Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam organisasi bisnis atau perusahaan Kualitas organisasi atau lembaga biasanya
dilihat dari kuantitas dan kulitas produk yang berupa barang atau jasa. Untuk
mendapatkan produk dengan kuantitas yang banyak dan kualitas yang baik, kinerja
pimpinan dan anak buahnya sangat menentukan. Manusia yang ada di dalamnya sangat
besar pengaruhnya sekalipun suatu perusahaan menggunakan alat modern dan canggih
faktor. Hal ini seperti apa yang dikatakan Robert L. Mathis dan John H Jackson (2001; 4)
“Sumber Daya Manusia dipandang semakin besar peranannya bagi kesuksesan organisasi,
maka banyak organisasi kini menayadari bahwa unsur manusia dalam organisasi dapat
memberikan keunggulan bersaing”.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa manajemen sumberdaya manusia sangat erat
kaitannya dengan motto "TheRight Man on the Right Place and the Right Time". Jadi
manajemen sumber daya manusia pada saat yang tepat harus bisa mengusahakan agar
tenaga kerja itu ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
Penerapan motto "The Right Man on the Right Place at the Right Time" ada beberapa
hal yang harus diketahui. Dari sudut perusahaan, maka unsur pertama yang harus
diketahui adalah unsur "Place-", sebab perusahaan sebagai organisasi adalah wadah
tempat manusia (man) bekerja. Tempat bekerja ini seringkali seeara lebih spesifik disebut
sebagai Jabatan.
Seringkali timbul kesalahpahaman tentang pengertian jabatan ini. Jabatan kadang-
kadang diartikan sebagai posisi atau pekerjaan, tanpa penjelasan lebih jauh, sehingga perlu
ada pengertian yang seragam dalam memahami tulisan ini.
Sering dijumpai adanya jabatan yang sama untuk jabatan-jabatan yang mempunyai
tugas-tugas yang berbeda. Sebaliknya untuk tugas-tugas yang sama adakalanya diberikan
nama jabatan yang berbeda pada perusahaan yang berbeda. Bahkan ironisnya para
pemegang jabatan itu sendiri kadangkala tidak tahu atau merasa ragu tentang apa yang
seharusnya dikerjakan
Peramsalahan tersebut perlu dilakukan Analisa Jabatan. Suatu studi yang secara
sistematis dan teratur mengumpulkan semua informasi dan fakta yang berhubungan
dengan suatu jabatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan analisis pekerjaan.
2. Apakah yang dimaksud dengan desain pekerjaan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis pekerjaan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan desain pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
ANALISIS JABATAN
Dessler (1997), mengungkapkan bahwa analisa jabatan merupakan prosedur untuk
menetapkan tugas dan tuntutan keterampilan dari suatu jabatan dan orang macam apa
yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut. Dalam pengertian ini, dessler menekankan
pada dua aspek, yaitu meyangkut isi pekerjaan dan orang yang melaksanakan pekerjaan.
Dalam pengertian lain, Mathis dan Jakson (2000) mengartikan analisis pekerjaan
sebahai berikut;
“A Systematic may to gather and analyze information about the content and the
human requirements of jobs, and the context in which jobs are performed”.
“Analisis jabatan merupakan cara sistematik untuk mengumpulkan dan
menganalisis informasi tentang isi dan personal yang dipersyaratkan dalam jabatan, dan
dalam hubungannya dengan prestasi jabatan”.
Lebih lanjut, Mathis dan Jackson memisahkan antara jabatan (jobs) dan posisi
(position). Jabatan, dalam pengertiannya adalah sekelompok 5 tugas, kewajiban, dan
tangggung jawab. Sedangkan position diartikan sebagai prestasi jabatan yang dilakukan
oleh seseorang. Informasi yang diperoleh dari analisa jabatan tersebut dapat digunaan
untuk menentukan karakteristik apa yang harus dimiliki seseorang yang akan menduduki
jabatan tertentu.
Adapun hasil dari analisa jabatan tersebut dapat berupa deskripsi jabatan (job
description) dan spesifikasi jabatan (job specification). Deskripsi jabatan adalah suatu
pernyataan tertulis yang menguraikan fungsi, tugas-tugas, tanggung jawab, wewenang,
kondisi kerja dan aspek-aspek pekerjaan tertentu lainnya. Sedangkan spesifikasi jabatan
merupakan pernyataan tertulis yang menunjukkan siapa yang akan melakukan pekerjaan
itu dan persyaratan yang diperlukan terutama menyangkut keterampilan, pengetahuan
dan kemampuan individu.
PENDEKATAN ANALISIS JABATAN
Berbagai pendekatan dapat dipergunakan untuk melakukan studi terhadap suatu
jabatan, dan apa yang bisa dipergunakan adalah:
1. Kuesioner
2. Menuliskan cerita singkat ( written narrative)
3. Pengamatan (observasi)
4. Wawancara (interview)

