TINJAUAN PUSTAKA
A. spiralis vasokontriksi
Gambar . Mekanisme
RH merusak memb. selTeori Kelainan banyak
yang mengandung Vaskularisasi Plasenta
as. lemak tak jenuh
Vasokontriksi PD
↑ TD
- Perubahan khas pada
sel endotel kapilar
glomerulus
- ↑ permebilitas kapilar
- ↑ produksi bahan
vasopresor (endotelin)
- ↑ Faktor koagulasi
Gambar . Mekanisme Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas & Disfungsi Endotel
5. Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familiar dengan model gen tunggal. Telah
terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26 % anak perempuan
akan mengalami preeklampsia dan 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
2.1.5 Epidemiologi1
Hipertensi gestasional adalah penyebab utama hipertensi dalam kehamilan
yang menyerang 6-7% ibu primigravida dan 2-4% ibu multigravida. Insiden ini
meningkat pada kehamilan ganda dan riwayat preeklampsia.
2.1.6 Diagnosis1,3
Diagnosa hipertensi gestasional ditegakkan apabila tekanan darah sistolik
≥140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg pada usia kehamilan >20
minggu sebelum kehamilan tekanan darah sebelumnya normal dan tekanan darah
kembali normal pada 12 minggu setelah melahirkan.
Gambar 6.Alogaritzma dalam membedakan penyakit hipertensi dalam kehamilan
(Wagner, 2004).
Pada waktu pertama kali diagnosis:
1. Pemeriksaan perkiraan pertumbuhan janin dan volume air ketubannya.
2. NST harus dilakukan pada waktu diagnosis awal. Bila NST non reaktif dan
desakan darah tidak meningkat, maka NST ulang hanya dilakukan bila ada
perubahan pada kondisi ibu.
2.1.7 Tatalaksana3
Pengelolaan obstetrik tergantung umur kehamilan
a. Bila penderita tidak inpartu :
1) Umur kehamilan < 37 minggu: bila tanda dan gejala tidak memburuk,
kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm.
2) Umur kehamilan > 37 minggu
Kehamilan dipertahankan sampai timbul permulaan partus
Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat
a. Preeklampsia Ringan
Penanganan yang optimal pada usia kehamialn <37 minggu adalah dirawat di
rumah sakit karena cara ini dapat meningkatkan ketahanan hidup bayi dan
menurunkan progresifitas penyakit. Jika rawat jalan, pastikan pasien kontrol
secara teratur. Selama dirawat pasien mendapatkan diet yang teratur tanpa restriksi
garam dan tanpa pembatasan aktifitas fisik.
1. Antihipertensi, antidiuretik, dan sedatif tidak diberikan.
2. Dilakukan evaluasi kesehatan ibu:
a. Tekanan darah dimonitor setiap 4 jam
b. Berat badan diukur setiap hari
c. Pemeriksaan laboratorium seperti protein urin, hematokrit, hitung
trombosit, fungsi hati, dan fungsi ginjal dilakukan setiap 1-2 minggu.
d. Awasi perkembangan penyakit, kemungkinan menjadi preeklampsia
berat, atau impending eklamsia dengan gejala : sakit kepala,
gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrik
3. Evaluasi kesehatan bayi
a. Hitung gerak bayi setiap hari.
b. NST setiap minggu.
c. USG setiap 3 minggu untuk mengetahui IUGR
d. Biofisik profil jika perlu.
4. Jika usia kehamilan > 37 minggu, atau mendekati aterm, lakukan induksi
persalinan walaupun servik belum matang.
b. Preeklampsia Berat
1. Tirah Baring
2. Oksigen
3. Kateter menetap
4. IVFD : Ringer Asetat, Ringer Laktat, Kolloid
Jumlah input cairan : 2000 ml/24 jam, berpedoman pada diuresis,
insensible water loss dan CVP. Awasi balans cairan.
5. Magnesium Sulfat
Initial dose:
- Loading dose : 4 gr magnesium sulfat 20% IV (4-5 menit)
- 8 gr MS 40% IM, 4 gr bokong kanan, 4 gr bokong kiri.
Maintenance dose : 4 gr magnesium sulfat 40% IM setiap 6 jam. Magnesium
sulfat maintenance dapat juga diberikan secara intravenus.
6. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastole > 110 mmHg. Dapat
diberikan nifedipin sublingual 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan darah
masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual atau
oral dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai kebutuhan.
Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Tekanan darah
diastol jangan kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah maksimal
30%.
Penggunaan nifedipine sangat dianjurkan karena harganya murah, mudah
didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang cukup
baik.
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada :
- Edema paru
- Gagal jantung kongestif
- Edema anasarka
8. N-Acetyl Cystein 3 x 600 mg.
9. Jika pasien koma, diberikan perawatan koma di ICU
10. Konsul ke Bagian Interna, Hematologi, Mata, Neurologi jika perlu.
11. Jajaki kemungkinan terjadinya komplikasi Sindroma HELLP, gagal
ginjal, edema paru, solusio plasenta, DIC, stroke, dll
12. Jika dijumpai Sindroma HELLP, beri deksametason 10 mg / 12 jam IV
2x sebelum persalinan, dilanjutkan dengan deksametason 10, 10, 5, 5
mg / jam IV dengan interval 6 jam postpartum. Kelahiran bayi diharapkan
terjadi dalam 48 jam setelah pemberian deksametason pertama.
Catatan: Syarat pemberian Magnesium Sulfat:
a. Harus tersedia antidotum Magnesium Sulfat yaitu Kalsium Glukonas
10%, diberikan iv secara perlahan.
b. Refleks patella (+)
c. Frekuensi pernafasan > 16 kali / menit.
d. Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/ jam )
Pemberian Magnesium Sulfat sampai 20 gr tidak perlu mempertimbangkan
diurese
Penanganan Obstetrik
Pada keadaan ibu sudah stabil, tetapkan suatu keputusan apakah dilakukan
terminasi kehamilan atau tindakan konservatif dengan mempertimbangkan usia
kehamilan dan keadaan janin.
Penanganan konservatif bisa dilakukan pada keadaan :
a. Tekanan darah terkontrol < 160/110 mmHg
b. Oliguria respon dengan pemberian cairan
c. Tidak dijumpai nyeri epigastrik
d. Usia kehamilan < 34 minggu
e. Kalau penyakit berkembang menjadi Sindroma HELLP murni
cenderung dilakukan tindakan penanganan aktif
f. Jika serviks sudah matang dan tidak ada kontra indikasi obstetrik,
dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin drips dan amniotomi.
Kala II dipercepat dengan EV / EF.
g. Seksio sesarea dilakukan pada :
Skor pelvik dibawah 5.
Dengan drips oksitosin, setelah 12 jam belum ada tanda-tanda janin
akan lahir pervaginam.
Indikasi obstetrik.
Bayi ditangani oleh Subbagian Perinatologi dan jika perlu dirawat di
Neonatal Intensive Care Unit.