STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F. M.
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Banjarsari
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Masuk : 09 Juli 2017
II. ANAMNESA
Keluhan Utama :
Nyeri pada jari kaki kanan ½ jam SMRS.
Keluhan Tambahan :
Jari kaki kanan terutama kelingking tidak bisa digerakkan dan
baal.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki usia 21 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada jari kaki kanan sejak ½ jam SMRS. Sebelumnya os
mengalami kll. Saat dilampu lalulintas, os berhenti mendadak
karena kendaraan depan tiba-tiba melintas. Jari kaki kanan os
tersangkut step motor. Terdapat luka robek dan memar disekitar
luka. Perdarahan (+), mual (-), muntah (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
DM (-), Asma (-), Hipertensi (-), penyakit jantung (-), alergi (-).
Primary Survey
A : clear
D : GCS : 15
Secondary Survey
Status Generalis
VI. SIKAP
Debridement luka dengan Nacl 0.9%
Hecting situasi
RL 20 tpm
Ketorolac 2x1 amp
Ceftiaxone 2x1 amp
4
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur
Trauma dapat langsung (direct), seperti terkena pukulan dari benda yang bergerak
atau kejatuhan maupun dipukul, atau tidak langsung (indirect), seperti gaya
memutar atau gaya membengkok pada tulang. Gaya ini juga sering
mengakibatkan terjadinya dislokasi. Apabila kondisi tulang tempat terjadi fraktur
tersebut terdapat kelainan patologis seperti tumor atau osteoporosis / osteomalacia
maka disebut fraktur patologis. Trauma lain yang menyebabkan fraktur adalah
5
gaya penekanan yang terus - menerus (chronic stress / overuse) yang disebut
fatique fracture.
Setiap fraktur perlu diperhatikan garis fraktur. Pada fraktur hairline yang sukar
dilihat pada radiograph dan biasanya akibat trauma ringan sehingga tidak terjadi
pergeseran pada ujung-ujung fragmen. Pada keadaan ini memerlukanpemotretan
tambahan dengan proyeksi oblik atau pemotretan diulangi setelahhari ke 7 - 10.
Garis fraktur akan terlihat setelah terjadi dekalsifikasi pada fraktur tersebut. Garis
fraktur greenstick sering terjadi pada anak-anak walaupun tidak semua anak.
Fraktur simpel (simple fracture) adalah fraktur dengan garis fraktur transversal,
oblik atau spiral. Garis fraktur transversal bila sudut garis fraktur terhadap aksis
panjang tulang tersebut kurang dari 30°, bila sudut tersebut 30° atau lebih disebut
garis fraktur oblik. Pada garis fraktur oblik akan mengakibatkan fraktur tresebut
tidak stabil dan menghasilkan pemendekan (shortening) dan pergeseran ujung-
ujung fragmen bahkan kontak ujung –ujung tersebut tidak terjadi bila dilakukan
tindakan konservatif.
6
Kata simpel yang dimaksud adalah garis patah yang sirkumferensial sehingga
tulang tersebut menjadi dua fragmen. Adapun fraktur spiral adalah garis fraktur
yang melingkar pada tulang tersebut sebagai akibat gaya memutar.
Pada klasrfikasi AO fraktur simpel dimasukkan tipe A dengan grup A1, A2, dan
A3.
Fraktur kompresi sering terjadi pada korpus vertebra akibat gaya trauma fleksi
atau pada kalkaneus akibat jatuh dan ketinggian dan fraktur ini terjadi pada daerah
tulang kanselous.
Fraktur - disiokasi adalah fraktur yang terjadi pada salah satu tulang yang
menyusun sendi dengan disertai dislokasi sendi tersebut sehingga dapat
menimbulkan masalah reposisi, stabilitas, kekakuan sendi dan nekrosis avaskular.
Penentuan level fraktur dapat didasarkan pada anatomi atau terminology AO.
