Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN MOTIVASI IBU DENGAN NIAT PEMBERIAN

IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI PUSKESMAS


BERUNTUNG RAYA BANJARMASIN

Syahida Riadagoetti

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,


Universitas Lambung Mangkurat

syariadagoetti@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit campak salah satu penyakit infeksi menular yang masih menjadi
masalah kesehatan pada bayi dan anak bukan hanya di Indonesia, melainkan juga
di negara berkembang lainnya. Penyakit campak dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi campak. Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa di kota Banjarmasin
didapatkan data cakupan imunisasi campak 73,39%. Salah satu puskesmas yang
target cakupan imunisasi campaknya masih tergolong rendah terletak di
Puskesmas Beruntung Raya. Berdasarkan data laporan tahunan puskesmas tahun
2015 Puskesmas Beruntung Raya target cakupan imunisasi campak hanya tercapai
60% dari target pencapaian 90%. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
motivasi ibu dengan niat pemberian imunisasi campak pada bayi. Metode
penelitian dilakukan dengan observasional analitik melalui pendekatan cross-
sectional. Besar sampel 50 responden yang dipilih secara systematic random
sampling. Hasil penelitian didapatkan motivasi rendah 6%, motivasi sedang 70%,
motivasi tinggi 24%, sedangkan hasil niat lemah 4%, niat sedang 78%, niat kuat
18%. Hasil uji somers’d didapatkan nilai p = 0,000. Kesimpulan penelitian
terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi ibu dengan niat pemberian
imunisasi campak pada bayi di Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin.

Kata-kata kunci: motivasi, niat, imunisasi campak

LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki penyakit infeksi tergolong

tinggi. Penyakit campak sebagai salah satu penyakit infeksi masih menjadi
masalah bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara berkembang lainnya.

Penyakit campak adalah penyakit akut yang menular dan disebabkan oleh virus

yang dapat menimbulkan kematian. Penyakit campak merupakan salah satu

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi campak dan dapat menimbulkan

imunitas dalam periode waktu panjang.1

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

dilakukan dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan memberikan

obat khusus yang disebut vaksin melalui imunisasi.2 Imunisasi merupakan suatu

usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dengan cara memasukkan vaksin

ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu.

Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang

sangat penting dan efektif untuk mencegah penyakit menular pada bayi. 3 Program

Pengembangan Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah dalam bidang

imunisasi yang mendapat prioritas dalam sistem kesehatan nasional. Program ini

bertujuan melindungi bayi dan balita dari PD3I (penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi) seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, dan campak.4

Kejadian penyakit campak sangat berkaitan dengan keberhasilan program

imunisasi campak. Indikator yang bermakna untuk menilai ukuran kesehatan

masyarakat di negara berkembang adalah imunisasi campak. Imunisasi merupakan

upaya kesehatan yang terbukti paling efektif. Bila cakupan imunisasi mencapai

90%, dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan angka kematian

sebesar 80%-90%.5

Data WHO 2015, penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang

masih menjadi masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan merupakan
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini umumnya

menyerang anak umur di bawah 5 tahun (balita), tetapi campak bisa menyerang

semua umur. Pada tahun 2014 sekitar 114.900 orang meninggal akibat campak,

sekitar 314 kematian setiap hari atau 13 kematian setiap jam. Sampai saat ini cara

yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi. Selama

tahun 2000 sampai 2014, imunisasi campak berhasil menurunkan 17,1 juta (75%)

kematian akibat campak di seluruh dunia.6

Menurut WHO 2014, cakupan imunisasi campak di bawah satu tahun

meningkat 83% pada tahun 2009 dan pada tahun 2013 masih tetap 83-84%. Lebih

dari 60% dari 21,5 juta anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi campak

pada usia 9 bulan berasal dari 6 negara berikut: India 6,4 juta, Nigeria 2,7 juta,

