Masalah terakhir terkait risiko pengendalian atas investasi adalah bahwa klien
harus memiliki prosedur penyimpanan (kustodian) memadai untuk melindungi
aktiva dari pencurian. Jika efek dipegang oleh klien, maka efek tersebut harus
disimpan dalam lemari besi. Prosedur pengamatan dilakukan secara periodik
oleh seseorang yang independen dari fungsi penyimpanan maupun akuntansi
efek. Jika efek disimpan oleh kustodian independen seperti pialang, klien harus
memiliki prosedur otorisasi transfer efek. Untuk setiap pendekatan dibutuhkan
otorisasi dari dua karyawan manajemen.
Pemisahan Tugas
Hanya entitas yang memiliki sejumlah besar aktivitas investasi yang diharuskan
untuk memiliki pemisahan tugas yang memadai. Tabel di bawah ini berisikan
pemisahan tugas kunci atas investasi dan contoh kemungkinan kekeliruan atau
kecurangan yang mungkin terjadi akibat konflik penugasan.
Tanggung jawab atas penyimpanan efek harus terpisah dari akuntansi efek
PENYAJIAN DI NERACA
Menurut PSAK No. 13 (IAI : 2002)
Investasi Lancar
Dicatat berdasarkan (a) mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai bersih yang
direalisasi, (b) nilai pasar.
Investasi Jangka Panjang
Dicatat berdasarkan harga perolehan. Jika terdapat penurunan yang tidak bersifat sementara
dalam penilaian investasi jangka panjang tersebut, bisa digunakan nilai pasar. Penurunan
selain penurunan sementara dalam nilai tercatat investasi jangka panjang dibebankan pada
laporan laba rugi.
Pemindahan Investasi
Untuk investasi jangka panjang yang direklasifikasikan sebagai invetasi lancar, pemindahan harus
dilakukan berdasarkan nilai tercatat.
Investasi yang direklasifikasikan dari lancar ke jangka panjang masing-masing harus dipindahkan
pada metode terendah antara biaya dan nilai pasar, atau pada nilai pasar jika investasi tersebut
sebelumnya dinyatakan pada nilai tersebut.
Paragraf 12.8 SAK ETAP (dibaca : bab 12 paragraf 8) mengenai Investasi pada Entitas
Asosiasi dan Entitas Anak mengatur bahwa investor harus mengukur investasi pada
ENTITAS ASOSIASI dengan menggunakan metode biaya (cost method). Sedangkan PSAK
non-ETAP yaitu PSAK 15 (Revisi 2009) mensyaratkan investasi pada entitas asosiasi
dicatat dengan menggunakan metode ekuitas dan sejak tanggal investor tidak lagi memiliki
pengaruh signfikan atas entitas asosiasi, maka investasi dicatat sesuai PSAK 55 (revisi
2006).
Adapun pengertian Entitas Asosiasi adalah suatu entitas dimana investor mempunyai
pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun bagian dalam joint venture.
Jika dilihat dari segi persentase pemilikan saham, pengaruh signifikan diwakili oleh
pemilikan langsung ataupun tidak langsung 20% atau lebih hak suara investee. Namun
pemilikan tersebut tidak lebih dari 50%.
Selanjutnya dalam Paragraf 12.11 SAK ETAP diatur bahwa investor harus mencatat
investasi pada ENTITAS ANAK dengan menggunakan metode ekuitas (equity method).
Kemudian paragraf 12.3 mengatur bahwa entitas anak tidak dikonsolidasikan dalam laporan
keuangan investor (sebagai entitas induk). Dalam hal ini berarti kalau perusahaan
menerapkan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangannya maka untuk investasi
saham dalam anak perusahaan tidak perlu disusun laporan konsolidasi.
Sedangkan PSAK non-ETAP yaitu PSAK 4 (Revisi 2009) mengenai Laporan Keuangan
Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri mensyaratkan bahwa entitas induk harus
menyajikan laporan keuangan konsolidasian yang mengonsolidasikan investasinya dalam
entitas anak, sedangkan laporan keuangan tersendiri induk perusahaan hanya dapat
disajikan sebagai informasi tambahan.
