Anda di halaman 1dari 23

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Slamet Suyanto, M.Ed.

Disusun oleh:

Ika Wardani (17725251002)

Luluk Hamidah (17725251051)

PROGRAM STUDIPENDIDIKANBIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERIYOGYAKARTA
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
hingga paper dengan judul “Model-model Pengembangan Kurikulum” ini dapat diselesaikan.
Penulisan paper ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Slamet Suyanto, M.Ed., selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum

2. Teman-teman kelas Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2017

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat menyempurnakan
paper di waktu berikutnya. Akhir kata, semoga paper “Model-model Pengembangan
Kurikulum” ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Yogyakarta, 9 Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ 2

Daftar Isi .................................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan ................................................................................................... 4

A.Latar Belakang ...................................................................................... 4 17

B.Tujuan ................................................................................................... 4 17

Bab 2 Pembahasan .................................................................................................. 5

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum ..................................... 5 17

B. Model-Model Pengembangan Kurikulum ........................................... 6

1. Model Tyler ................................................................................. 6 17

2. Model Saylor, Alexander, dan Lewis ........................................... 12

3. Model Oliva .................................................................................. 14

4. Model Taba................................................................................... 16

5. Model Beauchamp ...................................................................... 18

6. Model Grass-Roots ....................................................................... 19

Bab 3 Penutup ......................................................................................................... 21

1. Kesimpulan .................................................................................. 21

2. Saran ............................................................................................ 21

Daftar Pustaka............................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan kurikulum tidak lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya,


misalnya cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial),
proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam
rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation)
suatu kurikulum. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan dalam pendidikan.
Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan basis apa yang
akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan
mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan
masyarakat, atau permasalahan sosial. Oleh karena itu pengembangan kurikulum perlu
dilakukan berlandaskan teori yang tepat agar kurukulum yang dihasilkan bisa efektif.
Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif
model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja
secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu
kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik bisa diwujudkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan diuraikan berbagai model
pengembangan kurikulum.
B. Tujuan
Berdasarkan penjelasan esensi model pengembangan kurikulum maka diharapkan dapat:
1. Membedakan antara model pengembangan kurikulum deduktif dan induktif.
2. Memahami setiap model pengembangan kurikulum yang dipaparkan
3. Menganalisa model mana yang memenuhi kriteria model yang dibutuhkan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Model merupakan pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukan
suatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk kegiatan pendidikan,
seperti model pengajaran, model administrasi, model evaluasi, model supervisi dan model
lainnya. Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas.
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dari pendidikan. Sasaran
yang ingin dicapai bukanlah semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum juga menyangkut banyak
faktor, mempertimbangkan isu-isu mengenai kurikulum, siapa yang dilibatkan, bagaimana
prosesnya, apa tujuannya, kepada siapa kurikulum itu ditujukan (Kaber, 1988, hal. 75).
Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya
mengajar atau menyajikan bahan, menarik minat siswa, dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Beane, Toepfer dan Allesi menyatakan perencanaan atau pengembangan kurikulum adalah suatu
proses dimana partisipan pada berbagai level membuat keputusan tentang tujuan, tentang
bagaimana tujuan direalisasikan melalui belajar mengajar, dan apakah tujuan dan alat itu serasi
dan efektif (Beane, Toepfer, & Allesi, 1986, hal. 56).
Pengembangan Kurikulum pada hakikatnya adalah pengembangan komponen-komponen
yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri, yang terdiri dari empat komponen utama, yaitu
komponen tujuan, isi kurikulum atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Tujuan
berkaitan dengan tujuan umum dan tujuan khusus dalam pendidikan. Komponen isi atau materi
kurikulum berkaitan dengan muatan kurikulum yang dipahami siswa. Metode pembelajaran
berhubungan dengan strategi belajar mengajar yang fektif. Sedangkan evaluasi dimaksudkan
untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan (Wahyudin, 2014: 53)
Berbagai model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu
model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan
dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep
pendidikan mana yang digunakan” (Sukmadinata, 1997, hal. 161). Oleh karena itu, para
5
praktisi memiliki tanggung jawab untuk memahami komponen-komponen pokok dalam
model-model kurikulum.
Berdasarkan uraian diatas maka model pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai
jalur yang memberikan petunjuk bagi para praktisi pendidikan untuk membuat keputusan
tentang tujuan pendidikan, cara untuk merealisasi tujuan pendidikan, evaluasi ketercapaian
tujuan tersebut, serta perbaikannya. Dengan mempelajari dan menguji berbagai model
pengembangan kurikulum, kita dapat menganalisa tahap-tahap pada permulaan model-model
tersebut yang terkandung sebagai bagian penting untuk kita ketahui. Mengunakan sebuah
model dalam aktifitas sebagai pengembangan kurikulum dapat menghasilkan efisiensi dan
produktifitas pendidikan yang lebih besar.

B. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Suatu model pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan pola yang dapat
membantu berpikir, konseptualisasi suatu proses, menunjukkan prinsip-prinsip, prosedur
yang dapat menjadi pedoman bertindak dalam aktifitas pendidikan. Pengembangan
kurikulum dapat dilakukan dengan berbagai sistem dan cara, dan dituangkan dalam berbagai
model. Para ahli kurikulum sering mengembangkan model yang berbeda. Peter E. Oliva
dalam bukunya “Developing the Curriculum” menunjukkan empat macam model
berdasarkan ahli yang dipilihnya yaitu :
Peter E. Oliva menyajikan empat model perkembangan kurikulum, yang dibedakan
menjadi Model Deduktif dan Model Induktif. Model deduktif adalah model yang dimulai
dari hal umum ke hal khusus. Sedangkan model induktif adalah model yang dimulai dari hal
khusus ke hal umum. Tiga model deduktif yang disajikan adalah model Tyler; model
Saylor, Alexander, Lewis; dan model Oliva. Sedangkan model induktif yang disajikan
adalah model Taba (Oliva, 1992, hal. 158-159).
Empat model pengembangan kurikulum (Tyler, Saylor, Alexander, Lewis, yang
dipaparkan disini cenderung bersifat perspektif daripada deskriptif. Model-model tersebut
menawarkan apa yang sebaiknya dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Sedangkan
model deskriptif memiliki pendekatan yang berbeda. Decker F. Walker dalam tulisannya “A
Naturalistic Model for Curriculum Development” (1971) menyatakan bahwa usulan model
deskriptif yang diistilahkan dengan “naturalistik” yang memuat tiga unsur utama, yaitu
platform (program), pertimbangan, dan desain. Platform menjadi dasar dalam pertimbangan
dalam proses pembuatan kebijakan di antara berbagai alternatif kebijakan yang tersedia.
Dari beberapa pertimbangan tersebut maka muncul desain kurikulum (Walker, November
6
1971). Dalam tulisan ini akan dibahas keempat model pengembangan kurikulum tersebut
berdasarakan berbagai literatur.

1. MODEL TYLER

Model Tyler merupakan model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulum
dengan perhatian khusus pada fase perencanaan, dalam bukunya Basic Principles of
Curriculum and Instruction. The Tyler Rationale, suatu proses pemilihan tujuan pendidikan,
dikenal luas dan dipraktekkan dalam lingkungan kurikulum. Walaupun Tyler mengajukan
suatu model yang komprehensif bagi perkembangan kurikulum, bagian pertarna dari model
Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian dari pendidik lain. Menurut Tyler
terdapat 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum, yaitu:
a. Menentukan Tujuan
Dalam menyusun suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama
untuk menentukan sasaran pendididkan beserta membekali kemampuan peserta didik
setelah mengikuti program pendidikan. Sumber perumusan tujuan dapat berasal dari
siswa, studi kehidupan masa kini, disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar.
1) Kurikulum bersifat “discipline oriented” bagi pengembang kurikulum subjek
akademis, maka penguasaan berbagai konsep dan teori seperti yang tergambar
dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan utama.
2) Kurikulum bersifat “child centered”, bagi pengembang kurikulum model
humanistic yaitu kurikulum yang lebih berpusat kepada pengembang pribadi
siswa. Maka yang menjadi sumber utama dalam perumusan tujuan adalah siswa
itu sendiri sesuai pengembangan minat dan bakat.
3) Kurikulum yang lebih bersifat “society centered” memposisikan kurikulum
sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat sehingga
kebutuhan dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Jika rangkaian tujuan yang mungkin diterapkan telah ditentukan, diperlukan
proses penyaringan untuk rnenghilangkan tujuan yang tidak penting dan bertentangan. (a)
Saringan Filsafat; Tyler menyarankan guru untuk membuat garis besar nilai yang
merupakan komitmen sekolah. (b) Saringan Psikologis; untuk menerapkan saringan
psikologis, guru harus mengklarifikasi prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Psikologi
pembelajaran tidak hanya mencakup temuan-temuan khusus dan jelas tetapi juga
melibatkan rumusan dari teori pembelajaran yang membantu menggarisbawahi asal usul

7
proses pembelajaran, bagaimana proses itu terjadi, pada kondisi seperti apa, bagaimana
mekanismenya dan sebagainya.

b. Menentukan Pengalaman Belajar


Pengalaman belajar mencakup segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Segala aktivtias siswa di dalam proses pembelajaran baik yang akan
dikerjakan atau yang telah dikerjakan siswa. Guru hanya sebagai pengembang kurikulum
yang memahami hal minat siswa. Dengan pemahaman tersebut memudahakan bagi guru
dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman
belajar.
Beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa:
1. Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
2. Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa
3. Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa
4. Kemungkinan dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang
berbeda
5. Terdeapat beberapa beberapa bentuk untuk mengembangkan kemampuan berpikir
siswa, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap sosial, dan
pengalaman belajar untuk mengembangkan minat.

