Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

Tanggung Jawab Sosial (Social Responbility) merupakan Etika mempengaruhi perilaku


pribadi di lingkungan kerja atau suatu usaha bisnis untuk menyeimbangi komitmennya terhadap
kelompok dan individu dalam lingkungannya. Contohnya adalah : bertanggung jawab terhadap
investor, untuk memaksimalkan profit, karyawan, konsumen, dan bisnis lainnya. Tanggung
jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat didefinisikan sebagai
bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai
kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi
pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.
Selain definisi diatas masih ada definisi lain mengenai CSR yakni Komitmen perusahaan
dalam pengembangan ekonomi yang berkesinambungan dalam kaitannya dengan karyawan
beserta keluarganya, masyarakat sekitar dan masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan
peningkatan kualitas hidup mereka (WBCSD, 2002).
Sedangkan menurut Commission of The European Communities, 2001, mendefinisikan
CSR sebagai aktifitas yang berhubungan dengan kebijakan- kebijakan perusahaan untuk
mengintegrasikan penekanan pada bidang sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka
dan interaksi dengan stakeholder .
Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi tuntutan tak terelakan seiring dengan
bermunculannya tuntutan komuniats terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya
dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh
komuniats yang berada di sekelilingnya. Ini artinya, telah terjadi pergeseran hubungan antara
korporat dan komunitas (stakeholders). Korporat yang semula memposisikan diri sebagai
pemberi donasi melalui kegiatan charity dan phylantrophy, kini memposisikan komunitas
sebagai mitra yang turut andil dalam kelangsungan eksistensi korporat.
1. Tanggung Jawab Sosial Para Pengambil Keputusan Strategis
a. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (Decision Making) melukiskan proses pemilihan suatu arah
tindakan sebagai cara untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Tiipe-Tipe Keputusan Manajerial :
1. Keputusan terprogram (programmed decisions) adalah merupakan “keputusan yang
diambil berdasarkan kebiasaan, peraturan, atau prosedur tertentu. Keputusan terprogram
digunakan untuk mengatasi masalah yang rumit maupun yang sepele. Bila suatu
masalah terjadi lagi dan jika unsur komponennya dapat ditentukan, diramalkan atau
dianalisis, maka masalah tersebut dapat dipecahkan dengan pengambilan keputusan
terprogram.
2. Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decisions) adalah keputusan untuk
memecahkan masalah yang luar biasa atau masalah istimewa. Jika suatu masalah jarang
sekali muncul sehingga tidak tercakup oleh suatu kebijakan atau sedemikian penting
sehingga memerlukan perlakuan khusus, maka masalah tersebut harus ditangani dengan
suatu keputusan tidak terprogram. Kalau seseorang berada pada posisi yang lebih tinggi
dalam heirarkhi organisasi, kemampuan untuk mengambil keputusan tidak terprogram
menjadi lebih penting karena secara progresif lebih banyak keputusan tidak terprogram
yang diambil. Karena alasan tersebut, kebanyakan program pengembangan manajemen
berusaha meningkatkan kemampuan manajer untuk mengambil keputusan tidak
terprogram, biasanya dengan mengajar mereka menganalisis masalah secara sistematik
dan membuat keputusan yang nalar.

b. Tanggung Jawab Perusahaan Bisnis


Dari sudut pandang strategis, suatu perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan
tanggung jawab sosialnya bagi masyarakat di mana bisnis menjadi bagiannya. Sejarah
bisnis dan masyarakat secara jelas menunjukkan bahwa ketika bisnis mengabaikan
tanggung jawabnya terhadap stakeholder, masyarakat cenderung menanggapi melalui
pemerintah untuk membatasi otonomi bisnis. Organisasi bisnis harus mengenali semua
tanggung jawab sosial mereka jika mereka ingin mempunyai otonomi yang sangat penting
pengaruhnya bagi efektivitas dan efisiensi organisasi.
1. Pandangan Tradisional Friedman Mengenai Tanggung Jawab Bisnis
Alasan lain bagi praktik-praktik organisasi yang menimbulkan pertanyaan adalah
perbedaan nilai antara manajemen puncak dan stakeholder kunci dalam lingkungan
kerja. Beberapa pelaku bisnis percaya bahwa maksimimasi keuntungan adalah tujuan
utama perusahaan mereka, sementara perhatian terhadap kepentingan kelompok
merupakan tujuan penting lainnya, seperti merektut kelompok minoritas dan
perempuan, atau keamanan dalam lingkungan mereka.
