Anda di halaman 1dari 9

IDENTITAS JURNAL

Judul : Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Pulau Enggano Secara Terpadu Dan
Berkelanjutan
Penulis : Parpen Siregar
Tahun Terbit : 2017
Nomor Jurnal : Progam Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara dua fenomena yaitu laut dan darat. Mereka
menujukkan perbedaan dua dunia dengan perbedaan flora dan fauna. Wilayah ini secara ekologi
tidak dapat berdiri sendiri, karena tergantung pada keseimbangan yang ada antara berbagai
elemen alam, seperti angin dan air, batu dan pasir, flora dan fauna, yang berinteraksi membentuk
ekosistem pesisir yang unik. Dengan potensi yang unik dan didukung dengan nilai ekonomi tinggi
maka wilayah pesisir dihadapkan pada ancaman yang tinggi pula, maka hendaknya wilayah
pesisir ditangani secara khusus agar wilayah ini dapat dikelola secara berkelanjutan.
Peranan sumberdaya dan jasa pesisir dan laut diperkirakan akan semakin meningkat di masa
mendatang dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional sejalan dengan peningkatan
jumlah penduduk. Di Indonesia sendiri pada tahun 2017 laju pertumbuhan penduduknya sebesar
1,49% per tahun dengan jumlah penduduk mencapai 258 juta orang. Hal ini akan mendorong
meningkatnya permintaan terhadap kebutuhan sumberdaya dan jasa lingkungan. Sementara itu,
ketersediaan sumberdaya alam di darat semakin berkurang dan tidak lagi mencukupi, sehingga
pilihan kemudian diarahkan untuk memanfaatkan sumberdaya dan jasa pesisir dan laut untuk
mempertahankan dan sekaligus melanjutkan pertumbuhan yang ada. Indonesia merupakan
negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai sekitar 81.000
km serta sekitar dua pertiga wilayahnya berupa perairan (laut), Indonesia memiliki potensi
sumberdaya pesisir dan laut yang sangat besar.
Wilayah pesisir dan laut hingga pulau-pulau kecil di Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya
alam dan jasa lingkungan yang sangat potensial untuk pembangunan ekonomi. Kawasan pulau-
pulau kecil ini memiliki potensi pembangunan yang cukup besar karena didukung oleh adanya
ekosistem dengan produktivitas hayati tinggi. Karena itu wilayah pesisir dan laut merupakan
tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya di masa mendatang.
Pembangunan di pesisir dan laut yang merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat, tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan
laut. Di dalam aktivitas ini sering dilakukan perubahan-perubahan pada sumberdaya alam.
Perubahan-perubahan yang dilakukan tentunya akan memberikan pengaruh pada lingkungan
hidup. Makin tinggi laju pembangunan, makin tinggi pula tingkat pemanfaatan sumberdaya alam
dan makin besar perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup. Oleh karena itu,
dalam perencanaan pembangunan pada suatu sistem ekologi pesisir dan laut yang berimplikasi
pada perencanaan pemanfaatan sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidah-kaidah ekologis
yang berlaku untuk mengurangi dampak negatif yang merugikan bagi kelangsungan
pembangunan itu sendiri secara menyeluruh. Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam
pesisir dan laut perlu dipertimbangkan secara cermat dan terpadu dalam setiap perencanaan
pembangunan, agar dapat dicapai suatu pengembangan lingkungan hidup di pesisir dan laut
dalam lingkungan pembangunan.

