Anda di halaman 1dari 39

Roadmap penelitian

Setiadi

A. Pengertian
roadmap atau peta jalan adalah rencana kerja rinci yang menggambarkan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan. roadmap bisa juga diartikan dengan a map of
roads atau peta jalan untuk bisa memberikan petunjuk jalan.

Proses Penelitian dari berbagai sumber dapat diartikan sebagai :


1) Proses pembentukan dari sebuah teori yang diajukan;
2) Proses pencarian dan penemuan jawaban secara ilmiah;
3) Proses mencari jawaban atau hal – hal yang ingin diketahui jawabannya;
4) Kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan;
5) Kegiatan ilmiah guna menemukan ilmu baru.
Sehinggaroadmap penelitian bisa diartikan peta jalan atau petunjuk terhadap penelitian yang
dilakukan, sebagai upaya untuk bisa mengetahui arah penelitian yang dilakukan. Roadmap
mengenai penelitian, tentunya roadmap ini seharusnya berisikan petunjuk-petunjuk mengenai
penelitian yang akan dilakukan berdasarkan kebutuhan atau klasifikasi yang berawal dari
permasalahan yang ada kemudian berlanjut kepada tahapan penelitian yang akan dilakukan dengan
memperhatikan potensi yang ada dan dengan harapan penelitian yang dilakukan sesuai dengan
kepentingan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sesuai dengan bidang
masing-masing.
Selain itu, roadmap juga tentunya bisa mengidentifikasi penelitian yang akan dilakukan
berdasakan jangka waktu penelitian dan prioritas serta mitra yang bisa diajak bekerjasama.
Sehingga penelitian yang dilakukan akan terasa lebih bermakna, efektif dan efisien. Selain
itu, roadmap ini juga harus bisa mengidentifikasikan tema-tema penelitian yang berguna untuk
bisa memprediksikan persoalan-persoalan yang akan terjadi di masa mendatang terkait dengan
kebijakan yang dilakukan saat ini atau di masa yang lalu sehingga bisa memberikan kontribusi
terhadap kebijakan yang akan datang.

B. Penyusunan Roadmap
Penyusunan roadmap harus bersifat down up untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Walau tidak menutup kemungkinan
permasalahan yang diidentifikasikan bisa bersifat top down terkait dengan hasil pemikiran para
pakar/akademisi dan praktisi yang diberikan kepada pengambil kebijakan. Penyusuan roadmap ini
tentunya membutuhkan sebuah masukan-masukan dari berbagai pihak untuk kemudian disintesa
menjadi sebuah tema penelitian.

Roadmap umumnya disusun sebagai bagian dari rencana strategis


Substansi penulisannya dapat terdiri dari:
a. Keadaan saat ini (sebagai baseline)
b. Tujuan yang ingin dicapai
c. Uraian tahap pelaksanaan untuk mencapai tujuan
d. Sasaran dari setiap tahap
e. Indikator pencapaian sasaran
Dewasa ini Indonesia memerlukan berbagai penelitian yang bermututinggi untuk memecahkan
persoalan bangsa Indonesia yang nota bene sangat ketinggalan di semua bidang. Untuk itu,
sebagai peneliti atau calon peneliti unggul, seorang dosen harus mampu menggali
permasalahan atau persoalan sesuai dengan kepakarannya untuk kemudian mencari
pemecahannya. Pemecahan masalah dapat dilakukan melalui penelitian yang mendalam..
Penelitian yang demikian itu biasanya merupakan penelitian terapan, bukan merupakan
penelitian dasar.
C. Cara memperoleh Ilmu
Secara spesifik penelitian adalah sarana memeperoleh ilmu pengetahuan, jadi apa yang kita
lakukan sekarang ini atau yang kita ketemukan hari ini adalah hasil penelitian orang dulu.
Secara makro cara memperoleh pengetahuan dibagi menjadi 2 sesuai gambar berikut Ini :

Menurut Notoatmodjo (2002:10–18) mengatakan, bahwa Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokan menjadi
dua, yaitu :
1. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
a. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabila kemungkinan tidak berhasil pula dicoba
kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba –
salah (trial and error).
Contoh : Ditemukanya kina sebagai obat malaria.
“Seorang penderita malaria, ia mencoba berbagai kemungkinan untuk menyembuhkan penyakitnyatersebut tetapi
selalu gagal. Pada suatu hari ketika sedang mengembara dihutan ia kehausan dan minum air parit yang begitu
jernih, tetapi rasanya pahit sekali, Anehnya sejak minum air ini malarianya tidak kambuh lagi. Akhirnya ia
melakukan penyelidikan kesepanjang parit tersebut dan diketemukan pohon kina yang tumbang terendam dalam
parit. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa kulit kayu kina dapat dijadikan obat malaria”
b. Cara Kekuasaan (Otoriter)
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainnya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut
diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.
Contoh :
“Pada saat gereja mempunyai otoritas yang mutlak Eropa, ada suatu pendapat bahwa dunia itu datar, bukan bulat
seperti teori yang kita anut sekarang. Pendapat itu diterima oleh masyarakat. pada waktu itu, sampai dalam
jangka waktu yang lama tanpa melalui pembuktian empiris”

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi


Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan
masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan
cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari cara yang lain,
sehingga dapat berhasil memecahkanya .
Contoh : “Seorang desa yang menderita demam dapat sembuh karena minum air daun pepaya, akan mengulangi
lagi cara itu pada waktu ia menderita demam, bahkan mungkin ia akan menyebarluaskan pengetahuanya kepada
para tetangganya.
d. Melalui Jalan pikiran
Yaitu dengan cara menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan
menggunakan jalan pikiran ada 2 (dua) yaitu dengan cara induksi dan deduksi.
Penalaran Induktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari
sesuatu yang bersifat khusus atau individual.
Contoh :
“Ada fakta kambing punya mata, sapi punya mata, gajah punya mata, maka dapat ditarik kesimpulan bersifat
umum bahwa semua binatang punya mata”.
Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari
sesuatu yang bersifat umum.
Contoh :
“Binatang menyusui berkaki empat dapat ditarik kesimpulan sapi termasuk binatang menyusui”

2. Cara modern atau cara ilmiah


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut
metodologi penelitian (research methodology). Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui berpikir
rasional dan berpikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu.
Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berpikir rasional dengan berpikir empiris, artinya pernyataan yang
dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan dipihk lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara
empiris.
Almack (1939), membuat batasan bahwa metode ilmiah adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Bahasan metode ilmiah sekurang-kurangnya memenuhi kriteria
metode ilmiah sebagai berikut : 5
 Berdasarkan fakta, artinya informasi yang diperoleh, baik yang akan dikumpulkan maupun dianalisis hendaknya
berdasarkan fakta-fakta atau kenyataan –kenyataan, bukan berdasarkan pemikiran sendiri atau dugaan-dugaan.
 Bebas dari prasangka, artinya fakta atau data hendaknya berdasarkan bukti yang lengkap dan objektif, bebas
dari pertimbangan-pertimbangan subyektif.
 Menggunakan prinsip analisis, artinya fakta atau data yang diperoleh melalui metode ilmiah tidak hanya apa
adanya. Fakta serta kejadian-kejadian tersebut harus dicari sebab akibatnya atau alasan-alasanya dengan
menggunakan prinsip analisis.
 Menggunakan Hipotesis, artinya harus ada dugaan sementara untuk memandu jalan pikiran kearah tujuan
yang ingin dicapai.
 Menggunakan ukuran objektif, artinya pengumpulan data harus menggunkan ukuran yang objektif bukan
berdasarkan pertimbangan subjektif (pribadi).

Untuk mendapatkan suatu ilmu juga bisa dari suatu penelitian yang dikaji beberapa kali sehingga nantinya dapat
dipertahankan di publik yang melalui realitas suatu ilmu yang dibedakan menjadi tiga yaitu :
 Proses, artinya suatu kegiatan untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan keilmuan
(rasionalistis dan objektif).
 Produk, artinya segala proses keilmuan yang harus menjadi milik umum dan selalu terbuka untuk dikaji oleh
orang lain.
 Paradikma Etis, artinya Ilmu harus mengandung nilai moral dan etik yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai
moral yang ada dimasyarakat.

Pengetahuan menjadi suatu ilmu sekurang-kurangnya ada 3 syarat yang harus terpenuhi yaitu :
 Ilmu sebagai produk, artinya kumpulan informasi yang telah teruji kebenaranya dan dikembangakn berdasarkan
metode ilmiah dan pemikiran logis.
 Ilmu sebagai proses, artinya cara mempelajari suatu realita dan memberi upaya penjelasan tentang suatu
mekanisme.
 Ilmu sebagai metode, artinya cara untuk memperoleh pengetahuan dalam hal ini adalah menggunakan metode
ilmiah.

Cara ilmiah berarti bahwa penelitian itu harus didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu, rasional, empiris dan sistematis,
yang pengertianya sebagai berikut :
 Rasional, artinya kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh
penalaran manusia. Oleh sebab itu, dalam berpikir rasional , diperlukan teori-teori yang telah mapan atau telah
teruji kebenaranya.
 Empiris, artinya cara yang digunakan dalam penelitian itu teramati oleh indera manusia sehingga orang lain
dapat ikut mengamati dan mengetahui cara – cara yang digunakan. Oleh sebab itu, kebenaran dalam berfikir
empiris harus ditunjukan oleh bukti-bukti yang dapat dipercaya.
 Sistematis, artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis.

D. Membuat judul penelitian


Judul penelitian itu dibuat setelah permasalahn jelas secara berurutan judul terbentuk harus
diawali adanya topik penelitian, adanya masalah, adanya pertanyaan masalah, adanya
rumusan masalah, tujuan penelitian baru adanya judul.

Beberapa langkah yang biasa ditempuh dalam metode ilmiah adalah :


1. Merumuskan masalah.
2. Mengajukan hypothesis atau jawaban sementara terhadap masalah.
3. Mengumpulkan data dan informasi untuk menjawab masalah.
4. Menguji hypothesis berdasarkan data yang telah diperoleh.
5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hiphotesis.
Langkah (1) dan (2) adalah fase berfikir rasional, sedangkan langkah (3), (4) dan (5) fase berpikir empiris. Sebagai
gambaran kelima langkah diatas, perhatikan contoh sederhana berikut ini :
1. Merumuskan masalah.
Diajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah IQ seseorang mempengaruhi prestasi belajar seseorang ?
Pertanyaan ini diajukan untuk melihat pengaruh IQ terhadap prestasi belajar mahasiswa.
2. Mengajukan hypothesis atau jawaban sementara terhadap masalah.
Jawaban sementara pertanyaan diatas adalah : Makin tinggi IQ seorang mahasiswa, makin tinggi prestasi belajarnya.
Dasar yang digunakan dalam menentukan atau menetapkan hypothesis ini adalah berpikir rasional, berdasarkan nalar
artinya bahwa tinggi rendahnya IQ seorang mahasiswa akan menentukan kemampuan, wawasan dan ketrampilan
dalam belajar.
3. Mengumpulkan data dan informasi untuk menjawab masalah.
Untuk menjawab permasalahan dan atau menguji kebenaran hypothesis diatas, diperlukan data empiris dari sejumlah
mahasiswa di suatu perguruuan tinggi dengan cara mengukur IQ mereka dan membandingkan dengan perolehan
prestasi belajar dikelas.
4. Menguji hypothesis berdasarkan data yang telah diperoleh.
Bandingkan data hasil pengamatan dan pencatatan diatas, dari katagori tingkat IQ tersebut kemudian lakukan analisis
dan tentukan tingkat IQ yang menunjukan prestasi lebih tinggi.
5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hyphotesis.
Seandainya prestasi belajar yang lebih tinggi dicapai oleh seorang mahasiswa yang IQ relatif lebih tinggi pula, maka
cukup beralasan untuk menerima hypothesis yang telah dirumuskan pada langkah kedua diatas, artinya terdapat bukti
secara empiris untuk menerima hypothesis.
Kesimpulanya adalah IQ seseorang dapat menentukan prestasi belajar.
Dari contoh sederhana diatas, terlihat bahwa berpikir rasional dan berpikir empiris merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan . Berpikir rasional diperlukan dalam mengkaji masalah dan merumuskan hypothesis, sedangkan
berpikir empiris digunakan untuk menguji kebenaran hypothesis dan menarik kesimpulan penelitian.

E. Topik
Topik penelitian merupakan objek penelitian, yang tercermin dalam perumusan masalah dan
dalam judul. Topik atau objek penelitian adalah masalah penelitian yang akan diteliti. Objek dan
subjek penelitian biasanya sudah sekaligus menjadi satu kesatuan.
Kita ambil contoh judul berikut ini.
“Kesiapan lulusan perawat dalam melakukan praktek keperawatan di Rumah sakit”
 “Kesiapan lulusan perawat dalam melakukan praktek keperawatan di Rumah sakit”
merupakan objek penelitian,
 “lulusan perawat” adalah subjek penelitian.

