Anda di halaman 1dari 58

1

Standardisasi
PSDA
2

Konsep
Diktat Perkuliahan

Standardisasi
di Bidang
Pengelolaan Teknik
Sumberdaya Air

Ery Suhartanto, Ussy Andawayanti dan


Suhardjono

2017

Standardisasi
PSDA
3

PENGANTAR
Saat ini, kata SNI, sebagai singkatan
dari Standardisasi Nasional
Indonesia, sudah sangat sering
didengar.
SNI adalah standar yang ditetapkan
oleh Badan Standardisasi Nasional
(BSN) dan berlaku secara nasional di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh
Panitia Teknis BSN dan kemudian ditetapkan oleh BSN.
SNI terdiri petunjuk dalam metode uji, atau tata cara untuk
melakukan sesuatu ataupun berupa spesifikasi teknis suatu
produk baik barang atau jasa.
Diktat ini dimaksudkan sebagai media pembelajaran dalam
perkuliahan Standardisasi Pengelolaan Teknik SDA, dengan
kode mata kuliah: TKP 4241, di Jurusan Tekni Pengairan
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang. Melalui diktat
ini, mahasiswa diharapkan memperoleh berbagai informasi,
sehingga tujuan perkuliahan dapat dicapai dengan lebih
efektif.
Isi diktat ini antara lain tentang berbagai pengertian terkait
dengan standardisasi, Badan Standardisasi Nasional (BSN)
dan Standar-standar Nasional Indonesia (SNI) khususnya di
bidang Teknik Sumber Daya Air.

Standardisasi
PSDA
4

1.1. PENGERTIAN Standar adalah norma


atau persyaratan (yang
Kata standar berasal dari bahasa biasanya) berupa suatu
Inggris “standard”, yang dapat dokumen formal
berarti dokumen, atau standar
pengukuran “measurement Berisi kriteria, metode,
standard”. Dalam bahasa Indonesia proses, dan praktik
kata standar, merupakan sebuah rekayasa atau teknis
dokumen yang berisikan persyaratan yang seragam.
tertentu yang disusun berdasarkan
konsensus oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dan disetujui oleh suatu lembaga yang telah
diakui bersama.
BSN (Badan Standardisasi Nasional) diacu dari PP No. 102
Tahun 2000 mendefinisi standar sebagai berikut:
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
dibakukan termasuk tata cara dan metode yang
disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang
terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang
akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya.
Definisi tersebut, sesuai dengan definisi ISO (dalam ISO/IEC
Guide 2:2004).
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar-standar
yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan
telah diberlakukan secara nasional.
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan,
menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara
tertib melalui kerjasama dengan semua pihak yang
berkepentingan.
Manfaat standardisasi secara umum adalah untuk:

Standardisasi
PSDA
5

1. Memperlancar transaksi arus barang dan jasa dalam


perdagangan domestik maupun internasional. Selain itu
berguna untuk menghilangkan hambatan teknis dalam
perdagangan melalui harmonisasi standar;
2. Membantu mempercepat desiminasi sistem manajemen,
teknologi dan inovasi;
3. Meningkatkan daya saing bisnis dengan fokus terhadap
mutu, keamanan, keselamatan, kesehatan dan pelestarian
lingkungan;
4. Memfasilitasi penilaian dan pembuktian kesesuaian dan;
5. Optimasi infrastruktur standardisasi.
Banyak perusahaan dan industri nasional Indonesia maupun
perusahaan internasional sekarang ini dalam manajemen dan
standar perencanaan perusahaan sudah mengikuti stan-
darisasi.
Standardisasi merupakan spesifikasi teknis dan panduan
mengenai aturan, petunjuk, definisi deskripsi serta larangan
yangg didokumentasikan secara terstruktur untuk
mendapatkan input, proses dan hasil yang sama sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan.
Mutu dan standar memegang peranan penting dalam sistem
perdagangan. Terdapat 2 (dua) kategori mutu dan standar yang
dipersyaratkan yaitu: (a) produk harus memenuhi spesifikasi
standar tertentu dan (b) perusahaannya harus memenuhi
persyaratan standar sistem manajemen mutu yang diterima
secara Internasional.
Kegiatan sertifikasi adalah salah satu cara untuk menjamin
bahwa produk/jasa yang dihasilkan telah memenuhi standar
yang ditetapkan serta memenuhi dokumen normatif lainnya
atau menjamin bahwa suatu perusahaan dalam memproduksi
barang/jasanya telah menerapkan persyaratan standar sistem
manajemen mutu yang diterima secara Internasional.

Standardisasi
PSDA
6

Pada tahun 2000 pemerintah Indonesia telah memulai


mengambil langkah dalam mengantisipasi kecenderungan
perdagangan bebas yang menuntut adanya kegiatan sertifikasi
produk dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.
Tujuan diberlakukannya PP No. 102 tahun 2000 tersebut
adalah untuk mendukung peningkatan produktivitas, daya
guna produksi, mutu barang, jasa, proses, sistem dan atau
personel, meningkatkan daya saing, serta memberikan
perlindungan terhadap konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja
dan masyarakat khususnya di bidang keselamatan, keamanan,
kesehatan dan lingkungan hidup melalui kegiatan
standardisasi. Ketentuan yang dimuat dapat pula mencakup
terminologi, simbol, kemasan, serta persyaratan pembubuhan
tanda dan label tertentu.
Ada berbagai patokan standardisasi yang dipakai oleh
perusahaan Indonesia. Perusahaan bisa menetapkan
standardisasi yang sudah dikenal dalam model standardisasi
seperti ISO maupun SNI.

Standardisasi
PSDA
7

1.2. STANDARDISASI: KEGIATAN KEMANUSIAAN


Tahun 2009, Badan Standardisasi Nasional menerbitkan buku
yang berjudul Pengantar Standardisasi. Buku yang ditulis oleh
Bambang Purwanggono, dkk, memberikan informasi yang
cukup lengkap, yang cukup dapat dipakai untuk menjawab
apa, mengapa dan bagaimanakan standardisasi, khususnya
standardisasi di Indomesia?
Buku itu memulai dengan pertanyaan “Apakah standardisasi
itu suatu (kegiatan) kemanusiaan?” Dalam menjawab
pertanyaan itu, penulis mengemukakan, bahwa misi (tujuan
akhir) standardisasi adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat (manusia). Sehingga standardisasi sejalan
dengan prinsip humanisme, yang selalu mengacu pada upaya
pemenuhan kebutuhan dan harapan manusia. Melalui
kegiatan standardisasi, manusia berupaya mencapai tujuan
itu.
Berbicara tentang kualitas atau
mutu, maka pertama-tama harus Tanpa standardisasi
ditujukan pada kualitas hidup kualitas hanyalah wacana.
masyarakat., Tanpa mengacu pada
tujuan itu, standardisasi dan kualitas hanya akan merupakan
wacana belaka. Bahkan, pada tahun 1994 dalam seminar
yang diselenggarakan oleh ISO di Argentina, salah satu peserta
mengusulkan bahwa standardisasi dan kualitas harus
didasarkan pada sedikit-dikitnya dua tonggak dasar yaitu etika
dan kebudayaan.
Dengan demikian tiga konsep falsafah dasar yang terkait erat
dengan standardisasi adalah (a) kualitas hidup yang lebih baik,
(b) etika dan (c) kebudayaan. Ketiganya harus ditanamkan
pada manusia sejak dini, mulai dari masa kanak-kanak hingga
dewasa.

