Abstrak
Telah dilakukan penyelidikan geolistrik sebanyak dua belas titik pengukuran di Kertajati
Majalengka. Titik-titik penyelidikan tersebar di beberapa cekungan air tanah (CAT) yang berada
disekitar Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka yaitu CAT Majalengka dan CAT Indramayu.
Titik-titik penyelidikan geolistrik itu adalah MJL-01, MJL-02, MJL-03, MJL-04, MJL-05, MJL-06,
MJL-07, MJL-08, MJL-09, MJL-10, MJL-11 dan MJL-12. Hasil inversi geolistrik menunjukkan
bahwa nilai resistivitas di lokasi penelitian berada pada rentang 1 – 235 Ω݉ . Lapisan dengan
rentang nilai 1 – 30 Ω݉ diduga sebagai lapisan yang berpotensi sebagai akuifer dengan litologi
berupa pasir dan pasir lempungan. Keberadaan lapisan akuifer ini berada pada kedalaman 3 – 150
meter. Berdasarkan pemodelan 3D lapisan ini tersebar merata diseluruh titik-titik pengukuran
geolistrik di lokasi penelitian.
Kata Kunci : Cekungan Air Tanah, Akuifer, Geolistrik Resistivitas, Konfigurasi Schlumberger
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Akuifer
Airtanah adalah air yang terdapat di
bawah permukaan tanah, pada suatu lapisan
pembawa air yang disebut akuifer (Freeze & Gambar 2. Hasil inversi titik MJL-01
Chaerry, 1979). Keberadaan dan potensi
Tabel 1. Hasil Inversi Titik MJL-01
airtanah tergantung dari sifat fisik akuifer
khususnya dalam meluluskan air. Layer Depth
Rho
Index from to Litologi
- (ߗ݉ )
(m) (m)
etode Penelitian Layer 1 0 - 0,75 141 Tanah Penutup
Penelitian dilakukan dengan Layer 2 0,75 - 2 13,6 Tanah Penutup
pengambilan data secara langsung (primer). Layer 3 3 - 5,35 31,1 Batupasir
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 - Layer 4 5,35 - 14,3 14,1 Batulempung
18 November 2015. Daerah penelitian adalah Layer 5 14,3 - 38,2 33,9 Batupasir
Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Layer 6 38,2 - 102 4,71 Batulempung
Provinsi Jawabarat. Alat geolistrik resistivitas Batupasir
Layer 7 102 - 150 233
yang digunakan jenis GL-4100 Earth
Resistivity Instrument Resistivity Meter. Pada
Titik MJL-02
penelitian ini dipilih metode Schlumbergerr
karena metode ini memiliki detail vertikal
yang baik untuk sounding, sehingga metode
ini bisa memberikan informasi yang cukup
untuk informasi nilai resistivitas fungsi
kedalaman yang baik. Pengukuran dilakukan
di dua belas titik. Setelah diperoleh data yang
diperlukan, maka dilakukan pengolahan
data.Untuk mengolah data geolistrik
diperlukan software Ipi2Win. Ipi2Win adalah
program komputer yang secara automatis Gambar 3. Hasil inversi titik MJL-02
menentukan model resistivitas bawah
permukaan dari data hasil survey geolistrik Tabel 2. Hasil Inversi Titik MJL-02
resistivitas. Setelah pengolahan data Layer Depth
Rho
menggunakan software Ipi2Win selesai Index from to (ߗ݉ )
Litologi
-
dilanjutkan pengolahan data menggunakan (m) (m)
software RockWorks 15 digunakan untuk Layer 1 0 - 2,92 1,23 Tanah Penutup
mendapatkan Visualisasi model 3D serta area- Layer 2 2,92 - 6,13 5,19 Batulempung
area yang berpotensi akuifer. Layer 3 6,13 - 13,4 0,543 Batulempung
Layer 4 13,4 - 40 133 Batupasir
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Tabel 3. Hasil Inversi Titik MJL-03 Gambar 6. Hasil inversi titik MJL-05
Layer Depth
Rho
Index from to Litologi Tabel 5. Hasil Inversi Titik MJL-05
- (ߗ݉ )
(m) (m) Layer Depth
Rho
Layer 1 0 - 0,75 45,3 Tanah Penutup Index from to Litologi
- (ߗ݉ )
Layer 2 0,75 - 2,29 8,27 Tanah Penutup (m) (m)
Layer 3 2,29 - 71,3 13,3 Batulempung Layer 1 0 - 0,75 53,7 Tanah Penutup
Layer 4 71,3 - 150 2474 Batupasir Layer 2 0,75 - 1,63 0,305 Batupasir