Pendekatan yang paling sering digunakan adalah interview dan biasa dipergunakan
baik untuk pekerja harian maupun bulanan. Berikutnya yang sering dipergunakan adalah
observasi, terutama untuk pekerja-pekerja harian.Walaupun demikian, harus disadari
bahwa masing-masing teknik mempunyai kelemahan dan kebaikan sendiri-sendiri.
Kelemahan teknik kuesioner dan written narrative terletak pada data yang
diperoleh seringkali tidak lengkap tidak teratur dan tidak kompak. Tetapi kebaikannya
adalah bisa dipergunakan sebagai latar belakang pengetahuan untuk melakukan interview
te rhadap pemangku-pemangku jabatan. Sedangkan metode ketiga dan keempat terutama
memberikan data yang lebih lengkap, lebih teliti dan penggunaan waktu yang lebih baik.
Jika pelaksanaan tugas merupakan pekerjaan yang sederhana dan berulang-ulang maka
teknik observasilah yang biasa digunakan.
Selain itu, banyak para analisis jabatan yang menggunakan teknik wawancara
(interview) sebagai metode pengumpulan data maka beberapa sikapdasar dan teknik yang
bisa digunakan untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat perlu diperhatikan.
Sikap-sikap dan teknik-teknik tersebut bisa membantu para analis jabatan untuk
mengurangi kecurigaan baik dari karyawan maupun pengawas yang sedang dianalisa
jabatannya.

TUJUAN ANALISIS PEKERJAAN

Analisis pekerjaan dilakukan dengan berbagai tujuan, baik disektor public maupun sector
swasta , menurut Faustino Cardoso Gome, bahwa ada 12 macam tujuan dari analisis
pekerjaan, diantaranya adalah:

1. Job description, yaitu berisi informasi pengidentifkasian pekerjaan , riwayat


pekerjaan , kewajiban pekerjaan dan pertanggunjawaban, sepefisikasi pekerjaan
atau informasi mengenai standar pekerjaan.
2. Job classification, yaitu penyusunan pekerjaan-pekerjaan ke dalam klas-klas,
kelompok- kelompok atau jenis-jenis berdasarkan rencana sistimatika tertentu,
3. Job Evaluation suatu prosedur pengklasifikasin pekerjaan berdasarkan kegunaan
maisng-masing di dalam organisasi dan pasar tenga kerja luar yang terkait.
4. Job desaing restructuring, meliput usaha-usaha untuk merelokasi dan
merestrukturilsasilkan kegiatan-kegiatan pekerjaan ke dalam berbagai kelompok.
5. Personil requirement /specifications berupa penyusunan persyaratan –persyaratan
atau sepesifikasi tertentu bagi suatu pekerjaan, seperti pengetahuan keterampilan,
ketangkasan, sifat-sifat dan cirri-ciri yang diperlukan bagi
keberhasilan pelaksanaan suatu pekerjaan .
6. Performance appraisal, ini merupakan suatu penilaian sistimatis yang dilakukan
oleh para supervisor terhadap performansi pekerjaan dari para pekerja. Tujuan
penting dari pada penilaian perpormasi ini adalah dengan maksud mempengaruhi
performansi para pekerja melalui keputusan-keputusan adimistrasi seperti
promosi, pmberhentian sementara (lay off), pemindahan ( transfer), kenaikan gaji,
memberi informasi kepada pekerja tentang kemanpuan-kemanpuan dan
kekurangan-kekurangan yang berkaitan dengan pekerjaan masing-masing.
7. Worker training, untuk tujuan-tujuan pelatihan . Pelatiahn adalah proses sistemati
yang sengaja dirancang dan dilakukan untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan tertentu.
8. Worker mobility, untuk tujuan mobilitas pekerja (karir) yaitu dinamika masuk
keluarnya seorang dalam posisi-posisi pekerjaan –pekerjaan dan okupasi-okupasi
tertentu.
9. Efficinecy. Ini mencakup penggabungan proses kerja yang optimal dan rancangan
keamanan dari peralatan dan fasilitas fisik lainnya dengan refrensi tertentu pada
kegiatan-kegiatan kerja, termasuk prosedur-prosedur kerja, susunan kerja dan
standar kerja.
10. Safety. Sama dengan efisiensi, tapi perhatiannya lebih diarahkan pada identifikasi
dan peniadaan perilaku-perilaku kerja yang tidak aman, kondisi-kondisi fisik dan
kondisi lingkungan.
11. Human resource planning. Ini meliputi kegiatan antisipatif dan reaktif melalui suatu
organisasi untuk memastikan bahwa organisasi tersebut masih memiliki dan akan
terus menerus memiliki jumlah dan macam orang yang tepat pada tempat yang
tepat.
12. Legal/quasi legal reqruitments , aturan-aturan dan ketentuanketentuan lainnya
yang berkaitan dengan organisasi.

DESAIN PEKERJAAN
Herianto (2001) menjelaskan bahwa desain pekerjaan adalah rincian tugas dan cara
pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan tugas, bagaimana
tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa yang diharapkan.
Sulipan (2000) menambahkan desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan
kerja seorang atau sekelompok karyawan secara organisasional.
Handoko (2000) menyatakan bahwa desain pekerjaan adalah fungsi penetapan
kegiatan-kegiatan kerja seseorang individu atau kelompok karyawan secara organisasional
yang bertujuan untuk mengatur penugasan-penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan
organisasi, teknologi, dan keperilakuan.
Selain itu, menurut Dwiningsih (2009) desain pekerjaan adalah sebuah pendekatan
yang menentukan tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi seseorang atau
sekelompok karyawan dalam suatu organisasi.
Desain pekerjaan (job design) menurut Gibson dkk. (2006) dinyatakan sebagai suatu
proses dimana manajer memutuskan tugas pekerjaan individu maupun wewenangnya.
Desain pekerjaan melibatkan keputusan dan tindakan manjerial yang menspesifikasikan
tujuan “job depth, range and relationships” untuk memuaskan kebutuhan organisasi
maupun kebutuhan sosial dan pribadi dari pekerjaan yang diembannya.
Simamora (2004:116) mengatakan desain pekerjaan adalah proses penentuan
tugastugas yang akan dilaksanakan, metode-metode yang digunakan untuk melaksanakan
tugastugas ini, dan bagaimana pekerjaan tersebut berkaitan dengan pekerjaan lainnya di
dalam organisasi. Desain pekerjaan memadukan isi pekerjaan (tugas, wewenang dan
hubungan) balas jasa dan kualifikasi yang dipersyaratkan (keahlian, pengetahuan dan
kemampuan) untuk setiap pekerjaan dengan cara memenuhi kebutuhan pegawai maupun
perusahaan. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian akan sangat sulit untuk
dilaksanakan oleh pegawai. Desain perkerjaan haruslah dirancang dengan sebaik mungkin
dengan mempertimbangkan elemenelemen yang mempengaruhi desain pekerjaan.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Desain pekerjaan
adalah fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok
karyawan secara organisasional yang bertujuanuntuk mengatur penugasan-penugasan
kerja yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi, tekhnologi dan keperilakuan
Unsur/Elemen Desain Pekerjaan

