Subyektif
- demam sejak 13 hari SMRS, demam tidak terlalu tinggi, hilang timbul terutama
dirasakan sore hari
- nyeri kepala, seperti tertekan-tekan
- mual namun tidak ada muntah
- BAB nya menjadi tidak lancar
- 3 hari SMRS, demam bertambah tinggi dan terus menerus, nyeri kepala, mual dan tidak
BAB
Objektif
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4 M6 V5
- Vital Sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 72 x/menit
Frekuensi pernafasan : 20 x/menit
27
Suhu : 39,2 ºC
- Berat Badan : 45 Kg
- Gizi : Kesan cukup
- Status Generalis
Pemeriksaan Kepala : ragaden (+), coated tongue (+)
Pem Abdomen : nyeri tekan abdomen (+), hepar & lien tak
teraba, bising usus (+) meningkat
- Pemeriksaan Laboratorium
Widal test : Salmonella Typhi O (+) 1/640
Salmonella Paratyphi C O (+) 1/320
Assesment
Demam yang terjadi pada pasien demam tifoid disebabkan oleh infeksi Salmonella
typhi. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terjadi pada saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, disertai dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.
Gejala prodromal pada demam tifoid berupa malaise, anoreksia, sakit kepala, rasa tidak
enak di perut, dan nyeri seluruh tubuh. Pada minggu pertama demam berangsur-angsur naik,
demam terutama pada sore dan malam hari (febris reminen), dan pada minggu kedua dan
ketiga demam terus menerus tinggi (febris kontinua). Kemudian turun secara lisis. Gangguan
gastrointestinal berupa bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor, berselaput putih dan pinggir
hiperemis. Perut agak kembung dan nyeri tekan. Gejala demam tersebut disebabkan oleh
endotoksin yang dieksresikan oleh basil S. typhi, sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus. Dimana pada infeksi S. typhi, basil diserap di usus halus
kemudian melalui pembuluh limpa masuk ke aliran darah sampai ke organ hati dan limpa.
28
Basil yang menyebar ke seluruh tubuh masuk ke kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan
tukak pada mukosa di atas plaque peyeri. Hal tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman di
perut hingga dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus.
Pemeriksaan serologi (pemeriksaan Widal) ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap antigen kuman S. typhi. Diagnosis dinyatakan bila titer O ≥ 1/160, yang sesuai pada
pasien ini. Pemeriksaan ini tepat dilakukan pada pasien ini, dimana demamnya telah
berlangsung ± 2 minggu, mengingat titer O meningkat di akhir minggu ke-1.
Upaya diagnosis pada pasien ini sudah optimal, dinilai dari penelusuran gejala kinis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan widal yang mendukung ke arah diagnosis demam tifoid.
Namun, pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan kultur (gall culture) yang merupakan
gold standar untuk pemeriksaan demam tifoid. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, biaya
dan fasilitas.
Plan
Diagnosis : Demam Tifoid
Pengobatan :
- Tirah baring
- IVFD RL : D5% gtt XX (makro)
- Diet lunak tinggi kalori tinggi protein (TKTP) rendah serat
- Paracetamol 3 x 500mg PO
- Ceftriaxon 2 x 1 gr IV
- Ondansentron 2 x 8 mg IV
Penatalaksanaan utama pada kasus demam tifoid adalah tirah baring (istirahat), diet
berupa diet TKTP rendah serat untuk meringankan kerja usus dan menghindari komplikasi
perdarahan saluran cerna atau perforasi usus, dan pemberian antibiotik yang sesuai. Pada
pasien ini antibiotik yang diberikan adalah ceftriaxone IV 1 gr/ 12 jam. Penatalaksanaan
lainnya berupa simtomatik, yaitu pemberian antipiretik dan antiemetik untuk mengatasi
keluhan pasien.
Pendidikan : edukasi kepada pasien untuk istirahat yang cukup, makan secara teratur,
menjaga kebersihan diri dan makanan.
29