Anda di halaman 1dari 37

EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR

ASESMEN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh :

1. Putu Umi Kartika Dewi NIM. 1513011020


2. Ni Luh Putu Mertasari Afsari NIM. 1513011038

Dosen Pengampu:
Dr. I Nyoman Gita, M.Si.

Made Juniantari, S.Pd.,M.Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018

1
KATAPENGANTAR

Om Swastyastu,
Puja dan Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Ida Shang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaiakn makalah seminar yang yang berjudul “Asesmen Autentik Pada
Pembelajaran Matematika” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil
Belajar. Dalam kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya terhadap seluruh pihak yang telah membantu
penyelesaikan makalah ini. Secara khusus, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dr. I Nyoman Gita, M.Si dan Made Juniantari,S.Pd.,M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah seminar matematika, yang telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyusun makalah ini.
2. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa
atas saran yang diberikan kepada penulis serta pihak lain yang turut
membantu proses pembuatan makalah ini.
Penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak. Harapan penulis yaitu semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.
Akhirya atas segala kerendahan hati, penulis sampaikan terima kasih.
Om Santi, Santi, Santi, Om

Singaraja, Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................... 2
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asesmen Autentik ..................................................... 3
2.2 Ciri-ciri Asesmen Autentik ......................................................... 5
2.3 Karakteristik Asesmen Autentik ................................................. 6
2.4 Jenis – jenis dan Implementasi Asesmen Autentik .................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .................................................................................... 32
3.2 Saran ......................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam proses
pembelajaran. Penilaian juga merupakan ujung tombak dari suatu kegiatan
pencapaian taraf berhasil tidaknya suatu pembelajaran. Berbeda halnya
dengan penilaian terdahulu dengan sekarang, bedanya penilaian yang dahulu
hanya menekankan penguasaan pengetahuan peserta didik sebagai hasil
belajar pada umunya melalui tes tulis, akan tetapi dalam penilaian autentik
menuntut peserta didik untuk berunjuk kerja dalam situasi yang konkrit.
Model dalam penilaian selalu berkembang dan disempurnakan seiring dengan
perkembangan dan perubahan kurikulum yang berlaku. Perubahan kurikulum
yang berlaku di Indonesia sudah terjadi sebanyak 9 kali yang dimulai dari
tahun 1947 yang dikenal dengan “renjana pelajaran” hingga kurikulum 2013
dikenal dengan kurikulumberkarakter.
Penilaian autentik merupakan salah satu bentuk asesmen yang meminta
peserta didik untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata.
Nurgiantoro mengungkapkan bahwa penilaian autentik merupakan bentuk
penilaian yang menekankan pada kemampuan peserta didik untuk
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.
Pada pembelajaran Kurikulum 2013 sangat diperlukan penilaian yang dapat
digunakan untuk menilai semua aspek secara komprehensif (penilaian
dilakukan mulai dari input, proses, hingga output siswa dalam pembelajaran
atau dikenal dengan penilaian autentik) (Kemendikbud, 2013: 3). Penilaian
autentik terdiri dari beberapa jenis, antara lain penilaian kinerja, sikap,
proyek, portofolio, dan tertulis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adaupun permasalahan yang
diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan asesmen autentik?

1
2. Apa ciri-ciri asesmen autentik ?
3. Bagaimana karakteristik asesmen autentik ?
4. Apa saja jenis-jenis asesmen autentik ?
5. Bagaimana implementasi dari jenis-jenis asesmen autentik ?

1.2 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami pengertian asesmen autentik.
2. Mengetahui ciri-ciri asesmen autentik.
3. Memahami karakteristik asesmen autentik.
4. Mengetahui jenis-jenis asesmen autentik.
5. Memahami implementasi dari jenis-jenis asesmen autentik.

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi penulis: dapat menambah wawasan penulis tentang asesmen autentik
beserta evaluasinya.
2. Bagi pembaca: dapat memberikan informasi pembaca tentang pengertian,
fungsi, jenis-jenis, dan implementasi asesmen autentik. Dengan informasi
yang diperoleh dapat dijadikan acuan bagi pembaca dalam
mengimplementasikan penilaian autentik dalam pembelajaran khususnya
dalam pembelajaran matematika.

2
BAB I
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asesmen Autentik


Istilah penilaian autentik diperkenalkan oleh Wiggins pada tahun
1990, Wiggins menentang penilaian yang bersifat umum dilakukan di
sekolah, seperti: isian singkat, tes pilihan ganda, dan tes sejenis. Padahal, di
dunia nyata, orang diuji dengan cara menunjukkan produk yang telah
dibuatnya. Sebagai contoh, orang akan memperkerjakan seorang sopir yang
mampu menyetir, daripada memilih seorang sopir yang dapat mengisi tes
tentang menyetir namun tidak mampu menyetir. Penilaian yang tepat untuk
menguji sopir tersebut adalah dengan uji praktik menyetir menggunakan
kendaraan di jalan raya. Penilaian seperti ini sesuai dengan kompetensi yang
diuji dan dinamakan penilaian autentik. Definisi penilaian autentik (authentic
assesment) dari beberapa referensi adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Definisi Penilaian Autentik Menurut Beberapa Sumber


Sumber Definisi Penilaian Autentik

Jonathan Suatu bentuk penilaian dengan meminta peserta didik


Mueller (2008) untuk menunjukkan tugas “dunia nyata” yang
mendemontrasikan aplikasi yang bermakna dari
pengetahuan dan keterampilan penting.

