
- Cemas vitas menunjukkan ognosis
- Resah berkurangnya kece - Dorong keluarg
- Khawatir masan a untuk mene
- Ketakutan mani anak
- Lakukan back /
neck rub
- Dengarkan deng
an penuh perh
atian
- Identifikasi ting
kat kecemasan
- Bantu pasien m
engenal situas
i yang menim
bulkan kecem
asan
- Dorong pasien u
ntuk mengung
kapkan perasa
an, ketakutan,
persepsi
- Instruksikan pas
ien mengguna
kan teknik rel
aksasi
- Barikan obat un
tuk menguran
gi kecemasan

3 Risiko infeksi Risk Control Infection Contro


Definisi : peningkatan risiko inv Pasien dapat mengeta l : intraoperative
asi oleh organisme patogen. hui cara mengontrol in ü monitor dan p
feksi dengan indikator ertahankan s
Faktor resiko: : uhu ruang o
- prosedur invasif ü Mendeskripsikan perasi antara
- kerusakan jaringan model transmisi 20-24 0C
ü Mendeskripsikan f ü monitor dan p
aktor yang berko ertahankan k
ntribusi terhadap elembaba ru
transmisi angan antara
ü Mendeskripsikan 40-60
praktek yang dap ü Membatasi da
at menurunkan tr n mengontro
ansmisi l lalu lintas
ü Mendeskripsikan t personal (di
anda & gejala inf dalam ruang
eksi an operasi)
ü Mendeskripsikan ü Verifikasi pem
prosedur skreenin berian antibi
g otik profilak
ü Mendeskripsikan sis sebelum
monitoring prose operasi
dur ü Menggunakan
ü Mendeskripsikan a universal pr
ktivitas yang men ecaution
ingkatkan resiste ü Verifikasi keut
n terhadap infeksi uhan set ster
ü Mendeskripsikan t il
reatment untuk di ü Verifikasi indi
agnosa infeksi kator sterilis
ü Mendeskripsikan f asi
ollow up untuk di ü Membuka set
agnosa infeksi steril dengan
teknik asepti
k
ü Menggunakan
gown dan gl
oves steril
ü Mempertahan
kan keutuha
n kaeter dan
IV lines
ü Menginspeksi
kulit/ jaringa
n sekitar insi
si operasi
ü Mempertahan
kan kerapian
ruangan unt
uk membata
si kontamina
si
ü Melakukan dr
essing pemb
edahan yang
aman dan ra
pi
ü Membersihka
n dan menst
reilkan instr
umen
ü Mengkoordina
sikan kebers
ihan dan per
siapan ruang
an untuk pas
ien berikutn
ya.
4 Risk for bleeding Blood loss severity Surgical assistan
Definisi: Selama tindakan pemb ce
Resiko penurunan volume darah edahan berlangsung, p ü Menentukan pe
yang dapat digunakan untuk ko asien tidak mengalami ralatan dan in
mpromi kesehatan. kehilangan darah yang strumen yang
banyak dengan indikat dibuthkan sa
Faktor resiko: or: at pembedah
-kurangnya pengetahuan ü kehilangan darah vis an
- trauma ible sedikit ü Mengecek instr
-Tindakan pembedahan ü distensi abdomen be umen dan me
rkurang ngatur/ mena
ü Perdarahan post-op ta di meja
dapat dikontrol ü Menyalakan la
ü Tidak ada penuruna mpu oeprasi
n tekanan darah ü Membantu me
mperkirakan
jumlah kehila
ngan darah
ü Menyiapkan da
n merawat sp
esimen
ü Mengkomunika
sikan inform
asi kepada ti
m bedah
ü Mengkomunika
sikan status p
asien dan per
kembangann
ya kepada ke
luarga
ü Mengatur kemb
ali peralatan
setelah digun
akan
ü Mendokumenta
sikan anestes
i dan tindaka
n pembedaha
n
ü Membantu me
mindahkan p
asien ke reco
very room

Shock preventio
n
ü Monitor status s
irkulasi (TD,
HR, RR, suh
u)
ü Monitor tanda-
tanda oksige
nasi jaringan
tidak adekuat
ü Monitor hasil la
boratorium
ü Monitor nyeri a
bdomen
ü Monitor respon
kompensasi a
wal (peningk
atan HR, pen
urunan TD, p
enurunan uri
ne output, da
n WPK lamb
at)
ü Mengobservasi
dan monitor
sumber kehil
angan cairan/
darah (luka,
drainage)
ü Mempertahank
an kepatenan
jalan nafas
ü Memberikan ter
api intravena
ü Menyiapkan PR
C untuk pers
ediaan tranfu
si darah
ü Memberikan O2
untuk oksige
nasi

DAFTAR PUSTAKA

Lesmana L. Batu empedu. Dalam : Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 3.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2005

Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of


Surgery). Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.

Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC. 2005

Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta:
EGC.2000

Anda mungkin juga menyukai