1|Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu


Kompleksitas wilayah pesisir sebagai multiuse zone menuntut adanya upaya-upaya
pengelolaan secara terpadu dengan tahapan yang jelas. Pengelolaan Wilayah Pesisir secara
Terpadu (PWPT) sebenarnya merupakan satu upaya yang menyatukan antara pemerintahan
dengan komunitas, ilmu pengetahuan dengan manajemen, dan antara kepentingan sektoral
dengan kepentingan masyarakat dalam mempersiapkan dan melaksanakan perencanaan
terpadu bagi perlindungan dan pengembangan ekosistem pesisir dan sumberdayanya. Tujuan
akhir dari PWPT adalah meningkatkan kualitas hidup dari komunitas masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dari sumberdaya yang terkandung di wilayah pesisir dan pada saat
yang bersamaan juga menjaga keanekaragaman hayati dan produktifitas dari ekosistem pesisir
tersebut. Sehingga untuk mencapainya diperlukan suatu perencanaan yang komprehensif dan
realistis. Proses perencanaan suatu program pengelolaan serta kemudian implementasi dari apa
yang direncanakan tersebut merupakan satu siklus yang berkesinambungan.
KONSEP DASAR TEORITIS
Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Pengelolaan wilayah pesisir terpadu adalah proses
dinamis yang berjalan secara terus menerus dalam membuat keputusan tentang pemanfaatan,
pembangunan, dan perlindungan wilayah dan sumberdaya pesisir dan lautan. Bagian penting
dalam pengelolaan pesisir terpadu adalah perancangan proses kelembagaan untuk mencapai
harmonisasi dalam can yang dapat diterima secara politis (Cincin-Sain dan Knecht, 1998). Dilihat
dari definisinya, pengelolaan wilayah pesisir terpadu tampak sederhana, namun aplikasi
pelaksanaannya di lapangan sangat rumit karena meliputi proses 4 (empat) keterpaduan, yaitu:
keterpaduan perencanaan antarsektor secara horisontal dan secara vertikal, keterpaduan
ekosistem darat dan ekosistem laut, keterpaduan sains dan manajemen, dan keterpaduan antar
negara.
Dalam penelitiannya di 58 (lima puluh delapan) negara yang menyelenggarakan pengelolaan
wilayah pesisir terpadu, Cincin-Sain dan Knecht (1998) merangkum beberapa panduan umum
yang berlaku di seluruh negara tersebut, sebagai berikut:
1. Tujuan pengelolaan pesisir terpadu adalah untuk memandu arah pembangunan wilayah
pesisir supaya secara ekologis berkelanjutan.
2. Pengelolaan pesisir terpadu dipandu oleh prinsip-prinsip yang termuat dalam Deklarasi Rio
mengenai Lingkungan Hidup dan Pembangunan, dengan tekanan khusus pada prinsip
kesetaraan antargenerasi, prinsip kehati-hatian, dan prinsip pencemar membayar.
Pengelolaan pesisir terpadu bersifat menyeluruh (holistik) dan antardisiplin ilmu, terutama
sehubungan dengan ilmu dan kebijakan.
3. Fungsi pengelolaan pesisir terpadu yaitu memperkuat dan mengharmonisasi pengelolaan
sektoral di wilayah pesisir. Pengelolaan pesisir terpadu melestarikan dan melindungi
produktivitas dan keanekaragaman hayati ekosistem pesisir dan menjaga nilai-nilai
kenikmatan (amenity). Pengelolaan pesisir terpadu mempromosikan pembangunan ekonomi
yang rasional dan pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya pesisir dan lautan dan
memfasilitasi penyelesaian sengketa di wilayah pesisir.
4. lntegrasi Wilayah (Spotial lntegrotion)
Program pengelolaan pesisir terpadu meliputi seluruh wilayah pesisir dan dataran tinggi yang
dapat memberi dampak pada perairan dan sumberdaya pesisir dan menjangkau ke arah laut
sampai pada wilayah lautan yang dapat memberi dampak pada daratan diwilayah pesisir.
Program pengelolaan pesisir terpadu dapat juga meliputi keseluruhan lautan di bawah yurisdiksi