Grant Bentuk penilaian yang melibatkan peserta didik dalam


Wiggins persoalan yang berguna atau pertanyaan penting sehingga
(1993) peserta diidk harus menggunakan pengetahuan untuk
menunjukkan kinerja secara efektif dan kreatif. Tugas
yang diberikan dapat berupa replika atau analogi dari
permasalahan yang dihadapi oleh orang dewasa dan
konsumen, atau profesional dalam bidangnya.

Richard J Penilaian kinerja dengan meminta peserta didik atau


Stiggins peserta ujian untuk mendemontrasikan keterampilan dan

3
(1987) kompetensi khusus, yakni dengan mengaplikasikan
keterampilan dan kompetensi yang telah dikuasai.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa


penilaian autentik dapat berupa penilaian unjuk kerja (performance)
berdasarkan penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya oleh
peserta didik. Penilaian autentik mengarahkan peserta didik untuk
menghasilkan ide, mengintegrasikan pengetahuan, dan menyempurnaan tugas
yang terkait dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia nyata. Peserta
didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajarinya dan kompetensi apa
yang telah dikuasainya setelah mengikuti proses pembelajaran. Tentu saja
unjuk kerja tersebut dapat dilakukan secara baik jika peserta didik memahami
pengetahuan yang dibutuhkan terkait dengan keterampilan yang ditampilkan.
Penilaian autentik adalah jenis penilaian yang mengarahkan peserta
didik untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan dan situasi yang dijumpai dalam
dunia nyata. Kompetensi tersebut merupakan kombinasi dari keterampilan
yang dilandasi oleh pengetahuan dan dilaksanakan dengan sikap yang sesuai.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan
hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar,
mencoba, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas
kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik atau penilaian secara langsung dan menyeluruh ini,
menjadi titik tumpu implementasi dari Kurikulum 2013 yang menerapkan
pendidikan karakter, sehingga penilaian autentik dalam Kurikulum 2013 ini
disebut juga sebagai penilaian karakter yang menilai input, proses dan output
pembelajaran secara komprehensif. Instrumen penilaian komprehensif
tersebut mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yang

4
memperhatikan ketiga ranah yaitu: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan).

2.2 Ciri-ciri Penilaian autentik


Dalam penilaian autentik memerhatikan keseimbangan antara penilaian
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang disesuikan dengan karakteristik
peserta didik. Menurut Kunandar (2013), ciri-ciri penilaian autentik adalah :
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau
produk. Artinya, dalam melaukan penilaian terhadap peserta didik harus
mengukur aspek kinerja (performance) dan produk atau hasil yang
dikerjakan oleh peserta diidk. Dalam melakukan penilaian kinerja dan
produk pastikan bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan
kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata dan objektif.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut
untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses
(kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan
pembelajaran.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan
penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik
penilaian (disesuaikan dengan tuntutan kompetensi) dan menggunakan
bebagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang
menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam
melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi
tertentu harus secara komprehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil
tes semata. Informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian
komopetensi peserta didik dapat dijadikan bahan dalam melakukan
penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan
bagian - bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka

5
harusdapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan
setiaphari.
6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta
didik, bukan keluasannya (kuantitas). Artinya, dalam melakukan penilaian
peserta didik terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.

2.3 Karakteristik Asesmen Autentik


Penilaian autentik juga memiliki karateristik atau ciri-ciri khusus.
Karateristik penilaian autentik menurut Kunandar (2013) dapat dijabarkan
sebagaiberikut:
1. Penilaian autentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar (formatif)
maupun pencapaian kompetensi terhadap standar kompetensi atau
kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
2. Mengukur keterampilan dan performansi. Artinya, penilaian autentik itu
ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi yangmenekankan
aspek keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan hanya
mengukur kompetensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan
ingatan).
3. Berkesinambungan dan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan
penilaian autentik harus secara berkesinambungan (terus menerus) dan
merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan
informasi terhadap pencapaian kompetensi pesertadidik.
4. Dapat digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian autentik yang
dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap
pencapaian kompetensi peserta didik secara komprehensif.

2.4 Jenis – jenis Asesmen Autentik


1) Asesmen Kinerja (Performance assessment)
Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut

6
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di
laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran,
memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca
puisi/deklamasi.(Permendikbud No. 104 Tahun 2014). Cara penilaian ini
dianggap lebih Autentik daripada tes tulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Dalam Asesmen Kinerja ini, dituntut untuk menerapkan pengetahuan
dan keterampilan dengan cara mendemonstrasikan yang dapat mereka
kerjakan sesuai dengan tujuan atau target pembelajaran. Jadi Asesmen
Kinerja adalah suatu asesmen yang meminta peserta tes untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang
diberikan dalam memenuhi target pembelajaran. Asesmen Kinerja
mempunyai dua karakteristik dasar yaitu (1) peserta tesdiminta untuk
mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk
atau terlibat dalam suatu aktivitas(perbuatan), (2) produkdari Asesmen
Kinerja lebih penting daripada kinerja (performance) nya. Dalam hal
memilih, apakah yang akan dinilai tersebut produk atau performance
(kinerja) tergantung pada karakteristik domain yang diukur. Asesmen
Kinerja pada dasarnya terdiri dari tugas yang lebih sedikit jumlahnya tetapi
signifikan dibandingkan dengan jumlah tugas yang banyak tetapi kurang
signifikan (Mardapi, 2000).
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat
Asesmen Kinerja yang baik diantaranya :
1) Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau
yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
2) Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
terbaik.
3) Pilihlah kemampuan yang akan diukur dan dapat diobservasi selama
siswa melaksanakan tugas.

7
4) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan
diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus diamati
(observable) atau karakterisktik produk yang dihasilkan.
5) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
urutan yang dapat diamati.
6) Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria
kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di
lapangan

Tugas kinerja yang valid harus memenuhi kriteria berikut :


1) Memusatkan pada elemen-elemen yang penting,
2) Sesuai dengan tuntutan kurikulum,
3) Mengintegrasikan informasi, konsep, keterampilan, dan kebiasaan
belajar,
4) Melibatkan siswa,
5) Mengaktifkan kemauan untuk bekerja,
6) Layak, aman, dan cocok untuk seluruh siswa,
7) Seimbang antara kerja kelompok dan individual,
8) Terstruktur untuk memudahkan pemahaman,
9) Memiliki produk yang autentik,
10) Memasukkan penilaian diri dan memungkinkan umpan balik dari
orang lain.
Menurut Masnur Muslich (2011) terdapat tiga komponen utama
dalam Asesmen Kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik
performansi (performance rubrics), dan cara asesmen (scoring guide).
Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi
tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan
suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal,
dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Sementara itu, Asesmen
Kinerja dibagi menjadi:
1) Holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan
penilaiansecaraumum terhadap kualitas performansi (pekerjaan dinilai

8
melalui keseluruhan kualitas, semua proses diberikan bobot yang
sama, dan menekankan pada proses berfikir dan berkomunikasi);
2) Analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-
aspekyangberkontribusi terhadap suatu performansi (menekankan
pada cara yang berbeda dalam menyelesaikan tugas dan beberapa
proses mungkin mendapatkan penekanan atau bobot yang berbeda).
3) Primary Traits Scoring Pemberian skor berdasarkan beberapa unsure
dominan dari suatu permormansi.

Menurut Popham (2010) kriteria Asesmen Kinerja/Performance


Assesment adalah:
a. Generability, artinya apakah kinerja peserta tes dalam melakukan
tugas yang diberikan tersebut sudah memadai untuk digeneralisasikan
kepada tugas-tugas lain. Semakin dapat digeneralisasikan tugas-tugas
yang diberikan dalam rangka asesmen keterampilan atau Asesmen
Kinerja tersebut atau semakin dapat dibandingkan dengan tugas yang
lainnya maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam
kondisi bila para peserta tes diberikan tugas-tugas dalam asesmen
keterampilan (Performance Assessment) yang berlainan.
b. Authenticity, artinya apakah tugas yang diberikan tersebut sudah
serupa dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan
sehari-hari.
c. Multiple foci, artinya apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes
sudah mengukur lebih dari satu kemampuan-kemampuan yang
diinginkan.
d. Teachability, artinya tugas yang diberikan dalam asesmen
keterampilan atau Asesmen Kinerja (Performance Assessment) adalah
tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat diajarkan guru di dalam
kelas.
e. Fairness, artinya tugas-tugas yang diberikan harus sudah dipikirkan
tidak “bias” untuk semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa,
agama, atau status sosial ekonomi.

9
f. Feasibility, artinya tugas-tugas yang diberikan dalam asesmen
keterampilan atau Asesmen Kinerja (Performance Assessment)
memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor
sperti biaya, ruangan (tempat), waktu, atau peralatannya.
b. Scorability, artinya tugas-tugas yang diberikan dapat diskor
dengan akurat dan reliable.

Kelebihan dan Kelemahan Asesmen Kinerja


a. Kelebihan
1) Pembelajaran dapat lebih efektif karena Asesmen Kinerja
terintegrasi dalam proses pembelajaran.
2) Membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide, baik kepada
teman, guru maupun kelas.
3) Lebih lengkap dan valid dalam menilai kemampuan siswa.
4) Mengembangkan pengetahuan dan keahlian siswa karena
tidak hanya sekedar memberikan jawaban tapi juga beserta
alasannya.
5) Jawaban bersifat terbuka karena tidak ada jawaban benar atau
salah.
b. Kelemahan
1) Waktu yang digunakan relatif lama dan adanya kecenderungan
guru bersikap subjektif sehingga dikhawatirkan penilaian kurang
relevan.

10
Dalam pembelajaran matematika, ada beberapa kegitan yang dapat
diamati. Berikut ini akan disajikan contoh-contoh kegiatan siswa yang
dapat diamati khusus pada pembelajaran matematika tingkat SMA kelas
X.

KELAS KEGIATAN

X Memahami dan menemukan konsep nilai mutlak

Menemukan konsep persamaan linear dua variabel

Menemukan konsep matriks

Menemukan konsep eksponen

Instrumen penilaian kinerja kemampuan matematika dapat terdiri


dari lembar pengamatan saja (menemukan konsep persamaan linear dua
variabel ). Pada lembar pengamatan harus didefinisikan aspek yang dinilai
berupa perilaku yang diharapkan muncul dari siswa selama proses kinerja.
Selain itu juga dicantumkan cara penilaian atau pedoman penskoran.
Instrumen penilaian kinerja dapat terdiri dari lembar pengamatan
(observasi) dengan daftar cek (check list) dan dengan skala rentang (rating
scale).
Contoh Instrumen Penilaian Kerja
Kompetensi Dasar : Menemukan konsep persamaan linear dua variabel
Materi Pokok : Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
Uraian tugas:
Misalkan anda diberikan tugas untuk melakukan survei di suatu
perusahaan yang hampir mengalami kebangkrutan. Lakukanlah
perhitungan secara matematis agar perusahaan tersebut mendapatkan
keuntungan maksimum, jika diketahui:
1. Perusahaan tersebut memproduksi baju kaos pria dan wanita.
2. Untuk memproduksi baju kaos pria 2 meter kain dan 3 gulung benang

11
3. Untuk memproduksi baju kaos wanita diperlukan 1,5 meter kain dan 4
gulung benang
4. Harga baju kaos pria dijual dengan harga 125.000 per baju dan baju
sedangkan kaos wanita dijual dengan harga 115.000 per baju
5. Harga kain 1 meter adalah 85.000 dan harga benang satu gulung adalah
2.000
6. Modal yang dimiliki oleh perusahaan hanya tersisa 3.000.000, dank
arena keterbatasan tenaga kerja maka baju kaos yang dapat dihasilkan
hanyalah 150 buah per hari

Format Penilaian Kinerja


Contoh: Format instrumen penilaian kerja
Nama peserta Keterampilan yang dinilai
didik

Memahami Mengkontruksi Ketelitian Sistematika Ketepatan


soal soal ke dalam dalam penulisan mengambil
model menghitung penyelesaian keputusan
matematis

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Anton

Bertha

Charles

Dono

.....

Keterangan: diisi dengan tanda cek (√). Kategori penilaian:


4 = sangat baik;
3 = baik;
2 = cukup; dan 1 kurang

12
Contoh-2: Format penilaian kinerja dengan daftar cek (check list)

Aspek yang dinilai

Berpenampilan yang sopan Bekerja secara Menemukan jawaban


Nama Peserta
sistematis yang tepat
Didik

Tidak

Tidak

Tidak
Ya

Ya

Ya
Andi

Boby

Cicih

Dimas

.....

Keterangan: diisi dengan tanda cek (√)

2) Asesmen evaluasi diri (Self assessment)


Menurut Rolheiser dan Ross dalam Masnur Muslich (2011)
evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat ke dalam diri sendiri. Melalui
evaluasi diri nantinya peserta didik dapat melihat kelebihan maupun
kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan
perbaikan (improvement goal). Dengan demikian peserta didik lebih
bertanggung jawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya.
Terkait dengan itu, Salvia dan Ysseldike dalam Masnur Muslich (2011)
menekankan bahwa refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk
menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu
pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik
tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan
kehidupannya.

13
Terdapat suatu model teoritik untuk menunjukkan kontribusi
evaluasi diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan
bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik
terdorong untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu,
pesera didik harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi
dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement), selanjutnya
prestasi ini berakibat pada asesmen terhadap diri (self-evaluation) melalui
kontemplasi seperti pertanyaan, “apakah tujuanku telah tercapai ?‟
Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti “Apa yang aku rasakan dari
prestasi ini ?‟ Goals, effort, achievement, self-evaluation, dan self-reaction
dapat terpadu untuk membentuk kepercayaan diri (self confidence)
yangpositif. Kedua penulis menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi
diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction
dalam model di atas.
Teknik penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan
objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar
tanda cek, atau skala penilaian.
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri. Pastikan semua
peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut
untuk menilai kinerjanya.
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong
peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat
dan objektif.
6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil
kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
7) Arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana
kerja berikutnya.

14
8) Wujud dari penilaian diri bermacam-macam, ada yang haya berupa
daftar cek saja. Penilaian ini hendaknya dilakukan oleh guru untuk
memantau tingkat pencapaian kompetensi yang diajarkan dan dapat
menganalisis kemudahan dan kesulitan belajar peserta didik sehingga
mampu membantu mengatasi masalah belajar peserta didik.
Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria asesmen.
Pengajar mengajak peserta didik bersama-sama menetapkan kriteria
asesmen. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan pembelajaran dan
curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan
bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria asesmen adalah
produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan
menggunakan ceklis evaluasi diri. Ceklis evaluasi diri dikembangkan
berdasarkan hakikat tujuan tersebut dan bagaimana mencapainya.

Adapun kelebihan dan kelemahan Asesmen Evaluasi Diri.


a. Kelebihan
Bagi peserta didik yaitu:
1) Peserta didik menjadi bertanggung jawab terhadap belajarnya
sendiri.
2) Peserta didik dapat menetapkan langkah – langkah berikutnya dalam
belajar.
3) Siswa mampu merefleksikan mata pelajaran yang sudah diberikan.
4) Meningkatkan harga diri peserta didik dan menjadi sesuatu yang
positif.
5) Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
6) Peserta didik menjadi lebih bebas dan termotivasi..
7) Siswa dapat mengukur kemampuan dalam mengikuti pelajaran.
8) Siswa dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
9) Melatih kemandirian siswa.
10) Siswa mengetahui bagian yang harus diperbaiki.

15
Kelebihan Bagi guru yaitu:
1) Ada suatu pergesaran tanggung jawab dari guru ke peserta didik.
2) Pelajaran lebih efisisen jika para peserta didik termotivasi dan
mandiri.
3) Guru mampu mengenal kelebihan dan kekurangan siswa.
4) Umpan balik membantu guru mengidentifikasi kemajuan peserta
didik.
5) Guru dapat mengidentifikasi langkah – langkah berikutnya untuk
suatu grup/ individu.
6) Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar mengetahui
standar input siswa yang akan kita ajar.
7) Guru memperoleh masukan objektif tentang daya serap siswa.
8) Mempermudah guru untuk untuk melaksanakan remedial.
9) Hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.

b. Kelemahan
1) Karena peserta didik belum terbiasa dan terlatih, sangat terbuka
kemungkinan bahwa peserta didik banyak melakukan kesalahan
dalam penilaian.
2) Ada kemungkinan peserta didik sangat subjektif dalam melakukan
penilaian, karena terdorong oleh keinginan untuk mendapatkan nilai
yang baik.
3) Guru harus membaca dan mengevaluasi satu persatu, sehingga hal
tersebut membutuhkan waktu dan kesabaran.
4) Data mungkin ada yang pengisiannya tidak jujur
5) Membutuhkan persiapan dan alat ukur yang cermat
6) Hasilnya kurang akurat
7) Mungkin siswa tidak memahami adanya kemampuan yang dimiliki
8) Siswa yang kurang aktif biasanya nilainya kurang

16
Contoh Format Penilaian Diri Peserta Didik
Nama sekolah :
Mata pelajaran :
Nama :
Kelas :
Alternatif
Pernyataa Ya Tidak
n
Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada TuhanYME agar mendapat ridho-Nya dalam
belajar

Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh

Saya optimis bias meraih prestasi

Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita


Saya berperan aktif dalam kegiatan social di sekolah
dan masyarakat
Saya suka membahas masalah sastra,dan
perkembangan bahasa
Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku

Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan


Saya rela berkorban demi
kepentingan masyarakat, bangsa dan
Negara
Saya berusaha menjadi warga Negara yang baik dan
Bertanggungjawab
Sumber:Kemendikbud,Buku PanduanPLPG2012denganmodifikasipenulis

Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA


maka diberi skor 2, dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria
penilaianya adalah jika rentang nilai antara 0 - 5 dikategorikan tidak
positif; 6 - 10 kurang positif; 11 - 15 positif dan 16 - 20 sangat positif.

17
3) Asesmen Esai
Asesmen esai menghendaki peserta didik untuk
mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri
jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak memilih jawaban, akan tetapi
memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri secara bebas. Tes esai
dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai jawaban terbuka
(extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response) dan hal ini
tergantung pada kebebasan yang diberikan kepada peserta didik untuk
mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan menuliskan
jawabannya. Pada tes esai bentuk jawaban terbuka atau jawaban luas,
peserta didik mendemonstrasikan kecakapannya untuk: (1) menyebutkan
pengetahuan faktual, (2) menilai pengetahuan faktualnya, (3) menyusun
ide-idenya, dan (4) mengemukakan idenya secara logis dan koheren.
Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau terstruktur, peserta didik
lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya, karena secara
khusus dinyatakan konteks jawaban yang harus diberikan oleh peserta
didik.
Tes esai memiliki potensi untuk mengukur hasil belajar pada
tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks. Butir tes esai memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun, menganalisis, dan
mensintesiskan ide-ide, dan peserta didik harus mengembangkan sendiri
buah pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau
terorganisasi. Kelemahan esai adalah berkaitan dengan penskoran. Ketidak
konsistenan pembaca merupakan penyebab kurang objektifnya dalam
memberikan skor atau terbatasnya reliabilitas tes. Namun hal ini dapat
diminimalkan melalui penggunaan rubrik asesmen, dan penilai ganda
(inter-rater).
Kelebihan Asesmen Esai:
1) Dapat menyelidiki pencapaian target yang lebih kompleks dan rumit.
2) Mengakses hasil belajar dengan biaya relatif rendah dan hemat dalam
waktu dan energi.

18
3) Dapat diintegrasikan ke proses belajar mengajar dengan cara yang
produktif.

4) Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio adalah asesmen yang didasarkan atas
kumpulan hasil karya (collection of works) siswa yang dapat menunjukkan
usaha, kemajuan, perkembangan, dan hasil belajar siswa dalam periode
tertentu. Penggunaan portofolio dalam kegiatan evaluasi sebenarnya sudah
lama dilakukan, terutama dalam pendidikan bahasa.
Asesmen portofolio adalah suatu pendekatan asesmen yang
kompehensif, karena:
(1) Dapat mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara
bersama-sama.
(2) Berorientasi baik pada proses maupun produk belajar.
(3) Dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan peserta didik secara
individual.
Asesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok yaitu : (1)
sampel karya peserta didik, (2) evaluasi diri, dan (3) kriteria asesmen yang
jelas dan terbuka.
1. Karya
Karya peserta didik menunjukkan perkembangan belajarnya
dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/ karangan,
audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen.
Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada
tujuan pembelajaran. Preferensi pengajar, maupun preferensi peserta
didik. Asesmen portofolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena
itu proses dan hasil sama pentingnya.
2. Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio
Melalui evaluasi diri, peserta didik dapat membangun
pengetahuannya serta merencanakan dan memantau
perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai.
Melalui evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun

19
kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan
perbaikan. Dengan demikian, peserta didik lebih bertanggungjawab
terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya. Evaluasi
diri dalam asesmen portofolio persis sama dengan evaluasi diri yang
dibahas dalam bagian evaluasi diri di atas. Memang, asesmen
portofolio adalah asesmen autentik yang paling komprehensif dalam
khasanah asesmen autentik karena melibatkan jenis-jenis asesmen
yang lain seperti Asesmen Kinerja dan esai.
3. Kriteria Asesmen yang Jelas dan Terbuka
Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria asesmen
menjadi “rahasia” pengajar atau tester, dalam asesmen portofolio
justru harus disosialisasikan kepada peserta didik secara jelas. Kriteria
tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar asesmen. Para
ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut
ditetapkan bersama-sama peserta didik, atau paling tidak diumumkan
secara jelas.
Bahan-bahan portofolio yang telah dikumpulkan disusun
dalam dokumen portofolio, misalnya dalam bentuk folder atau bentuk
lain. Setiap folder atau bentuk yang lain dilengkapi dengan:
a) Identitas pemilik portofolio
b) Mata pelajaran
c) Daftar isi dokumen
d) Isi dokumen beserta komentar baik dari guru maupun orang tua.

Selain itu, dalam membuat portofolio perlu juga diperhatikan hal-hal


pokok sebagai berikut.
1. Pastikan bahwa tiap siswa memiliki portofolio.
2. Tentukan bersama siswa sampel-sampel karya apa saja yang akan
dikumpulkan.
3. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya setiap siswa dalam satu
map atau folder.

20
4. Tentukan kriteria asesmen sampel-sampel karya siswa beserta
pembobotannya secara bersama agar dapat dicapai kesepakatan.
5. Mintalah siswa menilai karyanya secara berkesinambungan.
6. Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya jelek atau belum
memuaskan, kepada siswa tersebut dapat diberi kesempatan untuk
memperbaiki.
7. Perlu dijadwalkan pertemuan khusus untuk membahas portofolio.

Kelebihan dan Kelemahan Portofolio


a. Kelebihan
1) Penilaian portofolio dapat menilai kemampuan siswa secara
menyeluruh
2) Penilaian portofolio dapat menjamin akuntabilitas.
3) Portofolio merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan
program pembelajaran yang baik
4) Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan
siswa.
5) Penggunaan portofolio memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau
kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6) Penilaian portofolio merupakan penilaian yang bersifat
individual.
7) Penilaian portofolio merupakan penilaian yang terbuka.
8) Penilaian portofolio bersifat self evaluation.
9) Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas (guru dapat
mengetahui perkembangan siswa secara individual)/
10) Siswa akan mampu menghargai hasil karya siswa lain.
11) Memotivasi siswa untuk bekerja mandiri.
12) Memudahkan guru untuk mecari solusi bagi siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
13) Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan
pengaruh positif dalam belajar.

21
14) Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu
memberikan motivasi yang lebih besar dari pada
membandingkan dengan milik orang lain.
15) Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada
seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik.
16) Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan
perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan
tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum).
17) Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan
belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.

b. Kelemahan
1) Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa
dalam menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa
belum lancar berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio
akan merupakan beban tambahan yang memberatkan sebagian
besar siswa,
2) Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak
waktu dari guru untuk melakukan penskoran, apalagi kalau
kelasnya besar.
3) Guru harus tekun, sabar, dan terampil.
4) Tidak ada kriteria yang standar

22
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 1 Semester
Sampel yang dikumpulkan : Latihan Soal
Nama Peserta didik :
Kelas :
Aspek yang dinilai
Periode
Kerapia Banyaknya soal Kelengkapan Sistematika
No Kompetensi n yang telah materi penulisan Keteranga/
Dasar Tulisan dikerjakan Catatan

1. Memahami 30/7
materi yang 10/8
telah dst.
diajarkan
2. Melatih 1/9
kemampuan 30/9
dengan
menjawab 10/10
soal
Dst.

5) Asesmen Projek
Projek atau seringkali disebut pendekatan projek (project
approach) adalah investigasi mendalam mengenai suatu topik nyata.
Dalam projek, peserta didik mendapat kesempatan mengaplikasikan
keterampilannya. Tugas yang diberikan dapat berupa investigasi terhadap
suatu proses atau kejadian yang dimulai dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, penyajian data dan pengolahan data. Asesmen
projek dapat memberikan informasi tetang penguasaan pengetahuan,
kemampuan merencanakan, keterampilan mengumpulkan data,
mengorganisasi investigasi, dan mengkomunikasikan hasil.
Dalam pengembangan asesmen projek perlu memperhatikan
beberapa hal berikut.
(1) Topik projek yang dipilih relevan dengan tuntutan kompetensi dan
jangan terlalu luas atau terlalu sempit.
(2) Data yang dikumpulkan harus jelas dan siswa perlu diberi pemahaman
tetang berbagai metode dan analisis data hasil suatu investigasi
(3) Kriteria asesmen perlu disampaikan kepada siswa.

23
Kelebihan dan Kelemahan Asesmen Projek
a. Kelebihan
1) Dapat memperluas pemikiran anak didik yang berguna dalam
menghadapi masalah kehidupan
2) Dapat membina anak didik dengan kebiasaan menerapkan
pengetahuan sikap, dan keterampilan dalam kehidupan sehari- hari
secara terpadu.
3) Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern yang
dalam pengajaran perlu diperhatikan: a) kemampuan individual
siswa dan kerja sama dalam kelompok, b) Bahan pelajaran tidak
terlepas dari kehidupan nyata sehari-hari yang penuh dengan
masalah, c) Pengembangan aktivitas, kreativitas dan pengalaman
siswa banyakdilakukan, d) Agar teori dan praktek, sekolah dan
kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
4) Meningkatkan motivasi
5) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
6) Meningkatkan kolaborasi
7) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber
8) Meningkatkan skill

b. Kekurangan
1. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik
secara vertical maupun horizontal, belum menunjang
pelaksanaan metode ini.
2. Fasilitas yang cukup dan sumber sumber belajar yang
diperlukan.
3. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.
4. Memerlukan biaya ekstra.
5. Banyak peralatan yang harus disediakan.