Standardisasi
PSDA
8

Salah satu contoh standardisasi


terkait peningkatan kualitas hidup
terkait dengan standar yang
mencakup aspek yang berkaitan
langsung dengan hajat hidup
masyarakat seperti standar di bidang
K3L (kesehatan, keselamatan,
keamanan dan lingkungan hidup),
standar di bidang ergonomi,
lingkungan hidup, pangan, kesehatan,
keamanan dan bahan-bahan berbahaya.

1.3. SEJARAH STANDARDISASI


Standardisasi sejalan dengan umur peradaban manusia.
Standardisasi membawa manusia ke jaman peradaban.
Kesepakatan bersama tentang kosa kata, bahasa primitive,
aksara, gambar, simbol, patung dan tulisan, yang kemudian
menjadi sarana komunikasi dan ekspresi diri., berhasil
(dalam waktu yang panjang) meningkatan (a) kualitas hidup
yang lebih baik, (b) etika dan (c) kebudayaan.
Standardisasi telah diterapkan
manusia ribuan tahun yang  telah diterapkan manusia
lalu. Tulisan sebagai sarana ribuan tahun yang lalu,
komunikasi telah distandar- tulisan telah
disasikan ratusan tahun distandardisasikan ratusan
sebelum Masehi. Lima ribu tahun SM
tahun yang silam bangsa Tigris  bangsa Mesir
menggunakan kalender yang mengembangkan kalender
membagi satu tahun menjadi dengan 365 hari (4236 SM)
bulanyang masing-masing
terdiri dari 30 hari. Setiap hari
dibagi menjadi 12 jam dan setiap jamnya dibagi dalam 30
menit.
Bangsa Mesir adalah bangsa pertama kali yang
mengembangkan kalender dengan 365 hari (4236 sebelum

Standardisasi
PSDA
9

Masehi) berdasarkan pengukuran sepanjang tahun dari


terbitnya bintang Sirius setiap 365 hari
Kebudayaan Indonesia telah membuktikan pentingnya stan-
dar ukuran untuk menunjang pola pembangunan yang teratur.
Candi Borobudur dan bangunan candi lainnya serta bangunan
purbakala di belahan dunia lainnya seperti piramida, ternyata
memiliki tertib ukuran, bentuk geometrik tertentu dengan
sudut tertentu
Di Cina di bawah pemerintahan  pemerintahan Dinasti Qin
Dinasti Qin (221-207 S.M)
(221-207 SM) melaksanakan
merupakan pemerintahan kegiatan standardisasi
pertama yang melaksanakan sebagai bagian dari kebijakan
kegiatan standardisasi sebagai negara.
bagian dari kebijakan negara.
Tercatat Raja Henry I dari
 Raja Henry I (1120)
Inggris (tahun 1120) yang
menerapkan standar ukuran
menerapkan standar ukuran
panjang, berat, luas, seperti:
panjang, berat, luas, seperti:
yard, rod, inch, ounce dan
yard, rod, inch, ounce dan acre. acre.
Sidang Konstitusi Perancis
(French National Assembly) pada tahun 1795 secara resmi
melimpahkan tugas pengembangan sistem pengukuran metrik
pada Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis dengan menyimak
struktur yang diusulkan oleh rekayasawan Inggris, James
Watt.
Pada masa antara 1800 hingga 2000, terjadi pergeseran dari
produksi padat karya ke produksi massal di pabrik-pabrik.
Revolusi industri ini memerlukan standar untuk mendukung
produksi massal. Penemuan tenaga listrik dan
pemanfaatannya pada akhir abad ke 18 dan pertengahan abad
ke 19 memicu perkembangan standardisasi, terutama bidang
telekomunikasi.
Pertumbuhan jaringan telegrap memaksa 20 negara untuk
berhimpun dan mencari penyelesaian bersama. Konvensi
Internasional Telegrap (International Telegraph Convention)

Standardisasi
PSDA
10

ditanda tangani pada tahun 1865. Pada tahun 1885 dibentuk


ITU (International Telegraph Union). Pada tahun 1932 ITU dan
IRC digabungkan menjadi International Telecomunication
Convention, dan pada tahun 1934 terbentuk ITU (International
Telecomunication Convention).
Suatu pameran kelistrikan di St. Louis pada tahun 1904
merupakan titik awal fokusnya kegiatan standardisasi.
Akhirnya pada tahun 1906 terbentuk IEC (International
Electrotechnical Commision).
Periode 1945-1970 ditandai oleh terbentuknya berbagai
organisasi internasional dan meningkatnya kese-pakatan
untuk bekerja sama, termasuk kegiatan standardisasi.
Setelah 1946 IEC me-ningkatkan kegiatannya dan bekerja
sama dengan UNSCC (United Nations Standards Coordinating
Committee).
Sejarah ISO
Setelah perang dunia II,
mulailah dibentuk berbagai  Komite koordinasi PBB tahun 1946
organisasi standardisasi dan mendirikan International
international. Organization for Standardization
Organisi itu bertugas (ISO).
membuat standar-standar
yang diakui secara  ISO adalah suatu organisasi non-
internasional, seperti ISO. treaty internasional yang
mengembangkan, mengkoordinir dan
Walaupun organisasi- menetapkan standar untuk
organisasi tersebut baru meningkatkan mutu, melindungi
dibentuk setelah perang kesehatan dan keselamatan/keamanan
dunia II, tetapi banyak hal- konsumen dan masyarakat luas,
hal di dunia ini telah melestarikan lingkungan serta
menjadi suatu standar mendesiminasi informasi dan
yang diakui oleh berbagai memberikan bantuan teknis di bidang
negara tanpa melalui standardisasi.
organisasi tersebut.
Beberapa standar tersebut dikarenakan sudah dipakai sejak
pertama kali digunakan dan dijadikan suatu hal yang umum

Standardisasi
PSDA
11

dighunakan. Salah satu standar tersebut ialah Standar


Satuan Internasional.
Sistem Satuan Internasional (nama aslinya dalam bahasa
Perancis: Système International d'Unités atau SI) adalah sistem
satuan atau besaran yang paling umum digunakan. Pada
awalnya sistem ini merupakan sistem MKS, yaitu panjang
(meter), massa (kilogram), dan waktu (detik/sekon). Sistem SI
ini secara resmi digunakan di semua negara di dunia kecuali
Amerika Serikat (yang menggunakan Sistem Imperial), Liberia,
dan Myanmar.
Dalam sistem SI terdapat 7 satuan dasar SI dan 2 satuan
tanpa dimensi. Selain itu, dalam sistem SI terdapat standar
awalan-awalan (prefix) yang dapat digunakan untuk
penggandaan atau menurunkan satuan-satuan yang lain.
N Besaran pokok Nama Lambang Simbol
o unit unit besaran
1 Panjang Meter m l
2 Massa Kilogram kg m
3 Waktu Sekon s t
4 Suhu Kelvin K T
5 Arus listrik Ampere A i
6 Intensitas cahaya Kandela cd j
7 Jumlah molekul Mol Mol n

Sejarah ISO
Tahun 1946, komite koordinasi PBB bertemu pada tahun 1946
dan meintis organisasi yang sekarang dikenal sebagai
International Organization for Standardization (ISO). ISO berdiri
pada 23 Februari 1947 di Genewa, Swiss dan memiliki kantor
pusat di kota tersebut.
ISO meliputi institusi standardisasi dari 162 negara. Masing-
masing negara mempunyai satu perwakilan, dengan kantor
sekretariat koordinasinya berada di Genewa, Swiss. ISO
merupakan organisasi non pemerintah yang menghubungkan

Standardisasi
PSDA
12

antara sektor publik dan sektor swasta. Banyak anggota dari


intitusi ini yang juga secara struktur adalah anggota dari
pemerintahan yang ada di masing masing negaranya.
Kata ISO itu bukan merupakan kepanjangan dari nama
organisasinya. Nama organisasinya sebenarnya adalah
Internasional Organization for Standardization yang
disingkat IOS.
Namun karena pendiri dari ISO ingin memberikan nama
singkat untuk semua tujuan penamaan maka diberi nama ISO
yang juga dalam bahasa Yunani berarti “Equal atau sama”.
Selajutnya nama standardisasi di berbagai negara mempunyai
penamaan yang dimulai dengan kata ISO disusul dengan
nomor tertentu. Semisal ISO 9000 mengenai manajemen mutu,
ISO 14000 ISO mengenai manajemen lingkungan, ISO 26000
mengenai Manajemen CSR (Coorporate social Responsibility),
ISO 31000 mengenai manajemen resiko.
Standardisasi ISO diperlukan karena untuk memastikan dan
menghasilkan karakteristik produk dan jasa yang diinginkan
seperti kualitas, kondisi lingkungan yang sesuai, keamanan
dan safety, reliabilitas, efisiensi dan interchangeability dan
tentu saja untuk mendapatkan biaya yang ekonomis.
ISO dengan demikian, adalah suatu organisasi internasional
yang mengembangkan, mengkoordinir dan menetapkan
standar voluntary untuk mendukung perdagangan glo-bal,
meningkatkan mutu, melindungi kesehatan dan
keselamatan/keamanan konsumen dan masyarakat luas,
melestarikan ling-kungan serta mendesiminasi informasi dan
memberikan bantuan teknis di bidang standardisasi.
Dalam menetapkan suatu standar tersebut mereka
mengundang wakil anggotanya dari 130 negara untuk duduk
dalam Komite Teknis (TC), Sub Komite (SC) dan Kelompok
Kerja (WG).
Meski ISO adalah organisasi nonpemerintah, kemampuannya
untuk menetapkan standar yang sering menjadi hukum

Standardisasi
PSDA
13

melalui persetujuan atau standar nasional membuatnya lebih


berpengaruh daripada kebanyakan organisasi non-pemerintah
lainnya, dan dalam prakteknya ISO menjadi konsorsium
dengan hubungan yang kuat dengan pihak-pihak pemerintah.
Salah satu standar ISO yang sangat dikenal yaitu ISO 9000
tentang kumpulan standar manajemen mutu internasional.
ISO 9000 mencakup standar-standar di bawah ini:
ISO 9000 - Quality Management Systems - Fundamentals and
Vocabulary: mencakup dasar-dasar sistem manajemen
kualitas dan spesifikasi terminologi dari Sistem
Manajemen Mutu (SMM).
ISO 9001 - Quality Management Systems – Requirements,
ditujukan untuk digunakan di organisasi manapun yang
merancang, membangun, memproduksi, memasang
dan/atau melayani produk apapun atau memberikan
bentuk jasa apapun. Standar ini memberikan daftar
persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah organisasi
apabila mereka hendak memperoleh kepuasan pelanggan
sebagai hasil dari barang dan jasa yang secara konsisten
memenuhi permintaan pelanggan tersebut. Implementasi
standar ini adalah satu-satunya yang bisa diberikan
sertifikasi oleh pihak ketiga.
ISO 9004 - Quality Management Systems - Guidelines for
Performance Improvements yang isinya mencakup perihal
perbaikan sistem yang terus-menerus.
Sejarah Standardisasi Indonesia
Ketika Belanda masih berkuasa, kegiatan standardisasi telah
dimulai di Nusantara. Berbagai aturan, telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan standardisasi.
Setelah merdeka, ditetapkan Undang-undang No. 10 Tahun
1961 yang dikenal dengan nama “Undang-undang Barang”.
Intinya mengatur “standar” tentang kulaitas barang dan jasa.
Di tahun 1973 ditetapkan program “Pengembangan Sistem
Nasional untuk Standardisasi”. Yang kemudian di tahun 1976,

Standardisasi
PSDA
14

menghasilkan Panitia Persiapan Sistem Standardisasi


Nasional.
Pada tahun 1984 dengan SK Presiden RI dibentuk Dewan
Standardisasi Nasional dengan tugas pokok menetapkan
kebijakan standardisasi, melaksanakan koordinasi dan
membina kerjasama di bidang standardisasi nasional. Dan di
tahun 1997, sesuai Keputusan Presiden No. 13 tahun 1997
dibentuklah Badan Standardisasi Nasional, yang telah
dinantikan cukup lama.
Dalam rangka meningkatkan pengembangan Standar Nasional
Indonesia (SNI), maka pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah 102 tahun 2000 tentang sistem standardisasi
nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar
yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan
berlaku secara nasional.

Standardisasi
PSDA
15

2 TUJUAN
Tujuan utama standardisasi adalah untuk meningkatkatkan
kualitas hidup. Melalui standardisasi akan dihindari
terjadinya kerugian, ketidaknyamanan atau ketidakamanan
penggunaan produk atau jasa di masa sekarang atau
mendatang.
Buku “The aims and principles of Standardization” terbitan
ISO , menyebutkan 10 tujuan standardisasi, yakni:

Tujuan Standardisasi
1. Kesesuaian untuk penggunaan tertentu
2. Mampu tukar (interchangeability)
3. Pengendalian keanekaragaman (variety reduction)
4. Kompatibilitas (compatibility)
5. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya
6. Komunikasi dan pemahaman yang lebih baik
7. Menjaga keamanan, keselamatan dan kesehatan
8. Pelestarian lingkungan
9. Menjamin kepentingan konsumen dan masyarakat
10. Mengurangi hambatan perdagangan.

2.1. KESESUAIAN UNTUK PENGGUNAAN TERTENTU


Ada dua aspek yang harus diperhatikan dan memiliki korelasi
yang kuat dalam standardisasi, yaitu Standard and
Conformance (Standar dan Kesesuaian).

Standardisasi
PSDA
16

Standardisasi merupakan sebuah hasil konsensus bersama


yang dirangkum dalam bentuk dokumen. Dari sisi
conformance (kesesuaian) lebih berbentuk pengakuan berupa
sertifikasi. Dengan demikian jelas, bahwa bila kita bicara
perihal standardisasi maka kita akah selalu berkaitan dengan
kesesuaian.
Kesesuaian dipakai untuk perumusan standar yang
dimaksudkan. Sebagai acuan, dapat digunakan beberapa
pedoman, misalnya dari Komite Akriditasi Nasional (KAN).
Antara lain:
 Pedoman KAN 2-2001 (ISO/IEC Guide 2: 1996), Istilah
umum dan definisi yang berhubungan dengan standardisasi
dan kegiatan yang terkait.
 Pedoman BSN 8-2000 (ISO/IEC Directive part 2: 1992),
Penulisan Standar Nasional Indonesiasi.
 Pedoman BSN 9-2000 (ISO/IEC Directive part 3: 1989),
Perumusan Standar Nasional Indonesia.
 Pedoman BSN 11-2000, Pembentukan panitia teknis
perumusan Standar Nasional Indonesia.
Sebagai contoh, pada bidang pendidikan perlu adanya
kesesuaian kurikulum baik dalam kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta, melalui
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Yang tentu mengacu pada standar nasional pendidikan, agar
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
2.2. MAMPU TUKAR (INTERCHANGEABILITY)
Pertukaran, adalah kegiatan yang memperlancar pemindahan
hak milik barang dan jasa yang digunakan. Tujuan
standardisasi untuk menlancar proses pertukaran tersebut.
Mulai dari proses penyimpanan ke tingkat produsen, ke
tingkat konsumen. Berbagai tindakan atau kegiatan
standardisasi harus dapat memperlancar proses tersebut.

Standardisasi
PSDA
17

2.3. PENGENDALIAN KEANEKARAGAMAN (VARIETY


REDUCTION)
Dalam tujuan standardisasi untuk pengendalian keaneka-
ragaman, salah satu contohnya adalah pengelolaan ke-
anekaragaman hayati.
Kegagalan mengelola isu-isu keanekaragaman hayati antara
lain adalah:
 Peningkatan aturan dan tuntutan
 Peningkatan biaya rehabilitasi, pemulihan dan
penutupan tambang
 Risiko-risiko sosial dan tekanan dari masyarakat
sekitar, masyarakat madani dan pemangku
kepentingan
 Keterbatasan akses atas bahan-bahan mentah
(termasuk akses terhadap lahan, baik pada tahapan
awal pengembangan proyek maupun pada tahap
eksplorasi yang sedang berlangsung untuk
memperpanjang usia proyek)
 Keterbatasan akses keuangan dan asuransi.
Melalui standardisasi diharapkan mampu menjadikan
pengelolaan keanekaragaman hayati sehingga memberikan
keuntungan seperti:
 Siklus-siklus perizinan yang lebih singkat dan kurang
kontroversial, yang timbul karena hubungan yang lebih
baik dengan lembaga-lembaga penentu kebijakan
 Risiko dan gugatan hukum berkurang
 Hubungan dan kemitraan yang lebih baik dengan
masyarakat dan LSM
 motivasi dan loyalitas karyawan meningkat.

Standardisasi
PSDA
18

2.4. KOMPATIBILITAS (COMPATIBILITY)


Standardisasi meliputi kegiatan menentukan batasan mutu
dan keragaman produk, serta kompatibilitas dan inter-
operabilitas antar produk untuk meningkatkan efisiensi,
transparansi dan meningkatkan kepastian transaksi
perdagangan.
Kompatiibilitas, bila dikembangkan dan diterapkan dengan
baik, maka dampaknya dapat mengurangi berbagai hambatan
dan menekan biaya transaksi perdagangan karena:
1. Produsen mendapatkan kepastian tentang batas-batas
ketentuan teknis yang sebaiknya dipenuhi agar produknya
dapat diterima oleh pasar;
2. Pengguna produk dan konsumen akhir mendapat
kepastian tentang kualitas atau keamanan dari produk
yang akan dibelinya; dan
3. Kepentingan publik seperti kesehatan masyarakat,
kelestarian lingkungan dan keselamatan negara,
mendapatkan perlindungan.

2.5. MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN SUMBER


DAYA
Standarisai, meliputi pengadaan aturan dan pengendalian
terhadap penggunaan dan pengeksploitasian sumber daya agar
pemanfaatanya tidak menjurus kepada keserakahan pibadi
dan bahkan pengrusakan alam.
SNI sebagai sebuah aturan yang merangkum keseluruhan tata
cara pemberdayaan suatu sumber daya, diharapkan tidak
hanya menjaga agar tidak terjadi pengrusakan sumber daya
saja tetapi lebih luas lagi manfaatnya untuk mencakupi
peningkatan sumber daya yang di gunakan.
Karena dengan adanya SNI keseragaman yang terjadi dalam
pemanfaatan sumberdaya dapat mengembang menjadi

Standardisasi
PSDA
19

keteraturan dalam pemeliharaan sumber daya. Sumber daya


yang terpelihara inilah yang diharapkan dengan semakin
berkembangnya tekologi dapat tereksploitasi dengan lebih baik
dan lebih efisien. Sehingga SNI berperan dalam pengembangan
pmberdayaan sumberdaya dan masa depan sumberdaya dan
bahkan masa depan bangsa kedepannya.
2.6. KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN YANG LEBIH
BAIK
Peran SNI dalam hal pengenalan kepada masyarakat agar
tercapainya pemahaman yan lebih baik tentang produk baik
berupa barang maupun jasa yang berkembang di masyarakat
nasional maupun internasional agar masyarakat kedepannya
dapat bersaing di pasar internasional dalam berbagai produk
dan jasa. Untuk itu perlu adanya sosialisasi tetang standaisasi
yang baik yang bersifat merata dan continu.
Sejalan dengan hal itu perlu di tetapkan sasaran-sasaran
pokok untuk mendukung kebijakan nasional dalam hal
standardisasi dan sertifikasi produk yang dapat mendukung
persaingan internasional dengan menghasilkan produk dan
jasa yang terjamin mutunya.
Salah satu syarat untuk mengikuti perkembangan inter-
nasional /global memaksa Indonesia harus mempunyai
kemampuan dalam menghadapi hambatan teknis di bidang
perdagangan terutama bidang standardisasi.