2|Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu


nasional (zona ekonomi eksklusif) yang pemerintah pusat memiliki tanggung-jawab untuk
mengurusnya, baik di bawah Konvensi Hukum Laut atau UNCLOS maupun UNCED.
5. Integrasi Horisontal dan Vertikal
Mengatasi permasalahan fragmentasi sektoral dan antarinstansi Pemerintah yang ada pada
usaha pengelolaan pesisir pada saat ini adalah merupakan tujuan utama program pengelolaan
pesisir terpadu. Mekanisme kelembagaan untuk koordinasi efektif di antara berbagai sektor yang
aktif di wilayah pesisir dan di antara berbagai tingkat pemerintahan yang beroperasi diwilayah
pesisir merupakan hal yang fundamental untuk memperkuat dan merasionalisasi proses
pengelolaan pesisir. Dari berbagai opsiyang tersedia, mekanisme koordinasi dan harmonisasi
harus disesuaikan agar sesuai dengan aspekaspek unik dari setiap pemerintah pusat tertentu.
6. Penggunaan llmu Pengetahuan
Oleh karena tingginya kompleksitas dan ketidakpastian yang berada di wilayah pesisir,
program pengelolaan pesisir terpadu hendaknya dibangun atas dasar ilmu pengetahuan (ilmu
alam dan ilmu sosial) yang tersedia. Teknik-teknik seperti analisis resiko, valuasi ekonomi,
analisis kerentanan, akuntansi sumberdaya, analisis biayamanfaat, dan monitoring berazaskan
outcome (hasil/keluaran) hendaknya sejauh mungkin dibangun dalam proses pengelolaan pesisir
terpadu.
Untuk memandu perencanaan program pengelolaan wilayah pesisir terpadu di Indonesia,
Departemen Kelautan dan Perikanan telah menentukan prinsip-prinsip dasar pengelolaan
wilayah pesisir terpadu yang diuraikan dalam Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir
Terpadu, seperti yang dikutip secara utuh di bawah ini. Prinsip-prinsip umum menguraikan
tentang kaidah keterpaduan perencanaan, desentralisasi pengelolaan, pembangunan
berkelaniutan, serta keterbukaan dan partisipasi masyarakat. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan
pesisir terpadu meliputi: keterpaduan; desentralisasi pengelolaan; pembangunan berkelanjutan;
keterbukaan dan peran serta masyarakat; dan kepastian hukum.
1. Prinsip Keterpaduan
a. Keterpaduan Perencanaan Sektor secara Horisontal adalah memadukan perencanaan dari
berbagai sektor, seperti sektor pertanian dan sektor konservasi yang berada di hulu, sektor
perikanan, sektor pariwisata, sektor perhubungan laut, sektor industri maritim, sektor
pertambangan lepas pantai, sektor konservasi laut, dan sektor pengembangan kota, yang
berada dalam satu tingkat pemerintahan yaitu kabupaten/kota, provinsi, atau pemerintah
pusat.
b. Keterpaduan Perencanaan secara Vertikal meliputi keterpaduan kebijakan dan perencanaan
mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, sampai tingkat nasionaUpusat.
c. Keterpaduan Ekosistem Darat dan Laut yaitu perencanaan pengelolaan pesisir terpadu
diprioritaskan dengan menggunakan kombinasi pendekatan batas ekologis, misalnya daerah
aliran sungai (DAS) dan wilayah administratif provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan
sebagai basis perencanaan; sehingga dampak dari suatu kegiatan di DAS, seperti kegiatan
pertanian dan industri, perlu diperhitungkan dalam pengelolaan pesisir.
d. Keterpaduan Sains dan Manajemen, pengelolaan pesisir terpadu perlu didasarkan pada
masukan (input) data dan informasi ilmiah yang absah untuk memberikan berbagai alternatif
dan rekomendasi bagi pengambil keputusan dengan mempertimbangkan kondisi,
karakteristik sosial-ekonomi-budaya, kelembagaan, dan biogeofisik lingkungan setempat.