Ekonom Milton Friedman, dalam sarannya untuk kembali ke konsep ekonomi
laissez-faire dengan sedikit aturan pemerintah, menolak konsep tanggung jawab sosial
perusahaan. Jika pelaku bisnis bertindak bertanggung jawab dengan memotong harga
produk perusahaan untuk mencegah inflasi, menyediakan biaya untuk menanggulangi
polusi, atau merekrut pengangguran, maka orang itu, menurut Friedman, menghabiskan
uang pemegang saham bagi kepentingan masyarakat umum. Bahkan dengan ijin dari
para pemegang saham atau dukungan untuk melakukan hal tersebut, pelaku bisnis masih
bertindak berdasarkan motif-motif lain selain motif ekonomi, dan pada jangka panjang,
akan merusak masyarakat yang hendak ditolong oleh perusahaan. Dengan mengambil
beban biaya sosial, bisnis menjadi kurang efisien; baik harga meningkat untuk
membayar kenaikan biaya, atau melakukan investasi pada aktiftas-aktifitas baru, usaha
penelitian, pabrik dan peralatan menjadi tertunda. Hal tersebut berpengaruh negatif-
mungkin bahkan fatal-terhadap efisiensi jangka panjang bisnis. Friedmen menganggap
tanggung jawab sosial suatu bisnis sebagai "doktrin untuk menggulingkan pemerintahan
secara mendasar" dan menyatakan bahwa "hanya ada satu tanggung jawab sosial bisnis-
menggunakan sumber daya dan terlibat dalam aktifitas yang dirancang untuk
meningkatkan keuntungan bisnis sepanjang hal tersebut berada dalam aturan main, yang
dapat dikatakan, terlibat dalam persaingan terbuka dan bebas tanpa kejahatan penipuan".
Friedman yang mendukung perusahaan bebas di puji dan sekaligus di kritik.
Pelaku bisnis cenderung setuju dengan Friedman karena pandangannya sesuai tidak
hanya dengan kepentingan pelaku bisnis , tetapi juga dengan hirarki nilai-nilai
mereka.Hal tersebut jelas sesuai dengan alasan yang di berikan oleh CEO Stride Rite
untuk memindahkan produksi ke luar kota .
Secara keseluruhan, pelaku bisnis tampaknya memperhatikan kebutuhan sebagai
stakeholder, tetapi membatasi tanggung jawab sosial mereka pada hal-hal yang secara
jelas akan memanfaatkan perusahaan dalam hal peningkatan penjualan,pengurangan
biaya , atau pengurangan aturan pemerintah.Pandangan yang sempit mengenai tanggung
jawab sosial terhadap masyarakat perupakan akibat konflik antara korporasi bisnis dan
stakeholder tertentu dalam lingkungan kerjanya
2. Empat Tanggung Jawab Sosial Menurut Carroll
Carroll menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat tanggung
jawab yaitu ekonomi, hukum, etika dan kebebasan memilih (discretionary), yang
ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Keempat tanggung jawab menurut carroll adalah sebagai berikut :
1. Tanggung jawab ekonomi
Manajemen organisasi bisnis adalah memproduksi barang dan jasa yang bernilai
bagi masyarakat sehingga perusahaan dapat membayar kreditur dan pemegang
saham
2. Tanggung jawab hukum
Ditentukan oleh pemerintah, dimana manajemen perusahaan diharapkan taat kepada
hokum
3. Tanggung jawab etika
Dari suatu manajemen organisasi adalah mengikuti keyakinan umum mengenai
bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat. Sebagai contoh,
masyarakat pada umumnya mengharapkan perusahaan bekerjasama dengan pegawai
dan komunitas di dalam membuat rencana pemecatan, bahkan sekalipun tidak ada
hukum yang menuntut hal tersebut. Orang-orang yang terpengaruh akan sangat
putus asa jika manajemen organisasi tidak dapat bertindak sesuai dengan nilai-nilai
etika yang berlaku secara umum.
4. Tanggung jawab kebebasan memilih
Sebaiknya kewajiban yang oleh perusahaan diasumsikan murni bersifat suka rela.