Pakistan 1,7 juta, Ethiopia 1,1 juta, Indonesia 0,7 juta dan Republik Kongo 0,7

juta. Sebagian besar kematian akibat campak terjadi di negara berkembang dan

proportional mortality rate penyakit campak pada tahun 2013 sebesar 70% terjadi

di 6 negara tersebut.7

Profil kesehatan Indonesia pada tahun 2012 menyatakan Indonesia

merupakan negara ASEAN yang memiliki kasus penyakit campak terbanyak

dengan jumlah 15.489 kasus, sedangkan 8 negara ASEAN lainnya memiliki

jumlah lebih sedikit dan tidak lebih dari 3.000 kasus.8 Berdasarkan World Health

Statistic, WHO 2013, di Indonesia ada 151.000 kematian anak-anak di bawah usia

5 tahun dan 5% nya disebabkan karena penyakit campak.9

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada

tahun 2013 didapatkan data cakupan imunisasi campak di provinsi Kalimantan

Selatan yaitu 75,02%. Salah satu kota terpadat di provinsi Kalimantan Selatan
adalah kota Banjarmasin. Di kota Banjarmasin didapatkan data cakupan imunisasi

campak 73,39% dan masih terdapat puskesmas yang target cakupan imunisasi

campaknya masih tergolong rendah yaitu di Puskesmas Beruntung Raya yang

hanya tercapai 60% dari target pencapaian 90% sesuai data laporan tahunan

puskesmas pada tahun 2015. Hal ini merupakan salah satu masalah bagi

puskesmas Beruntung Raya mengingat pentingnya pemberian imunisasi campak

pada bayi.10

Pemberian imunisasi campak dapat terjadi karena adanya niat yang kuat dari

dalam diri seseorang. Sebagaimana menurut Ejzen dan Fisbein dalam Theory of

planned behavior menyatakan bahwa niat adalah seberapa besar keyakinan

seseorang untuk melakukan sesuatu. Niat dipengaruhi oleh faktor sikap dari

personal individu terhadap sebuah perilaku, faktor dari pengaruh sosial atau

disebut dengan norma subjektif, ditentukan oleh adanya keyakinan normatif

(normative belief), keinginan untuk mengikuti (motivation to comply), dan faktor

kontrol yang dimiliki individu adalah sesuatu yang dapat mempermudah atau

mempersulit seseorang untuk memunculkan perilaku.11

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nugraha W.A.M pada

tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan motivasi ibu (p value= 0,042)

dengan pemberian imunisasi pada bayi.12 Hal ini juga sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hayati Wirda pada tahun 2010 didapatkan ada hubungan

yang signifikan dengan motivasi ibu (p value = 0,003).2

Berdasarkan dari uraian di atas, penting untuk dilakukan penelitian yang

menjelaskan hubungan motivasi ibu dengan niat pemberian imunisasi campak

pada bayi di Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin. Selain itu juga dikarenakan
belum ada penelitian tentang imunisasi campak di Puskesmas Beruntung Raya

Banjarmasin.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah apakah

terdapat hubungan motivasi ibu dengan niat pemberian imunisasi campak pada

bayi di Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin?

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Imunisasi campak termasuk dalam program imunisasi dasar di Indonesia.

Imunisasi campak adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seorang secara aktif

terhadap virus campak sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang

serupa tidak terjadi penyakit.13 Imunisasi campak bermanfaat untuk

pencegahan jangka panjang terhadap penyakit campak, karena pada sebagian

besar individu vaksin campak tersebut bersifat life long.1

Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal

pada penyakit tertentu dengan memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya

namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit

yang sesungguhnya dikemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh

dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen/penyakit yang masuk

tersebut. Imunisasi campak diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit campak. Kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya terdapat kadar antibodi yang tinggi pada saat dilakukan imunisasi,

potensi antigen yang disuntikan, dan waktu antara pemberian imunisasi.


Keefektifan imunisasi tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga

kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.14

Menurut WHO, penyakit campak adalah penyakit menular (infeksius) yang


disebabkan oleh virus campak atau biasa disebut virus measles. Virus campak
termasuk genus Morbilivirus familia Paramyxoviridae. Penyakit ini sangat mudah
menular dan akut, menular lewat percikan ludah melalui jalan nafas.15 Umumnya
menyerang anak-anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan dunia
dengan gejala demam panas suhu tubuh 380C, batuk pilek, mata merah, dan ruam
kulit (bercak kemerahan berbentuk makulopopular) selama 3 hari atau lebih.1 Bila
mengenai balita terutama dengan gizi buruk maka dapat terjadi komplikasi.
Komplikasi yang sering adalah bronchopneumonia, gastroenteritis, dan otitis
media, ensefalitis jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal, yaitu kematian.16