F. Judul:
Kriteria Judul antara lain :
 Menarik, spesifik, unik, bermakna tunggal, sederhana, jelas, lojik, tidak perlu puitik, ditulis
dalam kalimat berita.
 Gunakan kata kunci primer.
 Mencerminkan isi.
 berorientasi kepada produk sesuai dengan ciri PHB.
 Tidak terlalu pendek tetapi tidak terlalu panjang (10-20 kata).
Judul yang lengkap biasanya terdiri dari:
 masalah, objek, atau topic penelitian;
 subjek penelitian,
 lokasi atau daerah penelitian,
 desain, strategi, metode penelitian,
 tahun atau waktu terjadinya peristiwa atau waktu menyelenggarakan penelitian

Mari kita pelajari judul berikut ini (Amirin, 1995):


“Studi perbandingan antara mahasiswa yang aktif dan tidak aktif dalam organisasi intra dan atau
ekstra kampus terhadap pekerjaan ideal setelah menjadi sarjana”
Judul tersebut selain belum jelas juga terlalu panjang. Bandingkan dengan perubahan judul di
bawah ini.
“Perbandingan persepsi mengenai pekerjaan ideal setelah menjadi sarjana antara mahasiswa yang
aktif dan tidak aktif berorganisasi”

G. Subjek penelitian
Sebagai ilustrasi, misalnya kita akan meneliti tentang profil perpustakaan Sekolah Dasar di
Propinsi Bengkulu. Subyek penelitiannya adalah perpustakaan SD. Untuk memperoleh informasi
tentang hal itu, kita dapat menggalinya dari sumber data. Sumber data dapat kita peroleh dari
responden misalnya kepala perpustakaan & stafnya. Kita dapat juga menggali informasi dari
dokumen-dokumen yang ada di perpustakaan. Agar lebih jelas tentang subyek penelitian, kita ambil
contoh misalnya kita ingin meneliti tentang motivasi belajar mahasiswa Universitas Bengkulu dan
factor-faktor yang mempengaruhinya. Yang menjadi subyek penelitian adalah mahasiswa. Untuk
mendapat informasi tentang “motivasi mahasiswa” kita dapat menggalinya dari responden dapat
mahasiswa itu sendiri, dosen atau orang tua. Jika kita pilah lebih dalam dapat saya uraikan sebagai
berikut:
Mahasiswa sebagai subyek penelitian, responden & sumber data/informasi
Dosen sebagai responden & sumber data/informasi
Orangtua mahasiswa sebagai responden & sumber data/informasi
Dari contoh-contoh di atas dapat kita pahami bahwa subjek penelitian adalah sesuatu atau
seseorang yang akan kita ambil informasinya. Informasi tersebut bisa berupa perilaku, keadaan dll.
dari sesuatu atau seseorang tersebut. Sumber data adalah sesuatu atau seseorang yang kita pilih
untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu atau seseorang yang lain.
1) Pengembangan metode Koprodiagnosa untuk mendeteksi Toksoplasmosis pada kucing
sebagai upaya pencegahan penularan pada manusia
2) Pengembangan Sistem Diagnosis dan Prognosis Roda Gigi Untuk Mendukung Sistem
Perawatan Mesin Berbasis Kondisi
3) Model Penanggulangan Kemiskinan Melalui Usaha Ekonomi Berbasis Rumah (Home-Based
Enterprises) di Kota Yogyakarta
4) Model Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Pada Masyarakat Pulau Terluar (Studi Kasus
Kabupaten Natuna)
5) Analisis Kemampuan Substitusi Tepung Mocaf terhadap Tepung Terigu, Kelayakan
Usahanya, dan Efek Ganda Keberadaan Industrinya di Kabupaten Tanah Laut.
6) Analisis Kemampuan Substitusi Tepung Mocaf terhadap Tepung Terigu, Kelayakan
Usahanya, dan Efek Ganda Keberadaan Industrinya di Kabupaten Tanah Laut.
7) Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Online Kejadian Bencana Alam Menggunakan
Teknologi Location Based Service
8) Pengembangan Model Bioremidiasi Secara In-Situ Menggunakan Mikroba Dari Kompos
Untuk Meningkatkan Produksi, Kualitas dan Daya Saing Hortikultura
9) Efek Pemberian Pakan Komplit Plus Selama Bunting Akhir, Laktasi dan Penyapihan Dini
terhadap Efisiensi Reproduksi Induk Sapi Bali yang Dipelihara Semi Intensif
10) Implementasi Model Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Dan
hasil Belajar Kimia Siswa SMA Se-Kabupaten Lombok Barat
11) MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KESADARAN PARIWISATA MELALUI
PENDEKATAN KONSTRUKSI KURIKULUM MUATAN LOKAL PARIWISATA BAGI
SEKOLAH DAN KELOMPOK SADAR WISATA DI PULAU LOMBOK
12) Penggunaan bakteri probiotik asli Indonesia yang diisolasi dari udang dalam upaya perbaikan
kualitas pakan udang dan ikan
13) Model Pendidikan Gizi Berbasis Pangan Lokal dan Makanan Tradisional bagi Anak Usia Dini
14) Pengembangan dan Implementasi Bahan Ajar Interaktif Berbasis TIK Menggunakan Program
Slideshow Powerpoint by Using Audio Effect Bagi Guru Matematika SMP di Pedalaman Kubu
Kalimantan Barat
15) Pengembangan Kewirausahaan Perempuan Melalui Pemanfaatan Potensi Sumber Daya
Lokal
16) Sistem Pemantauan Lalulintas dengan Pesawat Tanpa Awak
17) Pengendalian Secara Hayati Serangga Hama Utama Tanaman Kobis Crocidolomia binotalis
Dengan Fusan Bacillus Thuringiensis var kurstaki dan Bt. var israelensis
18) Inovasi Teknik Pengendalian Terpadu Penyakit Kerdil Kuning Padi Tertular Wereng Coklat di
Indonesia Untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional
19) Pengembangan Teknologi dan Peningkatan Kinerja Kitosan sebagai Adsorben terhadap Ion
Fluorida dalam Air Minum melalui Penambahan Lantanida
20) Formulasi Tepung Multiguna Berbahan Dasar Beras, Jagung, Ubi Jalar, Ubi Kayu dan
Kedelai untuk Pembuatan Roti dan Cake Tanpa Telur dan Gluten
21) Potensi Efek Antikanker Kombinasi Fraksi Diterpen Lakton dari Sambiloto (Andrographis
paniculata Ness) dengan Obat Kemoterapi Kanker
22) Efektifitas Biofertilisasi Konsorsium Mikroba Pada Tanaman Hortikultura Sebagai Upaya
Untuk Meningkatkan Produktifitas Tanaman Pangan Nasional Serta Keamanan Pangan Dari
Bahan Kimia
23) Produksi Kit Diagnostik Cepat dan Imunoglobulin Y untuk Imunoterapi Toksoplasmosis Masa
Depan Menggunakan Rekombinan P30
24) Upaya Pemberdayaan Petani Gurem Melalui Optimalisasi Manfaat Ganda kawasan Hutan
pada Zonasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang Mendukung Keberlanjutan
Fungsi Pembangkit Listrik Hidro Mikro Di Desa Timpuseng Kecamatan Camba Kabupaten
Maros
25) Kajian Efektifitas Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam Pengentasan Kemiskinan (Studi
Pada Usaha Mikro dan Kecil di Kota Makassar)
26) Metode Pembibitan Lamun Tropika Enhalus acoroides untuk Restorasi Padang Lamun yang
Berkelanjutan.
27) Penyusunan Model Terapi Wicara untuk Penderita Berbagai Jenis Gangguan Berbahasa dan
Gangguan Berbicara
28) Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan Industri Garmen untuk Menekan Biaya Logistik
dan Meningkatkan Daya Saing.
29) Conflict and Social Competence: A Longitudinal Study on Children and Adolescent in
Indonesia
30) Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok untk Meningkatkan Kemampuan
Kewirausahaan Insan Industri Kreatif Batik
31) Pengembangan Model Kolaborasi Program Skala Kota dengan Skala Lingkungan untuk
Mendukung Keberhasilan Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
(PLP-BK)
32) Pengembangan dan Implementasi Bahan Ajar Interaktif Berbasis TIK Menggunakan Program
Slideshow Powerpoint by Using Audio Effect Bagi Guru Matematika SMP di Pedalaman Kubu
Kalimantan Barat
33) Pengembangan Kewirausahaan Perempuan Melalui Pemanfaatan Potensi Sumber Daya
Lokal
34) Studi Tentang Cara Kerja dan Pengawasan Kinerja Advokat dalam Penanganan Perkara
Pidana sebagai Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Mafia Peradilan
35) Model Pemberdayaan Masyarakat Desa melalui Pengelolaan Usaha Produktif Mix Farming
dengan Pemanfaatan Ecotechno Entrepreneur di Kawasan Agrowisata
36) Model Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Di Daerah Otonom Baru :
Partisipasi Publik Dalam Rekrutment Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah
37) Strategi Peningkatan Kemandirian Desa melalui Pembangunan Demokrasi Pedesaan
38) Model Pencegahan Konflik Antar Suporter Sepakbola Melalui Integrasi Nilai-Nilai Local
Wisdom Sebagai Upaya Membangun Karakter Bangsa
39) Model Pengintegrasian Nilai-Nilai Karakter dan Soft Skills-Transferable Skills pada
Pembelajaran Kewirausahaan Guna Membangun Karakter dan Jiwa Wirausaha Siswa SMK
40) Pengembangan Paket Model Pendidikan Entrepreneurship Terintegrasi pada Pendidikan
Seni Budaya untuk Membangun Karakter dan Pola Pikir Entrepreneurial bagi Peningkatan
Daya Saing Bangsa di Era Industri Kreatif
41) Pengembangan Living Values Education dalam Pembelajaran, Habituasi, dan Ekstrakurikuler
untuk Pembentukan Karakter Peserta didik
42) Pengembangan Prototipe Kurikulum Berorientasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Sains Calon Guru Pendidikan
Sains
43) Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif, dan Produktif Berbasis Wirausaha
dalam Upaya Pembentukan Karakter Bangsa yang Berkualitas di SMK
44) Efektivitas Konsorsium Bakteri Pereduksi N2O dan Bakteri Metanotrof sebagai Pupuk Hayati
dan Pereduksi Emisi Metan dan N2O Serta Suksesi komunitas mikrobanya di Lahan Sawah
45) Inovasi Pengembangan Soft Skill Bagi Pembinaan Partai Politik yang Berkarakter (Studi
Research and Development pada Partai Politik Berbasis Nasionalis di Kota Medan)
46) Pengembangan Ketrampilan Komunikasi Akomodatif dan Rasa Percaya pada Mahasiswa
sebagai Modal menuju Terwujudnya Harmoni Sosial
47) Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Living Value Education (LVE) di
Perguruan Tinggi Sebagai Strategi Deradikalisasi Terhadap Paham Keagamaan Gerakan
Islam Transnasional Radikal

Dan secara spesifik maka dapat dibu kalimat judul seperti ini :
H. Topik penelitian mahasiswa
Topik penelitian mahasiswa mengarah ke mata kuliah dengan gambar sebagai
berikut:
Dan seterusnya

I. JUDUL PENELITIAN, PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN


Penelitian keperawatan pada hakikatnya adalah suatu proses ilmiah yang memvalidasi dan
memurnikan pengetahuan yang ada dan menciptakan teknologi baru yang secara langsung
berpengaruh terhadap praktek keperawatan.
Adapun tujuan penelitian keparawatan antara lain adalah :
1. Mengembangkan dan menguji teori yang ada
2. Menghubungkan teori dan praktek
3. Memahami fenomena keperawatan
4. Memantapkan komitmen profesional dan akuntabilitas
5. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk proses keperawatan