Sebagai contoh cinta sesama, kontribusi, pelatihan orang-orang yang tidak punya
pekerjaan, dan yang menyediakan pusat-pusat pemeliharaan . Perbedaan antara etika
dan tanggung jawab kebebasan memilih adalah beberapa orang berharap organisasi
memenuhi tanggung jawab kebebasan memilih, sedangkan banyak orang berharap
organisasi memenuhi etika
Dari keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum
dinilai sebagai tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah tanggung
jawab dasar terpenuhi maka perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya
yakni dalam hal etika dan kebebasan memilih.
Empat tanggung jawab dituliskan berdasarkan tingkat pentingnya. Perusahaan
bisnis, pertama-tama harus membuat keuntungan untuk memuaskan tanggung jawab
ekonominya. Agar dapat terus bertahan, perusahaan harus memenuhi hukum, dengan
demikian ia memenuhi tanggung jawab hukumnya. Setelah tanggung jawab dasar
terpenuhi, perusahaan harus berusaha memenuhi tanggung jawab sosialnya. Perusahaan
kemudian dapat memenuhi tanggung jawab etika dengan melakukan hal-hal yang
bernilai tetapi tidak ada dalam hukum. Setelah memenuhi tanggung jawab etika,
perusahaan dapat menfokuskan diri pada tanggung jawab kebebasan memilih -tindakan
sukarela yang tidak dianggap penting oleh masyarakat. Contoh tanggung jawab
kebebasan memilih adalah proyek pilot Volkswagen untuk merancang mobil untuk
dirakit ulang dan didaur ulang.

c. Berkelanjutan : Lebih dari Lingkungan

Sebagai suatu istilah, sustainabililty dapat mencakup lebih dari sekedar keprihatinan
ekologi dan lingkungan alam. Ekologi, yang menitikberatkan pada keseimbangan antara
manusia dan alam lingkunganya banyak dipengaruhui oleh proses produksi. Sebagai
contoh maraknya penebangan hutan sebagai bahan dasar industry perkayuan. Perburuan
kulit ular yang diperuntukan industry kerajinan kulit. Penangkapan ikan dengan
menggunakan bahan peledak maupun racun yang merusak alam sekitar.
Aktivitas bisnis terutama sektor industri, seringkali menimbulkan dampak
lingkungan yang negatif. Dalam berbagai proses produksi dihasilkan gas polutan atau
limbah bentuk padat dan cair. Dampak dari pelimbahan yakni merosotnya mutu
lingkungan yang secara langsung menyebabkan merosot pula mutu hidup masyarakat
sekitarnya. Udara yang dihirup menjadi tercemar. Selain itu, limbah banyak berupa racun
yang dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat.
Jika kasus pelimbahan dan polutan sudah tak terkendalikan lagi, maka sudah
menunjukkan terjadinya penyimpangan etika bisnis dan degredasi tanggungjawab sosial
dari pelaku-pelaku bisnis. Padahal biaya kompensasi untuk merehabilitasi lingkungan yang
rusak jauh lebih mahal, juga biaya itu hanya sebagian kecil saja yang ditanggung pelaku
bisnis, sebagian besar lainnya justru ditanggung oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan, atau subsidi dari pemerintah.
Ternyata, berbagai aktivitas bisnis memerlukan filosofi bisnis, yakni etika bisnis dan
tanggungjawab sosial, yang harus benar-benar di realisasikan, antara lain untuk meredam
terjadinya dampak internal atau eksternal yang negatif. Dengan diterapkannya etika bisnis
yang disertai tanggungjawab sosial, bisnis akan tumbuh dan berkembang karena
terciptanya iklim dan lingkungan yang kondusif. Bisnis dalam kondisi yang
demikian diharapkan bisa memacu terjadinya pemerataan.
Organisasi seperti Comptronix hidup dalam sosial dan etika. Mereka hidup karena
masyarakat atau karena segmennya membutuhkan produk atau jasa tertentu, dan mereka
dapat terus hidup secara relatif tidak terjadi pemeriksaan sepanjang mereka bertanggung
jawab terhadap tindakan mereka dan menyatakan perannya terhadap masyarakat yang lebih
luas. Oleh karena itu, manajemen harus terus-menerus peduli terhadap variabel-variabel
dan kekuatan-kekuatan dalam lingkungan kerja perusahaan dan lingkungan sosial yang
lebih besar.
d. Perusahaan Stakeholders
Konsep bahwa bisnis harus bertanggung jawab secara sosial merupakan seruan
dengan pertanyaan "Bertanggung jawab kepada siapa?"
