Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

Kepanitraan Klinik SMF Ilmu Penyakit Saraf

VERTIGO

DISUSUN OLEH:

Deny Guslipta Nesiandeka

17360306

PEMBIMBING:

dr.Halomoan Saragi, Sp.S

SMF ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE

PROVINSI SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya telah selesai menyusun
laporan kasus ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Neurologi Rumah Sakit Umum Kabanjahe dengan judul “VERTIGO”.Pada kesempatan ini
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.Halomoan Saragi, Sp.S selaku
pembimbing di bagian Neurologi.

Bahwasanya hasil usaha penyusun laporan kasus ini masih banyak kekurangannya.

Tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada saya. Kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan.

Harapan saya semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah

pengetahuan.

Kabanjahe, Januari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I LAPORAN KASUS ........................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 9

BAB III KESIMPULAN................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA 17

ii
RSUD KABANJAHE KAB. KARO
STATUS NEUROLOGI
1. Nama Coas : Deny Guslipta Nesiandeka
Tanggal ujian : 31 Januari 2018/Rabu/06.00 WIB
Tanggal masuk pasien : 03-01-2017 jam 20.05 WIB
Status Pasien
1. No RM : 070574
2. Nama : Penoh Br Kaban Umur: 49th Sex: Pr Alamat: Kabanjahe
3. Keluhan Utama : Pusing Berputar
4. RPS : Pasien datang ke UGD RSUD Kabanjahe pada tanggal 03-01-
2017 jam 20.05 WIB dengan keluhan pusing berputar sejak 2 hari yang lalu.
Awalnya pasien merasakan pusing saat berjalan dan tiba-tiba merasa dirinya berputar-
putar seperti ingin jatuh, keluhan timbul secara mendadak dan ruangan
disekelilingnya ikut terasa berputar kurang lebih 5 menit. Keluhan ini bertambah berat
saat pasien berubah posisi tubuh, duduk ataupun berdiri, saat serangan terjadi pasien
tidak dapat berjalan dan beraktivitas. Saat berbaring keluhan dirasakan berkurang.
Pasien juga mengeluhkan mual (+) dan muntah (+) saat terjadi serangan pusing.
Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri kepala, nyeri telinga, telinga berdenging,
gangguan pendengaran, pilek, batuk, pandangan kabur, rasa lemas, pingsan dan
demam. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Riwayat kepala terbentur dan trauma
disangkal.
5. RPD : Pasien sudah beberapa kali mengalami keluhan seperti ini
Riwayat hipertensi (+), DM (-), Stroke (-)
6. Vital Sign : Kesadaran: compos Mentis TD: 180/ 100 mmHg Nadi:
80x/i HR: 80x/i RR: 24x/i Suhu: 36oC
7. Status IPD : DBN
8. Status Neurologi

8.1 R.meningeal : Kaku Kuduk (-), Laseque (-), Kernig (-), Brudzinki I/II/III =
(-/-/-)
8.2 Nervus Cranial
8.2.1 Kepala : normochepal
8.2.2 Mata : 1. Pupil : Isokor ukuran: 2mm
2. GBM : N III, N IV, N VI baik ke segala arah

1
3. refleks :Cahaya (-/-), Refleks Kornea (-/-), pupil (-/-)
8.2.3 Hidung : normosmia, deviasi septum (-), sekret (-)
8.2.4 Mulut : 1. Uvula : ditengah
2. Arcus Pharinx : Sama tinggi
3. Refleks Muntah : Tidak Dilakukan
8.2.5 Telinga : normotia, sekret (-)
8.2.6 Wajah : Simetris, Pareses N.VII (-)
8.2.7 Lidah : Simetris, Pareses N.XII (-)
8.2.6 Leher, Bahu : M. Sternocleidomastoidea dextra et sinistra terlihat
Tes angkat bahu sama tinggi (Paresis N IX (-) )

8.3 motorik : Inspeksi : Atropi (-/-), Tremor (-/-)

Palpasi :Normotonus (+/+)

Perkusi : Fasikulasi (-)

Kekuatan Otot:

5 5

5 5

8.4 Keseimbangan : Romberg-Test (+), Tes hell to walking (+)


8.5 Koordinasi : Finget to Finger (-), Finger to Nose (-), Pronasi Supinasi (-)
8.6 Sensoris : Raba (+), Nyeri (+)
8.7 Fungsi Luhur : Orientasi : Baik
Ingatan : Baik
8.8 Reflek Fisiologis Refleks Patologis
Reflek bisep : +/+ Babinski : -/-
Reflek trisep : +/+ Chaddock : -/-
Reflek brachioradialis : +/+ Oppenheim : -/-
Reflek patella : +/+ Gordon : -/-
Reflek Achilles : +/+

2
9. Pemeriksaan tambahan
9.1 Lab
Pemeriksaan Darah Hasil Rujukan
wbc 6,77 109/I 5,00 – 10,00
RBC 4, 74 1012/I 4,00 – 5,50
Hb 13,0 g/dI 12,0 – 14,0 (P), 13,0 – 16,0 (L)
HCT 36,00 % 36,00 – 52,00 %
PLT 262 109/I 150 - 400
Glukosa darah 74 mg/dL 70 – 100 mg/dL
Asam urat 5,1 mg/dL 2,4–5,7(P), 3,4 – 7,0 (W)
kolesterol 182 mg/dL 150 – 200 mg/dL

9.2 Radiologi : Tidak Dilakukan


9.3 EKG : Normal Sinus
10. Pemeriksaan Khusus : - Uji Dix-Hallpike
- romberg tes
- Tes hell to walking
11. Diagnosa
11.1 D. Kerja : Vertigo Perifer
11.2 D. Tambahan :-
11.3 D. Differensial : Vertigo Sentral
12. Terapi
12.1 Farmakologi : - inj RL + Raboransia 1g ───> 14 gtt
- inj Pyracetam 1x3g
- Amlodifin 1x10g

- Asam Folat 1x1


- Betahistin 3x1
12.2 Non Farmakologis : - bedrest
13. Saran dan Nasehat : Perubahan gaya hidup atau prilaku untuk mengontrol
dan mencegah kekambuhan

3
II. Follow up
Tgl keluhan terapi
04/01/2018 S : os mengeluhkan pusing berputar - inj RL + Roboransia 1g
O : os tampak lemas ───> 14 gtt
TD : 160/90 mmhg HR : 80 x/i - inj Pyracetam 1x3g
RR : 24x/i T : 360 C - Amlodifin 1x10g
- Asam Folat 1x1
- Betahistin 3x1
05/01/2018 S : os mengeluhkan pusing berputar - inj RL + Roboransia 1g
O : TD : 120/80 mmhg HR : 80 x/i ───> 14 gtt
RR : 24x/i T : 360 C - inj Pyracetam 1x3g
- Amlodifin 1x10g
- Asam Folat 1x1
- Betahistin 3x1

PEMBAHASAN KASUS
Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan
oleh gangguan pada sistim keseimbangan.

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah
benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan.

Etiologi
Menurut teori
Vertigo bisa disebabkan karena adanya gangguan fungsi, atau bisa juga akibat kerusakan
alat keseimbangan tersebut,gangguan fungsi saraf dalam telinga dalam,saraf
keseimbangan,bahkan gangguan pada pusat keseimbangan di susunan saraf pusat (otak) kecil
di bagian belakang (brainstem). Seringkali vertigo ini disertai rasa mual sampai muntah
sehingga badan merasa lemas,berkeringat dingin.

