Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENYULUHAN DONOR DARAH DI DESA


PLOSOREJO MATESIH

AKADEMI PEREKAM MEDIK DAN INFORMATIKA KESEHATAN


MITRA HUSADA KARANGANYAR
TAHUN 2010
HALAMAN PENGESAHAN

1 Judul :

2 Bidang Penelitian :
3 Ketua Tim Pengusul :
a. Nama Lengkap :
b. Jenis Kelamin :
c. NIK :
d. Disiplin Ilmu :
e. Pangkat/Golongan :
f. Jabatan :
g. Fakultas/ Jurusan :
h. Alamat :
i. Telpon/Faks/E-mail :

j. Alamat rumah :
k. Telpon/E-mail :
4 Jumlah Anggota :
Nama :
5 Lokasi Peneliti :
6 Jumlah Biaya yang :
diusulkan
Karanganyar,

Mengetahui, Ketua Peneliti,


Direktur APIKES Mitra
Husada

dr Rano Indradi Sudra, M.Kes


0141219650320041
Mengetahui,
Ketua LP2M Mitra Husada Karanganyar

(dr Putu Suriyasa, SPOK)


Kata Pengantar
Tiada kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah SWT,
yang mana dengan limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan laporan pengabdian kepada masyarakat ini tepat pada
waktunya.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela
mempetaruhkan harta, jiwa dan raganya untuk membawa umat manusia dari dunia
kegelapan menuju dunia yang terang benderang dan penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Tim penulis menyadari peyusunan laporan ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan maka berpegang dari itu semua saya sangat mengharapkan adanya
saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca pada umumnya dan dosen
bidang studi pada khususnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua.

Penulis
Daftar Isi

Halaman Depan
...............................................................................................................
Halaman Pengesahan
...............................................................................................................
Kata Pengantar
...............................................................................................................
Daftar isi
...............................................................................................................
...............................................................................................................
Bab I Pendahuluan
...............................................................................................................
...............................................................................................................
A.Analisis Situasi
...............................................................................................................
B.Rumusan
...............................................................................................................

C.Tujuan
...............................................................................................................

D.Manfaat
...............................................................................................................
Bab II Tinjauan Pustaka
...............................................................................................................

Bab III Metode Kegiatan


...............................................................................................................