A. Judul Penelitian
1. Memilih Dan Menetapkan Judul Penelitian
Dalam memilih dan menetapkan judul penelitian yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Judul sebaiknya yang menarik minat peneliti.
Menarik dan dapat membangkitkan minat sipeneliti meruapakan sesuatu yang dapat
mendorong dan membangkitkan semangat kerja dalam setiap langkah kegiatan penelitian,
terutama keinginan untuk memperoleh kebenran ilmiah. Karena dalam mencari suatu
pekerjaan, jika tidak diminati atau tidak menarik hati, orang sering bekerja setengah-setengah
hati hasilnya nantinya tidak akan memuaskan.
b. Judul yang dipilih mampu untuk dilaksanakan peneliti
Dengan kemampuan pengetahuan dan ketrampilan, peneliti akan mampu memecahkan
permasalahan yang dicakup oleh judul yang dipilih. Mampu disini maksudnya dapat melakukan
penelitian dan cukup waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penelitian tersebut serta
didukung oleh dana yang telah diperhitungkan untuk biaya penyelesaiannya atau tidak mahal
dan terjangkau oleh peneliti. Sehingga harus mawas diri dulu untuk mengambil judul. Contohnya
Mahasiswa DIII Keperawatan hanya diajar dengan mata kuliah Riset Keperawatan 2 SKS dan
hanya ada waktu sekitar 1 bulan untuk mengambil data mencoba meneliti kefektifan
penggunaan bethadin dalam mencegah tromboplebitis pada pemsangan infus. Judul ini menarik
untuk diteliti tetapi mungkin peneliti belum mampu untuk melaksanakan dan waktu yang
tersedia kurang untuk diselesaikan dengan baik.
c. Judul hendaknya mengandung kegunaan praktis dan penting untuk diteliti
Peneliti sudah bekerja dan berusaha dengan bersusah payah, hendaknya hasilnya berguna untuk
diri, masyarakat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian perlu dipikirkan hasil penelitian
dengan judul yang dipilih, apakah ada manfaatnya atau tidak, tentunya peneliti ingin
menyumbangkan karyanya untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Jangan meneliti yang sudah jelas
diketahui hasilnya karena itu memang tidak perlu ditelitu. Contohnya : Peneliti ingin mengamati
apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan Tindakan keluarga klien TB Paru dalam
mencegah penularan terhadap anggota keluarga yang lain. Judul ini bagus tetapi kalau kita ingin
mencari hubungan antara pengetahuan dengan tindakan maka itu tidak ada gunanya karena
menurut teori secara umum biasanya kalau orang itu tahu maka akan melaksanakannya
sehingga tidak perlu diteliti. Mungkin lebih baik kalau studi tingkat pengetahuan keluarga TB
Paru dalam mencegah penularan terhadap anggota keluarga yang lain. Judul ini singkat tetapi
nantinya dapat diketahui pengetahuan keluarga dan kalau hasilnya jelek maka dapat di usulkan
untuk diadakan penyuluhan secara berkala supaya pengetahuan mereka meningkat sehingga
bisa mengurangi penuluran TB Paru terhadap anggota keluarga yang lain.
d. Judul yang dipilih hendaknya cukup data tersedia
Pemilihan judul penelitian hendaknya didukung oleh data yang cukup tersedia dan meyakinkan
peneliti untuk menelitinya. Data disini dimaksudkan pula data sekunder dari kepustakaan yang
ada untuk memperoleh teori dan konsep-konsep yang kelak digunakan pula untuk menyusun
hipothesa penelitian. Serta situasi lapangan yang memungkinkan untuk mengumpulkan data –
data yang diperlukan oleh peneliti. Jangan meneliti dengan judl yang dilapangan jarang ditemui
misalnya Studi tingkat depresi klien yang berkelamin dua. Mungkin data diatas sangat jarang
dijumpai nantinya selain kesulitan sumber buku untuk menjelaskan fenomena itu juga kesulitan
klien yang berkelamin dua.
e. Hindari terjadinya duplikasi judul dengan judul lain
Jika terdapat judul yang sama, orang sering mengatakan salah satunya tiruan atau plagiat.
Hendaknya hal seperti ini tidak terjadi. Karena penelitian kita telah dilakukan dengan susah
payah dan akhirnya ejekan yang akan tejadi. Hal bisa terjadi jika melakukan penelitian ulang
atas penelitian orang lain, yang mungkin kita meragukan hasil yang diperoleh, atau kita ingin
menyempurnakan lebih lanjut, hal ini perlu dijelaskan dalam penelitian kita.

Kelima poin tersebut diatas, merupakan langkah pertama dalam memilih judul penelitian.
Berikut yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan agar judul kita memenuhi syarat sebagai
judul yang tepat dan baik, yaitu :
a. Judul dalam kalimat pernyataan , bukan pertanyaan
b. Cukup jelas dan singkat serta tepat
c. Berisi variabel-variabel yang akan diteliti
d. Judul menggambarkan keseluruhan isi dan kegiatan penelitian yang dilakukan

B. Cara Menulis Judul Penelitian


Berikut yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam menulis judul yang tepat dan
baik, yaitu :
1. Judul hendaknya dibuat sesingkat mungkin, jels, logik, informatif dan atraktif
2. Batasilah jumlah kata, hendaknya tidak lebih dari 12-16 kata, agar pembaca dapat cepat
memahami arti judul tersebut
3. Untuk laporan penelitian harus sama dengan judul yang tercantum dalam usulan penelitia
C. Mengidentifikasi permasalah sebelum mencari judul penelitian
Ada beberapa strategi supaya dapat mencari judul yang bagus antara lain adalah :
1. Mencarilah masalah penelitian pada awal kuliah teoritis riset keperawatan sebanyak –
banyaknya untuk di tulis dan dikumpulkan sebagai bekal pada saat kita konsul kepada
pembimbing.
2. Berpikir yang kritis terhadap permasalahan keperawatan yang kita lihat, amati dan dengar,
sehingga untuk mencari judul kita tidak perlu terlalu muluk – muluk cukup kita mendengar,
melihat, dan mengamati disekitar kita.
3. Membaca jurnal penelitian sebanyak-banyaknya sebagai bekal agar penelitian kita tidak plagiat.
4. Sering diskusi kepada teman atau kelompok untuk mencari judul yang bagus

D. Perumusan Masalah Penelitian


1. Masalah Penelitian
Permasalahan penelitian adalah kesejangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada
dalam kenyataan; antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia; antara harapan dengan
capaian. Sumber permasalahan penelitian sebenarnya ada dalam diri peneliti sendiri, ia harus selalu
alergi terhadap alasan yang diberikan oleh para kolega dan seniornya atau tulisan literatur. Ia harus
mengembangkan ketajaman observasinya, sehingga ia menjadi lebih awas pada apa saja yang
pernah dipertanyakannya. Ia harus meragukan setiap kesimpulan yang tidak cukup bukti atau tidak
berdasarkan data yang lengkap. Jika semuaanya itu ia anggap memerlukan pembuktian, maka ia
telah sampai pada permasalahan penelitian (Zainuddin, 2003).
Suatu penelitian penting untuk dilakukan apabila ada masalah yang belum pernah ia teliti,
ada penelitian sebelumnya tetapi hasilnya belum lengkap atau kurang tajam, hasil penelitian
sebelumnya masih kontradiktif dan belum konsisten.
Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan berdasarkan suatu fakta
empiris di lapangan. Pada tahap awal melaksanakan riset kegiatan yang perlu dilaksanakan
mencakup pemahaman tentang konsep masalah berdasarkan kajian kepustakaan yang dapat
dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi berfikir, membaca, teori dan review dengan teman sejawat
dan pembimbing. Selama tahap ini seorang peneliti perlu memahami melaksanakan deductive
reasoning dan memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain.
Prioritas / Lingkup riset keperawatan berdasarkan kelompok ilmu keperawatan kemudian
dikembangkan menjadi:
a. Prioritas kesehatan danpencegahan penyakit pada masyarakat
b. Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada masalah kesehatan
c. Menguji model praktek keperawatan di komunitas
d. Menentukan efektifitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV-AIDS
e. Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku
f. Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis
g. Identifikasi faktor-faktor bio-perilaku yang berhubungan dengan kemampuan coping
h. Mendokumentasikan efektifitas pelayanan kesehatan / keperawatan
i. Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan kesehatan / keperawatan
j. Menentukan efektifitas biaya perawatan pasien

2. Sumber Masalah Penelitian


Turney dan Noble (1971) mengemukakan bahwa ada 5 sumber masalah penelitian empiris,
termasuk masalah penelitian keperawatan, yaitu :
1. Pengalaman pribadi
2. Keterangan yang diperoleh secara kebetulan
3. Kerja dan kontak profesional
4. Penguji dan kontak profesional
5. Analisa terhadap literatur akademik dan hasil peneitian yang relevan

1. Pengalaman Pribadi
Banyak masalah dalam bidang keperawatan diperoleh dari pengalaman harian peneliti.
Mengejawantahkan pengalaman pribadi menjadi permasalahan penelitian dapat dilakukan
dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mendefinisikan pengalaman pribadi untuk fokus penelitian
b. Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah itu
c. Membuat keputusan pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan masalah itu
d. Merumuskan masalah penelitian
2. Keterangan yang diperoleh secara kebetulan
Informasi tidak sengaja pada hakikatnya dapat diperoleh dimana saja, dimanapun,
darimanapun, dan kapanpun peneliti berpeluang memperoleh keterangan penting dan menarik
untuk dijadikan fokus penelitian, sungguhpun ia tidak senagaja menyiapkan diri untuk mencari
informasi atau keterangan tertentu. Untuk mengejawantahkan keterangan yang diperoleh
secara tidak sengaja menjadi permasalahan penelitian yang dipilh ditempuhblangkah-langkah
sebagai berikut :
a. Membangkitkan kepekaan selaku peneliti didalam merespon fenomena keperawatan yang
relefan
b. Mendefinisikan keterangan yang diperoleh secara spesifik
c. Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah
d. Membuat keputusan pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan masalah tersebut
e. Merumuskan masalah –masalah penelitian

3. Kerja dan Kontak Profesional


Banyak peneliti mengembangkan atau merumuskan pertanyaan – pertanyaan penelitian mereka
sebagai bagian dari aktivitas pekerjaan atau melaui diskusi dengan rekan sekerja (Kline, 1980);
tidak terkecuali dibidang keperawatan. Pada banyak kasus , diskusi formal dan informal yang
dilakukan oleh peneliti dengan rekan atau kelompok ahli lain sangat membantu upaya
penajaman pemahaman terhadap masalah, baik teoritis maupun praktis. Melalui diskusi
akademis inilah masalah penelitian dirumuskan dan dipertajam. Untuk tujuan ini peneliti dapat
melakukan langkah-lanhkah sebagai berikut :
a. Mendefinisikan masalah-masalah keperawatan bersama rekan sekerja atau tenaga ahli
lainnya
b. Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah itu melalui diskusi dengan rekan kerja
atau tenaga profesional lainnya
c. Membuat keputusan untuk menyelenggarakan penelitian keperawatan mengenai sebab-
sebab munculnya gejala dan dampak ikutannya
d. Mermuskan pertanyaan penelitian.
4. Pengujian dan Pengembangan Teori
Tujuan penelitian antara lian adalah dimaksudkan untuk melahirkan teori-teori baru mengenai
perilaku keperawatan. Sebaliknya, teori-teori mengenai keperawatan dan perilaku keperawatan
dapat dijadikan acuan dasar untuk merumuskan masalah penelitian.
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti adalah :
a. Memahami teori-teori keperawatan yang ada dan yang relevan
b. Menelaah proses penelitian sampai dengan ditemukannya teori itu
c. Membuat keputusan untuk menyelenggarakan penelitian
d. Menentukan waktu dan situasi penelitian yang berbeda dengan penelitian yang sama
sebelumnya
e. Merumuskan masalah penelitian
5. Analisis Literatur profesional dan hasil penelitian sebelumnya
Masalah penelitian keperawatan banyak diperoleh melalui penelaahan terhadap literatur
profesional dan laporan/jurnal hasil penelitian.

E. Mengidentifikasi Permasalahn Penelitian


Beberapa cara untuk mengidentifikasi masalah penelitian dibidang keperawtan adalah sebagai
berikut :
1. Observasi fenomena yang terjadi dalam pekerjaan sehari-hari, misalnya kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dibidang profesi sehari-hari dapat menjadi objek penelitian. Pada suatu saat selalu ada
fenomena yang belum sepenuhnya dimengerti atau ada perbedaan pendapat tentang suatu
fenomena tertentu.
2. Penelusuran literatur pada aspek tertentu dalam suatu bidang, kumpulkan teori-teori, pelajari
perkembangannya, kelemahannya, kesenjangannya atau inkontensinya. Hal ini akan
mengarahkan kita pada permasalahan untuk diteliti lebih lanjut.
3. Menghadiri untuk menangkap permasalahan dalam seminar, pertemuan ilmiah profesi, kuliah
tamu, atau mengunjungi pusat-pusat penelitian, lapangan dan sebagainya.
Dalam mengidentifikasi permasalahan penelitian, pada hakikatnya calon peneliti harus
berbekal scientific mind dan Prepared mind scientific , yang mempunyai pengertian harus
berpandangan objektif (dapat melepaskan diri dari praduga dan opini sendiri), independent (tidak
terpengaruh oleh pandangan orang lain) dan berwawasan.
Prepared mind artinya selalu siap agar dapat menangkap permasalahan yang timbul selama
melakukan obsevasi. Sebagai ilustrasi misalnya Isaac Newton dapat menemukan hukum gravitasi
bumi, setelah dia kejatuhan buah apel. Banyak orang yang sebelumnya juga kejatuhan buah apel
seperti Isaac Newton, tetapi tidak ada yang berfikir tentang hukum gravitasi bumi, oleh karena
pikiran mereka belum siap siaga untuk menangkap makna yang terkandung dalam peristiwa
jatuhnya apel ke kepala mereka (Zainuddin, 2003).

F. Merumuskan Masalah Penelitian


Permasalahan yang telah diidentifikasikan kadang-kadang sifatnya masih umum, belum
spesifik. Oleh karena itu maka permasalahan yang telah diidentifikasi harus dipersempit agar lebih
spesifik melalui pemecahan menjadi sub-sub permasalahan melalui perumusan masalah yang
berupa beberapa pertanyaan yang relevan dengan permasalahan pokoknya.
Dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Frekuensi dan penyebaran masalah yang bersangkutan
2. Wilayah geografis yang terpengaruh oleh masalah yang bersangkutan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
4. Upaya yang pernah dilakukan untuk mengatasi masalah, keberhasilan dan kekurangan
upaya tersebut Alasan pentingnya penelitian sehingga dapat membantu pemecahan masalah
(Depkes RI, 2003).
Masalah penelitian dapat dikatakan baik , jika mampu menghasilkan konklusi yang
memenuhi kriteria valid dan riabel, yang mencerminkan derajad objektif yang tinggi, dan
menggambarkan kausalitas. Kriteria masalah penelitian yang baik (Danim, 2003), yaitu :
1. Bersifat kausalitas atau menghubungkan 2 variabel
2. Dapat diukur secara empiris dan objektif
3. Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, lebih baik dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan
4. Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan tidak pula menuntut jawaban dengan
pertimbangan moral subjektif

Contoh :
1. Bagaimanakah peran orang tua dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir (deskriptif)
2. Apakah ada hubungan antara variabel X dan Variabel Y ? (crossectional: asosiasi / korelasi)
3. Apakah ada pengaruh pemberian terapi bermain pada anak pra sekolah selama MRS terhdap
penerimaan selama tindakan invansiv ? (pengaruh – experiment)

G. Menyusun Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebagai
indikator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari penelitian berguna untuk mengidentifikasi,
menjelaskan, mempelajari, membuktikan, mengkaji, memprediksi alternatif pemecahan masalah
terahadap masalah penelitian. Tujuan tersebut menandakan ide dari riset, misalnya deskriptif,
corelasi, dan komparatif. Dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil
yang diharapkan.
Tujuan penelitian harus jelas, ringkas, pernyataan yang deklaratif yang biasanya dituliskan
dalam bentuk kalimat aktif. Untuk suatu kejelasan tujuan, biasanya difokuskan pada satu atau dua
variabel dan mengidentifikasi apakah variabel perlu dijabarkan lebih lanjut. Fokus tersebut bisa
dalam bentuk identifikasi hubungan atau asosiasi diantara variabel atau untuk menentukan
perbedaan diantara dua grup dengan varaibel.
Misalnya, tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik dari variabel X
2. Untuk mengidentifikasi karakteristik dari variabel y
3. Untuk menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara variabel X dan variabel Y (relational)
4. Untuk menentukan atau mengidentifikasi perbedaan antara grup 1 dan grup 2 sehubungan
dengan variabel X (differences)

Tujuan penelitian adalah suatu indikasi kearah mana atau apa yang dicari melalui penelitian
itu, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret dapat diamati dan dapat diukur.
Tujuan dari riset ini biasanya adalah untuk mengidentifikasi, menjelaskan atau memprediksi
alternatif pemecahan masalah. Secara bodoh dapat dikatakan , bahwa dalam merumuskan tujuan
penelitian seseorang peneliti tinggal mengubah redaksi kalimat masalah (kalimat pertanyaan di
pertanyaan masalah) menjadi kalimat pernyataan supaya menemukan jawaban atas masalah itu,
tentu saja dengan penyesuaian redaksi seperlunya. Perhatikan contoh dibawah ini :
1. Apabila masalahnya adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan pengurangan
kekambuhan asma selama perawatan dirumah
2. Maka tujuanya menemukan hubungan antara dukungan keluarga dengan pengurangan
kekambuhan asma selama perawatan dirumah

Biasanya tujuan penelitian itu dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu


1. Tujuan umum , yakni tujuan penelitian yang berupaya menjawab masalah pokok, yang
disesuaikan dengan spesifikasi permasalahan yang akan diteliti atau yang menggambarkan
luaran yang akan dihasilkan dari penelitian.
2. Tujuan khusus, yakni penjabaran dari tujuan umum yang merupakan jawaban sementara dari
pertanyaan masalah yang secara spesifik akan menjawab masalah-masalah khusus atau sub-sub
masalahnya dan sekaligus menyatakan rincian langkah demi langkah untuk mencapai tujuan
umum.
3. Tindakan pada tujuan khusus dinyatakan dengan kata kerja (t)), yang tentu saja sesuai dengan
permasalahannya, misalnya :
a. Menilai (to evaluate)
b. Megukur (to assess, to measure)
c. Mengidentifikasi (to identify)
d. Menentukan (to determine)
e. Membandingkan (to compare) (Depkes RI. 2003)

Contoh judul:
1 Analisis Hubungan antara iklim kerja, etos kerja dan disiplin kerja dengan produktivitas kerja para
perawat pelaksana di rumah sakit “A” Surabaya
2 Efektifitas penggunaan posisi tangan dengan telungkup pada waktu pemasangan infuse di rumah sakit
“A” Surabaya
3 Sudi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul Sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP) Oksigenasi Di Ruang Rawat Inap Rumh sakit “A” Surabaya
4 Perbandingan Efektifitas Perawatan Luka Dengan Kasa Kering dan Kasa Basah NaCl Dalam Proses
Penyembuhan Luka Bersih di Poli Bedah Rumah Sakit “A” Surabaya
5 Pengaruh pemberian teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post op
Apendiktomi di pav G1 dan G2 Rumah sakit “A” Surabaya
6 Hubungan tingkat stres dan frekuensi kekambuhan pada pasien penyakit jantung koroner di poli
jantung Rumah sakit “A” Surabaya
7 Hubungan bimbingan orang tua dengan perkembangan kemapuan dasar anak usia prasekolah (3-5 th.)
di TK PGRI “A” Surabaya
8 Perbandingan antara pola eliminasi sebelum dan sesudah pelaksanaaan keagle exercise pada pasien
post operasi BPH di Pav G1 rumah sakit “A” Surabaya
9 Pengaruh Imobilsasi yang lama terhadap tingkat depresi pada pasien post operasi fraktur ekstremitas
bawah di ruang bedah Rumah sakit “A” Surabaya
10 Hubungan antara penggunaan sumber air dengan angka kejadian diare di RT. 01 RW. 03 desa “A”
Surabaya
11 Analisis faktor yang mempengaruhi remaja dalam penyalahgunaan NAPZA di lembaga pemasyarakatan
“A” Surabaya
12 Persepsi Klien Terhadap Keberadaan Mahasiswa Praktik Klinik Keperawatan di Ruang Bedah Rumah
sakit “A Surabaya
13 Studi Pemenuhan kebutuhan Spiritual (Ibadah) pada Pasien Stroke Di Pav. VII A Dan B Rumah sakit “A”
Surabaya
14 hubungan antara penerapan tindakan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana dengan kepuasan
pasien di Irna Bedah dan Irna Medik RSU “A” Surabaya
15 hubungan antara pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap
RSUD “A” Surabaya
16 Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada klien lanjut Usia di UPTD “ A”
17 Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Kemampuan Personal Sosial Anak Usia Prasekolah di PAUD
“A”
18 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Pra Lansia di RT 01 RW 04 “A”
19 Efektifitas Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi dan Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan
Lansia tentang Diit DM di Posyandu Lansia “ A” Desa “A”
20 Efektifitas pendekatan Positive Deviance Melalui Pos Gizi pada Status Gizi Balita KEP di Desa “A”
21 Hubungan Antara Obesitas dengan Penyakit Hipertensi pada mahasiswa STIKES “A” Surabaya
22 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi S1 Tingkat II STIKES “A”
Surabaya
23 Efektifitas Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi dan Ceramah Terhadap kemampuan
Menggosok Gigi pada Anak Usia 6 Tahun di Tk. “A” Surabaya
24 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia 4-5 tahun di Kelurahan “A”
25 Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Pentingnya Kegiatan Posyandu Lansia Dengan Keaktifan
Datang di Posyandu Lansia “A” Surabaya
26 Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Penderita Hipertensi Tentang Hipertensi dengan kepatuhan
menjalankan Diet Hipertensi di Panti Werdha “A”
27 Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Tuberkulosis Paru dengan Tingkat Kepatuhan
Universal Precaution di Ruangan “A” Rumah Sakit “B” Surabaya
28 Pengaruh Aromaterapi (Lavender, Lemon, dan Rose) pada Penurunan Kecemasan Anak SD kelas VI di
SDN “A” Surabaya
29 Pengaruh Pemberian Modul Keperawatn Pada Penderita TB paru Terhadap Perubahan Tanda dan
Gejala TB Paru di Rumah di Lingkungan Kerja Puskesmas “A”
30 Perbedaan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3 – Tahun di Posyandu “M”
Kelurahan “A”
31 Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Asrama Satu di Panti
Werdha “A” surabaya
32 Pengaruh Pemberian Sari Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
di Posyandu Lansia “A” surabaya
33 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri Dalam mencegah Fluor Albus Pada Siswi
Kelas II di SMA “A” surabaya
34 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan waktu Pemulihan Kesadaran Post Operasi Fraktur yang
menggunakan Anestesi General di Rumah sakit “A” surabaya
35 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu dalam Stimulasi perkembangan Motorik Kasar anak di PAUD
“A” surabaya
36 Pengaruh Konsumsi Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di
Posyandu Lansia “A” surabaya
37 Hubungan Konsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) dengan tingkat Obesitas pada siswa Obesitas Kelas
II di SMP Negri “A” Surabaya
38 Pengaruh Pendidikan kesehatan tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan dalam menghadapi
Menarche pada Siswi Kelas V SD “A” Surabaya
39 Hubungan Pola Tidur Malam dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat RT 2 RW 1 Desa “A”
Surabaya
40 Pengaruh Pelaksanaan Inisiasi menyusui Dini (IMD) terhadap penurunan tinggi Fundus Uteri Ibu Post
Partum Hari ke-1 sampai ke-4 di Wilayah Kerja Puskesmas “A” Surabaya
41 Hubungan Lingkungan Pergaulan Sehari-hari dengan Konsumsi Miras pada Remaja di RT 3 RW 10
Kelurahan “A” Surabaya
42 Konsumsi Biskuit Gandum pada pagi Hari sebelum Beraktifitas terhadap penurunan morning Sickness
Ibu Hamil Trisemester Pertama di RSI “A” Surabaya
43 Faktor-faktor yang mempengaruhi penambahan ukuran lensa kacamata pada penderita Miopia di Poli
Mata Rumah Sakit “A” Surabaya
44 Pengaruh pemberian ASI eksklusif Pada perkembangan Motorik Halus dan Motorik Kasar Bayi Usia 6
bulan di Posyandu Balita “A” Surabaya
45 Pengaruh Teknik Distraksi pada tingkat Nyeri Lansia dengan artitis Reumatoid di Panti Werdha “A”
Surabaya
46 Hubungan Antara Pemakian KB Suntik DMPA dengan Kejadian Spotting pada wanita Usia 20 – 35
tahun di Rumah Sakit Ibu dan anak “A” Surabaya
47 Hubungan Obesitas dengan kejadian Hipertensi dalam Kehamilan trimester II di Poli Hamil dan Poli
Kandungan “A” Surabaya
48 Pengaruh Senam Nifas Pada Involusi Uteri Ibu Post Partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak “A” Surabaya
49 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Efek Hospitalisasi Aspek Psikologis pada anak Usia 1-3 tahun
(toddler) di Ruang perawatan anak PAv. V rumah sakit “A” Surabaya
50 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asrama Putri di STIKES “A”
Surabaya
51 Pengaruh Terapi Bermain (teknik Bercerita) dalam Menurunkan Kecemasan Hospitalisasi pada anak
Prasekolah di Ruang Ismail Rumah sakit “A” Surabaya
52 Hubungan Dukungan Sosial keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia
sekolah (6-12 tahun) di Ruang d-2 dan Pav. V rumah sakit “A” Surabaya
53 Pemberian Senam Otak Terhadap tingkat Kecepatan Membaca Siswa Kelas 3 SDN “A” Surabaya
54 Pengaruh perawatan payudara pada pengeluaran ASI Ibu Pasca Persalinan di Ruang “A” Surabaya
55 Hubungan Pola Pemberian ASI dengan kejadian Diare pada bayi Usia 6-12 bulan di Wilayah Puskesmas
“A” Surabaya
56 Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif terhadap Perubahan Berat Badan Bayi 1-3 bulan di Posyandu “A”
Surabaya
57 Perbandingan Perkembangan Anak Usia Toddler di Tempat Penitipan Anak (TPA) Lasiyam Yayasan Al-
Muslim dan Tempat Penitipan Anak (TPA) di “A” Surabaya
58 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penatalaksanaan Diet Rendah Garam pada Lansia di Poliklinik
jantung rumah sakit “A” Surabaya
59 Pemberian Gerakan Senam Otak Burung Hantu dan Pasang Kuda-kuda Terhadap Kecakapan Operasi
Hitung Bilangan pada Usia Sekolah di SDN Sidodadi II Kecamatan “A” Surabaya
60 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Umur 35 – 55 tahun tentang Kanker dengan
Rutinitas Pemeriksaan Pap Smear di Yayasan “A” Surabaya
61 Pengaruh Posisi Ordinal Anak Uisa 3-4 tahun terhadap Perkembangan Personal Sosialnya di PAUD
“Matahari Bunda” RT 10 RW 2 Kel. Kraton Kecamatan “A” Surabaya
62 Pengaruh pemberian Games “Puzzle” pada Kemampuan Kognitif Anak Usia PraSekolah di TK Nurul “A”
Surabaya
63 Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Keaktifan Ibu mengikuti Senam Hamil di Poli Hamil
rumah sakit “A” Surabaya
64 Hubungan Kepemilikan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan Perkembangan Motorik Halus
Menggunakan Bantuan DDST pada Anak Prasekolah di “A” Surabaya
65 Hub. Antara Posisi Membaca dengan visus Mata pada Anak Usia Sekolah 10 – 12 Tahun di SDN “A”
Surabaya
66 Pengaruh Pelaksanaan Senam Lansia Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada lansia di RT VIII RW
XIV Kelurahan “A” Surabaya
67 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Keteraturan Penggunaan KB Suntik di BPS “A” Surabaya
68 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB paru di Rumah
sakit “A” Surabaya
69 Hubungan Kesiapan Belajar Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Pada lansia di
Posyandu “A” Surabaya
70 Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Motifasi Dalam Mengikuti Program Kegiatan di Posyandu
Lansia “A” Surabaya
71 Perbedaan antara Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Pra Sekolah di TK Full Day engan Non Full
Day di “A” Surabaya
72 Pengaruh Terapi Musik (Langgam Jawa) terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di
Desa “A” Surabaya
73 Perbedaan Tingkat Depresi Kelompok Tahanan Wanita 3 Bulan dan 6 Bulan Selama menerima
Bimbingan Rohani Islam di Rutan “A” Surabaya
74 Pemberian Aromaterapi Kenanga Terhadap Penurunan tekanan darah Pada Lansia dengan Hipertensi
di RT 7 dan RT 8 RW XIV Kelurahan “A” Surabaya
75 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Efek Hospitalisasi Aspek Psikologis pada Anak Usia 1-3 tahun
(Toddler) di Ruang Perawatan Anak Pav. V rumah sakit “A” Surabaya
76 Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan kemampuan Perawatan Diri pada Anak Tunagrahita Umur 12-17
tahun di SLB “A” Surabaya
77 Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Zat Besi dengan peningkatan kadar HB pada ibu hamil
Trimester III di Poli Hamil rumah sakit “A” Surabaya
78 Hub. Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada Lansia di
Posyandu Lansia Desa “A” Surabaya
79 Pemberian Jambu Merah Terhadap Peningkatan Trombosit pada Anak DHF di Puskesmas “A” Surabaya
80 Terapi Air dalam mempelancar buang air besar Study Quasi Eksperimen pada Mahasiswa “A” Surabaya

J. Desain penelitian
A. Jenis & Bentuk Penelitian
Pengelompokan jenis penelitian sangat bermacam-macam menurut aspek mana penelitian itu
ditinjau. Jenis-jenis penelitian dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Menurut bidangnya, meliputi penelitian pendidikan, penelitian hukum, pertanian, ekonomi dan
penelitian agama, kesehatan, kedokteran, keperawatan.
2. Menurut tempatnya, meliputi penelitian laboratorium, perpustakaan, penelitian kancah.
3. Menurut pemakaiannya, meliputi penelitian dasar (murni) dan penelitian terapan (terpakai)
4. Menurut tujuannya, meliputi penelitian eksploratife, developmental, verivikati, eksplanative, dll.
5. Menurut Pendekatannya, meliputi penelitian longitudinal dan penelitian cross sectional
Juga terdapat beberapa macam bentuk penelitian yang perlu dikenal yaitu :
1. Bentuk penelitian menurut tujuannya, terbagi atas :
a. Penelitian eksploratif, yaitu penelitian untuk menemukan hal baru.
b. Penelitian pengembangan, yaitu penelitian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
c. Penelitian Verivikatif, yaitu peneltian untuk menguji kebenaran suatu fenomena

2. Bentuk penelitian menurut penerapannya, terbagi atas :


a. Penelitian dasar (basic research), yaitu penelitian tentang ilmu dasar sehingga dengan
demikian belum dapat diterapkan diklinik. Misalnya Daun mahoni dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada tikus
b. Penelitian terapan (applied reseach), yaitu penelitian yang hasilnya langsung dapat
digunakan dalam klinik.
3. Bentuk penelitian menurut taraf penelitian, terbagi atas :
a. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya menggambarkan keadaan suatu penyakit
tanpa kesimpulan umum.
b. Penelitian inferensial, yaitu penelitian yang mempunyai taraf menggambarkan suatu obyek
atau peristiwa yang lebih mendalam dan kesimpulannya diupayakan berlaku umum.
4. Bentuk penelitian menurut sifatnya, terbagi atas :
a. Penelitian korelasional, (penelitian untuk tujuan mencari hubungan)
b. Penelitian komparatif, (penelitian untuk tujuan mencari perbandingan)
5. Bentuk penelitian menurut desain, terbagi atas :
a. Penelitian observasional (penelitian non eksperimental), penelitian yang bertujuan untuk
pengamatan.
b. Penelitian Eksperimental, yaitu penelitian yang penelitiannya memberikan suatu perlakuan,
treatment, atau eksperimen
Semua macam riset tersebut diatas, tidak dapat terpisah jenisnya secara jelas, melainkan sering
ada tumpang tindih antara bentuk satu dengan yang lain.

B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga
peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu
pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan
sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut.
Desain harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan agar dapat menghasilkan
petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan pertanyaan penelitian.
Beberapa hal hal penting yang perlu dinilai sebelum kita menentukan jenis penelitian yaitu :
1. Sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan dilakukan intervensi dalam penelitian
tersebut, yaitu dengan melakukan penelitian intervensional (eksperimental) atau apakah hanya
melakukan pengamatan saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan observasional.
2. Bila peneliti memilih studi observasional, perlu ditentukan apakah akan mengadakan
pengamatan sewaktu (cross sectional) atau melakukan follow up dalam jangka waktu tertentu
(longitudinal).
3. Apakah akan dilakukan studi retrospektif yaitu meneliti peristiwa yang sudah berlangsung atau
prospektif yaitu dengan mengikuti subjek untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi.
Bagan Pembagian desain penelitian

DESAIN
PENELITIAN

Eksperimental Obsevasional

MACAM : Deskriptif : Analitik :


1. Pra eksperimental Macam : Macam :
2. eksperimental semu/ 1)Sensus 1)Cross sectional
Quasi eksperimental 2)Survey 2)Case control
3 eksperimental sungguhan 3)Studi kasus 3)Cohort
(True eksperimental) - Prospektive
- Retrospektif
1. Jenis Penelitian Observasional
Berbagai bentuk penelitian observasional antara lain adalah deskriptif (survey, studi kasus)
dan analitik (cross seksional, sub control dan cohort).
a. Penelitian observasional Deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian
deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data,
klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan.
Metode penelitian deskriptif juga diharapkan seorang peneliti berusaha untuk memaparkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data, jadi peneliti juga menyajikan data,
menganalisis dan menginterpretasikan data. Penelitian ini juga bisa bersifat komparatif, korelatif
ataupun analitik.
Masalah yang layak diteliti dalam penelitian ini adalah masalah yang sedang banyak dihadapi
saat ini, khususnya dibidang pelayanan kesehatan. Masalah ini baik yang berkaitan dengan aspek
yang cukup banyak, menelaah satu kasus tunggal, mengadakan perbandingan antara satu hal
dengan hal lain, melihat pengaruh sesuatu terhadap faktor yang lain atau melihat hubungan suatu
gejala dengan faktor yang lain.

Contoh :
Peneltian mengenai sikap para petugas kesehatan di poli pada pasien yang berkunjung, atau
studi tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang rawat IRNA Bedah G RSAL Dr. Ramelan
Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut adalah pemaparan bagaimana sikap seorang petugas jaga
dipoli rawat jalan, dan juga bagaimana tingkat kepuasan seorang pasien yang sedang dirawat di
IRNA Bedah G Dr. Ramelan Surabaya.

Contoh :
 Survai mengenai sikap para petugas kesehatan (perawat) terhadap pasien yang dirawat di
bangsal bedah.
 Persepsi pasien yang datang ke pengobatan alternatif sangkal putung.
 Penelitian tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang A1 RSAL Surabaya.
 Gambaran klinis dan laboratorium penderita nefrotik sindrome

Ciri-ciri dari penelitian deskriptif adalah :


 Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau tidak
 Merancang cara pendekatan, hal yang meliputi macam datanya, penentuan sampelnya,
penentuan metode pengumpulan datanya dan penyajian hasilnya.
 Tidak perlu kelompok pembanding
 Tidak mencari penyebab suatu masalah
 Mengumpulkan data.
 Penyusunan laporan.
Langkah-langkah Penelitian Deskriptif
Secara umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian deskriptif ini tidak
berbeda dengan metode penelitian yang lain, yaitu :
 Memilih masalah yang akan diteliti
 Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan masalah tersebut
diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori sebagai dasar
penyusunan kerangka konsep penelitian.
 Membuat asumsi atau anggapan yang menjadi dasar perumusan hipotesis.
 Dalam penelitian deskriptif tidak diharuskan memakai hipotesis.
 Menentukan desain penelitian, metode pengumpulan data, kriteria atau kategori untuk
membedakan data yang akan diteliti dan yang tidak diteliti.
 Menentukan teknik dan alat pengumpul data (instrumen/kuesioner)
 Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data.
 Melakukan pengolahan atau analisis data (untuk menguji hipotesis)
 Melakukan pembahasan serta menarik kesimpulan hasil penelitian.

Macam penelitian deskriptif antara lain adalah : survey dan studi kasus
1) Survey
Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang
biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Informasi yang disediakan biasanya
berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi
dan tidak ada intervensi. Keuntungan dari survei adalah dapat menjaring responden secara luas
dan dapat mendapatkan informasi yang bermacam-macam serta hasil informasi dapat
dipergunakan untuk tujuan lainya. Misalnya untuk menyusun perencanaan perbaikan program
tersebut. Jadi survey bukan semata dilakukan untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan,
melainkan untuk juga untuk menjelaskan tentang hubungan antara berbagai variable yang
diteliti, dari obyek yang mempunyai unit atau individu cukup banyak. Oleh sebab itu dalam
melaksanakan survey biasanya hasilnya dibuat suatu analisis secara kuantitatif terhadap data
yang telah dikumpulkan.

2) Case studi / studi kasus


Studi kasus dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang
terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat bertrti satu orang, kelompok penduduk yang
terkena suatu masalah misalnya keracunan atau kelompok masyarakat disuatu daerah. Unit
yang menjadi masakah tersebut secara mendalam dianalisa baik dari segi yang berhubungan
dengan ksusnya sendiri , faktor resiko, yang mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan
kasus maupun tindakandan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan
tertentu. Meskipun yang diteliti dalam kasus tersebuit hanya berbentu unit tunggal, namun
dianalisis secara mendalam.
Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk memepelajari secara intensif tentang latar
belakang keaadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok,
lembaga atau masyarakat.
Contoh
 Studi lapangan mengenai kebudayaan kelompok-kelompok masyarakat terpencil
 Studi mengenai seorang anak yang mengalami ketidak mampuan belajar

Ciri-ciri studi kasus


 Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya
merupakan gambaran lengkap dan terorganim mengenai kasus itu. Penelitian ini antara lain
mencakupkeseluruhan siklus kehidupan, kadang-kadang hanya meliputi segmen tertentu
pada faktor kasus.
 Studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil, tetapi mengenai variabel dan
kondisi yang besar jumlahnya.
 Penelitian kasus sangat berguna untuk informasi latar belakang guna merencanakan yang
lkebih besar dalam ilmu kesehatan dan sosial.
 Penelitian ini merupakan perintis bagi penelitian lanjutan, juga merupakan sumber hipotesis.
 Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna berdasarkan data yang diperoleh untuk
memberi gambaran mengenai penemuan yang disimpulkan dengan statistik.

Kelemahan studi kasus


 Tidak memungkinkan generalisasai yang objektif pada populasi sebab perincian kasus
memang sangat terbatas representatnya.
 Hasilnya kurang obyektif.

b. Penelitian Observasional Analitik


Pada peneltian analitik, peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel. Penelitian ini
perlu dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, seberapa besar hubungan antar variabel
yang ada, perlu juga diketahui apa ada variabel kontrolnya. Oleh karena itu pada penelitian ini perlu
adanya hipotesis. Penelitian analitik pada umumnya berusaha menjawab pertanyaan mengapa (why)
serta disebut juga penelitian eksplanatory.
Penelitian yang bersifat analitik dibedakan lagi menjadi 3 macam, yaitu studi cross sectional,
sub control dan cohort.
1) Cross sectional
Dalam penelitian cross sectional, variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi
pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam
satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow up. Cross sectional bisa
digunakan dalam penelitian deskriptif maupun analitik. Adapun langkah-langkah pada studi
Cross Sectional adalah sebagai berikut :
 Merumuskan pertanyaan penelitian beserta hipotesis yang sesuai
 Mengidentifikasi variable penelitian (bebas dan tergantung)
 Menetapkan subyek penelitian
 Melakukan pengukuran faktor resiko dan efek
 Melakukan analisis.