24
Pada Pedoman Penilaian Kelas (2004) dalam Wardhani (2010)
dinyatakan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian
proyek.
a. Kemampuan pengelolaan yang meliputi kemampuan dalam memilih
topik (bila belum ditentukan secara spesifik oleh guru), mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
b. Relevansi yaitu kesesuain dengan mata pelajaran ditinjau dari segi
pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman selama proses belajar.
c. Keaslian yaitu proyek yang dilakukan siswa merupakan karya nyata
siswa dengan kontribusi guru pada petunjuk dan dukungan.
Dalam pembelajaran, proyek dinilai melalui berbagai tahapan guna
memenuhi berbagai tujuan penilaian misalnya penilaian formatif dan
diagnostik berupa tugas bersama hingga penilaian sumatif berupa
penelitian perorangan. Melalui proyek juga dapat dinilai pengetahuan dan
keterampilan tertentu seperti perencanaan dan organisasi proyek,
kemampuan bekerja dalam kelompok, pemecahan masalah, evaluasi
terhadap temuan yang signifikan, dan penyajian laporan secara tertulis.
Guru mungkin mengutamakan tugas proyek pada prosesnya dan
menggunakannya sebagai acuan penilaian keterampilan siswa dalam
merencanakan, meneliti, dan menganalisis proyek. Dalam hal ini, siswa
dapat menggunakan pengalaman dan pengetahuannya tentang suatu
masalah tertentu, merumuskan pertanyaan, dan meneliti masalah tersebut
melalui bahan bacaan, karya wisata, pengamatan, dan atau wawancara.
Guru juga dapat menggunakan hasil proyek untuk menilai
kemampuan siswa dalam melaporkan temuannya secara tertulis. Apabila
proyek digunakan pada penilaian sumatif maka fokus penilaian biasanya
terletak pada hasilnya. Dalam kurikulum pembelajaran, proyek dinilai
melalui empat tahapan, yaitu ketika:
1) Merencanakan dan mempersiapkan proyek,
2) Mengidentifikasi dan mengumpulkan data,
3) Menganalisis dan menafsirkan data,

25
4) Menyajikan hasil proyek. Karena keterampilan dalam mengumpulkan,
mengorganisasi, mengevaluasi, dan menyajikan informsi adalah
aktivitas utama dari penilaian proyek, maka penilaian proyek dapat
dilakukan pada berbagai tingkat pendidikan.

Contoh instrumen penilaian proyek dalam pembelajaran matematika:

Materi Pokok Kompetensi Dasar

Aritmatika Sosial Menyelesaikan masalah yang berkaitan


dengan aritmatika sosial (penjualan,
pembelian,potongan, keuntungan,
kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, netp, tara).

Petunjuk:
1. Bentuklah kelompok, dengan anggota antara 3 – 5 anak.
2. Pilihlah salah satu tugas projek yang disediakan untuk setiap
kelompok.
3. Kerjakan tugas projek tersebut dalam waktu kurang lebih 100 menit,
meliputi penyelesaian tugas dan presentasi.
4. Tugas projek yang dapat dipilih disediakan adalah Tugas Projek
berikut.
Judul Proyek: Cara Termurah Membeli Minuman

Misalnya, kalian akan membeli minuman segar untuk persiapan piknik. Di


sebuah toko, kalian menemukan dua cara yang mungkin untuk membeli
minuman segar, yaitu satu botol besar berisi 2 L (2000 mL) dengan harga
Rp10.000,00 atau 6 kaleng berisi 250 mL, dengan harga Rp 2.000,00 tiap

26
kalengnya. Bagaimana kalian memutuskan membeli minuman botol atau
minuman kaleng agar ekonomis? Jika diasumsikan biaya pengemasan
adalah sama.
Berapa mililiter minuman yang diperoleh dari satu botol dan berapa
mililiter yang diperoleh dari 6 kaleng? Nyatakan setiap jawabanmu dalam
liter!
Berapakah harga minuman tersebut per liternya jika membeli dalam botol?
Hitung juga harga per liternya jika membeli dalam kaleng! Manakah yang
lebih murah?

No Tahapan Skor 1 – 3
1 Persiapan
Mengidentifikasi apa yang diketetahui
a. 1 botol besar berisi 2 L (2000 mL) dengan harga
Rp. 10.000,00
b. 6 kaleng berisi 250 mL, dengan harga Rp. 2.000,00
tiap kalengnya
Menentukan masalah
Menentukan harga minuman setiap liternya
2 Pelaksanaan
Bagaimana strateginya?
Lakukan perbandingan kedua harga setiap liter
minuman tersebut
Bagaimana penerapannya?
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑚𝑎𝑛
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑚𝑎𝑛(𝐿)

3 Hasil
Hasil
Minuman dengan harga relatif lebih murah
Sumber:Penilaian Pencapaian Kompetensi Ketrampilan SMP. Depdiknas

27
6) Asesmen Produk
Asesmen produk merupakan asesmen terhadap keterampilan
membuat suatu produk, inovasi dan kualitas produk yang dihasilkan.
Aspek yang dinilaiadalah tahap persiapan yang meliputi kemampuan
merencanakan, menggali, dan mendesain produk, tahap proses/pembuatan
produk meliputi kemampuan menyeleksi dan mengunakan bahan, alat,
metode dan teknik, dan tahap hasil atau produk yang meliputi aspek
kualitas produk seperti bentuk fisik dan inovasi.
Asesmen produk dilakukan pada setiap tahapan berikut.
(1) Tahap Persiapan. Pada tahap ini asesmen dilakukan terhadap
kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan mengembangkan
gagasan, dan mendesain produk.
(2) Tahap Proses (pembuatan produk). Asesmen difokuskan pada
kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan
teknik yang aman, bersih dan sehat.
(3) Tahap Akhir (menghasilkan produk). Hasil produk diases berdasarkan
persyaratan produk yang baik misalnya dari kualitas dan inovasinya.

Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Produk


a. Kelebihan
1) Mengetahui kemampuan siswa dalam mengembangkan dan
mendesain produk
2) Mengetahui kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan,
alat dan teknik
3) Guru dapat menilai kreatifitas anak untuk melihat siswa memiliki
daya cipta dan mempunyai kompetensi
4) Kompetensi masing-masing anak betul-betul dapat diketahui secara
obyektif
5) Siswa dapat mempraktekkan ilmu yang diperoleh secara langsung
melalui pengalaman yang real
6) Siswa dapat menelaah kembali kebenaran materi yang telah
diperoleh.