A. Kerangka pemecahan masalah


...............................................................................................................
B. Objek dan subyek
...............................................................................................................
C. Metode kegiatan
...............................................................................................................
Bab IV Hasil dan Pembahasan
...............................................................................................................
Bab V Penutup
...............................................................................................................
Kesimpulan
...............................................................................................................
Saran
...............................................................................................................
Daftar Pustaka
...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi
Darah merupakan salah satu komponen paling penting yang ada dalam
tubuh, mengingat fungsinya sebagai alat transportasi. Kekurangan darah di
dalam tubuh dapat memacu sejumlah penyakit dimulai dari anemia, hipotensi,
serangan jantung, dan beberapa penyakit lainnya. Beberapa kasus lain seperti
kecelakaan dan proses melahirkan juga merupakan penyebab seseorang
mengalami kekurangan darah akibat pendarahan hebat. Kondisi ini tentu
menuntut instansi yang terkait, seperti PMI dan rumah sakit, untuk selalu
memiliki persediaan darah yang mencukupi. Namun ironisnya tak jarang kita
temukan kasus kurangnya kantong darah di rumah sakit sementara kebutuhan
akan darah terus meningkat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Peserta memahami tentang donor darah, manfaat, dan efek samping dari
donor darah
2. Peserta mengetahui tata cara dan syarat-syarat untuk mendonorkan darah.
3. Peserta mengetahui manfaat donor darah baik bagi dirinya pribadi,
masyarakat (warga Kelurahan Karanganyar), maupun orang lain yang
membutuhkan darah.
4. Menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa kegiatan donor darah
merupakan salah satu wujud kepedulian sosial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Donor Darah
Donor darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis
darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Donor darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah
besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ
pembentuk sel darah merah (Depkes RI, 2009).
Donor darah secara sederhana adalah penderma darah atau orang yang
menyumbangkan darahnya untuk menolong orang lain yang memerlukannya.
Pemberian darah yang ada pada tubuh manusia kepada orang lain sangat
bermanfaat bagi kesehatan penerimanya (Depdiknas, 2007).
Aktivitas donor darah merupakan kewajiban setiap masyarakat sebagai
wujud kepedulian terhadap orang lain. Banyak orang yang tidak tahu tentang
manfaat donor darah bagi kesehatan. Bahkan ada juga orang enggan
mendonorkan darah karena khawatir terhadap efek samping yang
ditimbulkannya. Padahal dengan melakukan donor darah, maka sel-sel darah
di dalam tubuh menjadi lebih cepat terganti dengan yang baru. Apabila
mendonorkan darah tiga bulan sekali, maka kesehatan tubuh tetap terjaga. Selain
bermanfaat untuk membantu orang lain, donor darah juga membuat tubuh kita
menjadi lebih sehat (Depkes RI, 2009).
B. Pendonor Darah Sukarela
1. Pengertian Pendonor Darah Sukarela
Pendonor darah sukarela adalah orang yang dan bisa memberi bagian
dari tubuhnya untuk orang lain. Penyelenggaraan transfusi darah
dilaksanakan atas satu tujuan kemanusiaan dan pada dasarnya kegiatan
donor darah adalah untuk menyediakan suplai darah bagi mereka yang
membutuhkannya. Meningkatkan kesadaran tentang keselamatan darah
dan pentingnya donor sukarela yang akan menjadi fokus dari World Health
Organisasi CITES (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan data WHO (2008) sekitar 75 juta unit darah di dunia
dikumpulkan setiap tahun, tetapi hanya 53% dari yang sukarela,
nonpaid donor. Sekitar 18 unit milhon tidak diuji untuk transfusi-jangkit
infeksi; WHO mengatakan bahwa di antara 5% dan 10% dari kasus infeksi
HIV disebabkan oleh transfusi dari kejangkitan darah dan produk darah.
WHO berharap menggunakan hari untuk mendorong pemerintah dan
kebijakan untuk mencapai pasokan darah yang aman.
Motif yang biasanya melatari orang mendonorkan darahnya antara lain
misi sosial atau menolong keluarga. Dari motif-motif tersebut, pendonor
terbaik adalah mereka yang menyumbangkan darahnya secara rutin dan
berkesinambungan secara sukarela yaitu sekali dalam tiga bulan.
2. Jenis-jenis Pendonor Darah Sukarela
Menurut Aziz (2000) bahwa masyarakat yang mendonorkan darahnya,
dapat dibedakan berdasarkan kriteria pendonor darah sebagai berikut :
a. Donor Keluarga atau pengganti
Pada sistem ini darah yang dibutuhkan pasien dicukupi oleh donor dari
keluarga atau kerabat pasien. Biasanya pasien diminta untuk
menyumbangkan darahnya, dan donor tidak dibayar oleh unit transfusi
darah (UTD) atau Rumah Sakit, tetapi mereka mungkin diberi uang atau
bayaran dalam bentuk lain oleh keluarga pasien.
b. Donor Komersial
Donor menerima uang atau hadiah untuk darah yang disumbangkan
bahkan mungkin mereka telah memiliki kontrak.
c. Donor Sukarela
Adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah
lainnya atas kerelaan sendiri dan tidak menerima uang tau bentuk
pembayaran lainnya, mereka hanya membantu penerima darah yang
mereka tidak kenal dan tidak menerima suatu keuntungan.
Donor ini tidak dibayar, karena niat si pendonor untuk menolong si
pasien itu sendiri (Depkes RI, 2009). Hal-hal yang biasanya tidak
dipandang sebagai pembayaran atau pengganti uang antara lain :
1) Tanda jasa atau penghargaan sederhana, seperti badge atau sertifikat
yang tidak memiliki nilai komersil.
2) Pengganti biaya perjalanan secara khusus harus dilaksanakan dalam
rangka menyumbangan darah
3) Pemberian makanan ringan sebelum, selama atau setelah
menyumbangkan darah.
C. Manfaat Pendonor Darah Sukarela
Menurut Contreras (1995), beberapa keuntungan yang dimiliki donor
sukarela dibanding dengan jenis donor lain, yaitu :
a. Donor sukarela tidak dalam tekanan untuk menyumbangkan darah, oleh
karena itu cenderung lebih memenuhi syarat sebagai donor darah resiko
rendah.
b. Donor sukarela bersedia menyumbangkan darah secara teratur, sangat
penting untuk menjaga kecukupan persediaan darah.
c. Donor teratur cenderung lebih bebas dari infeksi yang dapat ditularkan
melalui transfusi, karena mereka sadar akan pentingnya keamanan darah
dan diperiksa setiap mereka menyumbangkan darah.
d. Donor sukarela cenderung lebih tanggap terhadap himbauan untuk
menyumbangkan darah pada keadaan darurat, karena mereka telah
menunjukkan kepedulian terhadap donasi darah.
Menurut pendapat Munandar (2008), bahwa alasan masyarakat
melakukan transfusi darah adalah sebagai berikut :
a. Donor darah membuat orang menjadi lebih memperhatikan kesehatannya.
Seseorang yang akan donor darah dan setelahnya akan selalu memperhatikan
perkembangan kesehatan dirinya.
b. Donor darah membuat bahagia. Ketika pendonor berhasil mendonorkan
darahnya, maka yang ada dalam pikirannya adalah rasa bahagia karena bisa
melakukan sesuatu untuk orang lain yang sedang membutuhkan.
c. Donor darah menambah ilmu kesehatan. Orang yang akan donor, sering
menunggu dan membaca artikel kesehatan, sehingga menambah khazanah
ilmu kesehatannya.
d. Donor darah adalah silaturahmi dengan banyak orang, paramedis dan
dokter. Pertemuan ini membuat terjadi saling tukar pengalaman tentang
kesehatan.
e. Donor darah membuat metabolisme sumsum tulang menjadi lebih aktif
f. Donor darah membantu diet overweight. Banyak orang yang bingung
ketika tubuhnya kegemukan. Darah 3 00cc bila dihitung kalorinya, bisa
setara ribuan kalori. Bila setiap 3 bulan sekali diambil 300cc, maka ada
pengurangan kalori yang signifikan dan alami.
g. Donor darah mengaktifkan titik akupunktur. Daerah volvair lengan yang
menjadi area tusuk pada waktu donor merupakan area padat titik
akupunktur. Tusukan pada daerah itu secara acak pun berpotensi
mengaktifkan simpul syaraf atau limpha yang memengaruhi tubuh secara
positif.
h. Donor darah menyehatkan tubuh dengan mekanisme totok darah.
Pengambilan darah pada saat donor bisa merupakan pengaktifan
mekanisme totok. Banyak orang yang merasa lebih enak setelah donor.
i. Donor darah membuat orang berpikir positif. Pendonor tidak pernah
berpikir untuk siapa darahnya. Semua diikhlaskan untuk orang yang
memerlukan. Pikiran positif ini membangun hati seseorang dan membuat
seseorang selalu berpikiran positif.
j. Donor darah merupakan perbuatan kemanusiaan bagi sesama. Pendonor
darah adalah orang yang mau dan bisa memberi bagian dari tubuhnya
untuk orang lain. Pahala tertinggi diberikan Tuhan bagi orang bersedekah
paling banyak, bukan diukur dari jumlahnya tetapi berapa persen dari yang
dimilikinya.
Menurut Trevor J. Cobain (2004), ketersediaan pendonor darah potensial
terus meningkat. Terdapat beberapa komponen darah yang hilang sepanjang
rangkaian produksi dari perekrutan donor, kehadiran, dan pendarahan yang
dialami pendonor, proses produksi. Dibutuhkan persyaratan dan potensial
untuk meningkatkan ketersediaan produk dengan strategi rekrutmen yang
lebih baik, metode produksi, inventori manjemen, dan seleksi penerima.
D. Syarat-syarat Menjadi Pendonor Darah Sukarela
Pendonor darah harus terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kesehatan,
baik pengukuran tekanan darah, golongan darah, HB mau pun konsultasi medis.
Sebagian calon pendonor mungkin berkeinginan untuk mendonorkan darahnya,
tapi itu semua tergantung dengan jalinan jodoh, sehingga ada yang memenuhi
persyaratan untuk mendonorkan darah dan ada yang terpaksa kecewa.
Dengan meningkatnya permintaan suplai darah di masyarakat, persediaan
darah yang mencukupi dan rasa aman sangat dibutuhkan. Meskipun demikian,
perekrutan dan pemeliharaan pendonor darah tetap sebagai tantangan utama
bagi organisasi donor darah (Masser, 2008).
Menurut Aziz (2000), pendonor darah harus memenuhi berbagai
persyaratan untuk mendonorkan darahnya antara lain : memiliki berat badan
diatas 50 kg, HB darah sesuai dengan tes, tekanan darah pendonor
minimal 110/70 mmhg dan pendonor darah harus beristirahat lebih dari 6
jam sebelum mendonorkan darahnya.
E. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pendonor Darah Sukarela
Menurut Masser (2008), faktor psikologi, sosiodemografi, organisasi,
faktorfaktor yang memengaruhi kerelaan masyarakat untuk donor darah
sebagai upaya untuk memusatkan perhatian terhadap donor darah.
Pertumbuhan jumlah kajian juga telah menyoroti peran faktor psikologi dalam
menjelaskan, memprediksi, dan mempromosikan perilaku donor darah.
Secara etimologi, psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa,
baik mengenai macam gejalanya, prose snya maupun latar belakangnya.
Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang
menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi
(personal behavior). Oleh karena sifatnya abstrak, maka hanya dapat
diketahui gejalanya saja. Gejala kejiwaan (psikologi) yang menentukan
perilaku seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya
faktor pengalaman, keyakinan, fasilitas, sosiobudaya masyarakat (dalam
Ahmadi, 1992). Menurut Spearman (dalam Notoatmodjo, 2007) didalam
menyelidiki dan mencari sikap hakikatnya inteligensi orang mempergunakan
teknik analisis faktor. Teknik analisis Spearman menemukan bahwa tiap
tingkah laku manusia dimungkinkan oleh adanya dua faktor, yaitu (1)
faktor umum (general factor) yang merupakan hal atau faktor yang
mendasari segala tingkah laku individu, (2) faktor khusus (special factor)
yang berhubungan dengan keturunan dan pengalaman (lingkungan
pendidikan).
Menurut O’Brien SF (2006), pemahaman yang lebih baik dari
perilaku pendonor darah telah dicatat menjadi kunci yang penting bagi
pengumpul darah internasional. Seluruh pendonor darah (apheresis pendonor
di Australia) merupakan perilaku usaha secara sukarela dengan penghargaan-
penghargaan yang secara jelas dan nyata (Healy, 2006).
Pada dekade-dekade terakhir, sejumlah tinjauan-tinjauan utama telah
dijalankan untuk mempertimbangkan faktor kedudukan organisasi dan individu
bisa berdampak terhadap keputusan untuk mendonorkan darah. Walaupun
penelitian sebelumnya memiliki perhatian besar terhadap rekrutmen pendonor,
khususnya, variabel demografi yang dihubungkan dengan perilaku donor
darah. dan masalah kelangsungan donor darah menjadi sangat penting
(Ferguson E, 1996).
F. Risiko Donor Darah
Berbagai macam cara telah ditemukan untuk menyelamatkan
nyawa seseorang, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan donor
darah sebagai langkah preventif untuk menyediakan suplai darah bagi mereka
yang membutuhkannya. Kegiatan donor darah ini kerap diselenggarakan
secara rutin oleh PMI dan unsur-unsur terkait untuk tujuan mulia, yaitu
kemanusiaan dan kepedulian sosial. Donor darah penting dalam merawat