Ada dua jenis vaksin campak yaitu pertama, vaksin yang berasal dari virus

campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B). Vaksin ini tidak

boleh terkena sinar matahari. Kedua, vaksin yang berasal dari virus

campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang

dicampur dengan garam yodium).17 Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan 3

kali yaitu diberikan pada umur 9 bulan, imunisasi campak ulangan pada umur 24

bulan dan imunisasi campak pada anak sekolah dasar yang dikemas dalam BIAS

(Bulan Imunisasi Anak Sekolah) pada kelas 1 SD. Untuk anak yang telah

mendapat imunisasi MMR pada usia 15 bulan, imunisasi campak umur 24 bulan

tidak diperlukan.18

Niat merupakan salah satu hal yang dapat mendorong seseorang untuk

memberikan imunisasi campak pada bayi. Niat itu sendiri dapat muncul bila

didukung dengan motivasi yang baik dari dalam diri seseorang. Dalam teori

Theory of Planned Behavior ini Fishbein dan Ajzen menyatakan bahwa niat dapat

mempengaruhi seseorang untuk melakukan hal tertentu. Niat merupakan

keinginan kuat di dalam hati untuk melakukan sesuatu, niat juga dapat diartikan
sebagai langkah awal suatu proses.19 Niat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap

terhadap perilaku yang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan,

penghasilan, dan agama, norma subjektif yang dipengaruhi oleh keyakinan

normatif dan motivasi, keyakinan mengontrol perilaku dipengaruhi oleh informasi

dan pengalaman.20 Motivasi merupakan salah satu penentu dari terbentuknya niat

seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor lingkungan sosial khususnya orang-

orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu sangat mempengaruhi motivasi

seseorang. Motivasi dipengaruhi oleh kebutuhan, harapan, dan dorongan. Tinggi

rendahnya motivasi menentukan tinggi rendahnya semangat seseorang untuk

beraktivitas dan mempengaruhi tinggi rendahnya semangat akan menentukan hasil

yang diperoleh.21

HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan motivasi ibu dengan niat

pemberian imunisasi campak pada bayi di Puskesmas Beruntung Raya

Banjarmasin.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan melakukan

pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh ibu yang memiliki bayi

yang terdaftar di Puskesmas Beruntung Raya dengan kriteria memiliki bayi

berumur < 9 bulan, bertempat tinggal di daerah Puskesmas Beruntung Raya, Ibu

dengan tingkat pendidikan dasar (SD-SMP-Sederajat), ibu usia 20-35 tahun. Besar

sampel adalah 50 orang yang dipilih dengan sistematic random sampling.22,23


Penelitian ini menggunakan kuesioner motivasi dan niat. Kuesioner ini

memiliki 22 pertanyaan, yang terdiri dari 11 pertanyaan mengenai motivasi, 11

pertanyaan mengenai niat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dibagi dalam dua tingkatan analisis, yaitu analisis univariat dan

analisis bivariat. Hasil analisis univariat pada penelitian ini menggambarkan

variabel bebas yaitu motivasi ibu. Motivasi ibu dibagi menjadi tinggi, sedang, dan

rendah dan hasil bivariat mengetahui hubungan motivasi ibu dengan niat

pemberian imunisasi campak pada bayi.

A. Niat Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Puskesmas

Beruntung Raya Banjarmasin

Distribusi data penelitian niat pemberian imunisasi campak pada bayi dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Persentase Niat Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi

Niat Frekuensi (n) Persentase (%)

Kuat 9 18
Sedang 39 78
Lemah 2 4
Total 50 100

Frekuensi niat pemberian imunisasi campak pada bayi di Puskesmas

Beruntung Raya Banjarmasin terbanyak dengan tingkatan niat sedang yaitu

sebesar 78% (39 responden).


B. Motivasi Ibu terhadap Niat Pemberian Imunisasi Campak di

Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin


Hasil analisis variabel motivasi ibu dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2 Persentase Motivasi Ibu terhadap Niat Pemberian Imunisasi

Campak pada Bayi

Motivasi Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)

Tinggi 12 24
Sedang 35 70
Rendah 3 6
Total 50 100

Berdasarkan tabel 1.2 menunjukan motivasi ibu terhadap niat pemberian

imunisasi campak pada bayi di Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin

terbanyak dengan tingkatan motivasi sedang yaitu sebesar 70% (35 responden).

C. Hubungan Motivasi Ibu dengan Niat Pemberian Imunisasi Campak

Hasil analisis bivariat untuk menganalisi hubungan motivasi ibu dengan niat

pemberian imunisasi campak di Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin. Data

analisis disajikan dalam bentuk tabel pada tabel 1.3

Tabel 1.3 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Hubungan Motivasi

Ibu dengan Niat Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di

PuskesmasBeruntung Raya Banjarmasin.

P
Motivasi Niat Value

Kuat Sedang Lemah Total


N % n % n % n %
Tinggi 9 18 3 6 0 0 12 24 0,000
Sedang 0 0 35 70 0 0 35 70
Rendah 0 0 1 2 2 4 3 6

Jumlah 9 18 39 78 2 4 50 100
Berdasarkan tabel 1.3 didapatkan hasil uji statistik somers’d didapatkan

hasil p value=0,000 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara

motivasi ibu dengan niat pemberian imunisasi campak. Berdasarkan distribusi

pada tabel 1.3 didapatkan frekuensi terbanyak pada tingkatan motivasi sedang

yang juga berpengaruh pada niat sedang.

Motivasi merupakan penggerak atau pendorong dari dalam yang dimiliki

seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu, tinggi rendahnya motivasi dapat

menentukan tinggi rendahnya semangat seseorang untuk beraktivitas.24 Dalam

pemberian imunisasi motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri yakni ibu memiliki suatu hasrat dan keinginan yang kuat mencari

informasi dan mengubah tingkah laku atau aktivitas menjadi lebih baik dari

sebelumnya sampai akhirnya membawa bayinya imunisasi campak. 25 Seseorang

yang sangat termotivasi akan melaksanakan upaya maksimal guna menunjang

tujuan-tujuan yang ingin dicapai, sedangkan seseorang yang tidak termotivasi

hanya memberikan upaya minimum. Dengan motivasi yang kuat, akan

memunculkan niat seseorang untuk melakukan hal tertentu. Maka semakin tinggi

motivasi seseorang, semakin kuat pula niat yang ditimbulkan begitu pula

sebaliknya.26

Penelitian ini berhasil membuktikan teori Theory of Planned Behavior yang

menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini motivasi

ibu mempengaruhi niat pemberian imunisasi campak pada bayi di Puskesmas

Beruntung Raya Banjarmasin. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa responden
banyak memiliki tingkat motivasi sedang yang berpengaruh pada niat. Upaya-

upaya untuk meningkatkan motivasi antara lain dengan memberikan penghargaan

secara moril dan materi kepada ibu yang membawa bayinya untuk di imunisasi. 27

Usaha meningkatkan promosi kesehatan tentang imunisasi campak salah satunya

dengan melalui kegiatan penyuluhan. Kegiatan ini dapat meningkatkan motivasi

intrinsik dari ibu untuk menimbulkan niat membawa bayinya imunisasi campak.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai penelitian yang

berjudul hubungan motivasi ibu dengan niat pemberian imunisasi campak pada

bayi di Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat motivasi ibu tentang imunisasi campak di puskesma Beruntung

Raya Banjarmasin yang tertinggi adalah motivasi sedang berjumlah 35 orang

(70%)
2. Niat ibu pada pemberian imunisasi campak pada bayi di Puskesmas

Beruntung Raya Banjarmasin yang tertinggi adalah niat sedang yaitu berjumlah

39 orang (78%).
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi ibu dengan niat

pemberian imunisasi campak pada bayi di Puskesmas Beruntung Raya

Banjarmasin, dengan hasil uji statistik p= 0,000.

DAFTAR PUSTAKA

1. Finazis R. Akurasi pencatatan dan pelaporan imunisasi campak bayi pada

buku kia dan buku kohort. Jurnal Berkala Epidemiologi.2014;2(2):184–95.


2. Hayati W, Marianthi D, Nurleli. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

cakupan imunisasi dasar pada bayi di desa kajhu kecamatan baitussalam aceh

besar tahun 2009. Ejournal UMM. 2010;1(1):75-82.

3. Menkes RI. Penyelenggaraan imunisasi peraturan menteri kesehatan

republik Indonesia nomor 42 tahun 2013. Jakarta: Permenkes RI; 2013.

4. Paridawati, Rachman WA, Fajarwati I. Faktor yang berhubungan dengan

tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja

puskesmas bajeng kecamatan bajeng kabupaten bajeng kabupaten gowa. PKIP

FKM Unhas; 2013.

5. Wahab S, Madarina J. Sistem imun, imunisasi, dan penyakit imun. Jakarta:


Widya Medika; 2002.

6. WHO. Measles [Online].2015.[Cited 10 Maret 2016]. Available from:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/

7. WHO. WHO Warns That Progress Towards Eliminating Measles Has


Stalled [Online].2014.[Cited 28 Maret 2016].Available from:
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2014/eliminating-measles/en/

8. Kemenkes RI. Profil kesehatan indonesia tahun 2012. Jakarta; 2013.

9. WHO. World Health Statistic 2013 [Online].2013.[Cited 24 Maret


2016].Available from:
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/en/

10. Kemenkes RI. Data dan informasi kesehatan provinsi Kalimantan Selatan;

2013.

11. Ajzen I. Attitude, personality, and behavior. Buckingham: Open

University Press, Milton Keynes; 2005.


12. Nugraha WAM, Haryani S, Arif S. Hubungan antara pengetahuan ibu

tentang imunisasi dasar dengan motivasi ibu untuk memberikan imunisasi kepada

bayi di puskesmas bawen kecamatan bawen [skripsi].Program studi ilmu

keperawatan S1. STIKES Telogorejo: 2012;1(2).

13. Shuhbah N. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian


imunisasi dasar pentavalen pada bayi di puskesmas banjarmasin indah [KTI].
Program studi pendidikan dokter. Universitas Lambung Mangkurat; 2015.

14. Hidayat, A. Alimul. Buku saku keperawatan anak. Jakarta: EGC; 2008.

15. Momomuat S, Ismanto AY, Kundre R. Hubungan tingkat pengetahuan ibu


tentang pentingnya imunisasi campak dengan kepatuhan melaksanakan imunisasi
di puskesmas kawangkon. Jurnal keperawatan. 2014; 2 (2).

16. Subangkit. Kejadian luar biasa campak di indonesia tahun 2007. Cermin

Dunia Kedokteran. 2012; 39(3):191-92.

17. Sri RH, Hardiono DP, Soedjatmik,dkk. Panduan Imunisasi Anak. Jakarta:

Satgas Imunisasi PP IDAI; 2011.

18. Ranuh. Pedoman imunisasi di indonesia edisi kelima. Jakarta: Satgas


Imunisasi IDAI; 2014.

19. Ajzen I, Fishbein M. Theory-based behavior change interventions:

Comments on Hobbits and Sutton. Journal of Health Psychology. 2005; 10(1): 27-

31.
20. Suharti L, Hani S. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap niat
kewirausahaan. Jurnal manajemen dan kewirausahaan. 2011; 13(2): 124-34.

21. Febriastuti N, Arif YS, Kusumaningrum T. Kepatuhan orang tua dalam

pemberian kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 4-11 bulan. Journal Universitas

Airlangga. 2014; 2(2): 1577-2355.

22. Budiarto E. Pengantar epidemiologi. Jakarta: EGC; 2003.

23. Fraenkel J, Wallen N. How to design and evaluate research in education.

New York: McGraw-Hill; 1993.

24. Wiryawan Z,Hidayah N. Pengaruh motivasi, norma subyektif, dan efikasi

diri terhadap niat melakukan penjualan pada tenaga penjual di beberapa mall

Jakarta [Skripsi]. Fakultas Ekonomi. Universitas Tarumanagara Jakarta; 2013.

25. Aryadewi APD. Determinan motivasi kerja, status sosial ekonomi, dan

pola asuh orang tua terhadap niat berwiraswasta siswa smk pariwisata triatma aya

dalung kabupaten badung propinsi bali [Tesis]. Program Pasca Sarjana

Administrasi Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha; 2012.

26. Sulistiani D. Faktor-faktor yang memengaruhi niat mahasiswa akuntansi

untuk berkarier sebagai akuntan publik: aplikasi theory of planned behavior (studi

empiris pada mahasiswa universitas diponegoro) [Skripsi]. Fakultas Ekonomika

dan Bisnis. Universitas Diponegoro; 2012.

27. Wijayanti W. Usaha guru dalam membangkitkan motivasi belajar

matematika siswa SMA Negeri 1 godean [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta; 2010.

Anda mungkin juga menyukai