Berdasarkan anatomi tulang panjang maka fraktur dapat berada di epiphysis,
epiphyseal plate atau diaphysis. Diantaranya ada yang disebut dengan metaphysis.
Sehingga ada penulisan seperti fraktur diafisis femoralis (femoral diaphysis
fracture), faktur kolum femoralis ( femoral neck fracture ), fraktur trokhanter
mayor femoralis (greater trochanteric fracture) atau fraktur suprakondilar
9
Pada penilaian fraktur perlu ditentukan deformitas yang terjadi akibat fraktur
tersebut. Tanpa adanya deformitas dapat berarti traumanya tidak cukup
mengakibatkan pergeseran fragmen sehingga fragmen masih dalam posisi
anatomi. Sama halnya bila melakukan reposisi - manipulasi sehingga fragmen
kembali ke posisi anatomi. Penilaian deformitas berdasarkan 3 hal, yaitu:
pergeseran (displacement), angulasi dan rotasi.
Fraktur Terbuka
Integritas kulit disekitar fraktur perlu dinilai dengan teliti guna menentukan
diagnosis fraktur terbuka (open fracture) dengan nama lain counpound fracture
(literatur Inggris) atau fraktur tertutup (closed fracture). Luka pada fraktur
terbuka dapat diakibatkan oleh tusukan ujung fragmen sehingga menembus kulit
akibat gaya trauma atau kesalahan pada pertolongan pertama (open from within
out). Biasanya kerusakan jaringan lunak sekitar fraktur sangat ringan demikian
juga kontaminasi. Adapun fraktur open from within in akibat trauma yang sangat
hebat sehingga terjadi kerusakan jaringan Iunak maupun tulang yang hebat. Perlu
dipikirkan terjadinya perdarahan yang dapat menimbulkan shock pada kejadian
ini. Berdasarkan kerusakan jaringan Iunak disekitar fraktur terbuka maka fraktur
tersebut menurut Gustilo dibagi menjadi tipe I yaitu fraktur terbuka dengan
panjang luka kurang dan 1 cm dan luka bersih; tipe II yaitu fraktur terbuka dengan
panjang luka lebih dan 1 cm tanpa kerusakan jaringan Iunak yang berat; tipe III,
fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan Iunak dan kontaminasi yang berat /
hebat. Tipe III ini dibagi menjadi tipe III A fragmen fraktur tersebut masih
terbungkus dengan jaringan Iunak / periosteum, tipe III B fragmen tulang tidak
terbungkus oleh jaringan Iunak / periosteum adapun tipe III C memerlukan
penyambungan arteri (arterial repairing) agar terjamin kehidupan bagian distal
dari lesi.
12
Ada lima stadium dalam proses penyembuhan fraktur yaitu: stadium hematoma
dan inflamasi, stadium angiogenesis dan pembentukan tulang rawan (kartilago),
stadium kalsifikasi kartilago, stadium pembentukan tulang dan terakhir stadium
remodeling.
13
Managemen Fraktur
Tujuan terapi penderita fraktur adalah mencapai union tanpa deformitas dan
pengembalian (restoration) fungsi sehingga penderita dapat kembali pada
pekerjaan atau kegiatan seperti semula. Tujuan ini tidak selalu tercapai secara utuh
yang diharapkan dan setiap tindakan untuk mencapai hal tersebut mempunyai
resiko komplikasi. Sebagai contoh operasi pemasangan fiksasi dalam maka resiko
terjadi infeksi dan lain sebagainya dapat terjadi. Oleh karena itu banyak variasi
terjadi pada pengobatan fraktur akibat perbedaan interpretasi terhadap kondisi
penderita.
tersebut berhubungan erat dengan pengobatan fraktur itu sendiri yang dimulai
dengan realignment pada fraktur yang mengalami pergeseran dan imobilisasi.