Contoh :
a) Menetapkan pertanyaan penelitian : Apakah ada hubungan antara kebiasaan memakai obat
nyamuk semprot dengan kejadian BKB (batuk kronik berulang) pada anak balita.
Hipotesisnya yang sesuai tentunya terdapat hubungan antara pemakaian obat nyamuk
semprot dan angka kejadian BKB pada anak balita.

b) Identifikasi Variabel
 Faktor resiko yang diteliti ; penggunaan obat nyamuk semprot
 Efek : BKB pada balita
 Faktor resiko yang tidak diteliti : riwayat asma dalam keluarga, tingkat sosial ekonomi,
jumlah anak, kebiasaan orang tua merokok.
Semua istilah tersebut harus dibuat definisi yang jelas sehingga tidak bermakna ganda
c) Penetapan subyek penelitian
 Populasi terjangkau : Balita pengunjung poliklinik yang tidak mempunyai riwayat asma
dalam keluarga, kebiasaan orang tua merokok, tingkat sosial ekonomi keluarga tertentu,
tingkat pedidikan orang tua, jumlah anak dalam keluarga dll.
 Sampel : dipilih sejumlah anak balita sesuai dengan estimasi besar sampel, bisa
menggunakan random sampling.
d) Pengukuran
 Faktor resiko : ditanyakan apakah dirumah biasa digunakan obat nyamuk semprot dll.
 Efek dengan kriteria tertentu ditetapkan apakah subyek menderita BKB.

e) Analisis
Analisis yang digunakan bisa menggunakan tabel 2 x 2, regresi multiple atau regresi logistik.

BKB
Obat Ya Tidak Jumlah
nyamuk Ya 20 30 50
Tidak 5 30 35

Kelebihan penelitian Cross Sectional :


Kelebihan :
 Keuntungan utama desain ini adalah memungkinkan penggunaan populasi dari
masyarakat umum.
 Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh
 Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel
 Tidak terancam Loss to follow up (droup out)
 Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohort (prospektif) atau
eksperimental.
 Dapat dipakai dasar penelitian selanjutnya yang konklusif

Kekurangan penelitian cross sectional


 Sulit menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan efek dilakukan
pada saat bersamaan. Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana yang sebab dan
mana akibat.
 Memungkinkan kesalahan interpretasi hasil karena hasil yang didapatkan adalah
ditentukan secara bersamaan
 Dibutuhkan subyek yang cukup besar, terutama jika variabelnya banyak.
 Tidak bisa menggambarkan perjalanan suatu penyakit, insiden atau prognosa.
 Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang terjadi
 memungkinkan terjadinya bias dalam penelitian.

2) Kasus kontrol (case control).


Penelitian case control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana variabel
bebas/faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retropektif. Dengan kata lain
efek/variabel tergantungnya diidentifikasi saat ini, kemudian faktor resiko diidentifukasi adanya
atau terjadinya pada waktu lalu. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

E+
disease
Retrospektif
E-

E+
Non disease
Retrospektif
E-

Tahap –tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :


a) Menetukan pertanyaan penelitian dan hipotesis
b) Identifikasi variabel-variabel penelitian (bebas, tergantung)
c) Identifikasi obyek penelitian (populasi, sampel)
d) Identifikasi kasus
e) Pemilihan subyek sebagai kontrol
f) Melakukan pengukuran retrospektif (kebelakang) untuk melihat faktor resiko
g) Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel objek dengan variabel
kontrol.
Contoh sederhana : penelitian tentang hubungan antara malnutrisi pada anak balita dan perilaku
pemberian makanan oleh ibu.

Dari judul ini bisa diambil langkah sebagai berikut :


Tahap pertama, yang dilakukan yaitu mengidentifikasi variabel dependent (efek) dan variabel
independent (faktor resiko)
 Vaiabel dependent : Malnutrisi
 Variabel independent : perilaku ibu dalam memberikan maknan
 Variabel independent yang lain : Pendidikan ibu, pedapatan keluarga, jumlah anak, dan
sebagainya.
Tahap kedua, yaitu dengan menetapkan objek penelitian yatiu populasi dan sampel penelitian.
Obyek penelitaian disini adalah pasangan ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu dibatasi
pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini.
Jumlah subyek yang diteliti untuk dapat membuktikan hubungan tersebut perlu ditentukan
sebelum penelitian dimulai.
Pada dasarnya untuk penelitian kasus kontrol jumlah subyek yang akan diteliti bergantung
kepada :
a) Berapa besar densitas faktor resiko pada populasi. Hal ini penting terutama bila kontrol
diambil dari populasi. Kalau jumlah sampel yang diambil sebagai resiko terlalu kecil atau
terlalu besar, maka kemungkinan pejanan resiko kasus dan kontrol hampir sama dan
diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya.
b) Derajat kemaknaan yang diinginkan, biasanya dipilih  = 5%
c) Perbadingan antara kasus dan kontrol, yaitu dengam mengambil kontrol lebih banyak jumlah
kasus bisa dikurangi.
d) Apakah pemilihan kontrol dimatching atau tidak.
Tahap ketiga, dengan melakukan identifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi.
Yang dimaksud kasus disini adalah anak balita yang memenuhi kriteria malnutrisi yang
ditetapkan, misalnya berat per umurnya kurang dari 75 % standart harvard. Kasus diambil dari
populasi yang telah ditetapkan.

Tahap keempat, adalah pemilihan subyek sebagai kontrol, yaitu pasanmgan ibu-ibu dengan anak
balita mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan pada kesamaan karakteristik subyek
kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosila ekonominya, letak geografinya dan sebagainya.
Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih kelompok kontrol yang mempunyai
karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar ciri-ciri tersebut
kiranya dapat dianggap mewakili.
Pemilihan konrol memberi masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, karena kontrol
semata-mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat terancam oleh bias. Yang perlu
ditekankan adalah bahwa kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus sehingga
baik kasus maupun maupun kontrol mempunyai propbability yang sama untuk terpajan oleh
faktor resiko

Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :


a) Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama. Misalnya kasus adalah semua pasien
dalam populasi tertentu sedangkan kontrolnya diambil secara acak dari populasi sisanya.
Bisa juga dari yang sudah ditentukan sebelumnya yang lebih kecil.
b) Matching. Cara kedua untuk mendapatkan kontrol yang baik adalah dengan melakukan
matching yaitu memilih kontrol yang mempunyai karakter yang sama dengan kasus dalam
semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor resiko tetapi yang tidak diteliti.
Apabila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai jenis variabel yang mungkin
berperan terhadap kejadian penyakit (kecuali yang sedang diteliti) dapat disamakan,
sehingga didapatkan assosiasi yang lebih kuat antara variabel yang sedang diteliti dengan
penyakit. Tekhnik ini mempunyai keuntuingan lain yaitu subyek penelitian yang diteliti
menjadi lebih sedikit. Akan tetapi jangan sampai terjadi overmatching yaitu melakukan
matching terhadap variabel yang mempengaruhi pejanan faktor resiko, sehingga akan
didapatkan resiko relatif yang terlalu rendah. Terlalu banyak faktor yang disamakan juga
menyebabkan kesulitan untu mencari kontrol.
c) Cara lain ialah dengan memilih lebih dari satu kelompo kontrol. Karena sukar mencari
kelompok kontrol yang benar-benar sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok
kontrol yang berbeda lokasi dan demogfrafinya yang tidak terlalu berbeda jauh. Tetapi bila
didapatkan perbedaan yang cukup besar antara kedua kelompok tersebut, maka berarti
salah satu atau kedua hasil tersebut tidak sahih( terdapat bias) dan perlu diteliti dimana
letak biasnya.

Tahap kelima, adalah melakukan pengukuran secara retrospektif yaitu dari kasus (anak balita
malnutrisi) itu diukur atau ditanyakan kepada ibu dengan menggunakan metode recall mengenai
perilaku atau kebiasaan memberikan makanan kepada anakanya. Recall disini maksudnya adalah
menanyakan pada ibu anak balita kasus tentang jenis-jenis makana serta jumlahnya yang
diberikan kepada anak balita selama periode tertentu. Biasanya menggunakan metode 24 jam.
Pengukuran variabel yang diteliti merupakan hal sentral pada studi ini. Penentuan efek harus
sudah didefinisikan dalam usulan atau definisi operasional secar jelas. Pada kenyataannya
memang sukar untuk mengingatkan kembali bila seseorang telah lupa apa yang telah
dilakukannya saat dulu, pada keadaan tertentu bisa menggunakan rekam medik yang lengkap,
gambaran keadaan pasien dan data demografi dari pasien tersebut.

Tahap keenam, adalah dengan melakukan pengolahan dan analisis data. Analisis data dilakukan
dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan kurang baik dalam hal memberikan
makanan keopada anaknya pada kelompok kasus dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada
kelompok kontrol. Dari sinilah akan diperoleh bukti ada atau tidaknya hubungan antara perilaku
pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.

Kelebihan penelitian case control


a) Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol.
b) Memerlukan subyek penelitian yang relatif sedikit
c) Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai faktor resiko sekaligus.
d) Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam
dibanding dengan hasil penelitian cross sectional
e) Tidak menghadapi kendala etik seperti penilitian ekspreimen atau cohort
f) Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis).

Kekurangan penelitian Case Control


a) Pengukuran variabel yang retrospektif, objektivitas, dan reliabilitasnya kurang karena subjek
penelitian harus mengingat kembali faktor-faktor resikonya.
b) Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan
c) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh
d) Karena kasus dan kontrol sukar dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa
kedua kelompok itu sebanding dalam faktor eksternal dan sumber bias yang lainnya
e) Tidak dapat memberikan incidens rate
f) Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependent, habya berkaitan
dengan satu penyakit atau efek.
g) Kadang-kadang sulit meilih kontrol yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena
banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan.

Bias dalam Penelitian Kasus Kontrol


Kesahihan suatu penelitian kasus kontrol sebagian besar tergantung pada cara menentukan
subyek yang 1) terkena efek, 2) tidak terkena efek, 3) terpajan, 4) tidak terpajan faktor resiko
yang diteliti. Kesalahan pengelompokan subyek kedalam kategori masing-masing menyebabkan
perhitungan asosiasi antara pejanan dan efek menjadi tidak benar. Kesalahan sistematis yang
menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan kenytaan disebut bias.
Pada penelitian kasus kontrol ada 3 kelompok bias yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ;
1) bias seleksi, 2) bias informasi, 3) bias perancu (confounding bias.)

Beberapa hal yang dapat menyebabkan bias :


a) Informasi tentang faktor resiko atau faktor perancu mungkin terlupa oleh respondent atau
tidak tercatat dalam rekam medik atau yang lain.
b) Subyek yang terena efek (kasus) oleh karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya akan
lebih sering melaporkan faktor resiko dibanding dengan subyek yang tidak terkena efek
(kontrol)
c) Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah faktor resiko memepengaruhi efek
atau karena efek terlalu sering sehingga mudah atau beresiko terpajan.
d) Identifikasi subyek penelitian.

3) Kohort
Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah penelitian non eksperimen
yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor resiko dengan efek. Seperti telah
diuraikan sebelumnya penelitian cohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek melalui pendekatan longitudinal
kedepan. Artinya, faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti kedepan
secara prospektif timbulnya efek.
Dalam penelitian ini akan dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok resiko dan kelompok tanpa resiko,
kemudian kedua kelompok diikuti sampai batas waktu tertentu untuk menentukan ada tidaknya
efek yang diteliti.subyek yang dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
penelitian.
Pemantauan sederhana ini sifatnaya deskriptif akan tetapi pada umunya penelitaian bersifat
analitik, yakni mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dan variabel
tergantung (efek).
Kesimpulan hasil penelitian ini akan membandingkan proporsi subyek yang menjadi efek positif
antara kelompok subyek yang diteliti dengan faktor resiko positif dengan kelompok subyek
dengan faktor resiko negatif (kontrol).
E+
prospektif
Exposure + E-

E+
Exposure -
prospektif E–
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian kohort
a) Merumuskan petrtanyaan penelitian dan hipotesis
b) Identifikasi faktor resiko dan efek
c) Menetapkan subyek penelitian (populasi dan sampel )
d) Pemeilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek negatif
e) Memilih subjek yang akan dijadikan anggota kelompok kontrol
f) Mengobservasi perkembangan subyek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya
mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok.
g) Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek posistif dengan
subjek yang mendapat efek negatif baik kelompok resiko positif maupun kelompok kontrol.

Contoh sederhana tentang penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara kanker
paru (efek) dengan perokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan prospektif.

Tahap pertama, adalah mengidentifikasi faktor efek (variabel dependent) dan resiko (variabel
independent) serta variabel pengendali (variabel kontrol)
 Variabel dependent : kanker paru
 Variabel independent : merokok
 Variabel pengendali : umur, pekerjaan, lama meroko.
Pada penelitian ini faktor resiko dapat bersifat interbnal, yang menyebabkan predisposisi atau
sebagai predileksi timbulnya penyakit, juga bisa bersifat eksternal yaitu faktor lingkungan dal
sebagainya. Variabel perancu sedapat mungkin dihilangkan dari penelittian ini.

Tahap kedua, dengan menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian.
Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria disuatu wilayah atau tempat tertentu,
dengan umur antara 40-50 tahun, baik perokok maupun tidak.

