MAKALAH TOKSIKOLOGI
OLEH :
KELOMPOK III
ALYA RAHMITA
HARLINA HAMIRI
RISKI YUNITA
SANTI NOVRILIA
SARAH ENDI VIOLIN
SESAR ATIKA
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “KARBON MONOKSIDA (CO) “.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga data memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segalah saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Kelompok III
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMERIKSAAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesempulan....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap lima liter bensin dapat menghasilkan 1- 1,5 kg CO. Bayangkan saja jika di suatu
kota dengansejuta mobil dan setiap mobil menghabiskan 10 liter bensin sehari. Maka bisa
dipastikan betapa banyaknya kadar CO di udara yang dihasilkan dari buangan asap
kendaraan (Sastrawijaya, 2009).
Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti
kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara
tersebut menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia (Akmal, 2009).
Pencemaran udara ini berupa emisi gas buang atau yang biasa kita sebut dengan asap knalpot,
muncul karena adanya proses pembakaran. Adapun pengertian dari pembakaran adalah
proses oksidasi yang cepat suatu bahan bakardan pembakaran yang komplit hanya mungkin
jika ada suatu oksigen cukup. Tujuan dari pembakaran yang baik adalah melepaskan seluruh
panas yangterdapat dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan pengontrolan “tiga
T”pembakaran yaitu Temperature atau suhu yang cukup tinggi untuk menyalakandan
menjaga penyalaan bahan bakar, Turbulence atau turbulensi atau pencampuran oksigen dan
bahan bakar yang baik, dan Time atau waktu yang cukup untuk pembakaran yang sempurna.
Terlalu banyak, atau terlalu sedikitnya bahan bakar pada jumlah udara pembakaran
tertentu,dapat mengakibatkan tidak terbakarnya bahan bakar dan terbentuknya karbon
monoksida. Komponen utama bahan bakar fosil, yang beberapa di antaranya digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan bermotor adalah hidrogen (H) dan karbon (C). Pada
pembakaran bahan bakar yang sempurna maka yang dihasilkan adalah gas CO2 dan H2O.
Pembakaran yang sempurna ini terjadi hanya jika ada pasokan oksigen yang cukup. Jika tidak
sempurna, maka akandihasilkan senyawa hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), timbal, serta nitrogen oksida (NOX) pada kendaraan berbahan bakar bensin.
Sedangkan pada kendaraan berbahan bakar solar, gas buangnya mengandung sedikit HC dan
CO tetapi lebih banyak sulfur oksida (SOX). Diantara gas-gas yang beracun tersebut, yang
perlu lebih banyak mendapat perhatian adalah gas CO(karbon monoksida) karena
pengaruhnya yang besar terhadap kesehatan manusia (Anggraeni, 2009).
B. Mekanisme Karbon Monoksida (CO)
Menurut Akmal (2009), karbon monoksida (CO) jika terhisap ke dalam paru-paru akan
ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal
ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme
dengan darah .Karbon monoksida dihasilkan pada pembakaran tidak sempurna. Contoh, 4
sampai 7 persen dari gas buangan kendaraan bermotor dan gas dari cerobong asap merupakan
CO. Senyawa ini sangatlah beracun karena dapat berikatan kuat dengan hemoglobin dan
menghambat proses pengangkutan oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Karbon monoksida
berikatan 200 kali lebih kuat dengan hemoglobin dari pada oksigen dan oleh karenanya
sangat sulit untuk melepaskannya ketika telah berikatan dengan darah (Soetrisno, 2003).
Berkaitan dengan karakteristik CO yang afinitasnya terhadap hemoglobin 250–300 kali
lebih kuat daripada afinitas oksigen, CO akan membentuk ikatan karboksihemoglobin,
sehingga menghamba distribusi oksigen ke jaringan tubuh,maka organ yang sangat sensitif
terhadap keracunan karbon monoksida adalah organ-organ dengan kebutuhan oksigen paling
banyak (Anggraeni, 2009).
