Anda di halaman 1dari 7

NAME : NURAFIFAH

NIM : 02154022

PRODI : TBI 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Nama Kmpus Institut Pariwisata Makassar (IPM)


Mata Kuliah Bahasa Inggris
Pengaplikasian Simple Past Tense dalam menjelaskan
Materi Pokok
Sejarah Benteng Fort Rotterdam
Semester 2 (Dua)
Memahami penggunaan Simple Past Tense dalam
Standar
menjelaskan Sejarah Benteng Fort Rotterdam dengan
Kompetensi
menggunakan bahasa inggris.
Mengidentifikasi sejarah Benteng Fort Rotterdam dan
Kompetensi mampu menjelaskan kepada pengunjung dengan
Dasar menggunakan metode penggunaan Simple Past Tense
dengan menggunakan bahasa inggris.
Alokasi Waktu 2 x 50 Menit

A. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mengerti penggunaan Simple Past Tense

2. Mahasiswa dapat menjelaskan sejarah Benteng Fort Rotterdam dengan


melihat gambar yang diperlihatkan oleh Dosen dengan menggunakan
simple past.
B. Materi Pembelajaran
1. Penjelasan Simple Past Tense
2. Sejarah Benteng Fort Rotterdam

Materi:

1. Simple Past Tense


a) Pengertian
Simple Past Tense Adalah suatu bentuk kata kerja untuk menunjukkan
suatu kejadian yang terjadi dimasa lampau. Waktu kejadiannya seperti:
one year ago, yesterday, two days a gow, last week, last year dan
sebagainya.

b) Rumus
Rumus Positive, Negative dan Introgative Simple Past Tense
Jenis Kalimat Rumus

Positive
S+V2+O+Adv
(+)

Negative
S+DID+NOT+Vbi(bere infinitive)+O +Adv
(-)

Introgative
DID+S+Vbi+O+ Adv?
(?)

2. Sejarah Benteng Fort Rotterdam


Benteng ini merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Gowa, dan
benteng ini adalah saksi sejarah pada masa lampau. Kesultanan ini pernah
Berjaya sekitar abad ke-17 dengan ibu kota Makassar. Kesultanan ini
sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang mengitari seluruh ibu kota.
Hanya saja, Benteng Fort Rotterdam merupakan benteng paling megah
diantara benteng benteng lainnya dan keasliannya masih terpelihara hingga
kini. Benteng ini dibangun tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-X yang bernama
Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalangga
Ulaweng. Pada awalnya bentuk benteng ini adalah segi empat, seperti
halnya arsitektur benteng gaya Portugis. Bahan dasarnya campuran batu dan
dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Pada tanggal 9 Agustus 1634,
Sultan Gowa ke-XIV (I Mangerangi Daeng Manrabbia, dengan gelar Sultan
Alauddin) membuat dinding tembok dengan batu padas hitam yang
didatangkan dari daerah Maros. Pada tanggal 23 Juni 1635, dibangun lagi
dinding tembok kedua dekat pintu gerbang. Benteng ini pernah hancur pada
masa penjajahan Belanda. Belanda pernah menyerang Kesultanan Gowa
yang saat itu dipimpin Sultan Hasanuddin, yaitu antara tahun 1655 hingga
tahun 1669. Tujuan penyerbuan Belanda ini untuk menguasai jalur
perdagangan rempah rempah dan memperluas sayap kekuasaan untuk
memudahkan mereka membuka jalur ke Banda dan Maluku. Armada perang
Belanda pada waktu itu dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis
Janszoon Speelman. Selama satu tahun penuh Kesultanan Gowa diserang,
serangan ini pula yang mengakibatkan sebagian benteng hancur. Akibat
kekalahan ini Sultan Gowa dipaksa untuk menandatangani Perjanjian
Bongaya pada tanggal 18 November 1667. Gubernur Jendral Speelman
kemudian membangun kembali benteng yang sebagian hancur dengan
model arsitektur Belanda. Bentuk benteng yang tadinya berbentuk segi
empat dengan empat bastion, ditambahkan satu bastion lagi di sisi barat.
Nama benteng kemudian dinamakan Fort Rotterdam, yang merupakan nama
tempat kelahiran Speelman. Sejak saat itu Benteng Fort Rotterdam berfungsi
sebagai pusat perdagangan dan penimbunan hasil bumi dan rempah rempah
sekaligus pusat pemerintahan Belanda di wilayah Timur Nusantara
(Indonesia).
Arsitektur Benteng yaitu dinding benteng ini kokoh menjulang setinggi 5
meter dengantebal dinding sekitar 2 meter, dengan pintu utama berukuran
kecil. Jika dilihat dari udara benteng ini berbentuk segi lima seperti penyu
yang hendak masuk kedalam pantai. Karena benteng ini bentuknya mirip
penyu, kadang juga benteng ini juga dinamakan Benteng Panynyua (Penyu).
Benteng ini mempunyai 5 Bastion, yaitu bangunan yang lebih kokoh dan
posisinya lebih tinggi di setiap sudut benteng yang biasanya ditempatkan
kanon atau meriam diatasnya.
Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng serta
museum Lagaligo adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran
Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa.
Perang Diponegoro yg berkobar diantara tahun 1825-1830 berakhir dengan
dijebaknya Pangeran Diponegoro oleh Belanda saat mengikuti perundingan
damai. Pangeran Diponegoro kemudian ditangkap dan dibuang ke Menado,
lantas tahun 1834 ia dipindahkan ke Fort Rotterdam. di Benteng in juga
Terdapat Meseum La Galigo yang menyimpan kurang lebih 4.999 koleksi.
Koleksi tersebut meliputi koleksi prasejarah, numismatic, keramik asing,
sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi Etnografi ini terdiri dari berbagai jenis
hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan
digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar, da Toraja. Saat ini, selain
sebagai tempat wisata bersejarah, Benteng ini juga dijadikan sebagai pusat
kebudayaan Sulawesi Selatan.

C. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab, peraktek dan tugas.

D. Alat dan Sumber Pembelajaran


1. Slide Powerpoint
2. Laptop, proyektor, LCD
3. Paper
4. Buku – buku yang relevan
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan
 Apresiasi dan Motovasi
 Dosen memulai pembelajaran dengan pertanyaan umum dengan
santai seperti bertanya tentang kabar ataupun kegiatan apa saja
yang dilakukan mahasiswa sebelum memulai pembelajaran
 Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran agar mahasiswa dapat
mengerti tentang apa yang ingin dicapai untuk satu semester
kedepannya
 Dosen memberikan motivasi pembelajaran yang berkaitan dengan
materi
 Menanyakan kepada mahasiswa tentang beberapa hal yang
menyangkut tentang simple past tense dan sejarah benteng fort
rotterdam.

2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
 Dosen menjelaskan tentang penggunaan simple past tense dan
memberikan contoh dengan menggunakan powrt point
 Setelah mahasiswa mengerti tentang penggunaan simple present
tense, selanjutnya dosen membagikan paper yang berisi gambar
benteng rotterdam
 Dosen menginstruksi mahasiswa untuk memperhatikan paper
yang diberikan kemudian dosen menjelaskan sedikit tentang
benteng
 Dosen mengharuskan mahasiswa terlibatkan secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran seperti bertanya ataumun
mengemukakan pendapat.
 Elaborasi
 Dosen menginstruksi mahasiswa tentang apa yang selanjutnya
akan dikerjakan
 Dosen kembali menginstrksi siswa untuk mencari tentang
benteng rotterdam melalui sumber terkait seperti buku, internet
dan lain-lain
 Mahasiswa diminta untuk menjelaskan tentang sejarah benteng
fort rotterdam denggan menggunakan metode simple past tense
dengan menggunakan bahasa inggris
 Mahasiswa diminta maju didepan para mahasiswa lain untuk
menceritakan sejarah benteng rotterdam dengan menggunakan
metode simple past tense
 Dosen membuka diskusi umum antar mahasiswa untuk
mengembangkan pengetahuan mereka terkait benteng
rotterdam.

 Konfirmasi
 Dosen memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bertanya
tentang hal yang belum diketahui mengenai simple past tense
dan benteng rotterdam
 Dosen membenarkan penggunaan simple past tense mahasiswa
dalam menceritakan sejarah benteng rotterdam
 Dosen memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
memperbaiki kesalahan masing-masing dengan memberikan
tugas untuk minggu pembelajaran selanjutnya.

3. Kegiatan Penutup
 Menarik kesimpulan tentang pembelajaran simple past tense dan
sejarah benteng rotterdam
 Dosen memberikan saran kepada mahsiswa untuk memperbaiki
kesalahan mereka
 Dosen memberukan motivasi bagi mahasiswa untuk terus belajar
dan dalam meningkatkan kemampuan mereka
 Dosen menutup proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai