Anda di halaman 1dari 5

ETIKA HIDUP

0 RANG JAWA
Pedoman Beretika dalam Menjalani Kehidupan Sehari-hari

ISBN (13) 978-979-768-229-9 ISBN 979-168-229-1

Penerbit Na rasi Perum Tambak Mas No. 77 DKII Sumberan Yogyakarta 55182 Telp : (0274)
523845-(0274) 8251477 Faks : (0274) 620879 E-mail: penerbitnarasi@yahoo.com Blog:
http:llwww.penerbitnarasi.blogspot.com

SUWARDI ENDRASWARA
Etika Hidup Orang Jawa:Pedoman Beretiket dalam Menjalani Kehidupan Sehari-hari
Oleh: Suwardi Endraswara © all rights reserved
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Penyunting & Layout: Lilih Prilian Ari Pranowo Pemeriksa Aksara: Tika
Cover: Julian

Diterbitkan oleh:

Penerbit NARASI (Anggota IKAPI)

Perum Tambak Mas No. 77 DK II, Sumberan, Yogyakarta, 55182. Telp. (0274) 523845 / 8251477
Faks. (0274) 620-879

e-mail: penerbitnarasi.blogspot.com blog: www.penerbitnarasi.blogspot.com


Suwardi Endraswara Etika Hidup Orang Jawa Penyunting: Lilih Prilian Ari Pranowo Yogyakarta. Penerbit Narasi, 2010; cet.
I 272 him; 15 x 23 CM
ISBN (10): 978-168-229-1 ISBN (13): 979-978-168-229-9 1. Budaya
II. Lilih Prilian Ari Pranowo
I. Judul 306
Distributor Tunggal: PT. SUKA BUKU
JI. Kelapa Hijau No. 22 RT 006/03 Jagakarsa - Jakarta Selatan
Telp. (021) 7888-1850, Faks. (021) 7888-1860 e-mail: marketingsukabuku@gmail.com

Cetakan Pertama, 2010

DAFTAR ISI

PINTALAN BENANG KUSUT - 9

BAB 1: ETIKA DAN BUDI LUHUR ORANG JAWA • 12


A. Kunci Pokok Etika Jawa - 12
B. Budi Luhur, Budi Pekerti, dan Etika - 17

C. Hibridasi Etika dan Kebangkitan Pembangkang Jawa - 20

D. Aktualisasi Etika dalam Ajaran Budi Luhur • 24


BAB II: ETIKA, KESUSILAAN, DAN MORALITAS KEJAWEN - 33
A. Keagungan Etika Jawa - 33
B. Etika sebagai Norma Hidup Kejawen - 36
C. Nilai Kesusilaan Jawa -- 40
D. Etika, Tatakrama, dan Unggah-ungguh - 43
BAB III: E11KA DALAM KONTEKS PANDANGAN HIDUP JAWA • 47
A. Etika, Ambeg, dan Pandangan Dunia Jawa - 47
B. Etika Jawa "Pa Keret" dan "Nga Lelet' -- 50
C. Falsafah Etika Kejawen - 56

BAB IV: ETIKA PENDIDIKAN DAN PAGURON JAWA - 65


A. Penyimpangan Norma di Sekolah - 65
B. Etika dan Disiplin di Sekolah - 66

C. Tugas Guru dalam Pembentukan Etika -- 69


D. Tata Krama clan Tata Tertib Siswa di Sekolah -- 71
E. Norma Akademik clan Etika Kampus - 78
F. Etika di Paguron Jawa - 84
BAB V: ETIKA DALAM PEWAYANGAN JAWA • 86
A. Etika dalam Kisah Wayang Kulit Jawa - 86
B. Problematika Etika dalam Wayang -- 90
C. Sopan Santun dalam Wayang - 95
D. Etika dan Nilai Keadilan Sejati -- 100
BAB VI: RELATIVISME ETIKA KEJAWEN - 104
A. Relativisme Etika Kejawen: Tanpa Pamrih - 104
B. Nilai Etika Kejawen clan Etika Kejawian -- 107
C. Etika Kejawen clan Harmoni Kosmos -- 110
D. Relativisme Etis? - 113
BAB VII: ETIKA DUNIA PERHOTELAN - 119
A. Etika Wisatawan Jawa - 119
B. Etika Dunia Perhotelan -- 121

C. Etika Mengundang Tamu Ke Hotel - 130


BAB VIII: ETIKA MAKAN ORANG JAWA • 131
A. Gaya Feodalistik dalam Etika Makan - 131
B. Etika Makan Modern – 133
C. Etika Makan: Larangan clan Gugon Tuhon Jawa - 139

D. Wawasan Erotis, Etis, Kosmis, clan Estetis Makanan Tradisional Jawa -- 143
BAB IX: ETIKA POLITIK DAN KEPEMIMPINAN JAWA -- 151
A. Etika Politik itu Agung – 151
B. Etika Berkampanye – 155
C. Etika Politik Gaya Sengkuni – 160
D. Moralitas Jawa dalam Etika Kepemimpinan - 168
BAB X: ETIKA BERTAMU DAN BERBUSANA • 171
A. Titik Temu Etika Bertamu Jawa clan Agama - 171
B. Etika Berbusana Orang Jawa -- 175
C. Teori Sarung dan Etika Kejawen – 182

BAB IX: ETIKA SEKSUAL KEJAWEN - 186

A. Seks Nistha-Madya-Utama - 186

B. Tiga Kaidah Seksual - 190

C. Etika Seksual dalam Perkawinan - 193

D. Etika Seksual Muda-Mudi - 195


E. Etika berpacaran - 199
BAB XII: ET1KA MEDIA MASSA - 205
A. Godaan Etika Wartawan - 205
B. Hilangnya Wibawa Wartawan - 210

C. Etika Redaktur: Merasa sebagai Patron -- 213


D. Etika Dunia Internet - 215

BAB XIII: ETIKA PUBLIK JAWA - 221

A. Etika di Jalan Raya: Menaklukkan Singa clan Harimau - 221

B. Asal Meludah clan Buang Sampah di jalan Raya - 225


C. Etika Rumah Sakit -- 228
BAB XIV: ETIKA BISNIS JAWA • 236
A. Prinsip Etika Bisnis Jawa - 236
B. Etika clan Ngelmu Begja - 239

C. Etika Bisnis di Pasar Tradisional – 241

D. Pengaruh Lingkungan terhadap Etika Bisnis Jawa - 244


BAB XV: ETIKA DAN HEDONISME JAWA - 249
A. Etika clan Kesenangan Tubuh - 249
B. Etika Jawa Pra-inulisme vs Post-inulisme? - 251
C. Etika clan Paham Empan Papan - 254
D. Udasmara clan Jagad Walikan: Runtuhnya Etika Jawa - 256 E. Etika, Estetika, clan
Nasionalis Sejati -- 260

DAFTAR PUSTAKA ~ 264

RIWAYAT PENULIS - 265

INDEKS • 267

KATA PENGANTAR

MENCERMATI ETIKA kejawen, seperti halnya sedang memintal benang kusut. Mengapa
benang, sebab adalah bingkai yang dapat digunakan apa saja. Kain pun dapat dibingkai dengan
benang. Layang-layang dapat terbang, terkendali, karena jasa benang. Masalahnya, jika benang
itu kusut, tentu akan berwarna lain, maksudnya sulit memintal, apalagi menegakkan. Begitu
pula etika kejawen, banyak hal yang dapat mempengaruhinya.
Namun demikian, melalui buku ini saya berupaya memintal benang-benang kusut itu.
Semoga pintalan benang ini dapat berguna bagi siapa saja yang hendak menghayati etika
kejawen. Etika kejawen yang saya rangkai ini, disertai contoh dan pembahasan yang cair. Sejauh
ini memang sudah banyak buku etika. Sudah banyak pula yang mencoba mengais pilar-pilar
etika lokal. Namun, di antara buku-buku yang membahas etika, masih sedikit yang membi-
carakan etika kejawen. Etika kejawen memiliki nuansa tersendiri, yang jarang terdapat pada
pembahasan falsafah hidup kejawen. Secara pragmatis, etika kejawen memiliki andil penting
bagi upaya memanusiakan manusia.
Dengan membaca apapun, seseorang dapat menyerap etika di dalamnya. Ketika anak
menonton adegan film Siti Nurbaya, orang dapat menyerap bagaimana etika Datuk
Maringgih. Pada waktu menonton film Laskar Pelangi, orang dapat mengembangkan diri
untuk membangun etika yang berbudaya. Dengan membaca bukubuku sastra karya wulang
(niti), di zaman Surakarta awal, seseorang akan semakin kaya belajar etika.
Buku ini akan memberikan rambu-rambu, bagaimana kehidupan harus
diselenggarakan secara etis. Berbagai bidang kehidupan ternyata membutuhkan etika
tersendiri. Bidang bisnis, pasar, olahraga, tradisi, seni, dan sebagainya memerlukan etika agar
hubungan sosial kemanusiaan semakin lancar. Kelancaran komunikasi berarti keselamatan
yang akan diraih. Hal ini berarti mempelajari dan mengimplementasikan etika secara
proposional, akan memperoleh keselamatan hidup.
Dengan membaca buku ini, pembaca akan diajak untuk menyelami nilai-nilai khas
dalam etika Jawa. Banyak nilai-nilai universal dalam etika kajawen yang patut
dipertimbangkan. Berbagai segmen kehidupan ternyata patut ditata agar hidup tidak terlalu
bebas, hingga memperoleh kedamaian hakiki. Jadi belajar etika kejawen akan memupuk
kepercayaan diri dalam pergaulan sosial kemasyarakatan. Orang Jawa semakin percaya kalau
dirinya sebenarnya memiliki benteng pertahanan sosial yang berupa akhlak atau norma etik
dalam bertindak.
Terbitnya buku ini telah melalui perjalanan panjang. Perenungan dari waktu ke waktu,
bahwa masyarakat kita semakin terjerat oleh tuntutan zaman, etika senantiasa berubah. Oleh
karena itu, buku ini berupaya memberikan rambu-rambu bagaimana sikap dan tindakan
seseorang bertindak dan bersikap. Melalui etika akan membingkai tindakan seseorang agar lebih
arif bijaksana.
Banyak hal yang dapat mendorong buku ini harus saya rangkai ini. Di samping terjadinya
penurunan norma moral yang jauh dari etika kejawen, juga banyak perilaku masyarakat yang
telah larut ke arus global. Akibatnya, seluruh tindakan mereka itu terkategorikan tindakan
tercela. Akhirnya, semoga buku ini memberikan tuntunan yang amat berharga, agar di
masyarakat soleh dan tertib.
Tegur sapa dan kritik yang membangun amat saya harapkan, den-ii suksesnya penerbitan
pada masa-masa yang akan datang. Saran baik secara lisan maupun tertulis, akan memperkaya
penguasaan etika. Mungkin anda sedang menemukan sesuatu yang baru, mari kita diskusikan.
Syukur anda juga merangkai buku sejenis, karena masih banyak bidang yang belum tergarap
dalam buku ini. Selengkap apapun upaya saya, karena jangkauan etika kejawen itu begitu renik,
maka masih banyak hal pula yang belum terangkum.

Penulis, November 2009

Anda mungkin juga menyukai