Hemoglobin yang biasanya membawa oksigen dan udara rupanya lebih tertarik kepada
CO. Akan terbentuk senyawa CO dengan hemoglobin dengan ikatan kimia yang lebih kuat
daripada dengan oksigen. Molekul karboksihemoglobin ini sangat mantap dan untuk
beberapa jam tidak dapat lagi mengikat oksigen yang diperlukan tubuh. Jika kita duduk di
udara dengan kadar 60 bpj CO selama 8 jam, maka kemampuan mengikat oksigen oleh darah
kita turun sebanyak 15%. Sama dengan kehilangan darah sebanyak 0,5 liter
(Sastrawijaya, 2009). Gas karbon monoksida yang diabsorpsi tubuh, memiliki afinitas dengan
hemoglobin yang sangat kuat didarah sehingga membentuk ikatan karboksi hemoglobin
(COHb). Akibatnya terjadi kompetisi dengan O2 untuk berikatan dengan Hb sehingga
konsentrasi COHb di darah meningkat, sehingga meningkatkan kekentalan darah yang
berdampak pada gangguan aliran darah (Harrianto, 2009).
Dalam keadaan normal, tekanan oksigen di dalam alveoli akan lebih besar dari tekanan
oksigen di dalam pembuluh darah. Dengan demikian, maka molekul oksigen menembus
dinding jaringan dan terikat oleh molekul hemoglobin di dalam sel darah merah. Sebaliknya,
beberapa gas mempunyai tekanan lebih tinggi di peredaran darah dari pada di alveoli
(Mukono, 2008).
Umumnya rute keterpajanan gas karbon monoksida adalah melalui jalan pernapasan atau
rute terhirup atau inhalasi (inhalation route). Gas ini dikelompokkan sebagai bahan kimia
asfiksia (asphyxiate). Ia mengakibatkan racun dengan cara meracuni haemoglobin (Hb)
darah. Hb berfungsi mengikat darah dalam bentuk HbO. Setelah CO mengikat haemoglobin
darah terbentuk ikatan HbCO, maka otomatis oksigen akan terusir. Dengan mekanisme ini,
tubuh mengalami kekurangan oksigen dan gejala asfiksia atau kekurangan oksigen akan
terjadi. Hal ini disebabkanafinitas atau sifat pengikatan atau daya lengket karbon monoksida
ke haemoglobin darah dibandingkan dengan oksigen jauh lebih besar sebanyak 200 –3.000
kali lipat. Dalam jumlah sedikit pun gas karbon monoksida jika terhirup dalam waktu tertentu
dapat menyebabkan gejala racun terhadap tubuh ( Majid, 2011).
C. Gejala-gejala Klinis Karbon Monoksida (CO)
1. Gejala akut - waktu singkat
Gas karbon monoksida adalah gas beracun. Gejalanya dapat terjadi perlahan-lahan,
dan kerap terjadi secara mendadak cepat. Ini bergantung dari konsetrasi paparan dan lama
paparan. Indikasinya bibir dan kuku-kuku jari jemari akan berubah menjadi agak merah. Ini
suatu tanda adanya paparan yang melampaui batas yang bisa diterima. Juga bisa terlihat
seseorang yang terpapar mengalami gejala sakit kepala, pernapasan jadi pendek dan dangkal,
pusing, mendesah, indiges, dan mual. Pada konsetrasi yang tinggi bisa saja terjadi pingsan
atau tidak sadarkan diri dan mungkin berakibat kematian. Gejalanya juga bisa berupa
penglihatan terganggu dan kehilangan ingatan.
2. Gejala kronik – gejala jangka panjang
Kajian klinis menunjukkan adanya hubungan antara paparan gas karbon monoksida
untuk pekerjaan tertentu seperti petugas pemadam kebakaran, pekerja proyek/foundry dan
kejadian meingkatnya penyakit jantung. Gas karbon moniksida adalah gas toksin reproduksi.