Pengertian Entitas Anak adalah suatu entitas yang dikendalikan oleh entitas induk dimana
pengendalian dianggap ada jika entitas induk memiliki baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui entitas anak lebih dari setengah hak suara dari suatu entitas (pemilikan
saham lebih dari 50%) (Hrd) ***
audit investasi
BAB I
PENDAHULUAN
Gambaran Umum Investasi
Investasi adalah penanaman uang di luar perusahaan, yang dapat berupa surat
berharga atau aktiva lain yang tidak digunakan secara langsung dalam kegiatan
produktif perusahaan.
Investasi dapat dibagi menjadi dua kelompok :
1. Investasi Jangka Pendek : Umumnya investasi ini berupa surat berharga (seperti
saham, obligasi, atau surat berharga lain) yang harga pasarnya relatif stabil. Tujuan
pokok pembelian surat berharga ini adalah untuk menanamkan kas yang untuk
sementara waktu tidak terpakai dalam kegiatan bisnis perusahaan. Investasi ini
disajikan dalam kelompok aktiva lancar.
2. Investasi Jangka Panjang : Tujuan pokok investasi dalam surat berharga ini adalah
untuk memperoleh pendapatan bunga atau dividen dalam jangka panjang, untuk
membentuk dana khusus, atau untuk mengendalikan perusahaan lain melalui pemilikan
saham. Investasi ini disajikan dalam kelompok aktiva tidak lancar. Investai jangka
panjang dapat berupa surat berharga (seperti saham, obligasi, piutang hipotek, wesel
panjang) atau berupa persekot kepada perusahaan afiliasi, dana khusus dan aktiva
tetap yang tidak digunakan secara langsung dalam kegiatan perusahaan (seperti tanah
untuk ekspansi pabrik).
Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Investasi
1. Investasi harus disajikan secara terpisah di neraca sesuai dengan tujuan investasi
tersebut. Investasi yang tidak akan dijual dalam jangka pendek disajikan dalam
kelompok aktiva tidak lancar.
2. Investasi jangka pendek disajikan nilanya di neraca dengan salah-satu dari dua cara
berikut ini :
a. Pada kosnya, dengan mencantumkan harga pasarnya di dalam tanda kurung,
b. Pada nilai mana yang lebih rendah antara harga pasar atau kos. Nilai yang lebih
tinggi harus di cantumkan di dalam tanda kurung.
3. Investasi jangka panjang disajikan di neraca pada kosnya. Harga pasar tidak harus
disajikan di dalam kurung seperti halnya dengan investasi jangka pendek.
4. Harga di cantumkan pengungkapan yang cukup jika investasi jangka pendek
digadaikan sebagai jaminan penarikan utang.
5. Investasi dalam perusahaan afiliasi dan dalam nonconsolidated subsidiary companies
harus disajikan secara terpisah dari investasi yang lain dan harus di cantumkan
penjelasan yang cukup mengenai sifat hubungan antara perusahaan-perusahaan
tersebut.
6. Obligasi atau saham yang dikeluarkan klien, yang dibeli kembali sebagai tresury
bond, treasury stock, atau disimpan dalam dana khusus sebaiknya disajikan sebagai
pengurang utang obligasi atau modal saham.
7. Jika investasi bukan merupakan sumber pendapatan perusahaan, maka penghasilan
yang timbul dari pemilikan investasi tersebut harus digolongkan dalam penghasilan luar
usaha.
8. Jika penghasilan bunga dan penghasilan dividen jumlahnya material, keduanya harus
disajikan secara terpisah di dalam laporan laba rugi.
9. Laba atau rugi sebagai akibat penjualan investasi jangka pendek yang material
jumlahnya, harus disajikan secara terpisah di dalam laporan laba rugi dalam kelompok
penghasilan di luar usaha.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Investasi merupakan penanaman uang di luar perusahaan yang dapat berupa surat
berharga atau aktiva lain yang tidak digunakan secara langsung dalam kegiatan
produktif perusahaan. Investasi dapat dilakukan dengan membeli saham maupun
obligasi. Investasi pada luar perushaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
investasi jangka panjang dan investasi jangka pendek (marketable securities).
Tujuan dari investasi jangka pendek pada saham maupun obligasi yaitu untuk
menanamkan kas yang sementara waktu digunakan dalam kegiatan bisnis perusahaan
dan juga digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh capital gain.