2.7. MENJAGA KEAMANAN, KESELAMATAN, DAN


KESEHATAN
Standardisasi untuk keamanan
Standardisasi untuk keamanan contohnya pada teknologi
informasi. Pengolahan dan penyimpanan informasi telah
menjadi aspek yang menentukan kehidupan organisasi.
Sehingga standardisasi keamanan informasi secara nasional

Standardisasi
PSDA
20

bagi sebuah pemerintahan negara tentunya juga menjadi


sangat penting.
Tujuan utama membuat Standar Keamanan Informasi
Nasional (sebutan singkatnya SKIN) adalah agar kegiatan
pengamanan informasi pemerintah menjadi efisien dan efektif,
sehingga tidak mudah untuk dibongkar pihak asing. Standar
keamanan informasi ini penekanannya lebih pada syarat,
prosedur, kebijakan, pengelolaan serta pendidikan dan
pelatihan.
Standardisasi menjaga kesehatan
Dalam bidang kesehatan, standardisasi sangat diperlukan
karena kesehatan adalah sesuatu yang melibatkan masyarakat
luas, sehingga pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
perlu distandardisasi.
Standar dalam bidang kesehatan dilakukan agar adanya acuan
atau pedoman untuk melayani masyarakat, sehingga muncul
yang disebut standar kesehatan minimal yang mana dibuat
untuk mencapai pelayanan kesehatan menjadi lebih efektif,
efisien dan tepat guna.
Standardisasi menjaga keselamatan
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting
sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya
adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang sudah
maju dan mutakhir.

2.8. PELESTARIAN LINGKUNGAN


Maraknya pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah,
baik dari limbah rumah tangga maupun dari pabrik-pabrik.

Standardisasi
PSDA
21

Contohnya, di penghujung tahun 1984, menjelang tengah


malam, sebuah tangki bahan kimia beracun pabrik pestisida
Union Carbide di Bhopal, India, bocor. Segera, 40 ton kabut
gas beracun methyl isocyanate (MIC) bergerak menuju wilayah
padat penduduk dalam kegelapan malam. Tidak kurang dari
2.500 orang tewas, melukai 300.000 orang yang lain, bahkan
membuat 15.000 orang cacat seumur hidup, dan 20.000
ternak mati. Kedua bencana inilah yang kemudian menjadi
'pemicu' lahirnya ISO 14000.
Pada tahun 1993, International Organization for
Standardization (ISO) yang berkedudukan di Swiss pun
membentuk Technical Committee 207/TC207 dan menerbitkan
standar seri ISO 14000.
Tujuannya, guna pengelolaan lingkungan yang meliputi sistem
manajemen, evaluasi/audit atas sistem manajemen dan
evaluasi atas kinerja lingkungan dari suatu produk. Itulah
kenapa standardisasi dalam pengelolaan lingkungan sangat
penting, karena lingkungan ini perlu dijaga dengan cara yang
teratur, tidak secara asal-asalan.

2.9. MENJAMIN KEPENTINGAN KONSUMEN DAN


MASYARAKAT
Tujuan stadarisasi untuk melindungi konsumen dan
masyarakat ditujukan untuk melindungi masyarakat atau
konsumen.
Sebagai contoh semakin globalnya era ekonomi maka harus
banyak hal yang harus ditertibkan,karena jika tidak demikian
masyrakat atau konsumen yang berpengetahuan lemah akan
sangat sekali dirugikan sebagai pembeli atau pengguna jasa
maka dari itu pemerintah memberikan peraturan yang berifat
hukum untuk memberlakukan standardisasi yang harus
berlaku di Negara ini.
Untuk itu pemerintah mengesahkan Undang-undang Republik
Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Standardisasi
PSDA
22

2.10. MENGURANGI HAMBATAN PERDAGANGAN


Peran standardisasi menjadi semakin nyata setelah liberalisasi
dalam perdagangan menjadi bagian tak terhindarkan dari
perkembangan perekonomian dunia.
Sejak disepakatinya General Agreement on Tariff and Trade
(GATT) pada Putaran Tokyo tahun 1979, nuansa perdagangan
bebas semakin mewarnai perekonomian. Sehingga, dalam
rangka melindungi kepentingan domestik banyak negara
menggunakan instrumen non tarif yaitu standar mutu produk.

3 PRINSIP
Prinsip adalah petunjuk arah. Prinsip disusun untuk bisa
memberikan arah dan tujuan yang jelas. Menurut KBBI,
prinsip adalah asas, kebenaran yang jadi pokok dasar orang
berfikir, bertindak, dan sebagainya.
Terdapat tujuh prinsip standardisasi, yakni:

1. dilakukan dengan sadar bertujuan penyederhanaan


2. kegiatan sosial, politis dan ekonomis ditetapkan secara
konsensus.
3. bermanfaat bila digunakan dan diterapkan dengan benar.
4. kompromi antara berbagai alternative
5. perlu ditinjau ulang
6. harus didesain metode pengujiannya.
7. harus didukung oleh regulasi teknis pihak berwajib

Standardisasi
PSDA
23

3.1. DILAKUKAN DENGAN SADAR DENGAN TUJUAN


PENYEDERHANAAN OLEH SUATU MASYARAKAT
TERTENTU
Maksud dari prinsip tersebut adalah menyederhanakan
sesuatu (proses maupun produk) agar lebih mudah diterima
dan diterapkan di masyarakat luas. Hal ini juga akan
mengecah timbulnya keanekaragaman produk yang tidak
perlu. Keanekaragaman berlebih ini tidak menghasilkan suatu
manfaat baru atau jasa tertentu yang lebih bermutu.
Contohnya adalah SNI 7766:2012 tentang jalur evakuasi
tsunami. Standar ini menetapkan persyaratan teknis dan
praktis dalam pembuatan jalur evakuasi tsunami secara
horizontal dan atau secara vertical. Hasil perancangan jalur-
jalur evakuasi di suatu kawasan dapat berupa peta sederhana
dengan skala besar yang dapat dengan mudah dipahami oleh
masyarakat atau warga yang datang ke tempat tersebut.

3.2. SUATU KEGIATAN SOSIAL, POLITIS, DAN


EKONOMIS DAN SEJOGJANYA DIGALAKKAN OLEH
BERBAGAI PEMANGKU KEPENTINGAN SECARA
KONSENSUS.
Prinsip ini menjelaskan bahwa suatu standar yang
berhubungan dengan kegiatan sosial, politis dan ekonomis
sebaiknya dilakukan oleh pihak yang berkepentingan dan
memiliki peran penting di masyarakat dari berbagai macam
kalangan tetapi pengambilan keputusan dilakukan
berdasarkan kesepakatan bersama.
Contoh dari prinsip tersebut dapat digambarkan dalam
hal berikut: Sehubungan dengan penyelenggaraan pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005
tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka

Standardisasi
PSDA
24

bagi PNS baik yang menjadi calon Kepala dan atau Wakil
Kepala Daerah maupun yang tidak menjadi calon, perlu
memperhatikan hal-hal yang teah distandardisasikan.

3.3. BERMANFAAT BILA DI GUNAKAN DAN DI


TERAPKAN DENGAN BENAR
Pada hakekatnya Standardisasi di buat agar dapat
bermafaat,tetapi dengan syarat penggunaan dan penerapannya
harus dilakukan dengan benar, sesuai dengan ketentuan atau
kriteria yang telah di tetapkan.
SNI 03-7016-2004 tentang tata cara pengambilan contoh
dalam rangka pemantauan kualitas air pada suatu daerah
pengaliran sungai. SNI tersebut di jelaskan bagaimana cara
pengambilan contoh air sungai untuk di pantau
kualitasnya.Hal tersebut akan bermanfaat sebagai data yang
akurat apabila prosedur atau cara yang di lakukan sesuai
dengan standartnya.Jika di lakukan tidak sesuai prosedur
,maka contoh (sample) air sungai tersebut akan menghasilkan
data yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan sehingga
akan menimbulkan salah penanganan.
Jika suatu standar dilanggar atau tidak diterapkan dengan semestinya
tentunya manfaat dari standar tersebut akan hilang, karena standar
tersebut telah ditetapkan aturannya secara baku dan sudah diregulasi oleh
pihak yang berwenang.

3.4. STANDAR MERUPAKAN KOMPROMI ANTARA


BERBAGAI ALTERNATIF YANG ADA DAN MENCAKUP
KETETAPAN TERBAIK SERTA PENERAPAN YANG
BIJAKSANA SELAMA KURUN WAKTU TERTENTU.
Prinsip ini menjelaskan bahwa untuk membuat suatu standar
di perlukan adanya suatu penyamaan di antara berbagai
alternatif .Dalam pengambilan keputusan untuk mencari

Standardisasi
PSDA
25

alternatif di perlukan suatu kompromi ,tetapi tetap melihat


berbagai sisi.
Seperti luas cakupan alternatif tersebut dimana cakupan
tersebut harus bersifat global atau universal. Selain luas
cakupan, penerapan alternative tersebut dapat di gunakan
sebagai acuan dalam kurun waktu tertentu tetapi relative
bertahan atau dapat di gunakan dalam kurun waktu yang
lama.
Standar terbentuk akibat adanya berbagai macam pilihan yang
ada. Berbagai alternative yang ada kemudian dikaji dan diuji
coba sehingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan. Semua kajian ilmu dipilih untuk menghasilkan hasil
yang terbaik. Sehingga suatu standar dapat diterapkan dalam
kehidupan masyarakat.

3.5. PERLU DITINJAU ULANG DALAM PERIODA


TERTENTU DAN DIREVISI ATAU BILA PERLU
DINYATAKAN TIDAK BERLAKU LAGI AGAR
STANDAR YANG BERLAKU SELALU SESUAI DENGAN
PERKEMBANGAN DI MASYARAKAT.
Standardisasi harus selalu mengikuti perkembangan jaman
dengan perode tertentu agar standar yang digunakan dapat
menyesuaikan pengguna di jamannya.
Maka tiap beberapa tahun sebuah standar ketentuan dalam
pekerjaan maupun standar dalam ukuran dan lain-lain. Salah
satu contoh standar yang direvisi yaitu SNI No. 02-2453-1991
Tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan
untuk Lahan Pekarangan, yang direvisi menjadi SNI 03-2453-
2002.
No SNI No. 02-2453-1991 SNI 03-2453-2002
.
1. Sumur resapan harus Sumur resapan air hujan
berada pada lahan yang ditempatkan pada lahan yang
datar, tidak pada tanah relatif datar;
berlereng, curam, atau

Standardisasi
PSDA
26

labil.

2. Sumur resapan jauh dari Air yang masuk ke dalam sumur


tempat penimbunan resapan adalah air hujan tidak
sampah, jauh dari septic tercemar;
tank minimum lima meter
diukur dari tepi), dan
berjarak minimum satu
meter dari fondasi
bangunan.

3. Penggalian sumur resapan Penetapan sumur resapan air


bisa sampai tanah hujan harus mempertimbangkan
berpasir atau maksimal keamanan bangunan sekitarnya;
dua meter di bawah
permukaan air tanah.
4. Kedalaman air tanah Harus memperhatikan peraturan
minimum 1,50 meter pada daerah setempat;
musim hujan.
5. Struktur tanah harus Hal-hal yang tidak memenuhi
mempunyai permeabilitas ketentuan ini harus disetujui
tanah lebih besar atau Instansi yang berwenang.
sama dengan 2,0 cm/jam.

Perbedaan SNI diatas membuktikan bahwa selama periode


tertentu SNI atau standar yang digunakan akan berbeda. Mulai
dari bahasa, teknisan dan lain sebagainya sesuai kebutuhan
jamannya.

3.6. BILA KARAKTERISTIK PRODUK DISPESIFIKASI,


MAKA HARUS DIDESAIN PULA METODE
PENGUJIANNYA.BILA DI PERLUKAN METODE
PENGAMBILAN CONTOH SAMPLING, MAKA JUMLAH
CONTOH DAN FREKUENSI PENGAMBILAN HARUS DI
CANTUMKAN DENGAN JELAS.
Prinsip ini menjelaskan bahwa suatu produk yang telah di
klasifikasikan sesuai dengan karakteristik tertentu memiliki
metode pengujian yang berbeda pula .

Standardisasi
PSDA
27

Hal tersebutbertujuan agar metode pengujian sesuai dengan


produk tersebut dan tidak adanya kesalahan dalam
penanganan produk tersebut.
Misalkan penentuan standardisasi Helm, harus didukung oleh
regulasi teknis pihak berwajib agar disaat pengguna helm
tersebut melintas di jalan raya tidak melanggar peraturan lalu
lintas, karena helm tersebut telah memenuhi peraturan
perundangan yang berlaku.
Selain itu, dalam meluncurkan produk helm, harus sesuai
dengan jenis standar (SNI), tingkat perkembangan industry,
dan sarana pendukung lainnya, seperti lembaga penilaian
kesesuaian, lembaga penguji, dan lembaga kalibrasi. Dalam
meluncurkan produk helm seperti INK, harus sesuai dengan
perkembangan industry di Indonesia sehingga produk tersebut
dapat laku dan diterima dikalangan masyarakat.

3.7. BILA SUATU STANDAR HARUS DITETAPKAN


SECARA WAJIB, MAKA HAL INI HARUS DIDUKUNG
OLEH REGULASI TEKNIS PIHAK BERWAJIB DAN
MEMENUHI PERATURAN-PERUNDANGAN YANG
BERLAKU.
Ketika suatu standardisasi menjadi hal wajib dalam kehidupan
sehari-hari yang didukung oleh teknisan pihak berwajib
mencakup keselamatan dan kesejahteraan masyarakat itu
sendiri.
Sebagai contoh : Helm SNI, Helm adalah bagian dari
perlengkapan pengendara motor roda dua berbentuk topi
pelindung kepala yang berfungsi melindungi kepala
pemakainya apabila terjadi benturan. Kewajiban menggunakan
helm standar nasional Indonesia bagi pengendara sepeda
motor diatur dalam Pasal 57 ayat (1) jo ayat (2) UU No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (“UU No.
22/2009”)

Standardisasi
PSDA
28

4. KEUNTUNGAN ISO DAN SNI


Beberapa keuntungan yang akan diperoleh dari penerapan
standardisasi adalah
1. Orientasi Pelanggan
Standardisasi baru memenuhi persyaratan pelanggan bila
mampu memberikan mutu produk atau jasa untuk kepuasan
pelanggan. Jika mutu suatu produk tersebut bagus dan
memenuhi standar, maka pelanggan akan puas dan merasa
aman mengkonsumsi produksi tersebut. ISO telah memenuhi
persyaratan tersebut
2. Keuntungan Pasar
Perusahaan yang telah mempunyai sertifikat ISO, akan dapat
diterima oleh pelanggan di pasar domestik maupun
internasional. Karenanya ia akan mendapatkan keuntungan
pasar yang besar. Karena, produknya telah tersebar dan
terbukti kualitas terbaiknya di tingkat domestik dan inter-
nasional.

3. Pengakuan
ISO akan memberikan pengakuan khusus terhadap
perusahaan, sehingga membawa persepsi pembeli pada tingkat
yang lebih tinggi. Jika suatu perusahaan telah mendapatkan
ISO, perusahaan tersebut akan diakui bahwa produk dari
perusahaan tersebut memiliki kualitas terbaik. Sehingga
menarik lebih pembeli untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Contoh, perusahaan Unilever lebih banyak menarik konsumen
karena, perusahaannya telah mendapat pengahargaan
ISO14001.
4. Kepercayaan
ISO menciptakan kepercayaan manajemen terhadap mutu
produk atau jasa yang dihasilkan kepada pelanggan mengenai
kemampuan perusahaan. Setiap perusahaan yang telah

Standardisasi
PSDA
29

mendapatkan ISO, dipercaya telah memberikan pelayanan


yang terbaik bagi pelanggannya. Sehingga pelanggan merasa
aman jika bertransaksi atau menggunakan produk tersebut.
5. Konsistensi Mutu
ISO membantu memelihara konsistensi mutu produk atau
jasa. Ketika produk atau jasa itu sesuai dengan ekspektasi dari
hasil standardisasi maka kita tinggal mendapatkan kualitas
yang diinginkan. Namun jika kita tidak sesuai dengan standar
maka yang terjadi adalah kualitas yang buruk, tidak
kompatibel dengan peralatan yang sudah ada, berbahaya
untuk digunakan. Jika produk, sistem, mesin atau peralatan
sesuai dengan standar maka akan mudah untuk digunakan
dan sesuai dengan keamanan.
6. Aspek Legal
Secara resmi telah diterima oleh banyak negara.
Penjelasan: Penghargaan ISO dapat membuat suatu
perusahaan secara resmi produknya diterima oleh masyarakat.
Contohnya, salah satu perusahaan dunia yaitu, Unilever.
Karena telah mendapatkan ISO kini produknya dikonsumsi di
berbagai negara.
7. Peningkatan Produktivitas
Melalui pelaksanaan standardisasi ISO, dapat meningkatkan
produktifitas organisasi dengan penggunaan material, teknik
dan sumber daya yang efektif.
8. Meningkatkan Unjuk Kerja dan Keuangan
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan dalam menghasilkan sesuatu.
Misalnya sebuah produk. Pengamatan unjuk kerja perlu
dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat
pencapaian kualitas tertentu. Penilaian ini cocok digunakan
untuk menilai kompetensi yang harus dicapai dalam
menghasilkan suatu produk.

Standardisasi
PSDA
30

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan


dan kualitas suatu produk. Pengembangan produk meliputi 3
(tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
 Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan
gagasan, dan mendesain produk.
 Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian
kemampuan dalam menyeleksi dan menggunakan
bahan, alat, dan teknik.
 Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian
produk yang dihasilkan sesuai kriteria yang ditetapkan.
Dalam standardisasi produk, telah distandarkan tentang
bagaimana menghasilkan suatu produk. Dengan demikian ISO
dapat menekan biaya produksi dengan kualitas yang sama
aman, sehingga dapat meningkatkan kualitas unjuk kerja
maupun perekonomian perusahaan.
9. Dokumentasi Produk
Agar dapat terjadi kesinambungan kegiatan, diperlukan
dokumentasi yang memadai. Dokumentasi produk menjadi
sangat penting dalam menjamin kualitas dan sebagai bukti
apabila di kemudian hari ada kesalahan yang ditemukan.
Dokumentasi produk diharapkan pengenalan produk, produk
diantar ke konsumen serta ulasan desain bagaimana produk
akan dibuat secara ekonomis dan kualitas.
Dokumentasi dapat berupa desain kemasan, dokumentasi
proses produksi, maupun foto fisik hasil jadi produk. Dalam
menghasilkan suatu produk telah distandarkan mengenai
kemasan kemasan produk, misalnya makanan.
SNI telah mengatur bahwa alam setiap makanan yang dikemas
harus berlabel informasi nilai gizi, komposisi bahan, ijin
DEPKES, syarat halal dari MUI, barcode produk dan lain
sebagainya. Ijin DEPKES dan syarat halal dari MUI dapat
menjadi bukti yang bias dipertanggung jawabkan kualitasnya.