c. Mengorganisasikan pengalaman belajar


Terdapat tiga prinsip dalalm mengorganisasaikan pengalaman belajar, yaitu
kontinuitas, urutan isi, dan integrasi. Prinsip kontinuitas bersifat vertical dan
horizontal. Bersifat vertical artinya bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus
memiliki kesinambungan yang diperlukan untuk pengembanan pengalaman belajar
selanjutnya. Misalnya jika siswa diberikan pengalamanan belajar tentang
pengembangan kemampuan membaca pada materi keanekaragaman hayati harus
dapat membantu untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang taksonomi
organisme, kepadatan populasi, dalam bidang Biologi, maka harus diyakini bahwa
pengalaman belajar tersebut dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan
berikutnya, seperti keterampilan memecahkan masalah kerusakan keanekaragaman.
Prinsip kontinuitas bersifat Horizontal bahwa suatu pengalaman yang diberikan
pada siswa harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman
belajar dalam bidang lain. contohnya pengalaman belajar dalam pengolahan limbah

8
organik menjadi pupuk kompos yang berkaitan dalam bidang ekonomi dan bidang
Biologi.
Pengembangan kurikulum model Tyler memiliki kelebihan pada penekanan
khusus fase perencanaan, yaitu perencanaan kurikulum untuk mengidentifikasi tujuan
umum menjadi sebuah tujuan, tujuan pendidikan jangka menengah, dan tujuan
pendidikan jangka panjang.

Langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:

1) Langkah 1 :
perencanaan kurikulum agar mengidentifikasi tujuan umum (tentative general
objectives) dengan mengumpulkan data dari tiga sumber yaitu kebutuhan peserta
didik, masyarakat (fungsi yang diperlukan), dan subject matter.
2) Langkah 2 :
Mengidentifikasi beberapa buah tujuan umum, perencana me-refine-nya dengan
cara menyaring menjadi dua aliran yaitu filosofi pendidikan dan psikologi belajar,
yang hasilnya akan menjadi tujuan pembelajaran khusus dan menyebutkan pula
pendidikan sekolah dan filosofi masyarakatat, menyusun garis besar nilai-nilai
yang didapat dan mengilustrasikannya.
Saran yang agar pendidikan member perhatikan kepada cara belajar yang dapat
mengembangkan kemampuan belajar, membantu dalam memperoleh informasi,
mengembangkan sikap masyarakat, mengembangkan minat, dan mengembangkan
sikap kemasyarakatan.
3) Langkah 3:
menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan. Penentuan
pengalaman belajar harus mempertimbangkan persepsi dan pengalaman yang
telah dimiliki oleh peserta didik.
4) Langkah 4:
mengorganisasikan pengalaman belajar ke dalam unit-unit dan menggambarkan
berbagai prosedur evaluasi.
5) Langkah 5:
mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar dan mengaitkan
dengan evaluasi terhadap keefektivan perencanaan dan pelaksanaan.
6) Langkah 6:

9
evaluasi pengalaman belajar, sebagai komponen penting dalam pengembangan
kurikulum.

Sumber Sumber Sumber

Siswa Masyarakat Materi pelajaran

Tujuan Instruksional Umum

Aliran Aliran
Filsafat Pendidikan Psikologi Belajar

Tujuan Pembelajaran Khusus

Pemilihan
Pengalaman Belajar

Pengorganisasian
pengalaman belajar

Pengarahan
peangalaman belajar

Evaluasi pengalaman
belajar

Gambar 1. Pengembangan Kurikulum Model Tyler (Oliva, 1992: 169)

Hal Ini mengusulkan model komprehensif untuk pengembangan kurikulum.Bagian


pertama dari model ini: pemilihan tujuan mendapat perhatian terbesar dari pendidik
lainnya.Tyler merekomendasikan agar perencana kurikulum mengidentifikasi tujuan umum
dengan mengumpulkan data dari sumber: peserta didik, kehidupan kontemporer di luar
sekolah, dan materi pelajaran.Banyak tujuan umum disempurnakan dengan menyaringnya

10
melalui dua layar: (1) filsafat pendidikan dan sosial sekolah dan (2) psikologi pembelajaran
dan menjadi tujuan instruksional yang spesifik.
Dalam menggambarkan tujuan umum Tyler menyebut mereka sebagai "tujuan", "tujuan
pendidikan", dan "tujuan pendidikan". Selanjutnya dia menyatakan bahwa pekerja kurikulum
harus mulai menganalisis data yang relevan dengan kebutuhan dan minat siswa.Ini adalah
pendidikan, sosial, pekerjaan, fisik, psikologis dan rekreasi. Dia merekomendasikan
pengamatan oleh guru, wawancara dengan siswa, wawancara dengan orang tua, kuesioner
dan tes sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang siswa.Dengan memeriksa
kebutuhan ini, pengembang kurikulum mengidentifikasi satu set tujuan potensial.
Langkah selanjutnya dalam proses tujuan umum adalah analisis kehidupan kontemporer
baik di masyarakat lokal maupun masyarakat. kebutuhan masyarakat banyak arus potensi
tujuan pendidikan. Untuk sumber perencana kurikulum beralih ke materi pelajaran, disiplin
itu sendiri.Dari tiga sumber tersebut, perencana kurikulum mendapatkan banyak sekali tujuan
umum atau luas.Setelah sederet tujuan yang mungkin ini ditentukan, proses penyaringan
diperlukan untuk menghilangkan tujuan yang tidak perlu dan tidak penting dan
bertentangan.Tyler menyarankan penggunaan sekolah pendidikan dan filosofi sosial sebagai
layar pertama dari tujuan tersebut.
Dalam layar filosofis Tyler menasihati para guru di sekolah tertentu untuk merumuskan
filsafat pendidikan dan sosial dan untuk menguraikan nilai-nilai dengan menekankan empat
tujuan demokratis:
 Pengakuan setiap individu sebagai manusia terlepas dari ras, status nasional, sosial
dan ekonominya;
 Kesempatan untuk partisipasi luas dalam semua fase kegiatan dalam kelompok sosial
di masyarakat;
 Dorongan variabilitas daripada menuntut tipe kepribadian tunggal;
 Iman dan kecerdasan sebagai metode untuk menangani masalah penting daripada
bergantung pada otoritas kelompok otokratis atau aristokratik.
Di layar Psikologis, para guru harus mengklarifikasi prinsip pembelajaran yang mereka
anggap masuk akal. "Psikologi pembelajaran yang ditekankan oleh Tyler tidak hanya
mencakup temuan spesifik dan pasti, namun juga merupakan rumusan teori pembelajaran
yang terpadu yang membantu menguraikan sifat proses pembelajaran, bagaimana hal itu
terjadi, dalam kondisi apa, mekanisme macam apa yang beroperasi dan sejenisnya. "Tyler
menjelaskan pentingnya layar psikologis dalam pernyataan berikut:

11
 Pengetahuan dalam psikologi pembelajaran memungkinkan kita membedakan
perubahan dalam diri manusia yang dapat diharapkan dihasilkan dari proses belajar
dari orang-orang yang tidak dapat.
 Pengetahuan dalam psikologi pembelajaran memungkinkan kita membedakan tujuan
yang mungkin dilakukan dari kemungkinan akan memakan waktu yang sangat lama
atau hampir tidak mungkin dicapai pada tingkat usia yang dipertimbangkan
 Psikologi pembelajaran memberi kita beberapa gagasan tentang lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tingkat tujuan dan tingkat usia di mana usaha tersebut
dilakukan dengan sangat efisien.
Pada Gambar 2, model Tyler menjelaskan tiga langkah lagi dalam perencanaan
kurikulum: pemilihan, pengorganisasian, dan evaluasi pengalaman belajar.Dia
mendefinisikan pengalaman belajar sebagai "interaksi antara pelajar dan kondisi eksternal di
lingkungan tempat dia bisa bereaksi".Dan guru harus memperhatikan pengalaman belajar
agar:
 Mengembangkan keterampilan dalam berpikir
 membantu dalam memperoleh informasi
 membantu dalam mengembangkan sikap sosial
 membantu dalam pengembangan minat

2. MODEL SAYLOR AND , ALEXANDER, AND LEWIS

Menurut Model ini membentuk curriculum planning process (proses perencanaan


kurikulum). Untuk mengerti model ini, kita harus menganalisa konsep kurikulum dan konsep
rencana kurikulum mereka. Kurikulum menurut mereka adalah "a plan for providing sets of
learning opportunities for persons to be educated" ; sebuah rencana yang menyediakan
kesempatan belajar bagi orang yang akan dididik. Namun, rencana kurikulum tidak dapat
dimengerti sebagai sebuah dokumen tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil
untuk porsi atau bagian kurikulum tertentu.
Pengembangan Kurikulum yang terlihat disini adalah sebagai sebuah proses dalam
membuat suatu keputusan yang terprogram dan juga untuk merevisi hasil dari keputusan
berdasarkan evaluasi yang terus menerus dan berkelanjutan. Sebuah model dapat membuat
kerangka dalam menyusun proses. Taba; “ Jika seseorang memahami Pengembangan
Kurikulum sebagai tugas yang membutuhkan pemikiran yang tertib, seseorang perlu meneliti
dua hal yakni pada bagaimana keputusan itu dibuat dan dengan cara bagaimana itu dibuat

12
untuk memastikan ada pertimbangan-pertimbangan yang relevan yang dibawa dalam
menghasilkan keputusan ini.”
Saylor, Alexander, dan lewis menggambarkan proses perencanaan kurikulum dalam
model yang ditunjukkan pada gambar dibawah. Untuk memahami model ini pertama-tama
kita harus menganalisis konsep mereka "kurikulum" dan "rencana kurikulum". Sebelumnya
dalam teks ini Anda menemui definisi mereka tentang kurikulum: "rencana untuk
menyediakan perangkat kesempatan belajar bagi orang-orang berpendidikan". Namun,
rencana kurikulum tidak harus dipahami sebagai sebuah dokumen tunggal melainkan sebagai
"rencana yang lebih kecil untuk bagian-bagian tertentu dari kurikulum".

Tujuan dan Sasaran

Perancangan Implementasi Evaluasi


Kurikulum Kurikulum Kurikulum
(Silabus) (KBM)
Keputusan untuk
Keputusan untuk Keputusan untuk prosedur evalusi
desain (s) yang petunjuk yang dalam menentukan
dibuat melalui
dibuat oleh perkembangan
tanggung jawab
kelompok guru. Rencana peserta didik yang
perencanaan kurikulum dibuat melalui
kurikulum yang melibatkan cara tanggung jawab
bertanggung jawab alternatif dengan guru. Keputusan
pada pusat saran untuk sumber, untuk prosedur
pendidikan tertentu. media, dan evaluasi dalam
organisasi. Maka
Mendahulukan mengevaluasi
akan memacu
keputusan yang kemudahan dan rencana kurikulum
berdasarkan dari kebebasan lebih yang dibuat
lembaga-lembaga untuk guru dan melalui tanggung
politik dan sosial siswa jawab kelompok
yang dapat perencana. Data
membatasi desain evaluasi menjadi
akhir . dasar untuk
membuat
keputusan
Gambar 2. Konsep proses perencanaan kurikulumperencanaan
oleh yang
Saylor, Alexander, dan Lewis. lebih jauh.

Tujuan, sasaran, dan domain. Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum
dimulai dengan menentukan tujuan utama pendidikan dan tujuan khusus mereka yang ingin
dicapai. Saylor, Alexander, dan lewis mengklasifikasikan perangkat tujuan luas menjadi

13
empat domain di mana pengalaman belajar ada didalamnya: pengembangan pribadi,
kompetensi sosial, keterampilan belajar, dan spesialisasi. Setelah tujuan, sasaran, dan domain
telah dibentuk, para perencana pindah ke proses merancang kurikulum. Para penyusun
kurikulum memutuskan kesempatan belajar yang sesuai untuk setiap domain, bagaimana dan
kapan peluang ini akan ditetapkan. Sebagai contoh, akankah kurikulum dirancang sepanjang
garis disiplin akademis, menurut susunan lembaga sosial, atau dalam hubungannya dengan
kebutuhan dan ketertarikan siswa?
Cara pembelajaran. Setelah desain telah dibuat dan mungkin ada lebih dari satu,
semua guru dipengaruhi oleh bagian tertentu dari rencana kurikulum yang harus membuat
rencana pembelajaran. Mereka memilih metode melalui mana kurikulum yang berhubungan
dengan peserta didik. Titik utama pada model ini akan membantu untuk memperkenalkan
istilah “tujuan instruksional”. Guru kemudian akan menentukan tujuan instruksional sebelum
memilih strategi atau mode presentasi.
Evaluasi. Akhirnya, perencana kurikulum dan guru terlibat dalam evaluasi. Meraka
harus memilih dari berbagai teknik evaluasi. Saylor, Alexander, dan lewis mengusulkan
desain yang dibolehkan (1) evaluasi program pendidikan total sekolah, termasuk tujuan,
subtujuan, dan sasaran; efektivitas instruksi: dan pencapaian peserta didik dalam segmen
tertentu dari program , serta (2) evaluasi dari evaluasi program itu sendiri. Proses evaluasi
memungkinkan perencana kurikulum untuk menentukan apakah atau tidak tujuan sekolah dan
tujuan instruksi telah terpenuhi.
Saylor, Alexander, dan lewis menambahkan model mereka pada proses perencanaan
kurikulum dengan menggandengkan model yang menggambarkan unsur-unsur dari sistem
kurikulum, proses mendefinisikan tujuan dan sasaran dari lembaga pendidikan, dan evaluasi
kurikulum. Perencana kurikulum mungkin menemukan beberapa perpaduan model dari
proses perencanaan kurikulum dengan model pendamping diinginkannya (Oliva, 1991).

3. MODEL OLIVA
Pada model ini, pembuatan rencana tentang perkembangan kurikulum terbagi menjadi
tiga kriteria, yaitu sederhana, komprehensif, sistematik. Model Oliva terdiri atas 12
komponen yang menggambarkan pengembangan kurikulum yang komprehensif. Hal ini
dijabarkan sebagai berikut:
a. Komponen I, para ahli pengembang kurikulum menentukan tujuan dari pendididkan serta
landasan filosofi dan psikologi. Tujuan ini diyakini berasl dari kebutuhan masyarakat dan

14
kebutuhan hidup individu di masyarakat. Komponen ini menggabungkan konsep yang
sama dengan Tyler.
b. Komponen II, adanya analisis kebutuhan masyarakat dimana suatu sekolah berada,
kebutuhan siswa dilayani oleh masyarakat.
c. Komponen III dan IV disebut tujuan khusus kurikulum berdasarkan tujuan keyakinan.
d. Komponen V bertujuan untuk mengorganisir dan mengimplementasikan kurkulum,
membentuk dan membangun struktur dengan kurikulum yang akan diorganisir.
e. Komponen VI dan VII, menggambarkan perincian lebih lanjut dalam pelaksanaan lewat
pengajaran yang menckaup tujuan instruksional umum dan khusus. Komponen VIII
menunjukkan strategi agar tujuan tercapai di kelas.
f. Komponen IX, dalam fase ini pembina kurikulum secara pendahuluan mencari teknik
evaluasi, yang dilanjutkan dengan komponen X ketika pembelajaran dilaksanakan.
g. Komponen XI adalah evaluasi sesungguhnya mengenai prestasi siswa dan keefektifan
pengajaran.
h. Komponen XII merupakan evaluasi kurikulum atau keseluruhan program. Hal terpenting
adalah umpan balik dari setiap evaluasi untuk pengembangan lebih lanjut.
Keseluruhan inti komponen adalah komponen I sampai IV dan VI sampai IX adalah
tahap perencanaan. Disamping itu, komponen X sampai XII adalah thap operasional.
Komponen V merupakan perpaduan antara perencanaan dan operasional.

Gambar 3. Model Oliva yang dikembangkan

15
Langkah-langkah model kurikulum ini dikenal sebagai The Twelve-Components, tetapi
dapat diuraikan menjadi 17 (tujuh belas) langkah, yaitu: (1) Spesifikasi kebutuhan siswa
umumnya, (2) Spesifikasi kebutuhan masyarakat, (3) Pernyataan filsafat dan tujuan
pendidikan, (4) Spesifikasi kebutuhan siswa tertentu, (5) Spesifikasi kebutuhan masyarakat
lingkungan sekolah, (6) Spesifikasi kebutuhan mata pelajaran, (7) Spesifikasi tujuan
kurikluum sekolah, (8) Spesifikasi tujuan kurikulum sekolah lebih lanjut (lebih khusus), (9)
Organisasi dan implementasi kurikulum, (10) Spesifikasi tujuan instruksional umum, (11)
Spesifikasi lebih lanjut dan khusus tujuan instruksional, (12) Seleksi strategi instruksional,
(13) Seleksi awal strategi evaluasi, (14) Implementasi pengajaran/ instruksional, (15) Seleksi
akhir strategi evaluasi, (16) Evaluasi pengajaran dan modifikasi komponen-komponennya,
(17) Evaluasi kuriklum dan modifikasi komponen-komponen kuriklum.

4. MODEL TABA

Model Taba menggunakan pendekatan akar rumput (Grass-Roots) dalam


pengembangan kurikulum yang dirancang oleh guru sebagai tenaga pendidikan. Taba percaya
kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh pihak berwenang. Menurut
Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus
bagi murid-murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum
umum. Karena itu Taba menganut pendekatan induktif yang dimulai dengan hal khusus dan
dibangun menjadi suatu rancangan umum.

Membuat unit-unit eksperimen oleh guru  Mendiagnosis kebutuhan


 Merumuskan tujuan
 Memilih isi / materi
Menguji unit eksperimen  Mengorganisasikan isi/ materi
 Memilih pengalaman belajar
 Mengorganisasikan
Mengadakan revisi dan konsolidasi pengalaman belajar
 Mengadakan evaluasi
 Menguji urutan dan
Pengembangan keseluruhan kerangka keseimbangan
kurikulum

Membuat unit-unit eksperimen oleh guru

Gambar 4. Prosedur Pengembangan Kurikulum Model Taba (Hamalik, 2000:38)

16
Langkah-langkah atau tahapan pengembangan kurikulum model Hilda Taba adalah
sebagai berikut (Wahyudin, 2014: 65)
a. Membuat unit panduan (Producing Pilot Units), yang mewakili tingkatan kelas dan
mata pelajaran yang berhubungan secara teori dan praktik;
1) mendiagnosis kebutuhan siswa (Diagnosis of needs), untuk mengetahui perbedaan
individual, kelemahan, dan keberagaman latar belakang siswa;
2) merumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai (Formulation of objectives) sebagai
penjabaran dari tujuan umum;
3) memilih isi (Selection of content), yang yang tepat dan signifikan yang didasarkan
pada penajabaran tujuan-tujuan khusus;
4) mengorganisasikan isi (Organization of content), menempatkan tingkat dan urutan
materi pelajaran yang disesuaikan dengan kematangan siswa, kesiapan siswa untuk
menerima materi pelajaran, dan tingkat prestasi akademik.
5) Memilih pengalaman belajar (Selection of learning experiences), yaitu memilih
metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa ikut terlibat dalam
memahami berbagai materi pelajaran yang diberikan.
6) Mengorganisasikan pengalaman belajar (Orgcmzation of learning activities), yaitu
tahapan dimana guru menentukan bagaimaan mengemas pengalaman belajar,
kombinasi, dan urutan pelaksanaan pengalaman belajar tersebut sesuai tingkat dan
organisasi isi.
7) Menentukan materi, cara dan tujuan evaluasi yang akan dievaluasi (Determination of
what to evaluate and of the ways and means of doing it). Perencanaan kurikulum
harus memetuskan apakah tujuan sudah tercapai.Guru rnemilih alat dan teknik yang
tepat untuk menilai keberhasilan siswa dan untuk menentukan apakah tujuan
kurikulum sudah tercapai.
8) Memeriksa keseimbangan dan urutan untuk menemukan konsistensi diantara berbagai
bagian unit pengajaran dan pembelajaran (Checking for balance and sequence),
ketepatan alur pengalaman belajar, keseimbangan bentuk pembelajaran, dan bentuk-
bentuk ekspresi.
b. Menguji unit eksperimen (Testing Experimental Units), untuk menentukan validitas
dan kemampuan guru dalam menentukan batas paling atas dan batas paling bawah dari
kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh para siswa serta menghimpun data untuk
penyempurnaan.

17
c. Revisi dan konsolidasi (Revising and Consolidating), untuk menetapkan berbagai
pertimbangan praktis dan teori berkaitan dengan struktur unit, pemilihan isi, dan
pengalaman belajar yang telah ditetapkan, pemberian saran tentang batasan modifikasi
dalam kelas. Pada tahap ini data yang diperoleh dari tahap dua dijadikan dasar dalam
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan. Setelah itu, dilakukan konsolidasi untuk
menguji rancangan unit di luar daerah atau unit eksperimen sehingga rancangan unit yang
telah dibuat dapat berlaku lebih luas.
d. Mengembangkan kerangka kurikulum (Developping a framework), untuk menguji
unit yang telah ditetapkan dalam lingkup yang sesuai bedasarkan landasan-landasan teori
yang digunakan pada setiap bidang kajian.
e. Installing dan penyebarluasan (Installing and disseminating new units), kurikulum
hasil pengembangan sebagai subsistem pada sistem sekolah secara menyeluruh sehingga
tenaga pendidik dan kependidikan dapat menerapkan kurikulum secara efektif.

5. MODEL BEAUCHAMP

Model kurikulum ini dikembangkan oleh George A. Beauchamp seorang ahli kurikulum
yang mengemukakan lima hal dalam pengembangan suatu kurikulum, adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan wilayah cakupan kurikulum


Dalam hal ini perlu ditetapkan satu daerah pilot project sebagai wilayah
pengembangan kurikulum.
b. Menetapkan personalia
Hal ini mengandung arti pihak - pihak yang berperan serta dalam pengembangan
kurikulum. Terdapat empat kategori orang yang ikut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum, yaitu para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum dan para ahli ilmu bidang dari luar, para ahli pendidikan
dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih, para professional dalam
sistem pendidikan, professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
c. Organisasi dan prosedur pengembang kurikulum
Berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan
umum dan evaluasi, serta menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp
membagi organisasi ini dalam lima tim yaitu; tim pengembang kurikulum, tim
penilai atau peneliti terhadap kurikulum yang sedang digunakan, tim yang

18
mempelajari kemungkinan penyusunan kurikulum baru, tim perumusan kriteria-
kriteria bagi penentuan kurikulum baru, tim penyusun dan penulis kurikulum baru.
Prosedur kerja yang akan dilalui adalah; 1) merumuskan tujaun, 2) memilih
materi, 3) menentukan pengalaman belajar, 4) menentukan jkegiatan evaluasi, 5)
menentuakn desain.
d. Impelementasi kurikulum
Pelaksanaan kurikulum yang membutuhkan kesiapan secara menyeluruh, baik
kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, dan sistem manajerial pimpinan dan tenaga
administrasi sekolah.
e. Evaluasi kurikulum, meliputi: 1) evaluasi pelaksanaan kurikulum yang
dilaksanakan oleh guru, 2) evaluasi terhadap hasil belajar siswa, 4) evlauasi
terhadap sistem dalam kurikulum. Hasil evaluasi terhadap empat komponen
tersebut dijadikan sebagai dasar acuan dalam penyempurnaan sistem, desain, dan
prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum.

Menetapkan lokasi pilot project

Menetapkan personalia pengembang kurikulum

Pengorganisasaian proyek menjadi lima tim

Prosedur kerja:

a. Merumuskan tujuan
b. Memilih materi
c. Menentukan pengalaman belajar
d. Menentukan kegiatan evaluasi
e. Menentukan desain

Implementasi kurikulum

Evaluasi kurikulum:

a. Pelaksanaan kurikulum
b. Desain kurikulum
c. Hasil belajar siswa
d. Sistem dalam kurikulum

Gambar 5. Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp (Hamalik, 200: 25)

19
6. MODEL GRASS-ROOTS

Model ini dikembangkan oleh Smith, Stainly, dan Shores. Model ini diprakarsai atas
keinginan dari para pelaku kurikulum, yaitu guru dan pihak sekolah (kepala sekolah, tenaga
pendididkan dan kependididkan, komite). Dalam model ini sekelompok guru mengadakan
penyempurnaan terhadap satu atau beberapa bidsng atau seluruh bidang kurikulum.
Pengembangan kurikulum model ini merupakan kebalikan dari model administratif.
Model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus
bawah atau dari bawah ke atas.Model ini diberi nama Grass Roots karena inisiatif dan
gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru atau sekelompok guru disuatu
sekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para
pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari unit-unit
terkecil dan spesifik menuju bagian yang lebih besar.

Kegiatan Lokakarya-lokakarya

Asesmen
Kebutuhan Analisis Kurikulum yang
Kurikulum
kebutuhan sedang
yang sedang Kurikulum
dilaksanakan
dilaksanakan Baru
Kurikulum yang Review
sedang kurikulum
dilaksanakan Pembuatan
Keputusan
Analisis masalah
Identifikasi
masalah-masalah
situai lokal

Guru , administrator, siswa, konsultan, orangtua, orangluar

Gambar 6. Model Pengembangan Kurikulum Grass Roots (Hamalik, 2000: 17)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan model ini yaitu :
1. Guru harus memiliki kemampuan yang professional
2. Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyelesaian kurikulum
3. Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan

20
4. Pertemuan kelompok yang dilakukukan guru akan berdampak terhadap pemahaman
guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana.
Dalam prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja operasional dalam
pengembangan kurikulum secara kooperatif sehingga dapat menghasilkan suatu kurikulum
yang sistematik.Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikulum model ini
sangat membutuhkan dukungan moril maupun materil yang bersifat kondusif dari pihak
pimpinan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan berbagai model yang telah diuraikan di atas terdapat perbedaan dan
persamaan. Taba dan Tyler melukiskan langkah-langkah, Saylor, Alexander dan Lewis
melukiskan proses. sedangkan Oliva melukiskan komponen-komponen pengembangan
kurikulum. Tidak ada model yang yang sempurna, demikian juga tidak dapat dikatakan suatu
model lebIh baik dari yang lain.

Untuk menilai suatu model terdapat beberapa kriteria yang harus kita pergunanakan.
Suatu model harus mengandung kriteria berikut :

1. Beberapa komponen pokok. Misalnya : fase perencanaan, pelaksanaan, penilaian


2. Biasanya terdapat titik awal dan akhir
3. Melukiskan hubungan kurikulum dan pengajaran
4. Perbedaan tujuan umum dan tujuan khusus
5. Hubungan timbal balik antara berbagai komponen
6. Bersifat siklus, tidak hanya linear
7. Garis umpan balik
8. Kemungkinan mulai dari titik mana saja dalam siklus
9. Mempunyai konsistensi internal dan logik
10. Cukup sederhana, mudah dimengerti, dan mudah dilaksanakan
11. Komponen dimasukkan dalam sebuah diagram/chart

B. Saran

Model pengembangan kurikulum menyarankan suatu sistem yang perlu diikuti oleh para
pembina kurikulum dan merupakan kerangka penjelasan fase-fase pengembangan kurikulum.
Setiap orang dapat menerapkan dan mengembangkan suatu model yang terbaik baginya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Beane, J. A., Toepfer, & Allesi. (1986). Curriculum Planning and Development. Boston:
Allyn and Bacon, nc.
Hamalik, Oemar, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT Remaja Rosda
Karya, 2009.
Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Johnson, M. (1977). Intentionality in Education. New York: Center for Curriculum
Research and Services. Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta:
Depdikbud.
Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud
Oliva, Peter F.( 1991), Developing the Curriculum, third edition. New York. Harper Collin
Publishers
Sukmadinata, N.S. (2010). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya.
Suyanto, Slamet. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Biologi Bertaraf Internasional
Melalui Proses Adopsi Dan Adaptasi
Tawang, suhada. 2015. Model-model pengembangan kuirkulum.http://suhadatawang.
blogs.uny.ac.id/2015/11/24/model-model-pengembangan-kurikulum/
Wahyudin, Dinn, 2014. Manajemen Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

23

Anda mungkin juga menyukai