4
Beberapa sumber menyebutkan, penyebab dari terjadinya vertigo antara lain :
1. Infeksi virus pada alat keseimbangan di telinga dalam
2. Radang/infeksi saraf keseimbangan (vestibular neuritis),biasanya terjadi serangan vertigo
berulang beberapa jam atau beberapa hari setelah serangan pertamanya,seringkali disertai
perasaan cemas,seringkali dialami setelah infeksi virus sebelumnya,tidak disertai
gangguan maupun penurunan pendengaran.
3. Benign paroxysmal positional vertigo,yang berhubungan dengan perubahan posisi kepala
maupun badan,seringkali disertai mual dan muntah,membaik setelah beberapa hari
kemudian disertai badan merasa limbung/goyang,bisa diderita setelah mengalami cedera
kepala,tanpa disertai gangguan ataupun penurunan pendengaran,jenis vertigo ini
cenderung membaik secara spontan setelah beberapa minggu atau bulan,tetapi
kebanyakan penderita mengalami serangan vertigo beberapa bulan atau tahun kemudian.
4. Iskhemia/penurunan suplai darah pada daerah vertebrobasiler
5. Gangguan fungsi saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dan tenggorok(tuba
auditoria)
6. Penyakit Menier yang ditandai vertigo,gangguan pendengaran (tinnitus : sensasi /suara
berdenging),penurunan pendengaran,seringkali berhubungan dengan rasa tertekan pada
telinga,serangan vertigo dapat mulai 1-24 jam,tetapi seringkali disertai gangguan
keseimbangan permanen/menetap dan telinga serasa berdenging yang bisa semakin
terasa memberat,penurunan pendengaran pada jenis ini bisa membaik,tetapi bisa juga
permanen
7. Radang/infeksi telinga tengah menahun (congek)
8. Pemakain obat-obatan : salisilat,kina,golongan aminoglikosid
9. Migrain vestibuler
10. Epilepsi
11. Tumor pada saraf pendengaran
12. Tumor nasofaring (hidung bagian belakang)
13. Cedera pada pembuluh darah disusunan saraf pusat
14. Pasca cedera
Menurut kasus
Pada pasien berhubungan dengan perubahan posisi kepala maupun badan, dan
disertai mual dan muntah (Benign paroxysmal positional vertigo).

5
Gejala klinis
 Pusing
 Rasa terapung, terayun
 Mual
 Muntah
 Keringat dingin
 Pucat
 Saat berjalan terasa ingin jatuh
 nistagmus
 Telinga terasa berdengung.

 Gangguan penglihatan sepert pandangan kabur.

Faktor Resiko
 Adanya inflmasi atau infeksi.

 Adanya inflamasi pada jaringan ikat di kornea mata.

 Adanya fluktuasi tekanan cairan di dalam telinga (penyakit meniere).

 Sering mengkonsumsi alkohol.

 Ototoksisitas (adanya keracunan pada telinga).

 Penggunaan obat-obatan jangka panjang (aminoglykosides, furasemid, NSAID-


indometracin, Anti kejang - phenytoin, carbamazepine)

 Dipicu oleh penyakit sistem saraf pusat sepert tumor, kerusakan leher, dan stroke.

Klasifikasi
1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari sekitar
penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi baik. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain :
a. Mabuk gerakan (motion sickness)

6
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround)
berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan sangat
bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan yang
memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu
mobil bergerak.
b. Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness).
Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis
semisirkularis dan otolit.
c. Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan lokomotor oleh
karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh,

2. Patologik :
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :2
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII)

Vertigo vestibular perifer adalah vertigo yang terjadi akibat gangguan alat
keseimbangan tubuh di labirin (telinga dalam) ataudi ganglion vestibular atau di saraf kranial
VIII (Saraf Vestibulokoklear) divisi vestibular. Contoh penyakit-penyakit di labirin adalah
BPPV, penyakit peniere, fistula perilymph dan labirintitis
Vertigo vestibular sentral adalah vertigo yang terjadi akibat gangguan alat keseimbangan
tubuh di sistem saraf pusat, baik di pusat integrasi (serebelum dan batang otak) ataupun di
area persepsi (korteks). Penyebab vertigo sentral antara lain adalah perdarahan atau iskemik
di serebelum, nukleus vestibular, dan koneksinya di batang otak, tumor di sistem saraf pusat,
infeksi, trauma, dan sklerosis multiple. Vertigo akibat gangguan di korteks sangat jarang
terjadi, biasanya menimbulkan gejala kejang parsial kompleks.