Menurut Handoko (2001:33) elemen-elemen desain pekerjaan adalah :

A. Elemen-elemen organisasional
Elemen-elemen organisasional merupakan elemen yang harus diperhatikan suatu
organisasi dalam pembentukan atau desain perkerjaan. Elemen-elemen organisasional
pada desain pekerjaan bersangkutan efisiensi. Efisiensi merupakan suatu pencapaian
tujuan sesuai dengan pendanaan-pendanaan yang ditetapkan oleh perusahaan. Pekerjaan-
pekerjaan yang dirancang secara efisien mendorong pegawai yang mampu dan termotivasi
untuk mencapai keluaran yang maksimal. Perhatian akan efisiensi ini telah dimulai sejak
munculnya manajemen ilmiah.
Para ahli mencurahkan riset mereka untuk menemukan cara-cara terbaik untuk
merancang pekerjaan yang efisien. Studi gerak dan waktu membeberkan sesuatu disiplin
baru, yaitu teknik industri. Berbagai upaya tersebut menunjukkan bahwa spesialisasi
adalah elemen kunci dalam desain pekerjaan. Bila para pegawai bekerja berulang-ulang
sampai batas tertentu, tingkat keluarannya bisanya lebih tinggi. Penemuan-penemuan para
peneliti ini dapat diterapkan dalam era komputerisasi sekarang. Berikut ini adalah elemen-
elemen organisasi dalam desain pekerjaan menurut Handoko (2001:35) :

1. Pendekatan Mekanistik
Pendekatan mekanistik berusaha untuk mengindentifikasikan setiap tugas dalam
suatu pekerjaan agar tugas-tugas dapat diatur untuk menimbulkan waktu dan tenaga para
pegawai. Setelah identifikasi tugas selesai, sejumlah tugas dikelompokkan menjadi satu
perkejaan. Hasilnya adalah spesialisasi. Pendekatan ini mendekatkan efisiensi waktu,
tenaga, biaya tenaga kerja, latihan dan pengembangan. Teknik ini masih secara luas
digunakan dalam operasi-operasi perakitan, dan terutama efektif bila para pegawai kurang
berpendidikan atau kurang mempunyai pengalaman.

2. Aliran kerja
Aliran kerja dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh sifat produk atau jasa.
Produk atau jasa biasanya menentukan urutan dan keseimbangan pekerjaanpekerjaan
sehingga dibutuhkan aliran kerja dari suatu kegiatan.

3. Praktek-praktek kerja
Praktek-praktek kerja merupakan cara-cara bagaimana pelaksanaan kerja yang
ditetapkan. Metode praktek kerja ini bisanya terbentuk dari tradisi atau kesempatan
kolektif para pegawai atau bagian kontrak (perjanjian) kerja dari serikat buruh. Hal ini
mengurangi flerksibilitas departemen personalia dalam merancang pekerjaan-perkerjaan.
Teknik Desain Pekerjaan

Menurut Simamora (2004:118) teknik-teknik desain pekerjaan dapat dilakukan dengan