Mengurangi edema seperti fastiotomi pada sindrom kompartemen guna
meningkatkan perfusi ke jaringan yang mengalami kerusakan sehingga
metabolisme sel tersebut aktif kembali. Periu diketahui bahwa edema tersebut
akan berdampak pengurangan bahkan tidak ada sama sekali distribusi oksigen dan
material-material nutrisi ke jaringan bagian distal lesi tersebut Oleh karena itu
pengobatan kerusakan jaringan Iunak merupakan tindakan awal dan proses
penyambungan tulang.
Life saving dan life limb adalah tindakan prioritas utama pada penderita trauma
multipel, mungkin keadaan pasien tidak menguntungkan untuk dilakukan
pembiusan tapi demi kehidupan penderita tindakan operasi tetapi dijalankan demi
life saving seperti perdarahan intra abdominal massive karena ruptur lien dan
sebagainya. Tindakan pembebasan jalan nafas perlu dilakukan terhadap gangguan
jalan nafas. Demikian juga penanganan sok karena perdarahan dengan mengontrol
perdarahan secara balut menekan dan resusitasi cairan kristalloid maupun tranfusi.
Penderita fraktur yang disertai trauma kepala dan penderita tidak sadar maka
penilaian Glasgow Coma Scale harus dikerjakan. Bila trauma kepala dengan
15
Terapi Fraktur
Setelah tindakan life saving maupun life limb telah diatasi maka tiba gilirarmya
Anda memikirkan tindakan yang terbaik terhadap fraktur itu sendiri. Pada
tindakan awal yang dilakukan adalah memberikan pembidaian sementara
(temporary splinting) agar fraktur tertutup tidak menjadi terbuka disamping dapat
menghilangkan rasa nyeri dan mengurangi perdarahan. Bila deformitas hebat
sekali maka dianjurkan untuk mengkoreksi secara perlahan-lahan dengan menarik
bagian distal secara gentle. Pada fraktur terbuka perlu dilakukan pemeriksaan
bakteriologis dan foto kondisi luka dengan kamera digital, demikian juga
pemberian antibiotika spektrum luas disamping melakukan irigasi cairan fisiologis
atau water sterilize for irrigation sebanyak dua liter; kemudian luka ditutup
dengan kasa steril. Lalu kemudian penderita dikirim ke bagian radiologi untuk
dilakukan pengambilan X-ray. Penilaian fraktur berdasarkan data dari
pemeriksaan fisik dan radiograph berupa lokasi, bentuk garis fraktur (pattern),
pergeseran dan angulasi fragmen fraktur, dan kerusakan jaringan lunak di sekitar
fraktur seperti saraf atau pembuluh darah. Ada dua kemungkinan yang dapat
16
dilakukan pada terapi penderita fraktur yaitu: secara konservatif atau secara
operatif.
Adapun teknik reposisi tertutup pertama kali yang dilakukan adalah traksi
sehingga pemendekan yang terjadi kembali seperti semula , kemudian deformitas
sisa dilakukan koreksi yang arahnya beriawanan dengan gaya trauma yang
menimbulkan fraktur. Contoh reposisi fraktur Coles.
17
Pemasangan gip harus dikerjakan dengan tiga titik fiksasi (three point fixation).
Kadangkala kita mengalami kesukaran mereposisi disebabkan adanya spike
fragment atau jaringan lunak diantara fragmen ( interposisi ).
Penilaian neurovascular bagian distal lesi hams dilakukan secara teliti, demikian
juga membuat keputusan untuk melakukan amputasi primer (primary amputation)
harus objektif dan opini penderita tanpa orang ketiga. Mangled Extrimity Severe
Score (MESS) dapat membantu untuk menentukan tidakan tersebut. Cara ini
adalah penilaian kuantitatif terhadap keparahan trauma (Tabel. 3)
21
Amputasi primer dilakukan bila total MESS lebih dari 6, atau iskhemi lebih dari 6
jam karena kerusakan otot-otot sudah bersifat irreversible atau terputusnya saraf
tibialis walaupun dilakukan penyambungan tetap menggang fungsi karena adanya
nyeri neurogenic.
DAFTAR PUSTAKA