Lingkungan kerja meliputi sejumlah besar kelompok dengan berbagai kepentingan
dalam aktivitas organisasi bisnis. Kelompok itu disebut stakeholder karena mereka
mempunyai kepentingan langsung - mereka mempengaruhi atau dipengaruhi - dalam
pencapaian tujuan perusahaan. Apakah seharusnya perusahaan hanya bertanggung jawab
kepada kelompok tersebut, atau apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab yang sama
kepada mereka semua?
Sebagaimana ditunjukkan dalam contoh Strike Rite, kecenderungan perusahaan
bisnis di Amerika Utara untuk memindahkan aktivitas pemanufakturannya ke negara-
negara dengan upah rendah, telah menciptakan kebencian, tidak hanya diantara anggota
serikat tetapi juga diantara karyawan dan stake holder bukan karyawan. Untuk memuaskan
satu kelompok orang katakanlah pemegam saham, manajemen akan menciptakan masalah
dengan kelompok kepentingan yang lain. Reaksi negatif akan semakin hebat khususnya
jika ada operasi perusahaan asing atau kontraktor yang menyalahgunaan pekerja, dan
memberi upah yang tidak cukup untuk kebutuhan-kebutuhan dasar kehidupan.
Semakin banyak kritik ditujukan terhadap peningkatan kekayaan pemegang saham
sebagai tujuan utama aktivitas bisnis. Dalam bukunya Tyranny of Bottom Line: Holding
Corporations Accountable, Ralp Estes menunjukkan bahwa selain pemegang saham, ada
banyak pihak yang melakukan investasi besar dalam suatu bisnis. Para investor tersebut
adalah pekerja, pelanggan, dan para pembayar pajak komunitas yang mendukung
perusahaan. Estes mengatakan "investor yang terlupakan itu disebut stakeholder, dan
mereka memiliki utang secara akuntansikarena mereka melakukan investasi yang sangat
besar dengan memberikan sumber daya yang bernilai, yang tidak hanya berupa uang, tetapi
juga pekerjaan mereka, karir, dan kadang-kadang hidup mereka kepada perusahaan.
e. Masukan Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Perusahaan berdiri dan berkembang di dalam masyarakat tentunya dalam
perkembangan tersebut tidak hanya mulus dan tanpa adanya masalah dalam keseharian
berjalannya perusahaan. Terkadang timbul tekanan-tekanan baik dari luar perusahaan
ataupun dari dalam perusahaan. Tekanan ini sifatnya tidak selalu buruk, terkadang tekanan
justru memberikan peluang bagi perusahaan untuk terus berkembang dan membesarkan
perusahaan.
Argumen bahwa perusahaan menempatkan kepentingan stakeholder diatas
kepentingan shareholder bisa jadi benar, asalkan definisi dari stakeholder juga jelas.
Sebenarnya pemegang saham adalah bagian dari stakeholder, bukan sesuatu yang terpisah.
Namun shareholder adalah pemangku kepentingan utama. Karena apa? Karena pemegang
saham menanamkan modalnya dalam perusahaan dimana sekaligus juga menanggung
risiko kehilangan modalnya. Sedangkan pemangku kepentingan lainnya, tidak secara
langsung memiliki keterkaitan dalam penyertaan modal perusahaan.
Stakeholder Value Perspective mengutamakan tanggung jawab di atas profitabilitas
dan melihat organisasi terutama sebagai koalisi untuk melayani semua pihak yang terlibat.
Pendukung Stakeholder Value percaya bahwa sukses suatu organisasi seharusnya diukur
dengan kepuasan diantara seluruh stakeholder dan melihat manajemen stakeholder sebagai
alat dan tujuan. Mereka percaya bahwa tanggungjawab sosial (social responsibility) adalah
urusan perusahaan dan klaim masyarakat paling baik dilayani dengan mengejar
kepentingan bersama dengan intensi meningkatkan kekayaan bersama. Pendukung
perspektif ini menolak memberi pemegang saham klaim moral yang lebih tinggi pada
organisasi daripada pemberi sumberdaya lainnya. Mengakui klaim moral oleh stakeholder
lainnya (selain pemegang saham) berarti memasukkan nilai selain nilai keuangan ke dalam
spektrum apa yang harus dikejar oleh organisasi.
Manajemen stakeholder bukan hanya instrumental dalam menciptakan nilai bagi
pemegang saham, namun normative. Karena memiliki karyawan yang bermotivasi tinggi
dan membina kepercayaan tinggi dari seluruh pihak yang berhubungan dengan perusahaan,
mengejar kepentingan bersama dari seluruh stakeholder tidak hanya lebih adil, namun juga
memaksimalkan kekayaan masyarakat (social wealth).

2. Etika Pengampilan Keputusan


Etika berhubungan dengan nilai-nilai internal yang merupakan bagian dari budaya
perusahaan dan membentuk keputusan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial yang
berhubungan dengan lingkungan eksternal. Praktek bisnis yang etis atau tidak etis biasanya
mencerminkan nilai-nilai, sikap, keyakinan dan pola perilaku dari budaya organisasi , maka
etika adalah masalah organisasi sekaligus masalah pribadi.
Hampir semua dilema etika melibatkan suatu konflik antara kebutuhan sebagian dan
keseluruhan - individu versus organisasi, organisasi versus masyarakat. Contoh, haruskah
sebuah perusahaan menerapkan pengujian alkohol dan obat-obat terlarang untuk para
karyawan yang dapat memberikan manfaat bagi organisasi, tetapi mengurangi kebebesan
individu karyawan.
Mengembangkan kode etik merupakan cara yang bermanfaat untuk mempromosikan
perilaku etis. Sekitar separuh dari perusahaan di AS sekarang menggunakan kode etik.
Sebagian besar manajer setuju bahwa kode etik perusahaan dan pelatihan mengenai etika akan
membantu mereka memahami isu-isu etika dan mengarahkan aktivitas keseharian mereka.
a. Beberapa Alasan untuk Perilaku Tidak Etis
Beberapa perusahaan menggunakan tindakan-tindakan yang dipertanyakan,
tindakan tidak etis atau tidak legal. Mereka menyatakan sisi gelap pembuatan keputusan
perusahaan dan mendukung pihak-pihak yang menyukai peraturan-peraturan pemerintah,
dan kurang menghargai otonomi bisnis. Tanpa ragu, manajemen puncak dari beberapa
perusahaan membuat keputusan yang lebih menekankan pada keuntungan jangka pendek
atau keuntungan pribadi, daripada usaha untuk menjalin hubungan jangka panjang
pemerintah, masyarakat lokal, pemasok, pelanggang dan pekerja. Selama tahun 1980, 11
persen perusahaan terbesar di AS dinyatakan bersalah karena suap, penipuan,
penghindaran pajak, atau dalam penetapan harga.
Praktik-praktik yang dipertanyakan itu diteliti dalam masa-masa sekarang salah
satunya : Kejahatan penipuan, suap, atau dalam hal penetapan harga di perusahaan-
perusahaan pada semua ukuran dan lokasi ( sebagai contoh , perusahaanpesawat terbang
menjual komponen-komponen rusak dan dengan harga yang berlebihan, PharMor's
mengubah laporan keuangannya untuk meningkatkan pendapatan; Fiat menyuap para
politikus Italia; dan Drexel Burnham Lamberts terlibat dalam mail, wire, dan kejahatan
penipuan keamanan)
- Relativisme Moral
Tantangan serius bagi penelitian mengenai etika dan perilaku-perilaku etis
merupakan doktrin relativisme moral. Secara singkat, relativisme moral mengatakan
bahwa moral bersifat relatif pada beberapa pribadi, sosial atau standar budaya, dan tidak
ada standar yang lebih baik dibanding standar lainnya.
Pada waktu tertentu, sebagian besar manajer mungkin menggunakan satu dari
empat tipe relativisme. Adapun ke empat tipe relativisme :
1. Naive Relativism, yakni keyakinan bahwa semua keputusan moral adalah sangat
pribadi dan individu memiliki hak untuk menjalani hidupnya.
2. Role Relativism, yakni melakukan peran sosial disertai dengan kewajiban hanya
pada peran tersebut,
3. Social Group Relativism, yakni kepercayaan bahwa moralitas adalah suatu hal yang
menyertai norma-norma suatu kelompok.
4. Cultural Relativism, yakni bahwa moralitas tergantng pada budaya tertentu dalam
masyarakat tertentu.