Tabel. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral


Karakteristik V. Vestibular Perifer V. Vestibular Sentral
Onset Tiba-tiba, onset mendadak Perlahan, onset gradual
Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan

7
Frekuensi Biasanya hilang timbul Biasanya konstan
Intensitas Berat Sedang
Mual muntah Tipikal Sering kali tidak ada
Diperparah perubahan Ya Kadang tidak berkaitan
posisi kepala
Usia pasien Berapapun, biasanya muda Usia lanjut
Gangguan status mental Tidak ada atau kadang- Biasanya ada
kadang
Defisit nervi cranial Tidak ada Kadang disertai ataxia
atau cerebellum
Pendengaran Seringkali berkurang atau Biasanya normal
dengan tinnitus
Nistagmus Nistagmus horizontal dan Nistagmus horizontal atau
rotatoar; ada nistagmus vertikal; tidak ada nistagmus
fatique 5-30 detik fatique
Penyebab Meniere’s disease Massa Cerebellar / stroke
Labyrinthitis Encephalitis/ abscess otak
Positional vertigo Insufisiensi A. Vertebral
Neuroma Akustik
Sklerosis Multiple

Diagnosis
1. Anamnesis

Menurut teori:

- Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh


keliling, rasa naik perahu dan sebagainya.

- Keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan.

- Apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik,


progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang
karakteristik. (gambar dibawah)

8
- Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-
lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik,

- Apakah ada keluhan yang menyertai mual, muntah, gangguan pendengaran, tinnitus.

- Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi. Juga
kemungkinan trauma akustik.

 Menurut kasus: pada pasiem ini menunjukkan adanya pusing berputar, goyang dan
melayang, disertai mual dan muntah. Riwayat penyakit pasiean adanya Hipertensi.

2. Pemeriksaan Fisik

□ Pemeriksaan fisik Umum :

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur;


bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa
□ Pemeriksaan Neurologis :

- Pemeriksaan mata :

▪ Mencari adanya nistagmus :

a) Pada mata dalam posisi netral bila ada nistagmus disebut nistagmus spontan.

b) Bila pada mata melirik kekiri dan kanan, atas bawah bila ada nistagmus disebut
nistagmus tatapan.

c) Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan system saraf pusat mempunyai cirri-ciri,
sebagai berikut :

- Nistagmus pendular : nistagmus yang tidak mempunyai fase cepat atau lambat.

- Nistagmus ventrikal yang murni : nistgamus yang gerakan ke atas dan bawah.

- Nistagmus rotatari yang murni : gerakannya berputar

- Gerakan nistagmoid : gerakan bolamata yang bukan nistagmus sebenarnya tetapi


mirip dengan nistagmus.

9
- Nistagmus tatapan yang murni : nistagmus yang berubah arahnya bila arah
lirikan mata berubah.

- Uji Dix-Halpike : bertujuan untuk mencari adanya vertigo/nistagmus posisional


paroksismal maka untuk membangkitkannya diperlukan rangsangan perubahan posisi :

* Penderita duduk di meja periksa kemudian disuruh cepat-cepat berbaring terlentang


dengan kepala tergantung diujung meja dan cepat-cepat kepala disuruh menengok
kekiri (10-20o) pertahankan selama 10-15 detik, liat adanya nistagmus kemudian
kembali ke posisi duduk dan liat adanya nistagmus dalam 10-15 detik.

* Ulangi pemeriksaan tersebut kali ini kepala menengok ke kanan. Orang normal dengan
manufer tersebut tidak timbul vertigo atau nistagmus.

 Menurut Kasus: pada pasien ini saat dilakukan Uji Dix-hallpike pasien mengeluhkan
timbul rasa pusing berputar

- Pemeriksaan Keseimbangan :

MENURUT TEORI

▪ Romberg test :penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik.Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada
mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.

10
MENURUT KASUS : pada pasien ini dilakukan tes romberg yang terjadi bahwa
penderita tidak dapat menentukan posisinya dan merasa ingin jatuh

▪ Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh. (buku hijau)

Pada pasien ini dilakukan tes tandem gait bahwa pasien ketika melangkah terjadi
penyimpangan gerakan langkah

▪ Disadokokinesis : merupakan ketidakmampuan melakukan gerakan yang berlawanan


berturut-turut. Surh pasien merentangkan kedua lengannya kedepan, kemudian suruh ia
mensupinasi dan pronasi lengan bawahnya (tangannya) secara bergantian dan cepat.
Pada sisi lesi, gerakan ini dilakukan lamban dan tidak tangkas.