3|Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu


e. Keterpaduan Antarnegara diperlukan dalam pengelolaan pesisir di wilayah perbatasan
negara tetangga, hal ini penting karena untuk mengintegrasikan kebijakan dan perencanaan
pemanfaatan sumberdaya pesisir masing-masing negara tersebut. Keterpaduan kebijakan
ataupun perencanaan antarnegara antara lain berupa pengendalian faktor-faktor penyebab
kerusakan sumberdaya pesisir yang bersifat lintas negara, seperti di pesisir antara Pulau
Batam dan Singapura.
2. Prinsip Desentralisasi Pengelolaan dan Penguatan Kelembagaan
Sejalan dengan otonomi daerah, kewenangan pengelolaan pesisir telah didesentralisasikan
kepada Pemerintah Daerah, sebagaimana diamanatkan dalam pasaf 10 uu No. 2211999 tentang
pemerintahan Daerah. Urusan pemerintahan yang didesentralisasikan tersebut meliputi bidang
eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan lau! tata ruang dan administrasi,
serta penegakan hukum di laut. Untuk itu, kemampuan kelembagaan perencanaan daerah dalam
mengembangkan perencanaan pengelolaan sumberdaya pesisir mereka perlu diperkuat.
3. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Tuiuan utama pengelolaan pesisir terpadu adalah untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pelaksanaan pembangunan nasional,
dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya pesisir dalam upaya memenuhi kebutuhan
tersebuf baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Oleh sebab itu, laju
pemanfaatan sumberdaya pesisir harus dilakukan kurang atau sama dengan iaju regenerasi
sumberdaya hayati atau laju inovasi untuk menemukan substitusi iumberdaya nirhayati di pesisir.
Dalam hal ketidakmampuan manusia mengantisipasi dampak lingkungan di pesisir akibat
berbagai aktivitas, malg setiap pemanfaatan harus dilakukan dengan hati-hati (precautionory
principles), selain mengantisipasi dampak negatifnya.
4. Prinsip Keterbukaan dan Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat
Keterbukaan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan akan memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk memahami bahwasanya perencanaan perundang-undangan
yang ditetapkan Pemerintah pada dasarnya adalah untuk kepentingan masyarakat. Prinsip ini
juga memberi kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berperan menyusun perencanaan,
melaksanakan, serta memantau sekaligus mengendalikan pelaksanaannya, sehingga
masyarakat pesisir meniadi lebih berdaya. Keterbukaan Pemerintah dalam menginformasikan
rumusan kebijakan dan rencana kegiatan akan memberi peluang kepada masyarakat untuk
berpartisipasi menyampaikan gagasan/persepsi, keberatan, usulan perubahan, ataupun gagasan
mereka lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir. Keterbukaan tersebut
iuga dapat menambah wawasan masyarakat tentang proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh Pemerintah.
Dengan demikian, kebijakan atau kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah dapat mengurangi
potensi konflik pemanfaatan atau konflik yurisdiksi yang muncul akibat penetapan kebijakan itu
sendiri. Oleh sebab itu, konsultasi publik yang melibatkan stakeholders utama sejak proses
perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap pengendalian adalah sesuatu yang sangat penting.
5. Prinsip Kepastian Hukum
Kepastian hukum merupakan prinsip utama dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan
yang bersih dan berwibawa. Masyarakat perlu mengetahui proses perumusan peraturan
perundang-undangan, mulai dari tahap inisiasi (prakarsa) sampai disahkannya peraturan
tersebut oleh lembaga legislatif. dontohnya, bagaimana, kapan, dan untuk apa undang-undang