Layer 3 1,63 - 4,45 15,1 Batulempung
Layer 4 4,45 - 13,4 0,356 Batulempung
Titik MJL-04 Layer 5 13,4 - 150 6,69 Batupasir
Titik MJL-06
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Titik MJL-10
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Tabel 11. Hasil Inversi Titik MJL-11 Gambar 14. Multilog profile area penelitian
Layer Depth
Rho
Index from to Litologi
- (ߗ݉ )
(m) (m)
Layer 1 0 - 0,75 5,47 Tanah Penutup
Layer 2 0,75 - 7,67 8,3 Batulempung
Layer 3 7,67 - 22,5 33,1 Batupasir
Layer 4 22,5 - 150 10,3 Batulempung
Titik MJL-12
Layer Depth
Rho Gambar 16. Solid Model area penelitian
Index from to Litologi
- (ߗ݉ )
(m) (m)
Layer 1 0 - 0,75 4,58 Tanah Penutup
Layer 2 0,75 - 1,91 42,3 Tanah Penutup
Layer 3 1,91 - 5,04 0,72 Batulempung
Layer 4 5,04 - 14,9 32,6 Batupasir
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Pada titik MJL-01 Keberadaan lapisan debit, dan storativitas serta transmitivitas air
akuifer pada titik ini diperkirakan berada pada tanah di area penelitian.
lapisan yang berada pada rentang kedalaman Akuifer pada lokasi penelitian
5.35 – 14.3 m yang secara litologi diduga merupakan akuifer dangkal dan akuifer dalam
sebagai lapisan pasir lempungan. Pada titik yang saling berhubungan. Berdasarkan
MJL-02 Keberadaan akuifer pada titik ini rekonstruksi penampang geolistrik di atas
diperkirakan berada pada lapisan yang berada dapat disimpulkan bahwa sistem akuifer di
pada rentang kedalaman 13.4 – 40 m. Pada lokasi penyelidikan terdiri atas Akuifer Tidak
titik MJL-03 Keberadaan akuifer pada titik ini Tertekan dan Tertekan Multi Layer; dengan
diperkirakan berada pada lapisan yang tebal akuifer berkisar antara 0.5 – 5.2 m
terletak pada rentang kedalaman 2.29 – 71.3 dengan kedalaman akuifer Tidak Tertekan
m. Titik MJL-04 keberadaan akuifer pada titik berkisar antara 8 - 18 m bmt (di bawah muka
ini diperkirakan berada pada lapisan yang tanah setempat) sedangkan Kedalaman
berada pada rentang kedalaman 4.58 – 9.49 akuifer Tertekan > 30 m bmt. Pada bagian
m. Pada titik MJL-05 Keberadaan akuifer atas atau permukaan, didominasi oleh adanya
pada titik ini diperkirakan berada pada lapisan lempung atau lumpur yang menutupi sebagian
yang berada pada rentang kedalaman 13.4 – besar lapisan akuifer dangkal. Akuifer di
150 m. Titik MJL-06 Keberadaan akuifer lokasi penelitian berada pada kedalaman dari
pada titik ini diperkirakan berada pada lapisan 3 meter sampai 150 meter (penetrasi
pada kedalaman 1.95 – 19.9 m. Pada titik pengukuran terdalam) dan merupakan akuifer
MJL-07 Keberadaan akuifer pada titik ini yang menerus dari bagian permukaan dan
diperkirakan berada pada lapisan pada rentang mengisis akuifer dalam. Pada lokasi
kedalaman 4.99 – 23.1 m. Pada titik MJL-09 penelitian, sangat disarankan untuk
Keberadaan akuifer pada titik ini diperkirakan melakukan imbuhan dengan menggunakan
berada di lapisan pada rentang kedalaman sumur resapan dangkal karena akuifer
4.97 – 16.8 m. Titik MJL-10 Keberadaan dangkal yang ada di kawasan ini merupakan
akuifer pada titik ini diperkirakan berada pada sumber imbuhan bagi akuifer dalam di
rentang kedalaman 4.1 – 11.7 m. Pada titik sekungan Indramayu. Ketebalan pasir yang
MJL-11 Keberadaan akuifer pada titik ini ada di lokapi penyelidikan cukup besar
diperkirakan berada rentang kedalaman 4.1 – sehingga mampu mensuplai akir tanah ke hilir
11.7 m. Pada titik MJL-12 Keberadaan dengan baik, namun hal ini terhalang karena
akuifer pada titik ini diperkirakan berada pada terdapat lapisan lempung di bagian
pada kedalaman 5.04 – 14.9 m. permukaan.