11
▪ Tes tunjuk hidung : Pasien disuruh menutup mata dan meluruskan lengannya
kesamping, kemudian ia disuruh menyentuh hidungnya dengan telunjuk. Pada lesi
serebral telunjuk tidak sampai di hidung tetapi melewatinya dan sampai di pipi.

3. Pemeriksaan Penunjang :

- Pemeriksaan laboratorium: GDS, Asam urat, Kolesterol, Darah rutin.


12
- Neurootologi : Tes kalori, Elektronistagmografi, BAEP (brainstem auditory evoked
potential)

- Radiologis : CT-Scan, MRI.

Penatalaksanaan

Farmakologi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat
terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan
simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan
setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

a. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat
meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin
yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat.
Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat
antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita
vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif. Beberapa antihistamin
yang digunakan adalah :
1. Betahistin
- Betahistine adalah obat untuk mengatasi gejala penyakit meniere berupa vertigo atau
pusing, telinga berdenging (tinnitus), dan pendengaran menurun. Obat ini bekerja
dengan cara mempengaruhi reseptor histamin di telinga bagian dalam, yakni sebagai
antagonis reseptor histamin H3 sekaligus agonis reseptor histamin H1. Sebagai
hasilnya, pembuluh darah pada telinga bagian dalam akan melebar sehingga
meningkatkan aliran darah dan menurunkan tekanan yang terjadi pada telinga, dan
pada akhirnya akan meredakan gejala-gejala penyakit meniere tersebut.
- Cara kerja utama dari Betahistine adalah sebagai agonis reseptor histamin H1 yang
merangsang reseptor H1 di telinga bagian dalam, akibatnya akan terjadi efek
vasodilatasi (rileksasi pembuluh) A. Cochlearis ( A. Labyrinthi) dan meningkatkan
permeabilitas pada pembuluh darah yang berakibat pada berkurangnya tekanan
endolimfatik. Betahistin juga diyakini mengurangi fungsi asimetris organ vestibular
sensorik serta meningkatkan aliran darah pada vestibulokoklear. Hal inilah yang

13
membantu mengurangi gejala vertigo dan gangguan keseimbangan. Betahistin juga
bertindak sebagai antagonis reseptor histamin H3 yang menyebabkan peningkatan
output histamin dari ujung saraf histaminergik yang selanjutnya akan meningkatkan
aktivitas agonist H1. Selanjutnya, antagonis reseptor H3 meningkatkan kadar
neurotransmiter seperti serotonin di batang otak, yang akan menghambat aktivitas
inti vestibular. Hal inilah yang membantu mengembalikan keseimbangan dan
penurunan gejala vertigo.
- Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
- Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam
beberapa dosis.
2. Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1
tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
3. Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50
mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping
mengantuk.

b. Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine
(Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular
karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis
kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai
dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap
akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75
mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi,
mulut rasa kering dan “rash” di kulit.

14
c. Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak
semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine
(Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang
berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas
obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali
sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping
yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping
ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.

- Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini
dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis
yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi
(mengantuk).
d. Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik
yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat
obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek
samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.
e. Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita
yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan
menjadi kabur.
- Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg
- Diazepam
Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

15
f. Obat Anti Kholinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan
dapat mengurangi gejala vertigo.
- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai
khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.

Terapi rehabilitatif

Benign Paroxysmal Positional Vertigo dikatakan adalah suatu penyakit yang ringan dan
dapat sembuh secara spontan dalam beberapa bulan. Namun telah banyak penelitian yang
membuktikan dengan pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel/ Particle
Repositioning Maneuver (PRM) dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV,
meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh pada pasien. Keefektifan dari
manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-100%. Beberapa efek samping dari
melakukan manuver seperti mual, muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi
karena adanya debris otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit
misalnya saat berpindah dari ampula ke kanal 19 bifurcasio. Setelah melakukan manuver,
hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit untuk menghindari risiko
jatuh. Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk mengembalikan partikel ke posisi
awalnya yaitu pada makula utrikulus.

 Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal. Pasien
diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 450 , lalu pasien
berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala
ditolehkan 900 ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral
dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada
pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara perlahan.

16
 Manuver Semont
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan posterior. Jika
kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 450 ke
sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan 20
selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien
pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk
lagi.

17
Operasi
Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik dan sangat sering
mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah melakukan manuver-manuver yang
telah disebutkan di atas. Dari literatur dikatakan indikasi untuk melakukan operasi adalah
pada intractable BPPV, yang biasanya mempunyai klinis penyakit neurologi vestibular, tidak
seperti BPPV biasa.6 Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat
dipilih, yaitu singular neurectomy (transeksi saraf ampula posterior) dan oklusi kanal
posterior semisirkular. Namun lebih dipilih teknik dengan oklusi karena teknik neurectomi
mempunyai risiko kehilangan pendengaran yang tinggi.

Komplikasi
1. Komplikasi vertigo sebagai gejala infeksi saraf
Bila terjadi gangguan pada sistem saraf manusia maka akan menimbulkan berbagai
gangguan pada sistem organ tubuh, diantaranya keluhan sakit kepala vertigo dengan
interval yang berbeda beda tergantung dari kondisi infeksi itu sendiri. Bila infeksi yang
terjadi pada saraf masih tergolong ringan maka keluhan yang dirasakanpun tidak terlalu
parah, namun jika infeksi saraf telah sangat parah maka bisa jadi gejala yang dirasakan
juga lebih parah dan kadang hingga pingsan.

18
Bahaya dan akibat vertigo berkepanjangan bisa menyebabkan seseorang mengalami
kerusakan pada sistem saraf hingga penderita kadang menjadi tuli dan gangguan pada
penglihatan. Penderita vertigo juga bisa mengalami penurunan daya ingat seiring dengan
kondisi vertigo yang lebih parah. Seseorang yang telah terindikasi memiliki gejala
vertigo sebaiknya menghindari aktifitas yang terlalu padat dan tidak dibebani dengan
pemikiran yang berat karena bahaya dan akibat dari penyakit vertigo ini bisa sangat fatal.

2. Komplikasi vertigo pada gangguan jantung


Bahaya dan akibat vertigo berkepanjangan bisa mengarah pada gangguan fungsi jantung.
Sistem kerja organ jantung sangat berhubungan dengan susunan sistem saraf, hingga jika
terdapat gangguan vertigo sebagai gangguan sistem saraf maka akan secara langsung
berpengaruh pada fungsi organ jantung sebagai bagian organ pernafasan.

3. Komplikasi vertigo pada tumor otak


Bahaya dan akibat vertigo berkepanjangan yang mengarah pada penyakit tumor otak
harus diwaspadai karena salah satu gejala tumor dan kanker otak adalah bila penderita
sering merasakan sakit kepala seperti berputar layaknya vertigo.

Kesimpulan
Nama: Penoh Br Kaban
Umur: 49 th
Jenis kelamin: Perempuan
Diagnosa: Vertigo Perifer
Telah dibahas di kasus diagnosa Vertigo Perifer Terbukti karena sesuai dengan teori.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Riyanto Wreaksoatmodjo. 2004. Vertigo : Aspek Neurologi. Bogor. Online,


2. Lumbaltobing. 2000. Vertigo. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press
: Yogyakarta. Hal 341-357.
3. Wijayakusumah. 2008. Vertigo.
http://fk.wijayakusumasby.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu%2520Penyakit%2520Sa
raf/Vertigo%2520%255BCompatibility%2520Mode)
4. DIAGNOSIS AND MANAGEMENT BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL
VERTIGO (BPPV). Putu Prida Purnamasari. Departement of Neurology, Faculty of
Medicine Udayana University/Sanglah Hospital Denpasar.

20

Anda mungkin juga menyukai