4|Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu


tersebut diterapkan. Masyarakat iuga perlu mengetahui isi perundang-undangan tersebut,
misalnya obyek dan lingkup pengaturan, serta dampak pengaturan tersebut dalam kehidupan
mereka.
Kepastian hukum sangat penting untuk menentukan siapa yang mempunyai akses, hak
memiliki, dan memanfaatkan sumberdaya pesisir. Pemilikan dan penguasaan sumberdaya
tersebut dilindungi oleh negara dan diakui oleh sto&eholders lainnya. Dengan demikian, setiap
orang atau kelompok dapat mengelola pesisir secara terencana dan memiliki rasa kepemilikan
(stewardship), yang menjadi nilai dasar pelestarian tersebut. Kepastian hukum dapat
memberikan rasa keadilan dan keamanan pada masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
pemanfaatan sumberdaya pesisir tanpa intervensi pihak penguasa atau pengguna sumberdaya
dari daerah lain. Bagi dunia usaha, kepastian hukum memberikan jaminan keamanan investasi
jangka panjang serta mengurangi resiko berusaha. Sedangkan bagi Pemerintah Daerah,
kepastian hukum dapat menjamin konsistensi dan kebijakan pelaksanaan otonomi daerah secara
penuh dan bertanggung jawab.
Manfaat pengelolaan wilayah pesisir terpadu telah diuraikan dalam Pedoman Umum
Pengelolaan Wilayah Peisisir Terpadu oleh Departemen Kelautan dan Perikanan seperti dikutip
secara utuh dibawah ini. Manfaat pengelolaan wilayah pesisir terpadu menjelaskan keuntungan
langsung maupun manfaat tidak langsung yang dapat diperoleh apabila menerapkannya secara
konsisten. Manfaat program pengelolaan wilayah pesisir terpadu dapat diambil oleh berbagai
tingkat pemerintahan mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten lkota, hingga desa, baik
secara bersamaan maupun terpisah. Pelaksanaan program pengelolaan wilayah pesisir terpadu
yang konsisten serta sesuai dengan tujuan nasional dan daerah akan memberikan manfaat
langsung kepada masyarakat yang berperan serta. Misalnya, pelestarian atau rehabilitasi
terumbu karang dapat meningkatkan ketersediaan sumberdaya ikan, terutama yang bernilai
ekonomis penting serta mempunyai nilai tambah terhadap jasa lingkungannya sebagai lokasi
wisata bahari. Besarnya manfaat program pengelolaan wilayah pesisir terpadu tergantung pada
pandangan, persepsi, penilaian, dan tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat itu sendiri dalam
memanfaatkan sumberdaya pesisir. Manfaat keikutsertaan masyarakat di dalam program
pengelolaan wilayah pesisir terpadu, antara lain untuk:
a. Keberlanjutan sumberdaya pesisir, seperti sumberdaya ikan, mangrove, terumbu karang,
dan padang lamun;
b. Menghindari pencemaran dan melindungi kesehatan masyarakat;
c. Meningkatkan manfaat ekonomi yang diperoleh dari jasa lingkungan laut (pariwisata,
energi nirkonvensional, dan industri maritim);
d. Mengembangkan bioteknologi sumberdaya pesisir untuk produk farmasi, kosmetika,
squolene, dan sebagainya;
e. Mengembangkan sistem perekonomian yang berbasis pada masyarakat;
f. Mengembangkan kearifan lokal bagi kelestarian ekosistem pesisir.
Pengelolaan Pesisir Terpadu berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan
Nomor: Kep. 10/Men/2002 Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu
terdiri dari enam tahap meliputi:
1. Tahap inisiasi meliputi identifikasi permasalahan dan penetapan prioritas penanganan,
valuasi nilai lingkungan, penggalangan konsensus, pelaksanaan kampanye kepedulian
masyarakat, penyusunan strategi pesisir, dan pembangunan sistem informasi terpadu.

5|Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu


2. Tahap pengembangan mencakup pengumpulan data khususnya data sosial, ekonomi,
kelembagaan, biofisik dan teknologi dan penyusunan profil lingkungan pesisir, identifikasi
pemilikan dan pengusahaan sumberdaya pesisir, penyusunan rencana strategis pengelolaan
pesisir terpadu, pembuatan pemintakatan, penyusunan rencana pengelolaan dan rencana
aksi, penataan kelembagaan, analisis ekonomi proyek, dan peningkatan peranserta
masyarakat.
3. Tahap sertifikasi meliputi mekanisme hukum, persetujuan kepala daerah mengenai PPT,
penerangan ke masyarakat mengenai PPT daerah dan mengakomodir tanggapan, penaguan
Rencana PPT untuk disertifikasi instansi yang berwenang, pengesahan perda atas PPT yang
telah disertifikasi, serta mekanisme alokasi pembiayaan.
4. Tahap implementasi meliputi mekanisme koordinasi dan pelaksanaan program PPT,
pengawasan dan penegakan hukum, klarifikasi pemilikan dan pengusahaan sumberdaya
pesisir, penataan perizinan, riset dan pengembangan, pemberdayaan masyarakat,
pengembangan mata pencaharian alternatif, pen gelolaan berbasis masyarakat, pendidikan
dan penyadaran masyarakat.
5. Tahap pelembagaan meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi, revisi strategi dan rencana
aksi, dan penyempurnaan rencana PPT dan pemantapan kelembagaan untuk siklus kegiatan
PPT tahap berikutnya.
KRITIK
Dalam penelitian pada jurnal berjudul “Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Pulau Enggano
Secara Terpadu dan Berkelanjutan” yang ditulis oleh Parpen Siregar sudah menjelaskan bahwa
Pulau Enggano memiliki potensi sumberdaya pesisir yang variatif dan melimpah namun masih
terdapat berbagai permasalahan dalam pengembangan dan pengelolaan wilayah pesisirnya
serta strategi dan kebijakan dalam mengatasi permasalahan tersebut.Pulau Enggano sendiri
memiliki potensi di bidang pesisir dan laut berupa perikanan laut, terumbu karang, padang lamun,
hutan mangrove, serta pariwisata dan bahari. Namun dengan potensi tersebut Pulau Enggano
memiliki berbagai permasalahan yaitu:
1. Kurang optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya dan jasa lingkungan di
wilayah pesisirnya,
2. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia dalam proses pengembangan dan
pengelolaan wilayah pesisir,
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai dalam menunjang pengembangan
wilayah pesisir,
4. Tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah dan belum merata,
5. Belum adanya kebijakan yang tepat, tidak adanya prioritas pembangunan, bahkan belum
ada kebijakan adanya penataan ruang wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, dan perairan
sekitarnya yang pasti
6. Minimnya teknologi informasi dan komunikasi di Pulau Enggano,
7. Belum tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen yang dikelola,
8. Ancaman kenaikan muka air laut (sea level rise),
9. Serta Pulau Enggano yang merupakan daerah rawan bencana alam.
Dengan berbagai potensi sumberdaya pesisir dan laut Pulau Enggano dan permasalahan
yang terjadi maka kebijakan pengelolaan dan pembangunan Pulau Enggano dilakukan melaului
pendekatan Co-Management dengan melibatkan unsur-unsur pemerintah (goverment based