28
b. Kelemahan
1) Membutuhkan biaya yang sangat besar
2) Siswa sulit dalam memenuhi tuntutan
3) Tidak semua KD dapat dibuat karya nyata terutama yang abstrak
4) Proses pembuatan perlu waktu yang lama
5) Kemampuan fisik sebagai penunjang tidak sama, dan
6) Subjektif penskorannya

Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu:


a. Tahap persiapan; meliputi penilaian kemampuan siswa dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan
mendesain produk
b. Tahap pembuatan produk; meliputi penilaian kemampuan siswa
dalam menyeleksi dan menggunakan alat, bahan, dan teknik.
c. Tahap penilaian produk; meliputi penilaian produk siswa sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan.

Teknik Penilaian Produk


Teknik penilaian produk sebagai berikut:
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk.
Biasanya dilakukan pada tahap ketiga.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk. Hal ini
dilakukan pada setiap tahap/proses pengembangan.
Contoh Instrumen Penilaian Produk

Materi Pokok Kompetensi Dasar

Bangun ruang sisi datar Dapat membuat jaring-jaring kubus,


balok, prisma, dan limas

29
Alat dan bahan yang disiapkan:
1. Kertas karton berukuran 35 cm × 45 cm (lebar 35 cm dan panjang 45
cm).
2. Penggaris 3. Pensil 4. Gunting 5. Lem
Uraian Tugas:
Pada kertas karton dengan ukuran 35 cm × 45 cm (lebar 35 cm dan
panjang 45 cm) akan dibuat jaringjaring kubus sehingga diperoleh kubus
dengan ukuran maksimal.
1. Pilihlah bentuk jaring-jaring kubus yang paling tepat untuk
digambar pada kertas karton tersebut.
2. Gambarlah jaring-jaring kubus yang dipilih itu.
3. Buatlah daerah lekukan (lidah) dengan ukuran 2cm yang
akan berfungsi sebagai penghubung antar bidang sisi kubus.
4. Setelah jaring-jaring terbentuk, guntinglah dan bentuklah kubusnya.
5. Ukurlah panjang setiap rusuk dari kubus yang kamu buat.
Berapa panjangnya?

30
Contoh format penilaian produk membuat jaring-jaring
kubus dan membuat kubus.
Format Penilaian Produk
Mata Pelajaran/Kelas : Matematika/ VIII
Kompetensi Dasar : Membuat jaring-jaring kubus, balok,
prisma dan limas

Nilai Ket
Nama Persi Prose Pembuatan Penilaian
Siswa apan Produk AkhirProduk Skor
No
yan
g
A A B C A B C
dida
pat

85,1 Skor maks =


1 Julia 3 3 4 4 3 3 3 23 9 27

Skor min=7
2 Desi
Jumlah skor
dapat
3 Widya ditransfer ke
nilai o
sampai
4 Vina
dengan 100.

Contoh: Nilai
… ….. Julia

10 Linda (23/27) x 100


= 85,19

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian materi di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan,
yaitu sebagai berikut.
1) Asesmen Otentik adalahproses pengumpulan informasi oleh guru
tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan
oleh peserta didik melalui berbagai teknik penilaian yang mampu
mengungkap, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa
kompetensi pembelajaran telah tercapai. Prinsip dalam penilaian
autentik adalah penilaian yang dilakukan harus dapat memberikan
gambaran sesungguhnya tentang kemampuan siswa. Ciri-ciri asesmen
otentik yaitu mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa,
mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan, penilaian
terhadap produk atau kinerja dan tugas-tugas kontekstual dan relevan.
2) Jenis asesmen autentik yaitu (1) Asesmen kinerja, (2) Asesmen
Evaluasi diri, (3) Asesmen Esai, (4) Asesmen portofolio, (4) Asesmen
Projek (5) Asesmen Penilaian tertulis (6) Asesmen Penilian diri
3) Teknik penialaian asesmen otentik yaitu terdiri dari berbagai teknik
penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik
yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti
kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang
memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga,
analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta
didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.
3.2 Saran
Berdasarkan pemaparan materi dalam makalah ini, saran yang dapat
kami berikan adalah guru sebaiknya meningkatkan pemahaman mengenai
asesmen otentik. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauhmana
pemahaman siswa mengenai suatu materi dan penilaian yang lebih objektif,
sehingga siswa akan lebih terpacu untuk lebih meningkatkan kualitas dirinya.

32
Sebaiknya pendidik menerapkan asesmen autentik dalam sistem penilaian, di
samping menerapkan asesmen tradisional, karena asesmen autentik dapat
membantu pendidik dalam melihat perkembangan pengetahuan siswa secara
keseluruhan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Djemari Mardapi. 2000. Evaluasi Pendidikan. Makalah disampaikan pada


Konvensi Pendidikan Nasional tanggal 19-23 September 2000 di
Universitas Negeri Jakarta.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Muslich, Masnur. 2011. Authentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi. Bandung: Refika Aditama.
Pedoman Teknis Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan Kurikulum 2013 untuk
Pelajaran Matematika Pada Jenjang SMP (Jakarta: Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan, 2015).
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh
Pendidik Pada Pendidikan dasar Dan Pendidikan Menengah.
Popham, W. 2010. Classroom Assesment. Boston: Pearson Education.
Siswono, Tatag Y.E. (2002). Penilaian Authentik dalam pembelajaran
Kontekstual. Jurnal Nasional “MATEMATIKA, Jurnal
Matematika atau Pembelajarannya”, Tahun VIII. ISSN: 0852-7792.

Anda mungkin juga menyukai