- Tingkat Pekembangan Moral Menurut Kohlberg
Selain faktor-faktor situasional seperti pekerjaan itu sendiri, supervisi, dan budaya
organisasi, perilaku etis seseorang dipengaruhi oleh tahap perkembangan moral dan ciri-
ciri kepribadian lainnya. sama seperti hirarki kebutuhan Maslow, perkembangan moral
terbentuk dari keinginan pribadi untuk memperhatikan nilai-nilai universal.
Kohlberg menyatakan bahwa perkembangan moral individual seseorang berjalan
melalui tiga tahap :
1. Tahap Preconventional : memiliki ciri perhatian terhadap diri sendiri
2. Tahap terhadap Conventional : ditandai dengan perhatian terhadap hukum dan
norma-norma masyarakat
3. Tahap Principled : memiliki ciri ketaatan pribadi moral internal.
b. Mendorong Perilaku Etis
Carroll menyatakan bahwa jika perusahaan bisnis gagal menyatakan tanggung jawab
kebebasan memilih atau tanggung jawab etika, masyarakat (melalui pemerintah) akan
bertindak, yaitu dengan membuat tanggung jawab tersebut menjadi tanggung jawab
hukum. Akibatnya perusahaan mungkin akan semakin sulit memperoleh kuntungan
dibanding jika perusahaan dengan suka rela menerima tanggung jawab etika dan tanggung
jawab kebebasan memilih.
- Kode Etik
Mengembangkan kode etik merupakan cara yang bermanfaat untuk
mempromosikan perilaku etis. Sekitar separuh mulai dari perusahaan di AS sekarang
menggunakan kode etik. Sebagian besar manajer setuju bahwa kode etik perusahaan dan
pelatihan mengenai etika akan membantu mereka memahami isu-isu etika dan
mengarahkan aktivitas keseharian mereka.
Menurut laporan dari The Business Rountable, asosiasi CEO dari 200 perusahaan
besar di AS, kode etik merupakan hal yang penting karena kode tersebut :
1. Menjelaskan harapan perusahaan terhadap pekerja pada berbagai situasi
2. Menjelaskan bahwa perusahaan mengharapakan pekerjanya mengetahui dimensi-
dimensi etika dalam keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan.
- Pedoman untuk Perilaku Etika
Etika didefinisikan sebagai konsesus mengenai standar perilaku yang diterima
untuk suatu pekerjaan, perdagangan, atau profesi. Moralitas, sebaliknya adalah ajaran-
ajaran perilaku personal berdasarkan agama atau filosofi. Hukum adalah perundang-
undangan resmi yang mengijinkan atau melarang perilaku tertentu dan mungkin dapat
atau tidak dapat mendorong etika atau moralitas.
Titik awal untuk paraturan etika adalah dengan mempertimbangkan tiga
pendekatan dasar terhadap perilaku etis : utilitarian, hak-hak individual, dan peradilan.
Adapun tiga pendekatan dasar terhadap perilaku etis yaitu :
1. Pendekatan manfaat (utilitarian approach)
Konsep etika yang menyatakan bahwa perilaku-perilaku moral harus
menghasilkan kebaikan terbesar bagi kelompok mayoritas. Dengan pendekatan ini,
seorang pengambil keputusan diharapkan untuk mempertimbangkan akibat dari
setiap alternatif yang diambil terhadap semua pihak. Pendekatan utilitarian : tindakan
dan perencanaan harus dinilai berdasarkan akibat dari tindakan tersebut.
2. Pendekatan individualisme (individualism approach)
Konsep etika yang menyatakan suatu tindakan adalah normal jika mendukung
kepentingan jangka panjang individu yang akhirnya mengarah kepada kebaikan yang
lebih besar.Para individu menghitung manfaat jangka panjang terbaik yang mereka
peroleh sebagai ukuran dari keberhasilan sebuah keputusan. Pendekatan hak-hak
individual : kesadaran bahwa manusia memiliki hak-hak dasar yang harus dihormati
dalam semua keputusan.
3. Pendekatan keadilan (justice approach)
Pendekatan Peradilan : pemahaman bahwa pembuatan keputusan harus wajar,
adil dan tidak bias dalam mendistribusikan keuntungan dan kerugian bagi individual
dan bagi kelompok. Konsep etika yang menyatakan bahwa keputusan – keputusan
mooral harus didasarkan pada standar keadilan, kewajaran dan sikap tidak memihak.

Anda mungkin juga menyukai