6|Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu


management) baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang bekerja sama dengan
masyarakat lokal (community based management) dan investor (private sector) yang
berwawasan lingkungan. Pemanfaatan wilayah pesisir dan laut di Pulau Enggano harus dilakukan
secara terpadu dengan memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capasity) wilayah
tersebut. Kebijakan dan strategi pemerintah dalam perbaikan pengelolaan dan pengembangan
wilayah pesisir Pulau Enggano dapat dilakukan dengan cara yaitu :
1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia masyarakat pesisir.
2. Pengembangan pariwisata pantai dan bahari.
3. Optimalisasi pemanfaatan perikanan tangkap.
4. Konservasi ekosistem pesisir dan laut.
5. Peningkatan sarana dan prasarana berupa transportasi, pendidikan, kesehatan dan
penerangan.
Konsep pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan atau yang sering
disebut Integrated Coastal Zone Management (ICZM) merupakan suatu proses pengelolaan yang
kontinyu dan dinamis, serta dapat menyarankan peraturan, strategi dan kebijakan yang sesuai
untuk pengelolaan wilayahnya yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan di Pulau
Enggano. Selain itu, ICZM merupakan suatu konsep pengelolaan yang mampu meminimalisasi
biaya, kerusakan lingkungan serta mampu mengambil penggunaan yang paling efisien (Ramesh
dan Vel, 2011). Namun penelitian dalam jurnal terkait belum mampu menjelaskan permasalahan
yang ada secara rinci, kurangnya data dalam memvalidasi pernyataan yang ada, belum ada
identifikasi kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya, belum ada penjelasan
keterkaitan masalah tersebut satu sama lain, serta strategi dan kebijakan kurang efektif karena
hanya meneliti dengan satu pendekatan atau konsep. Maka dari itu lebih baik jika dalam
penelitian ini memadukan beberapa konsep pengembangan serta pengelolaan wilayah baik
daratan, pesisir maupun laut yang ditopang dengan data eksisiting.
LESSON LEARNED
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka lesson learned yang dapat diambil adalah
sebagai berikut.
1. Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Zone Management)
merupakan salah satu konsep pengelolaan wilayah pesisir yang diartikan sebagai sarana
pengelolaan holistik yang bekerja lintas sektor, lintas disiplin, dan dibatasi kelembagaan.
Konsep tersebut juga merupakan proses bertahap dan kontinyu untuk mencapai tujuan
dan sasaran dengan menggunakan keputusan tertentu yang membutuhkan keterpaduan
sumberdaya, penggunaan, permasalahan, dan sarana. Dengan tujuan akhir dari Konsep
Pengelolaan Kawasan Kepesisiran Secara Terpadu tersebut adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
2. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip keterpaduan; desentralisasi pengelolaan; pembangunan berkelanjutan;
keterbukaan dan peran serta masyarakat; dan kepastian hukum agar terciptanya
pembangunan berkelanjutan.
3. Dalam prinsip keterpaduan dalam pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu harus
memperhatikan aspek ekologis, aspek sektoral, disiplin ilmu, dan keterlibatan antar
stakeholder.