Tahap ketiga, adalah mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi
tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang
kurang lebih sama dengan kelompok perokok.
Usaha untuk mengidentifikasi subyek yang belum menderita memerlukan kecermatan. Peneliti
harus yakin bahwa subyek yang dipilih benar bebas dari dari efek yang diselidiki sehingga pada
akhir pengamatansubyek tersebut terpajan efek atau menjadi sakit maka hal ini dianggap
sebagai akibat terpajan dengan faktor resiko yang dipelajari.
Perangkat diagnostik yang kurang akurat mengakibatkan efek negatif yang palsu pada awal
penelitian.. kadang tidak mudah menentukan terdapatnya efek. Berbagai cara dilakukan untuk
menyingkirkan adanya efek, termasuk anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.. pada
umumnya prosedur untuk menetapkan apakah seseorang dapat dimasukkan kedalam kohort
disatu sisi harus bersifat mudah, aman dan murah disisi lain juga harus mempunyai keandalan
dan kesahihan yang baik.
Tahap keempat, mulai melakukan observasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang
yang merokok (resiko positif) dan orang yang tidak merokok (kontrol) sampai pada waktu
tertentu, misalnya selama 10 tahun kedepan untk mengetahui perkembangan atau terjadinya
kanker paru.

Tahap kelima, dengan melakukan pengolahan dan menganilisis data. Analisis data dilakukan
dengan membandingkan proporsi orang yang menderita kanker paru dengan proporsi orang
yang tidak menderita kanker paru, diantara kelompok perokok dan kelompok tidak perokok.

Keunggulan Penelitian Kohort


 Merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit atau efek
yang diteliti.
 Paling baik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek secara
temporal
 Merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progesif.
 Karena dilakukan secara kontinyu dan longitudinal, studi ini memiliki kakuatan yang andal
untu meneliti masalah kesehatan yang masih meningkat.
 Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal penelitian (subjek dan
kontrol)
 Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang
lain.
 Ada keseragaman observasi baik terhadap faktor resiko maupun dari efek.

Keterbatasan Penelitian Kohort


 Memerlukan waktu yang cukup lama
 Memerlukan biaya yang mahal dan rumit
 =]Kurang efektif bila kasus jarang terjadi
 Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
 Kemungkinan adanya subjek penelitian yang droup out dan akan mengganggu analisis hasil
 Karena faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek maka hal ini
berarti kurang atau tidak etis.

2. Desain Penelitian Eksperimental


Penelitian ekperimen atau percobaan adalah kegiatan percobaan yang bertujuan untuk
mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu.
Ciri khusus dari peneltian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial. Percobaan itu berupa
perlakuan atau intervensi terhadap suatu variabel, dan di harapkan terjadi perubahan atau pengaruh
terhadap variabel yang lain.
Ciri dari penelitian experimen adalah adanya replikasi atau pengulangan, randomisasi, dan
adanya kontrol. Bila ciri tiga ini lengkap maka disebut true experimen, dan bila tidak lengkap
(biasanya tidak ada randomisasi), maka disebut quasy experimen.
Biasanya penelitian ini hanya menggunakan sampel yang relatif kecil, bila dibandingkan
dengan besarnya populasi, oleh karena itu hasil penelitian eksperemen ini diolah dan dianalisis
dengan uji statistik yang cermat, sehingga dapat dilakukan generalisasi yang memadai.

Penggunaan Kontrol Pada Penelitian experimen


Dalam penelitian eksperimen sering digunakan kontrol yaitu suatu kelompok atau individu
yang tidak dikenai perlakuan atau percobaan. Kontrol dalam penelitian eksperimen ini sangat
penting untuk melihat perbedaan perubahan variabel terpengaruh antara kelompok yang dikenai
perlakuan dan yang tidak dikenai perlakuan (kontrol).
Faktor – faktor yang dikontrol dalam eksperimen ini meliputi :
 Sasaran atau objek yang diteliti
 Peneliti atau orang melakukan percobaan
 Variabel bebas (dependent variabel ) yaitu kondisi munculnya variabel terikat
 Variabel terikat (independent Variabel) yaitu variabel yang akan terpengaruh/berubah setelah
dikenakan perlakuan atau percobaan.
 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
 Populasi dan sampel
 Skor rata-rata hasil test

Peranan Kontrol
Dalam penelitian eksperimen, kontrol mempunyai peranan yang sangat penting, antara lain
adalah :
 Untuk mencegah munculnya faktor-faktor yang sebenarnya tidak diharapkan berpengaruh
terhadap variabel terikat
 Untuk membedakan berbagai variabel yang tidak diperlukan dari variabel yang diperlukan
 Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat,
dan sejauh mana tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut.

Validitas Hasil Penelitian Eksperimen


Dalam penelitian eksperimen, terutama eksperimen semu (quasi eksperiment) selalu
dipertanyakan mengenai validitasnya, baik validitas internal maupun validitas eksternal.
a. Validitas Internal
Validitas internal berhubungan dengan ketepatan mengidentifikasi perubahan variabel-variabel
keluaran (hasil eksperimen) tersebut, hanya sebagai akibat dari adanya perlakuan (eksperimen).
Dengan kata lain, seberapa jauh hasil atau perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut
sebagai pengaruh atau akibat dari adanya perlakuan. Banyak faktor yang memepengaruhi
terhadap internal validitas ini. Beberapa hal yang bisa dianggap sebagai ancaman validitas
tersebut, diantaranya :
 Sejarah (history)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu kadang-kadang dapat berpengaruh terhadap
variabel keluaran (terikat). Oleh sebab itu terjadinya perubahan variabel terikat,
kemungkinan bukan sepenuhnya disebabkan karena perlakuan atau eksperimen. Tetapi juga
dipengaruhi oleh sejarah atau pengelaman subjek penelitian terhadap masalah yang
dicobakan atau masalah lain yang berhubungan dengan eksperimen tersebut.
 Kematangan (maturitas)
Manusia, binatang atau benda lain sebagi subyek penelitian selalu mengalami perubahan.
Pada manusia perubahan terkait dengan proses kematangan atau maturitas, baik secara
biologis atau psikologis. Dengan bertambahnya kematangan pada subjek ini akan
berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian maka perubahan yang terjadi pada
variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga oleh proses kematangan
pada subjek yang mendapatkan perlakuan.
 Seleksi
Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa terjadi perbedaan
ciri-ciri atau sifat anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Misal kelompok
eksperimen lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dengan anggota kelompok kontrol
sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh yang berbeda terhadap kedua
kelompok tersebut. Setelah adanya perlakuan pada kelompok eksperimen, maka besarnya
perubahan variabel terikat yang terjadi mendapat gangguan dari variabel pendidikan
tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang terjadi pada varie\abel terikat bukan saja
dipengaruhi perlakuan, tetapi juga pengaruh pendidikan.
 Prosedur tes (testing)
Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil posttest, karena kem,ungkinan para
subjek penelitian dapat mengingat kembali jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretes,
dan kemudian pada waktu posttes subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya. Oleh
sebab itu perubahan variabel terikat tersebut bukan karena hasil eksperimen saja, tetapi
karena pengaruh pretes.
 Instrumen
Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya digunakan lagi pada
posttest. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh terhadap hasil posttest.
 Mortalitas
Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pre dan post tes sering terjadi
subjek yang droup out baik karena pindah, sakit ataupun meninggal dunia. Hal ini juga
berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
 Regresi kearah nilai Rata-rata (regresi toward the mean)
Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun ekstrem rendah dari
hasil pretes, cenderung untuk tidak ekstrem lagi pada posttest, namun biasanya mendekati
rata-rata. Perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut adalah bukan perubahan
yang sebenarnya, tetapi merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu regresi kearah rata-
rata ini juga disebut regresi semu.
Untuk memepertinggi validitas dari hasil penelitian ini maka faktor-faktor tersebut harus
dikontrol

b. Validitas Eksternal
Validitas eksternal ini berkaitan dengan kemungkinan generalisasi dari hasil eksperimen
tersebut. Hal ini berarti, apakah hasil eksperimen tersebut terjadi pula, apabila eksperimen yang
sama dilakukan pada populasi lain. Dengan kata lain, seberapa jauhkah representatitf
penemuan penelitian ini dan seberapa jauhkah hasil-hasil penelitian tersebut dapat
digeneralisasikan kepada subjek atau kondisi yang sejenis. Untuk mengonytrol validitas ektrenal
ini perlu dilakukan pengujian-pengujian terhadap faktor berikut :
 Efek seleksi berbagai bias
Karakteristik anggota kelompok atau sampel eksperimen menentukan sekali terhadap
generalisasi yang diperoleh. Kekeliruan dalam memilih anggota sampel dapat mengganggu
hasil eksperimen. Oleh sebab itu agar sampel yang diambil dapat representatif terhadap
populasi perlu dilakukan identifikasi dan kontrol yang tepat.
 Efek Pelaksana Pretes
Pretes banyak mempengaruhi variabel eksperimen, sedang pretes hanya dilakukan terhadap
sampel. Oleh sebab itu generalisasi yang diperoleh dari pelaksanaan eksperimen terhadap
sampel kemungkinan tidak dapat berlaku untuk seluruh populasi, sebab hanya anggota
sampel yang mengalami pretes. Untuk menghindari akibat dari pelaksanaan pretes yang
dapat mempengaruhi generalisasi, perlu dilakukan kontrol yang cermat pelaksanaan pretes,
sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap peralkuan yang menjadi dasar membuat
generalisasi.
 Efek Prosedur Eksperimen
Eksperimen yang dilakukan terhadap anggota sampel yang menyadari bahwa dirinya sedang
dicoba atau dieksperimen, menyebabkan generalisasi yang diperoleh tidak berlaku bagi
populasi karena adanya perbedaan pengalaman antara anggota sampel dengan anggota
populasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan kontrol terhadap pengaruh prosedur eksperimen
tersebut.
 Ganguan penanganan Perlakukan Berganda
Jika subjek pada kelompok eksperimen dipaparkan terhadap perlakuan dua kali atau lebih
secara berturut-turut, maka peralkuan yang terdahulu mempunyai efek terhadap yang
101
berikutnya. Hal ini menyebabakan perlakuan terakhir yang muncul dipengaruhi oleh
perlakuan sebelumnya. Jadi generalisasi yang diperoleh hanya95berlaku bagi subjek yang
mempunyai pengalaman dengan pelaksanaan dan pemunculan perlakuan ganda secara
berturut-turut.
Macam Penelitian experimen
Rancangan penelitian eksperimen dikelompokan menjadi tiga yaitu sebabai berikut :
a. Rancangan Pra eksperimen
b. Rancangan Eksperimen semu (quasi eksperimen)
c. Rancangan eksperimen sungguhan (true eksperimen)
Skema desain penelitian experimen

Dalam penelitian eksperimen sering digunakan simbol atau lambang sebagai berikut :
R : Randomisasi (acak)
01 (T1) : Pengukuran pertama (pretes)
X : perlakuan atau eksperimen
02 (T2) : pengukuran kedua (post tes)

Bentuk Rancangan Pre Eksperimental


Pada Rancang Bangun Pre-Experimental design tidak ada unsur random dalam pemilihan
kelompok dan/atau kelompok kontrol. Rancang bangun ini kurang memperhatikan faktor internal
yang mempengaruhi validitas penelitian.
1) Post tes Only Design
Dalam rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan (X), kemudian dilakukan
pengukuran (observasi) atau pos test (02) . selama tidak ada kelompok kontrol, hasil O2 tidak
mungkin dibandingkan dengan yang lain. Rancangan ini sering juga disebut The One Shot Case
Study. Hasil observasi (02) hanya memberikan informasi yang bersifat deskriptif.
Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
Eksperimen pos tes
X 02
Dalam rancangan ini sama sekali tidak ada kontrol atau tidak ada internal validitas. Sifatnya
yang cepat dan mudah menyebabkan rancangan ini sering digunakan untuk meneliti suatu
program yang inovatif, misalnya dalam bidang pendidikan kesehatan. Disamping itu
rancangan ini tidak mempunyai dasar untuk melakukan komparasi, oleh sebab itu kesimpulan
yang diperoleh perlu dianalisa lebih dalam lagi.
Keuntungan rancangan ini antara lain, dapat digunakan untuk menjajagi masalah-masalah
yang diteliti atau mengembangkan gagasan atau metode atau alat-alat tertentu.

2) Rancangan One Group Pretes-Postest


Rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah
dilakukan observasi pertama (pretets) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan
yang terjadi setelah adanya eksperimen.
Bentuk rancangan ini sebagai berikut:
pre test Perlakuan post tes
01 X 02
Kelemahan dari rancangan ini antara lain tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi
pada variabel dependent karena intervensi atau perlakuan. Tetapi perlu dicatat bahwa
rancangan ini tidak terhindar dari berbagai macam (kelemahan) terhadap validitas, misalnya
sejarah, testing, maturasi dan instrumen.

3) Rancangan Perbandingan Kelompok Statis (the static group comparism)


Rancangan ini seperti rancangan pertama, hanya bedanya menambahkan kelompok control atau
kelompok pembanding. Kelompok eksperimen menerima perlakuan (X) yang diikuti dengan
pengukuran kedua atau observasi (02). Hasil observasi O2 dibandigkan pada kelompok control,
yang tidak menerima program perlakuan.

Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

kelompok Eksp X 02

kelompok kontrol 02

Dengan rancangan ini, beberapa faktor penggangu seperti histori, maturasi, testing dan
instrumen dapat dikontrol walaupun tidak dapat diperhitungkan efeknya.

a. Bentuk Rancangan Eksperimen Semu (Quasi Eksperimen)


Desain ini tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang
sama dapat mengontrol ancaman validitas. Disebut eksperimen semu karena syarat-syarat
sebagai penelitian eksperimen tidak cukup memadai.
Syarat pokok yang tidak dipenuhi oleh penelitian eksperimen semu antara lain adalah :
 Tidak adanya randomisasi yang berarti pengelompokan anggota sampel pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan random atau acak.
 Kontrol terhadap variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan, karena
eksperimen ini biasanya dilakukan dimasyarakat.
Oleh karena itu penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimen yang
sebenarnya.
Tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya
dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasi semua
variabel yang relevan. Sipeneliti harus dengan jelas mengerti kompromi-kompromi apa yang ada
pada validitas internal dan validitas eksternal rancang bangunnya dan berbuat sesuai dengan
keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Ciri-ciri eksperimental semu


Penelitian eksperimental semu secara khas mengenai keadaan praktis, yang di dalamnya
adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan, kecuali beberapa dari
variabel tersebut. Si Peneliti mengusahakan untuk sampai sedekat mungkin dengan ketertiban
penelitian eksperimental. Karena itu penelitian ini ditandai oleh metoda kontrol parsial (non
randonmized) berdasar atas identifikasi secara hati-hati mengenai faktor yang mempengaruhi
internal validity dan external validity.
Perbedaan antara penelitian eksperimental sungguhan dan semu adalah kecil, terutama
kalau yang dipergunakan sebagai subyek adalah manusia. Walaupun penelitian tindakan dapat
mempunyai status eksperimental semu, namun seringkali penelitian tersebut sangat tidak
formal, sehingga perlu diberi kategori tersendiri. Sekali rencana penelitian telah ditetapkan
secara sistematis untuk menguji masalah validitas, bergerak menjauhi alam intuitif dan
penjelajahan (exploratory), maka permulaan metoda eksperimental telah mulai terwujud

Rancangan yang tergolong dalam rancangan semu adalah sebagai berikut :


1) Rancangan Rangkaian Waktu (time Series Design)
Rancangan ini seperti rancangan pretes-postes, kecuali mempunyai keuntungan dengan
melakukan observasi (pengukuran yang berulang) sebelum dan sesudah perlakuan.
Bentuk rencangan ini adalah sebagai berikut :
Pre tes Perlakuan pos tes

01 02 03 X 04 05 06

Dengan menggunakan serangkaian observasi (tes), dapat memungkinkan validitas lebih tinggi.
Karena rancangan prepostes , kemungkinan hasil 02 dipengaruhi oleh faktor lain diluar
perlakuan sangat besar, sedangkan pada rancangan ini oleh karena observasi dilakukan lebih
dari satu kali (baik sebelum maupun sesudah perlakuan), maka pengaruh faktor luar tersebut
dapat dikurangi.

2) Rancangan Control Time series design


Pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan rangkaian waktu, hanya dengan menggunakan
kelompok pembanding (kontrol). Rancangan ini lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap
validitas internal, sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas
internal yang tinggi.
Bentuk rancangan dapat digambarakan sebagai berikut :
Pre test perlakuan post tes
01 02 03 X 04 05 06
kelompok Eksp

01 02 03 04 05 06
kelompok kontrol
3) Rancangan Non Equivalent Control Group
Dalam penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi
program kesehatan disuatu kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar
sama. Misalnya , kita akan melakukan studi tentang pengaruh pelatihan kader terhadap cakupan
Posyandu. Kelompok kader yang akan diberikan pelatihan tidak mungkin sama betul dengan
kelompok kader tidak diberikan pelatihan (kontrol).

Bentuk rancangan dapat digambarkan sebagai berikut


Pre test Perlakuan Pretes
kelompok Eksp
01

kelompok kontrol 01 02

Rancangan non equvalen control group ini sangat baik digunakan untuk evaluasi program
pendidikan kesehatan atau pelatihan lainya. Disamping itu rancangan ini juga baik untuk
membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu kecamatan atau desa dengan
kecamatan lainnya. Dalam rancangan ini, pengelompokan angota sampel pada kelompok
eksperimen dan kelompok control tidak dilakukan secara random atau acak. Oleh sebab itu
sering juga disebut non ramdom control group pretes postes.

4) Rancangan Separate Sampel pretes – postes


Rancangan ini sering digunakan dalam penelitian kesehataan dan keluarga berencana.
Pengukuran pertama (pretes) dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara acak dari populasi
tertentu. Kemudian dilakukan perlakuan pada semua populasi tersebut. Selanjutnya dilakukan
pengukuran kedua (postes) pada kelompok sampel lain, yang juga dipilih secara acak dari
populasi yang sama. Rancangan ini baik untuk menghindari pengaruh atau efek dari tes.
Meskipun tidak dapat mengontrol sejarah, maturitas, dan instrumen.

Rancangan dapat digambarkan sebagai berikut


Pre test Perlakuan Pretes
kelompok Eksp
01 X

kelompok kontrol X 02

b. Bentuk Rancangan Eksperimen Sunguhan (True Experiment)


Tujuan rancangan bangun eksperimental sungguhan adalah menyelidiki kemungkinan saling
hubungan sebab akibat (possible cause and effect relationship) dengan cara mengenakan kepada
satu atau lebih kelompok eksperimen satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
Kelompok eksperimen bisa program lama yang mendapatkan program baru, sehingga
kelompok kontrol adalah kelompok program lama. Bila kelompok eksperimen adalah kelompok
yang baru pertama mendapatkan program, maka kelompok kontrol adalah kelompok yang tanpa
mendapatkan program.
Kelompok ?
eksperimen

PROGRAM LAMA

Pemilihan (TANPA PERLAKUAN)


Pre-test
kelompok PROGRAM BARU Post-test
/ PERLAKUAN
secara acak

Kelompok ?
kontrol

Gambar 5.
Rangkaian kejadian dalam eksperimental sungguhan.?

Ciri-ciri True Experimental Design


a. Menuntut pengaturan variabel-variabel dan kondisi kondisi eksperimental secara tertib,
ketat,baik dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun dengan pengaturan secara
random.
b. Secara khas dipergunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan
kelompok-kelompok yang dikenai perlakuan atau program baru (kelompok eksperiment).
c. Memusatkan usaha pada pengontrolan variannya :
 untuk memaksimalkan variance variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesa.
 untuk meminimalkan variance variabel pengganggu atau yang tidak diinginkan, yang
mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi yang tidak menjadi tujuan.
 untuk meminimalkan variance kekeliruan atau variance random, termasuk apa yang disebut
kekeliruan pengukuran.
 Penyelesaian terbaik, yaitu pemilihan subyek secara random, penempatan subyek dalam
kelompok-kelompok secara random, penentuan perlakuan eksperimen kepada kelompok
secara random.
d. Internal validity adalah sine qua non untuk rancang bangun (design) ini dan merupakan tujuan
pertama metoda eksperimental. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah : Apakah manipulasi
atau perlakuan atau program baru pada studi ini memang benar menimbulkan perbedaan ?
e. Tujuan kedua adalah external validity, yang menanyakan persoalan Seberapa representatifkah
penemuan penemuan penelitian atau evaluasi program dan seberapa jauh hasil hasilnya dapat
digeneralisasikan kepada subyek subyek atau kondisi-kondisi yang semacam ?
f. Dalam rancangan bangun eksperimen klasik,semua variabel penting diusahakan agar kontans
kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Kemajuan kemajuan dalam metodologi,misalnya "Factorial Design" dan Analisis Variance telah
memungkinkan peneliti/evaluator untuk memanipulasikan atau membiarkan bervariasi lebih
dari satu variabel dan sekaligus menggunakan lebih dari satu kelompok eksperimen. Hal hal
demikian itu memungkinkan untuk secara se rempak menentukan :
 efek variabel bebas utama(perlakuan),
 variasi yang berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi.
 interaksi antara kombinasi variabel bebas dan/atau variabel yang digunakan untuk
membuat klasifikasi tertentu.

Langkah-langkah Pokok
a. Lakukan penelusuran kepustakaan yang relevan bagi masalah yang akan digarap.
b. Identifikasi dan definisikan masalah.
c. Rumuskan hipotesa (berdasarkan atas penelaahan kepustakaan), dan definisikan
engertian-pengertian dasar dan variabel-variabel utama.
d. Susun rencana eksperimen :
 Identifikasi bermacam-macam variabel yang relevan. Identikasi variabel-variabel non
eksperimental yang mungkin mencermakan eksperimen, dan tentukan bagaimana caranya
mengcontrol variabel-variabel tersebut
 Tentukan rancangan bangun eksperimennya
 Pilih subyek yang representatif bagi populasi tertentu, tentukan siapa siapa yang masuk
kelompok kontrol dan siapa siapa yang masuk kelompok eksperimen
 Terapkan perlakuan/program baru
 Pilih atau susun alat untuk mengukur hasil eksperimen dan validasikan alat tersebut
 Rencanakan prosedur pengumpulan data, dan jika mungkin lakukan pilot atau trial run test
untuk menyempurnakan alat pengukur atau rancang- bangun eksperimennya
 Rumuskan hipotesa nolnya
e. Laksanakan eksperimen
f. Aturlah data kasar itu dalam cara yang mempermudah analisis selanjutnya; tempatkan dalam
rancangan yang memungkinkan memperhitungkan efek yang diperkirakan akan data
g. Terapkan test signifikansi untuk menentukan taraf signifikansi hasilnya, kemudian lakukan
interprestasi, diskusi dan komunikasikan kedalam khasanah ilmiah.

Macam-macam Rancangan True experimen

1. Randomized control group pre test post test design.


2. Randomized Solomon four group design.
3. Treatment by subject design (rancangan sama subyek).
4. Factorial design

1) Randomized control group pre test post test design


Protokol desain dapat dilihat seperti berikut :

P1 X P1x

P2 O P20
Keterangan :
R : Randomisasi
P1 : Populasi
X : Experimen
O : Tanpa experimen
Pix : populasi sesudah mengalami experimen X
P20 : populasi tanpa mengelami experimen X
Pemilihan P1 dan P2 di dasarkan atas randomisasi. Dengan protocol diatas maka dapat dianalisis
dan dievaluasi dari p1x dan p20, juga perbandingan antara p1x p1, p2 dan p2.0, sehingga pada
akhirnya akan diperoleh suatu kesimpulan.

2) Randomized Solomon four group design.


Desain ini merupakan perluasan dari desain pertama, dan berguna untuk menghilangkan
pengaruh pretest terhadap experimen.
P1 X P1x

P2 O P20
R

X PX

0 P0
3) Rancangan Pretes-Postes dengan Kelompon Kontrol (pre-postes with Control Group)
Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokan anggota-anggota kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan berdasarkan acak atau random. Kemudian dilakukan
pretes pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi pada kelompok eksperimen.
Setelah beberapa waktu dilakukan postes pada kedua kelompok tersebut.
Bentuk rancangan tersebut sebagai berikut

Pre test Perlakuan Pretes


kelompok Eksp
01 X 02

kelompok kontrol 01 02

Dengan randomisasi, maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan
intervensi/ perlakuan. Karena kedua kelompok sama pada awalnya, maka perbedaan hasil
postes pada kedua kelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh dari intervemsi atau
perlakuan. Rancangan ini merupakan rancangan terbaik dalam mengomntrol ancaman terhadap
hasil validitas.
Pada rancangan ini sulit sekali dilaksanakan dilapangan karena biasanya sulit atau tidak mungkin
melakukan randomisasai. Disamping itu dari segi etika atau aspek lain sering tidak mungkin
melakukan perlakuan pada kelompok yang satu dan tidak melakukan intervensi pada kelompok
yang lain.
Rancangan ini dapat diperluas dengan melibatkan lebih dari satu variabel bebas, dengan kata
lain perlakuan dapat dilakukan pada satu kelompok, dengan bentuk perlakuan yang berbeda.
Dapat digambarkan sebagai berikut ;
Pre test Perlakuan Pretes
kelompok Eksp A
01 XA 02
kelompok Eksp B 01 XB 02

kelompok kontrol 01 02

4) Rancangan postes dengan Kelompok Kontrol (Postes Only Control Group Design)
Rancangan ini merupakan rancangan eksperimen sungguhan dan hampir sama dengan
rancangan yang telah dibicarakan sebelumnya. Hanya bedanya tidak dilakukan pre test, karena
kasus telah dirandomisasi baik pada kelompom eksperimen maupun kelompok kontrol,
kelompok tersebut diangap sama sebelum dilakukan perlakuan.
Dapat digambarkan sebagai berikut

Perlakuan Pretes
X 02
kelompok Eksp

kelompok kontrol 02

Dengan rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan pada kelompok
eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok konrol. Tetapi
rancangan ini tidak dapat memungkinkan peneliti untuk mennetukan sejauh mana perubahan
itu terjadi, sebab pretes tidak dilakukan sebagai data awal.

5) Rancangan Faktorial
Adalah langkah lebih maju daripada ekserimental design sebelumnya. Pada experimental
design sebelumnya, hanya ada satu X (perlakuan/program) yang ingin diketahui
efeknya,sedangkan pada Factorial Design ingin dipelajari dua atau lebih dari perlakuan/program
X (faktor) secara terpisah atau sekaligus. Factorial Design yang paling sederhana adalah
Rancangan Bangun Factorial 2 x 2.

Anda mungkin juga menyukai