Disusun Oleh :
Putri Kumalasari
22020111130048
A. DEFINISI
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali
menyebabkan kematian bagi penderita (Christantie Effendi, 1995).
B. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF
dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari. Penderita biasanya mengalami
demam akut (suhu meningkat tiba-tiba) sering disertai menggigil, saat
demam pasien composmentis. (Nelson. 1997)
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah
terjadinya perdarahan pada saat demam dan jarang pula dijumpai saat
penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :
Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)
Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran
klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan
(Anoreksia), diare, konstipasi.
Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot, tulang dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
kemerahan (fushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata,
kakrimasi dan fotophobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal. (Mansjoer, A. 2000)
C. KLASIFIKASI
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara
klinis dibagi menjadi (WHO, 1986) :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji
torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat
lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan
ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
D. PATOFISIOLOGI
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang
terjadi setelah masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan
pembesaran limpha (splenomegali). (Tjokronegoro Arjatmo, Utama
Hendra, 1996)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan Lab, antara lain pemeriksaan darah dan urine serta
pemeriksaan serologi. Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
Ig G dengue positif
Trombositopenia
Hemoglobin meningkat > 20%
Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
(Mansjoer, A. 2000)
F. PATHWAY
G. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis,
sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering
digunakan, mengandung Na+ 130 mEg/l, K+ 4 mEg/l, korektor basa 28
mEg/l, Cl- 109 mEg/l, dan Ca++ 3 mEg/l.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan).
Jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen,
eukinin, dan dipiron (kolaborasi dengan dokter).
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder
(kolaborasi dengan dokter).
10. monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan
dokter).
Data Obyektif
Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan (flushing)
Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang-kadang)
Tampak bintik merah pada kulit (ptekie), uji torniquet positif,
epistaksis (perdarahan hidung), ekimosis, hematoma, hematemesis,
melena
Hiperemia pada tenggorokan
Nyeri tekan pada epigastrik
Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa
Pada renjatan (derajat IV) : nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan penyakit
(viremia).
2. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
3. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan mekanisme
patologis (proses penyakit).
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
obat-obatan pasien selama sakit berhubungan dengan kurangnya
informasi. (Lynda Juall Carpenito, 1999)
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
5. Menganjurkan
untuk tidak 5. Pakaian yang tipis akan
memakai selimut membantu mengurangi
dan pakaian yang penguapan tubuh.
tebal.
6. Memberikan
terapi cairan 6. Pemberian cairan sangat
intravena dan penting bagi pasien dengan
obat-obatan suhu tinggi.
sesuai dengan
program
(masalah
kolaborasi).
1. Memonitor
Potensial tanda-tanda 1. Penurunan jumlah trombosit
terjadinya Tidak terjadi penurunan merupakan tanda-tanda
perdarahan lebih perdarahan, setelah trombosit yang adanya kebocoran pembuluh
lanjut dilakukan tindakan disertai dengan darah yang pada tahap
berhubungan keperawatan selama tanda-tanda tertentu dapat menimbulkan
dengan 1x24 jam dengan klinis. tanda-tanda klinis adanya
trombositopenia. kriteria hasil : perdarahan (nyata) seperti
Tidak epistaksis, ptekie, dll.
terjadi tanda- 2. Memberikan
tanda penjelasan 2. Agar pasien / keluarga
perdarahan tentang pengaruh mengetahui hal-hal yang
lebih lanjut trombositopenia mungkin terjadi pada pasien
(secara klinis). pada pasien. dan dapat membantu
Jumlah mengantisipasi terjadinya
trombosit perdarahan karena
meningkat. trombositopenia.
3. Memonitor
jumlah trombosit 3. Dengan jumlah trombosit
setiap hari. yang dipantau setiap hari,
dapat diketahui tingkat
kebocoran pembuluh darah
dan kemungkinan perdarahan
yang dapat dialami pasien.
4. Menganjurkan
pasein untuk 4. Aktivitas pasien yang tidak
banyak terkontrol dapat
beristirahat. menyebabkan terjadinya
perdarahan.
5. Memberikan
penjelasan pada 5. Keterlibatan keluarga dengan
pasein / keluarga segera melaporkan terjadinya
untuk melapor perdarahan (nyata) akan
jika ada tanda- membantu pasien
tanda perdarahan mendapatkan penanganan
lebih lanjut sedini mungkin.
seperti
hematemesis,
melena, dan
epistaksis.
6. Menjelaskan
obat-obatan yang 6. Dengan mengetahui obat-
diberikan dan obatan yang diminum dan
manfaatnya serta manfaatnya maka pasien akan
akibat bagi termotivasi untuk mau minum
pasien. obat sesuai dengan dosis /
jumlah yang diberikan.
1. Mengkaji
Gangguan keluhan pasien 1. Untuk mmengidentifikasi
aktivitas sehari- masalah-masalah pasien.
hari Aktivitas sehari- 2. Mengkaji hal-hal
berhubungan hari tidak yang mampu / 2. Untuk mengetahui tingkat
dengan kondisi terganggu, setelah tidak mampu ketergantungan pasien dalam
tubuh yang dilakukan tindakan dilakukan oleh memenuhi kebutuhannya.
lemah. keperawatan selama pasien
1x24 jam dengan berhubungan
kriteria hasil : dengan
Kebutuhan kelemahan
aktivitas sehari- fisiknya.
hari terpenuhi.
Pasien 3. Membantu pasien
dapat mandiri memenuhi 3. Pemberian bantuan sangat
setelah terbebas kebutuhan diperlukan oleh pasien pada
dari demam. aktivitasnya saat kondisinya lemah dan
sehari-hari perawat mempunyai tanggung
berhubungan jawab dalam pemenuhan
dengan tingkat kebutuhan dan sehari-hari
keterbatasan pasien tanpa membuta pasien
pasien seperti mengalami ketergantungan
mandi, makan, pada perawat.
eliminasi.
4. Meletakkan
barang-barang 4. Akan membantu pasien untuk
ditempat yang memenuhi kebutuhan sendiri
mudah dijangkau tanpa bantuan orang lain.
oleh pasien.
5. Menyiapkan bel
di dekat pasien. 5. Agar pasien dapat segera
meminta bantuan perawat saat
membutuhkannya.
1. Mengkaji tingkat
Gangguan rasa nyeri yang 1. Untuk mengetahui berapa
nyaman (nyeri) dialami pasien berat nyeri yang dialami
berhubungan Rasa nyeri dengan memberi pasien. Reaksi pasien
dengan berkurang / hilang, rentang nyeri (0 – terhadap nyeri dapat
mekanisme setelah dilakukan 10). Biarkan dipengaruhi oleh berbagai
patologis (proses tindakan pasien faktor dan dengan mengetahui
penyakit) keperawatan selama menentukan faktor-faktor tersebut maka
1x24 jam dengan tingkat nyeri perawat dapat menentukan
kriteria hasil : yang dialami intervensi yang sesuai dengan
Rasa pasien, respon masalah pasien.
nyaman pasien terhadap
terpenuhi. nyeri yang
Nyeri dialami.
berkurang atau
hilang. 2. Memberikan 2. Respon individu terhadap
posisi yang nyeri sangat berbeda atau
nyaman, bervariasi, sehingga perawat
usahakan situasi perlu mengkaji lebih lanjut
ruangan yang untuk menghindari kesalahan
tenang. persepsi terhadap kondisi
yang dialami pasien.
Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : FKUI