7|Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu


4. Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu memerlukan dukungan dari setiap kegiatan/sektor
yang berkembang di kawasan tersebut. Kegiatan/sektor ini akan mengindikasikan adanya
pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu. Kegiatan saling bersinergi tersebut
merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap pengelolaan kawasan pesisir secara
terpadu. Selain itu, kegiatan tersebut mencakup aspek ekologi, sosial, dan ekonomi
sehingga mampu memberikan dampak positif terhadap perkembangan kawasan pesisir
yang ada.
5. Kebijakan penataan wilayah pesisir dan laut sangat diperlukan dalam pengendalian dan
pemanfaatan sumberdaya yang ada di wilayah pesisir dan laut. Serta strategi atau
program pengelolaan dibutuhkan dalam optimalisasi pemanfaatan sumberdaya untuk
kesejahteraan masyarakat.
REKOMENDASI
Semakin meningkatnya pembangunan ekonomi di kawasan pesisir dan laut, semakin
meningkatkan pula ancaman terhadap degradasi ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut,
seperti eksploitasi lebih, degradasi habitat, penurunan keanekaragaman hayati; padahal
ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut menjadi tumpuan pembangunan nasional sebagai
sumber pertumbuhan baru. Karena itu, untuk dapat mempertahankan dan melindungi
keberadaan dan kualitas ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut yang bernilai ekologis dan
ekonomis penting, diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan yang berkelanjutan.
Perlindungan terhadap ekosistem dan sumberdaya tersebut di atas dari berbagai ancaman
degradasi merupakan suatu upaya pengelolaan berkelanjutan.
Sehingga konsep pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu seperti diuraikan di atas,
merupakan salah satu rekomendasi dalam mencapai pembangunan yang optimal dan
berkelanjutan. Konsep tersebut memberikan batas yang disesuaikan dengan kondisi teknologi
dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfir untuk
menerima dampak kegiatan manusia. Hal ini dilakukan agar segala pemanfaatan ekosistem
alamiah dapat sesuai dengan kapasitas fungsionalnya. Dengan kata lain, konsep pembangunan
berkelanjutan dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu harus memperhatikan aspek
ekologis, sosial-ekonomi-budaya, sosial politik, serta hukum dan kelembagaan yang dijalankan
secara beriringan.
Dalam pengembagan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut Pulau Enggano maka perlu
adanya identifikasi potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan dan kegiatan masyarakat
dalam optimalisasi pemanfaatan sumberdaya tersebut. Dan yang paling terpenting adalah
adanya perumusan dan penetapan kebijakan penataan ruang terkait wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil di Pulau Enggano agar terwujudnya pembangunan berkelanjutan dengan
memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Serta keterlibatan pihak terkait sangat
diperlukan baik masyarakat, pemerintah maupun pihak swasta dalam pengelolaan dan
pembangunan di Pulau Enggano.
DAFTAR PUSTAKA
Dietriech G. Bengen. 2001. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor
Hendrik B. Sompotan. 2016. Konsep Dasar Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Terpadu
Dan Berbasis Masyarakat. Jurnal Ilmu Hukum 3 (10) : 1-11

8|Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu


Siregar, Parpen. 2017. Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Pulau Enggano Secara Terpadu
Dan Berkelanjutan. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Wahyuningsih Darajati, dkk. 2004. Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS)
Waluyo, Adi. 2014. Permodelan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Secara
Terpadu Yang Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Pulau Raas Kabupaten Sumenep
Madura). Jurnal Kelautan 7 (2) : 75-85
Wening Yashinta, dkk. 2013. Pemahaman Masyarakat Lokal Terhadap Konsep Pengelolaan
Kawasan Kepesisiran Terpadu Di Kawasan Samas. Yogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada

9|Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu

Anda mungkin juga menyukai