Gejala-gejala klinis dari saturasi darah oleh karbon monoksida dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
PEBAHASAN
A. Pra Analitik
Menggunakan uji formalin 1
1. Persiapan pasien
2. persiapan alat dan bahan untuk sampel
3. cara pengambilan sampel
4. tabung EDTA
Uji alkali dilusi/ resistensi akali 2
tujuan : Untuk mengetahui kadar CO dalam darah secara semikuantitatif.
B. Analitik
Cara kerja 1
1. Ambil 2 tabung reaksi.
2. Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam tabung pertama dan 1-2 tetes darah
normal ke dalam tabung kedua (sebagai kontrol negatif).
3. Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna merah dapat
diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung CO akan tampak merah
jernih sedang darah kontrol berwarna merah keruh.
4. Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung kemudian
dikocok.
Car kerja 2
1. Ambil 2 tabung reaksi.
2. Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam tabung pertama dan 1-2 tetes darah
normal ke dalam tabung kedua (sebagai kontrol negatif).
3. Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna merah dapat
diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung CO akan tampak merah
jernih sedang darah kontrol berwarna merah keruh.
4. Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung kemudian
dikocok.
C. Pasca Analitik
1.Bila darah mengandung COHb 25% saturasi maka akan terbentuk koagulat berwarna
merah yang mengendap pada dasar tabung reaksi. Semakin tinggi kadar COHb, semakin
merah warna koagulatnya. Sedangkan pada darah normal akan terbentuk koagulat yang
berwarna coklat.
2. Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah hijau kecoklatan karena
terbentuk hematin alkali. Sedangkan darah yang mengandung COHb tidak berubah
segera (tergantung konsentrasi COHb) karena lebih resisten terhadap alkali. COHb
dengan kadar saturasi 20% akan memberi warna merah muda selama beberapa detik
kemudian menjadi coklat kehijauan setelah 1 menit. Sebagai kontrol jangan digunakan
darah fetus karena darah fetus juga bersifat resisten terhadap alkali.
BAB III
SOLUSI
PENUTUP
A.Kesimpulan
Karbon monoksida merupakan suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa yang berbahaya bagi manusia.
Karbon monoksida merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa
karbon dan oksigen.
Jumlah CO yang diabsorbsi oleh tubuh tergantung pada ventilasi semenit, durasi
paparan dan konsentrasi relatif karbon monoksida di lingkungan. Ikatan CO dengan
hemoglobin menimbulkan terjadinya penurunan kapasitas oksigen tergadap
hemoglobin dan penurunan pengiriman oksigen ke sel berdasarkan tiga mekanisme,
yaitu berkaitabn dengan hemoglobin, berkaitan dengan kompleks sitokrom oksidase
sehingga terjadi penurunan respirasi efektif intra sel, berikatan dengan mioglobin
membentuk karboksi mioglobin (COMb).
Keracunan gas karbon monoksida gejala didahului dengan sakit kepala, mual,
muntah, rasa lelah, berkeringat banyak, pyrexia, pernapasan meningkat, confusion,
gangguan penglihatan, kebingungan, hipoensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan
sakit dada mendadak.
B.saran
Di perlukan dari kesadaran masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya dan tidak
membakar sampah yang nantinya akan merugikan diri sendiri ,beresiko terhadap kesehatan
warga atau masyarakat sekitar karena seperti yang kita ketahui bahwa asap dari pembakaran
alami yaitu pembakaran sampah di lingkungan,letusan gunung berapi maupun buatan yaitu
kendaraan bermotor,mobil,gas ,dan asap rokok yang asapnya itu nanti akan menjadi polutan
yang berbahaya dan mematikan yah contoh CO (karbon monoksida).karbon monoksida
merupakan polusi yang tidak berbau ,berasa dan tidak mengiritasi kulit dan mat jadi kita lebih
baik mencegah daripada mengobati.
DAFTAR PUSTAKA