cara :
a. Simplikasi pekerjaan
Simplikasi pekerjan merupakan suatu teknik desain pekerjaan yangmengarah
kepada pekerjaan yang sangat terspesialisasi. Ini berarti pekerjaan disederhanakan atau
dipecah-pecah menjadi bagian terkecil, biasanya terdiri dari beberapa operasi. Pekerjaan
dapat dilakukan secara bersama-sama sehingga pekerjaan dapat dikerjakan secara lebih
cepat. Resiko simplikasi pekerjaan adalah bahwa pekerjaan-pekerjaan bisa menjadi
terspesialisasi sehingga menimbulkan kebosanan yang tinggi.
b. Rotasi pekerjaan
Teknik desain pekerjaan dengan memungkinkan adanya rotasi pekerjaan akan
membuat seorang pegawai secara sistematis berpindah dari satu posisi ke posisi atau
pekerjaan yang lainnya di dalam organisasi. Dengan teknik ini akan membuat pegawai
tidak merasa bosan dan banyak bidang pekerjaan yang akan diketahuinya. Namun tingkat
produktivitas akan rendah, hal ini disebabkan karena para pegawai yang baru pindah ke
pekerjaannya yang baru akan terlebih dahulu menyesuaikan diri dan memahami
pekerjaannya.
c. Pemekaran pekerjaan
Pemekaran pekerjaan merupakan suatu teknik desain pekerjaan dengan
mengadakan perluasan kerja. Perluasan kerja merupakan kebalikan dari simplikasi
pekerjaan. Pekerjaan diperluas sampai pada tingkat dimana bagian-bagian yang berkaitan
erat dan saling mendukung diselesaikan oleh seorang pegawai atau bagian. Hal ini sangat
mengurangi tingkat kebosanan dan akan meningkatkan kepuasan kerja. Tingkat kebosanan
yang turun dan meningkatkan kepuasan kerja disebabkan banyaknya variasi pekerjaan
bagi pegawai yang akan menambah arti dan tanggung jawab pekerjaan. Pemekaran
pekerjaan bersifat horizontal, maksudnya pemekaran pekerjaan ditujukan kepada
pekerjaan-pekerjaan yang sederajat yang masih mempunyai kesamaan fungsi, tugas dan
tanggung jawabnya.
d. Pemerkayaan Pekerjaan
Pemerkayaan pekerjaan merupakan penambahan tugas dan tanggung jawab dari
para pegawai. Pemerkayaan pekerjaan dirancang untuk mengurangi kebosanan yang
sering menjadi masalah dalam pekerjaan yang berulang-ulang. Program ini memberikan
lebih banyak otorisasi untuk melaksanakan pekerjaan dan pengambilan keputusan dan
meningkatkan tanggung jawab. Pemerkayaan pekerjaan bersifat vertikal, maksudnya
pemerkayaan pekerjaan ditujukan kepada pekerjaan-pekerjaan yang berada di atasnya
yang masih mempunyai fungsi yang bersamaan.
Sedangkan Handoko (2001:40) menyatakan teknik-teknik perancangan kembali
pekerjaan-pekerjaan ada 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Simplikasi pekerjaan
2. Perluasan pekerjaan
Perbedaan yang mencolok dari teknik-teknik tersebut adalah pada teknik pertama
ada 4 cara, sedangkan pada teknik kedua hanya 2 cara. Teknik desain pekerjaan dengan
simplikasi pekerjaan adalah merupakan teknik mempersempit ruang lingkup pekerjaan
dari seorang pegawai. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
Sedangkan perluasan pekerjaan merupakan teknik-teknik desain pekerjaan yang
memperluas pekerjaan dari seorang pegawai atau bagian. Cara kedua dalam teknik kedua
yaitu perluasan pekerjan termasuk kedalam pengertian rotasi pekerjaan, pemekaran
pekerjaan (perluasan pekerjaan secara horizontal) dan pemerkayaan pekerjaan (perluasan
pekerjaan secara vertikal). Dengan adanya teknik-teknik desain pekerjaan ini, para
desainer atau perancang pekerjaan dapat merancang pekerjaan dengan sebaik mungkin
dan dapat menyesuaikan pekerjaan dengan kehendak-kehendak pegawai dan sesuai
dengan jenis dan tujuan perusahaan. Desain pekerjaan yang telah sesuai dengan kehendak
pegawai dan sesuai dengan jenis dan tujuan perusahaan maka besar kemungkinan dapat
memuaskan pegawai dalam melaksanakan tugastugas atas pekerjaan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. T.Hani Handoko, M.B.A. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE.
Yogyakarta. 1988.
2. Mathis, Robert L dan Jackson, John H, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Penerbit Salemba Empat, 2002

Anda mungkin juga menyukai