banyak masalah medis, seperti kanker dan kelainan darah, dan juga dalam
merawat luka tertentu dan prosedur bedah yang besar di mana terjadi banyak
kehilangan darah (Depkes RI, 2009).
Walaupun suplai darah di Australia amat aman, donor darah tidak bebas
dari risiko, dan komplikasi dapat terjadi, sama seperti untuk segala
prosedur medis. Reaksi parah terhadap donor darah jarang sekali, tetapi dapat
membawa akibat parah, dan jarangnya, bahkan maut. Reaksi imun atau alergi
mungkin terjadi. Mungkin ada risiko yang bertambah untuk infeksi setelah
operasi dan jangka waktu rawat inap yang lebih panjang untuk pasien bedah.
Reaksi ringan pada kulit atau demam kadangkadang terjadi (satu atau dua
reaksi untuk setiap ratus transfusi).
Pasien yang menerima transfusi secara berkala menghadapi risiko lebih
besar akan menderita reaksi tersebut. Walaupun diuji semua darah yang
disumbangkan, risiko penularan bahan menular (termasuk virus hepatitis,
HIV dan bakteria) tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tidak akan
terjadi. Risiko ini teramat rendah (O’Brien, 2006).
Menurut David Lee (2006), survei terhadap masyarakat awam pada
dekade lalu menunjukkan perhatian publik tentang keamanan transfusi masih
merupakan hal yang biasa, didominasi oleh ketakutan yang berkelanjutan akan
tertular infeksi HIV. Tanggapan semacam ini berkelanjutan meskipun
pengenalan bahwa transfusi darah lebih aman sekarang ini daripada beberapa
tahun lalu. Penghakiman oleh masyarakat awam sekilas mungkin tampaknya
tidak rasional dan dapat dipahami bila metode, bias, dan bentuk penghakiman
manusia akan resiko itu dipertimbangkan. Persepsi terhadap resiko
menyarankan bahwa masyarakat awam memahami resiko tidak begitu
berhubungan dengan pandangan tiga dimensi terhadap resiko sebagai suatu
probabilitas dan lebih erat kaitannya terhadap konstuksi multidimensi yang
komplek dalam hal efek, alasan, pandangan dunia, kepercayaan, dan faktor
lainnya merupakan hal yang saling berkaitan.
Donor darah tidak bebas dari risiko, dan penting agar
mempertimbangkan alternatif untuk transfusi, dan cara untuk mengurangi
jumlah darah yang digunakan. Alternatifnya termasuk mendeteksi dan merawat
anemia sebelum pembedahan yang dijadwalkan mengambil darah yang hilang
ketika pembedahan dan mengembalikan darah. Walaupun pengambilan dan
transfusi darah otologus tampaknya bebas dari risiko, sebenarnya demikian.
Pengambilan darah sebelum pembedahan umumnya tidak dianjurkan
kecuali dalam keadaan khusus, seperti kelompok darah jarang di mana sulit
untuk mendapatkan padanan darah (Prawira, 2010).
David (2006) menambahkan bahwa risiko yang timbul
selama/setelah melakukan transfusi darah antara lain:
1. Reaksi tranfusi cepat yang timbul selama tranfusi sampai 48 jam
sesudahnya. Terdiri dari :
a. Reaksi tranfusi panas
b. Reaksi tranfusi alergi
c. Reaksi tranfusi hemolitik
d. Reaksi tranfusi Bakteremia/seplis
2. Reaksi tranfusi lambat yang timbul ( 48 jam. Terjadi setelah 3 – 21
hari sesudah tranfusi karena efek antibodi yang terbentuk
3. Circulatory Overload
Terjadi bila pemberian tranfusi darah terlalu cepat atau terlalu banyak.
4. Penularan Penyakit
a) Penyakit Hepatitis B,C,D dan Hepatitis Pasca tranfusi terjadi antara 2
minggu sampai 6 bulan setelah tranfusi, ditandai dengan gangguan faal
hati, dari darah donor yang mengandung virus hepatitis.
b) HIV/AIDS dari donor darah yang mengandung virus HIV/AIDS.
Masa inkubasi bertahun–tahun dan tanpa gej ala sampai suatu saat
timbullah ”AIDS Related Complex” lalu ”Full Blown AIDS” terjadi
antara tranfusi sampai diagnosa AIDS positif pada orang dewasa (30
bulan & pada anak- anak 13,5 bulan).
c) Malaria
Disebabkan parasit dalam darah donor yang sakit atau pernah sakit
lalu menjadi carrier masa inkubasi pada resipien 6-100 hari.
d) Syphilis
Dari donor darah yang mempunyai TPHA positif. Dalam darah donor
mengandung Treponema Pallidum.
Masyarakat suku bangsa pribumi yang tidak bersedia untuk menjadi
pendonor darah sukarela berkaitan dengan kurangnya pengetahuan,
ketakutan akan jarum suntik yang dapat menyebarkan penyakit menular,
juga rasa sosial yang rendah, ataupun beberapa stigma yang berkembang dari
masyarakat seperti ketidakpercayaan pada petugas PMI yang akan
menggunakan darah yang telah didonorkan untuk diperjualbelikan (PMI
Medan, 2009).
BAB III
MATERI dan METODE