Tujuan dari investasi jangka panjang pada saham maupun obligasi yaitu untuk
memperoleh pendapatan bunga atau deviden dalam jangka panjang. Dapat pula
digunakan perusahaan untuk mengendalikan perusahaan lain melalui kepemilikan
saham.
Auditor harus mengetahui dengan pasti apakah investasi diperlakukan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, termasuk pengungkapan memadai
mengenai hal-hal yang material. SA Seksi 312 [PSA No. 25] Risiko Audit dan
Materialitas dalam Pelaksanaan Audit memberikan panduan bagi auditor dalam
mempertimbangkan risiko pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan
keuangan. Auditor mempertimbangkan risiko audit dalam menentukan sifat, saat, dan
luas prosedur audit yang dilaksanakan untuk asersi laporan keuangan mengenai
investasi. SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit, menyatakan bahwa sebagian besar
pekerjaan auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri
dari usaha untuk mendapatkan dan menilai bukti audit yang berhubungan dengan asersi
dalam laporan keuangan. Seksi ini memberikan panduan tentang prosedur audit
substantif yang dilakukan untuk mengumpulkan bukti audit yang berhubungan dengan
asersi tentang investasi.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia menyatakan bahwa metode ekuitas
untuk investasi dalam saham biasa harus digunakan oleh pemodal yang memiliki
investasi saham dengan hak suara yang berkemampuan untuk memberikan pengaruh
yang signifikan, namun bukan kendali terhadap penerima modal, walaupun pemodal
memiliki 50 persen atau kurang dari total saham dengan hak suara. Prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia juga memberikan kriteria untuk dipertimbangkan
auditor dalam menentukan apakah seorang pemodal memilki kemampuan memberikan
pengaruh yang signifikan. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia juga
menyatakan bahwa metode ekuitas harus juga dipatuhi untuk investasi dalam saham
biasa pada perusahaan joint venture.
Auditor harus memperoleh keyakinan mengenai ketepatan metode akuntansi yang
dipakai
untuk investasi dalam saham biasa pada penerima modal. Permintaan keterangan yang
memadai kepada manajemen pemodal dilakukan untuk mengetahui:
(a) apakah pemodal memiliki kemampuan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kebijakan operasi dan keuangan penerima modal sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
(b) adanya keadaan yang memberikan dasar bagi kesimpulan manajemen. Auditor
harus menilai informasi yang diterima berdasarkan fakta lain yang diperolehnya selama
audit.
PENILAIAN DAN PENYAJIAN
Harga Perolehan
Auditor harus mendapatkan bukti mengenai cost investasi jika entitas mencatat
investasinya pada biaya perolehan (cost) atau biaya perolehan amortisasian (amortized
cost) atau diwajibkan membuat pengungkapan khusus mengenai basis cost investasi
yang dicatat. pada nilai wajar serta laba dan rugi yang direalisasikan dan belum
direalisasikan. Prosedur yang harus dilakukan untuk memperoleh bukti mengenai biaya
perolehan (cost) dapat termasuk inspeksi dokumen yang menunjukkan harga pembelian
efek, konfirmasi dengan penerbit atau kustodian, dan penghitungan ulang ( recomputat
ion) amortisasi diskonto atau premi (discount or premium amortization) .
Nilai Wajar
Jika investasi dicatat pada nilai wajar atau jika nilai wajar diungkapkan untuk investasi
yang dicatat selain pada nilai wajar, auditor harus memperoleh bukti yang menguatkan
nilai wajar tersebut. Pada beberapa kasus, metode penentuan nilai wajar
dispesfikasikan oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Harga pasar
yang telah ditetapkan untuk investasi yang terdaftar pada bursa nasional atau pasar
langsung antara penjual dan pembeli tersedia dari sumber seperti publikasi keuangan
atau bursa. Untuk investasi lain tertentu, harga pasar yang telah ditetapkan dapat
diperoleh dari pialang yang menjadi pencipta pasar dalam investasi tersebut. Jika harga
pasar yang ditetapkan tidak tersedia, estimasi nilai wajar secara berkala dapat diperoleh
dari sumber pihak ketiga berdasarkan model yang dimilikinya atau dari entitas
berdasarkan model yang dikembangkan atau diperoleh secara internal.
Harga pasar yang ditetapkan yang diperoleh dari publikasi keuangan atau dari bursa
nasional biasanya benar-benar dipertimbangkan untuk memberi bukti yang memadai
mengenai nilai wajar investasi. Bagaimanapun juga, untuk investasi tertentu, seperti
efek yang tidak diperdagangkan secara reguler, auditor harus mempertimbangkan untuk
memperoleh estimasi nilai wajar dari pialang atau sumber pihak ketiga lainnya. Dalam
beberapa situasi, auditor dapat menentukan bahwa penting untuk memperoleh estimasi
nilai wajar lebih dari satu sumber. Sebagai contoh, adalah tepat jika sumber harga
investasi memiliki hubungan dengan entitas yang dapat menghalangi objektivitasnya.
Pada kasus investasi dinilai oleh entitas dengan menggunakan sebuah model
pengukuran, auditor tidak berfungsi sebagai jasa penilai (appraiser) dan tidak
diharapkan mengganti keputusannya
dengan penilaian manajemen entitas. Auditor harus menaksir masuk akalnya dan
ketepatan model tersebut. Auditor harus menentukan apakah variabel dan asumsi pasar
yang digunakan mendukung secara masuk akal dan tepat. Estimasi arus kas masa
datang yang diharapkan (expected future cash flow) harus berdasarkan asumsi yang
masuk akal dan yang mendukung. Auditor juga harus menentukan apakah ent itas telah
membuat pengungkapan yang semestinya mengenai metode
dan asumsi signifikan yang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar investasi.
Penilaian terhadap ketepatan model pengukuran (valuation model) serta setiap variabel
dan asumsi yang digunakan dalam model membutuhkan pertimbangan dan
pengetahuan teknik pengukuran, faktor pasar yang mempengaruhi ukuran (value), dan
kondisi pasar, terutama dalam hubungannya dengan investasi sejenis yang
diperdagangkan. Karena itu, pada beberapa keadaan, auditor harus mempertimbangkan
pentingnya melibatkan pekerjaan spesialis dalam menaksir estimasi nilai wajar entitas
atau model yang berkaitan. Efek yang dapat dinegosiasikan (negotiable securities), real
estat, barang bergerak dan kekayaan lainnya umumnya digunakan menjadi jaminan
untuk investasi pada efek utang,. Jika jaminan merupakan faktor penting dalam menilai
nilai wajar dan tertagihnya investasi tersebut, maka auditor harus memperoleh
keyakinan mengenai keberadaan, nilai wajar, dan mudah atau tidaknya jaminan tersebut
dialihkan, sebagaimana hak investor terhadap jaminan tersebut.
Penurunan Nilai
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan manajemen untuk
menentukan apakah penurunan pada nilai wajar di bawah basis harga perolehan yang
diamortisasi dari investasi tertentu tidak lebih merupakan kondisi sementara. Penentuan
semacam itu seringkal imencakup estimasi hasil dari kejadian masa datang. Karena itu
pertimbangan dibutuhkan dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara
terjadi pada tanggal laporan keuangan. Penentuan ini bersifat subjektif, sebaik faktor
objektif, termasuk pengetahuan dan pengalaman mengenai Auditor harus menilai
apakah manajemen telah mempertimbangkan informasi yang relevan dalam
menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara telah terjadi.
Faktor-faktor yang mungkin mengindikasikan kondisi penurunan nilai sementara adalah
sebagai berikut:
a. Nilai wajar secara signifikan di bawah harga perolehan.
b. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi berlawanan tertentu yang
berdampak pada
investasi khusus
c. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi tertentu, seperti kondisi industri atau
daerah
geografis.
d. Manajemen tidak memiliki baik maksud maupun kemampuan untuk memiliki investasi
selama
periode waktu yang memadai bagi perbaikan antisipasi nilai wajar.
e. Penurunan nilai wajar terjadi dalam periode waktu yang panjang
f. Peringkat efek utang diturunkan oleh badan pemeringkat efek.
g. Kondisi keuangan penerbit memburuk.
h. Dividen berkurang atau tidak dibagikan, atau pembayaran bunga yang terjadwal pada
efek utang tidak terlaksana . Auditor harus menilai kesimpulan manajemen mengenai
keberadaan dari kondisi penurunan nilai sementara.