Keberadaan akuifer ini diperkirakan
terdapat pada satuan litologi pasir dan pasir
Kesimpulan
lempungan. Dimana kedua jenis litologi ini
Hasil inversi geolistrik menunjukkan bahwa
memiliki nilai porositas dan permeabilitas
nilai resistivitas di lokasi penelitian berada
yang baik. Rongga-rongga dalam pasir dan
pasir lempungan kemudian diisi oleh fluida pada rentang 1 – 235 Ω݉ . Lapisan dengan
air. Berdasarkan pemodelan 3D menggunakan rentang nilai 1 – 30 Ω݉ diduga sebagai
software Rockworks 15 keberadaan akuifer lapisan yang berpotensi sebagai akuifer
tersebar hampir di seluruh area penelitian, hal dengan litologi berupa pasir dan pasir
ini menandakan hampir seluruh area lempungan. Keberadaan lapisan akuifer ini
penelitian memiliki prospek air tanah yang berada pada kedalaman 3 – 150 meter.
baik, meskipun penelitian lebih lanjut Berdasarkan pemodelan 3D lapisan ini
sangatlah diperlukan guna mendapatkan hasil
yang lebih maksimal mengenai total volume,
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Pustaka
Dahlin T. (1993). On the automation of 2D
resistivity surveying for engineering and
environmental applications. (Ph.D. Thesis).
Lund University.
Dahlin T. (1996). 2D resistivity surveying for
environmental and engineering applications.
First Break 14(7) hlm.275-283.
Djuri, 1995. Peta geologi lembar Arjawinangun,
Skala 1 : 100.000. Puslitbang Geologi –
Bandung.
Freeze, R.A., and Cherry, J.A., 1979.
Groundwater. 604 pp. New Jersey. Prentice
Hall, Inc.
Ikard, J Scott. (2013). Geoelectric Monitoring Of
Seepage In Porous Media With Engineering
Applications To Earthen Dams. (Tesis).
Colorado School of Mines.
Mandel & Shiftan, 1981. Groundwater
Resources: Development and Management,
Academic Press. 2
Modul. (2002). Pelatihan dan Pengukuran Dasar
Metode Geofifika ITB. Bandung:
Laboratorium Fisika Bumi Institut Teknologi
Bandung.
Pusat Lingkungan Geologi. 2007. Petunjuk
Teknis Penentuan Batas Cekungan
Airtanah. Badan Geologi Kementerian
ESDM RI.
Sjodahl, Pontus. (2006). Resistivity Investigation
And Monitoring For Detection Of Internal
Erosion And Anomalous Seepage In
Embankment Dams. (Disertasi). Faculty of
Engineering, Lund University.
Telford, W.M., Geldart, L.P., dan Sheriff, R.E.
(1990). Applied geophysics. New
York:Cambridge University Press.
Todd, D.K., 1980. Ground Water Hydrology.
2nd ed. John Wiley & Sons, Inc., New
York, NY.
Tóth, J., 1963. A theoretical analysis of
groundwater flow in small drainage basins.
Journal of Geophysical Research. v.68. p.
211-222.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”