A. Kerangka Pemecahan masalah


Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
yaitu melalui komunikasi, informasi, dan edukasi serta pendampingan oleh
penyuluh. Untuk memecahkan masalah dalam kegiatan pengabdian ini
diperlukan suatu proses dari luar untuk merubah perilaku yang dapat dilakukan
dengan beberapa alternatif cara perubahan perilaku seperti pendidikan,
penyuluhan, pelatihan, promosi, propaganda dan cara belajar-mengajar lainnya.
Dalam kegiatan pengabdian ini perubahan perilaku akan dilakukan dengan cara
penyuluhan dan pelatihan serta pendampingan. Cara ini dipilih karena merupakan
cara yang paling efektif dan efisien yang dapat memberikan hasil yang paling
optimal dalam perubahan perilaku khususnya pengetahuan tentang donor
darah..
Luaran yang diharapkan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini yaitu adanya peningkatan perilaku yang diukur berdasarkan adanya
peningkatan pengetahuan dan sikap positif terhadap penyakit DBD dan
pencegahannya yang didapatkan dari kegiatan penyuluhan yang berupa
penyampaian materi secara ceramah, demonstrasi, dan pelatihan praktik
pemantauan jentik nyamuk, pelatihan praktik pemberantasan sarang nyamuk
serta pemecahan masalah (problem solving) tentang masalah-masalah kesehatan
yang berhubungan dengan penyakit DBD dan pencegahannya.
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan melalui: (1) Tahap persiapan
(mengurus izin-izin, mempersiapkan materi dan tempat serta perlengkapan
kegiatan), (2) Tahap pelaksanaan (melaksanakan FGD, pretes bagi seluruh
peserta, diberikan makalah dengan judul Pencegahan Demam Berdarah
Dengue dilanjutkan penyuluhan dan demonstrasi tentang Pencegahan Demam
Berdarah Dengue.
Metode kegiatan dalam pelatihan ini adelah melalui ceramah, simulasi dan
demonstrasi, uraian secara terinci tentang metode dapat dilihat pada tiap tahap kegiatan.
B. Obyek dan Subyek
Obyek berupa keseluruhan hasil dari identifikasi proses-proses
informasi baik yang berupa struktur informasi maupun prosedur informasi
pada kegiatan pelatihan media pembelajaran bagi guru-guru SMA
Karanganyar. Adapun yang termasuk dalam struktur informasi adalah sumber
daya manusia, sarana (perangkat keras dan lunak) serta segala sesuatu yang
terkait dengan donor darah. Yang menjadi subyek pada penyuluhan donor
darah adalah masyarakat Desa Plosorejo Matesih.
C. Metode Kegiatan
a. Materi Kegiatan Pelatihan
Pelatihan pembuatan media pembelajaran bagi guru-guru SMA
Karanganyar dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi dan praktik.
Metode Ceramah dilakukan dengan memberikan penjelasan cara pembuatan
dan penerapan pembelajaran berbantuan media komputer, cara pembuatan
media dengan powerpoint, cara pembautaan media dengan Corel Photopaint.
Diskusi dilakukan secara terbuka dengan memberikan kesempatan seluas-
luasnya bagi peserta untuk menyampaikan pendapat, tanggapan maupun
pertanyaan. Praktek langsung dilakukan di depan komputer dimana masing-
masing peserta menggunakan komputer sendiri-sendiri (1 peserta satu
komputer). Selama proses pelatihan, peserta diberikan modul pelatihan yang
dipakai untuk acuan pelatihan.
b. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan adalah guru-guru SMA, sejumlah 15 orang guru dari
berbagai program keahlian (jurusan).
c. Lokasi dan Waktu Kegiatan
Program pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan di SMK 1
Seyegan, bertempat di Laboratorium Komputer. Kegaitan dilaksanakan mulai
tanggal 23 sampai dengan 27 Oktober 2007. Pelatihan dilakukan selama 5
hari dengan waktu kurang lebih 4 jam per hari.

Faktor Penghambat

 Acara yang dilaksanakan pada hari dan jam kerja sehingga beberapa tamu
undangan berhalangan untuk hadir pada saat pelaksanaan forum
sosialisasi.
 Terdapat panitia yang berlalu-lalang di depan pintu aula kelurahan untuk
mengerjakan tugas sehingga sedikit mengganggu konsentrasi pemateri
ketika menyampaikan materi acara.

Faktor Pendukung

 Kerjasama panitia yang baik dan inisiatif yang baik dari MC untuk
memancing partisipasi peserta untuk bertanya kepada pemateri ketika sesi
tanya jawab berlangsung.
 Pihak PMI maupun Puskesmas yang telah bekerjasama dengan baik, hal
ini dibuktikan dengan kedatangan perwakilan dari kedua lembaga tersebut
tepat waktu.
 Kerjasama yang baik dari pihak Kelurahan Karanganyar yang bersedia
membuka acara dan memberikan sambutan.
 Kerjasama yang solid dan sangat baik dari panitia pelaksana kegiatan
sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. 2007. Peraturan-peraturan Menteri Pendidikan


Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai