Anda di halaman 1dari 8

1.

PENGERTIAN PENYAKIT KANKER SERVIKS

DEFINISI
v Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel yang
melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-
columnar junction (SCJ).(Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo)
v Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa columnar
junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC)
v Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama. (http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-dengan-gangguan-
sistem-reproduksi. html)
v Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks
merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke
vagina. (http://infokesehatan2009.html)

ETIOLOGI / FAKTOR PREDISPOSISI


Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) dan spermatozoa. Karsinoma serviks timbul di sambungan skuamokolumner
serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual
berupa mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain. Karsinoma serviks
dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,
antara lain adalah :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
2. Berganti-ganti pasangan seksual
3. Faktor genetik
4. Kebiasaan merokok
5. Multiparitas

MANIFESTASI KLINIK
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau
busuk.
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Kelemahan pada ekstremitas bawah
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi
kanker pada serabut saraf lumbosakral.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh.

PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel,
berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10
tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang
melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma
insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan
menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen
pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes.
Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam
karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna,
sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang
diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive
berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres
menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak
3-35%.

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)
berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma
insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses
perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan
displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila
ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik
atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon.
Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya
proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat
meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat
menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel
permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko
lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat
diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal
sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).

PENATALAKASANAAN PENCEGAHAN SKRINING


Tujuan dari skrining adalah untuk mengidentifikasi penyakit pada
komunitas awal, sehingga memungkinkan intervensi lebih awal dan manajemen
dengan harapan untuk mengurangi angka kematian dan penderitaan dari penyakit.,
dengan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Kedua, dengan papsmear
konvensional dan papsmear berbasis cairan (liquid-based cytology). Ketiga,
melalui tes HPV ataupun HPV DNA genotyping.Screening dengan IVA dilakukan
dengan mengoleskan asam asetat lima persen pada leher rahim. selama 30 sampai
60 detik untuk melihat reaksi leher rahim. “Jika ada lesi prakanker, bagian yang
terkena olesan asam asetat tersebut akan berubah warna menjadi putih, namun jika
normal, tidak ada perubahan warna,”, memaparkan.
Selain itu, papsmear konvensional dilakukan oleh dokter dan tenaga ahli
dengan mengambil sampel sel leher rahim menggunakan bantuan pengerik atau
sikat. Sampel kemudian dioleskan ke gelas slide untuk dikirimkan ke
laboratorium. Dokter patologi kemudian akan memeriksanya dengan bantuan
mikroskop.
“Tujuannya untuk mengetahui ada atau tidaknya radang, infeksi atau perubahan
sel kearah keganasan,”
Skrining awal. Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan
hubungan seksual (vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan
umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada
karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan
dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang akan berkembang
lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada
wanita di bawah usia 19 tahun.
2. PERAN PERAWAT KANKER SERVIKS

1. Memberikan pendekatan kususnya perawat untuk melakukan Skrining


kepada pasien, Tes ini berguna untuk memeriksa kesehatan sel-sel di leher
rahim dan mendeteksi jika ada sel yang abnormal. Dengan deteksi dan
pengangkatan sel-sel abnormal, kanker serviks dapat dicegah secara
maksimal. Pada kebanyakan wanita, tes akan menunjukkan hasil yang
normal. Tapi sekitar 5 persen tes menunjukkan adanya perubahan abnormal
pada sel leher rahim
2. Diagnosa keperawata : Risiko infeksi b/d(metastase sel kanker)
3. DAFTAR PUSTAKA JOURNAL :
.M. Ben-Natan1RN,PhD& O. Adir2 RN,” 2009) Screening for cervical
cancer among Israeli lesbian women. InternationalNursing Review56, 433–
441

3. ANALISIS JOURNAL

1. Problem
Di seluruh dunia, karsinoma serviks adalah salah satu yang paling umum di
jumpai,Tumor ganas yang disebut gynecologicini menyebabkan kematian dari
keganasan genital pada wanita. Tingkat kematian dari Kanker serviks telah berkurang
secara signifikan dalam 45 tahun terakhir karena tersedianya screening Papanicolaou
smear (Pap test) (Greenlee et al 2001). Data dari Kanker Israel Registry menunjukkan
bahwa Israel memiliki insiden kanker serviks yang relatif rendah yaitu 28 per juta
penduduk (berdasarkan 184 orang baru kasus terjadi setiap tahun selama periode
2000-2005).
2. Intervensi
Strategi efektif untuk perawat yang mempromosikan skrining kanker serviks di
kalangan wanita lesbian di israel untuk meningkatkan pendekatan untuk
meningkatkan nilai kepercayaan dan meningkatkan kesadaran dokter untuk
melakukan tes tersebut dan menekankan pentingnya tim medis pada kanker serviks.
3. Compare
Sebuah tinjauan oleh Orbell & Sheeran (1993) mengidentifikasi sejumlahFaktor yang
mungkin terkait dengan kinerja servikspenyaringan. Namun, sangat sedikit penelitian
tentang kanker serviks Penyaringan dan didasarkan rancangan penelitian atau
interpretasinyad ari temuan mereka pada model kognisi sosial, dan tidak ada
metaanalisis yang sebelumnya termasuk studi pengambilan skrining serviks
4. Outcome
Pada hasil Table journal menunjukkan bahwa hanya 22,2% wanita yang pernah
menjalani tes Pap , namun aproporsi sedikit lebih tinggi, 30,8%, dimaksudkan untuk
diuji selama setahun. Tampaknya wanita yang lebih muda memiliki hambatan yang
dirasakan lebih tinggi, dan dipasangkan sampel t-test ditemukan perbedaan yang
signifikan dari P = 0,006 antara kedua kelompok usia. Sebuah t-test ditemukan
perbedaan yang signifikan dalam hal motivasi kesehatan juga, P <0,01, dan
tampaknya bahwa motivasi wanita yang lebih tua lebih besar daripada wanita yang
lebih muda .tes dan Faktor berbasis model yang mempengaruhi pengujian aktual
dirasakan manfaat dan dirasakan manfaatnya danjuga untuk memotivasi kesehatan.

4. SCREENING DITERAPKAN DI INDONESIA

Sejak tahun 2000-2012 usia wanita yang terserang kanker serviks semakin muda,
yaitu kisaran usia 21-22 tahun. Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menunjukkan kurangnya tindakan skrining penyakit kanker di Indonesia.
"Khususnya untuk skrining kanker serviks yaitu, sitologi serviks dan ulasan asam asetat,
secara umum belum tersedia di pusat kesehatan primer pada 2014," katanya.
Hal ini, tambahnya, juga ikut berpengaruh pada jumlah kematian kanker serviks di
Indonesia yang tergolong tinggi, karena sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan
dalamdiagnosis.
"Seringkali kanker sudah menyebar ke organ lain di dalam tubuh ketika seseorang
memeriksakan kondisinya. Alhasil pengobatan yang dilakukan menjadi semakin sulit,"
katanya.Dalam upaya meningkatkan kesadaran perempuan Indonesia akan pentingnya
melakukan deteksi dini (skrining kanker serviks) sebagai langkah awal pencegahan deteksi
dini kanker serviks kepada Perawat yang sudah Ahli di bidang screening

TUGAS MATERNITAS 2

Anda mungkin juga menyukai