Standardisasi
PSDA
31

Dan barcode dapat mempermudah dalam manajemen barang


yang dioperasikan dengan software secara otomatis.
10. Kemampuan Organisasi
Standarisasai dapat digunakan oleh pihak internal dan
eksternal untuk menilai kemampuan organisasi dalam
memenuhi persyaratan pelanggan, regulasi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Standardisasi juga dapat
dijadikan sebagai alat penilaian kemampuan suatu
perusahaan dalam mencapai mutu tertentu.
Contohnya Universitas Brawijaya yang telah mendapatkan ISO
9001 : 2008 yang berarti bahwa UB telah mendaptkan penilian
yang baik terhadap sistem manajemen mutu. UB dapat
dikatakan berhasil dalam mengkoordinir maupun
mengorganisir sistem yang ada di dalamnya. Akreditasi
dipahami sebagai penentuan standar mutu serta penilaian
terhadap suatu lembaga pendidikan (dalam hal ini pendidikan
tinggi) oleh pihak di luar lembaga pendidikan itu sendiri.
11. Pengembangan SDM
Pengembangan sumber daya manusia terwujud dalam
aktivitas-aktivitas yang ditujukan untuk merubah perilaku
organisasi. Jadi ciri utama pengembangan sumber daya
manusia adalah aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada
perubahan perilaku.
Aktivitas yang dimaksud, tidak hanya pada aspek pendidikan
dan pelatihan saja, akan tetapi menyangkut aspek karir dan
pengembangan organisasi.
Standardisasi dalam kepegawaian dan SDM diperlukan untuk
menjamin mutu dan sistem organisasi dalam sebuah
organisasi, perusahaan.
Sebuah perusahaan perlu untuk mengembangkan semua SDM
nya karena:
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Meminimalisir kerusakan

Standardisasi
PSDA
32

 Meningkatkan pelayanan
 Memelihara moral pegawai
 Meningkatkan kepemimpinan
Dalam proses memeroleh ISO, konsultan ISO mempunyai
peranan sebagai tutor. Mereka memberikan pelatihan untuk
meningkatkan dan mengembangkan Kompetensi SDM.
12. Pemantauan
Tujuan pemantauan ini adalah untuk memastikan bahwa
semua proses yang dilaksanakan di bawah kendali spesifikasi
dan mengikuti peraturan. Hal ini untuk memastikan bahwa
outputnya mempunyai kualitas seperti yang direncanakan.
Contoh, ISO 9001: 2008 mempersyaratkan pemantauan alat
ukur dalam salah satu klausulnya. Perusahaan menetapkan
pemantauan dan pengukuran yang diperlukan serta
menetapkan peralatan pemantauan dan pengukuran yang
dibutuhkan untuk memberikan bukti adanya kesesuaian
produk pada persyaratan yang telah ditetapkan.
13. Peningkatan Potensi Ekspor
Keberadaan standar yang berwujud ISO 9000 dapat menjamin
kualitas dan mutu suatu barang, dan mampu meningkatkan
daya saing terhadap barang luar negeri sehingga mampu
meningkatkan potensi ekspor. Contohnya produk sepatu
Cibaduyut dapat merambah pasar internasional, karena
memiliki kualitas standar internasional dan sertifikasi ISO
9000.

Standardisasi
PSDA
33

5 ATRIBUT
Umumnya standar memiliki tiga atribut, yakni
1. Subjek yaitu apa yang menjadi fokus yang distandardisasi.
Misalnya dalam bidang rekayasa, pangan, tekstil,
manajemen, gambar teknik dan lain-lain.
2. Aspek yaitu apa macam kegiatan utama yang
distandardisasi. Aakah kegiatan pengujian, analisis,
spesifikasi, pengemasan, pemberian label atau penandaan.
Suatu standar dapat saja mencakup lebih dari satu aspek
kegiatan. Contoh standardisasi suatu produk dapat
mencakup kegiatan spesifikasi, pengambilan contoh, cara
pengujian terkait, pengemasan dan penandaannya.
3. Level atau tingkat (jenjang) standardisasinya. Misalnya:
level perorangan, perusahaan, asosiasi, nasional, regional
atau internasional.

SUBJEK

Banyak sekali macam subjek yang dapat distandardisasi.


Misanya tentang pangan. Banyaknya persaingan pasar yang
memproduksi bahan pangan menjadikan para produsen
kurang memperhatikan mutu dan kualitas barang yang telah
diproduksikan dan dipasarkan.
Konsumen pun yang tidak terlalu perduli dengan mutu serta
kualitas karena para konsumen hanya memperhatikan harga
yang murah sehingga banyak para konsumen yang tidak
memperoleh manfaat dari bahan pangan tersebut secara
maksimal. Padahal, terdapat tiga permasalahan utama dalam
masalah pangan ini, yaitu:

Standardisasi
PSDA
34

Pertama, produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan


mutu keamanan pangan. Seperti penggunaan bahan tambahan
pangan yang dilarang atau melebihi batas produk pangan,
dipakainya bahan kimia berbahaya, cemaran mikroba yang
tinggi, dan masih banyak lagi.Kedua, banyak terjadi kasus
keracunan makanan yang sebagian besar belum dapat
dilaporkan dan belum di Identifikasi oleh penyebabnya. Ketiga,
Masih rendahnya pengetahuan, keterampilan, dan tanggung
jawab produsen pangan tentang mutu dan keamanan pangan.
Ke empat, rendahnya kepedulian konsumen tentang mutu dan
keamanan pangan.
Hal-hal itulah menuntut segera diperlukannya standardisasi
produk pangan.

ASPEK

Misanya aspek dalam kegiatan pengemasan. Pemerintah


Kabupaten Karanganyar sedang mengembangkan Klaster
Biofarmaka yang bergerak dalam bidang pembudidayaan dan
pemasaran obat tradisional.
Maka, kualitas produk Klaster Biofarmaka harus memenuhi
standar kualitas termasuk kemasannya. Kemasan produk
Klaster hanya dibungkus plastik dan kertas print bertuliskan
jenis produk, alamat, berat dan no. produksi.
Kemasan memiliki bahan yang belum diketahui dampaknya
bagi kesehatan dan minim informasi. Rancangan kemasan
obat tradisional dapat memenuhi kebutuhan customer dan
standar kualitas yang ada sehingga lebih aman digunakan dan
siap bersaing di pasaran.

LEVEL

Atribut standar ketiga ini berkaitan dengan tingkat operasional


standar. Seringkali atribut ini, dikenal sebagai macam
(tingkat) standardisasi. Uraian selajutnya dari atribut ini,
dijelaskan dalam topik macam standardisasi.

Standardisasi
PSDA
35

Dari macam-macam atribut standar dapat kita simpulkan


bahwa semua aspek di dalam kehidupan kita ada standarnya.
Dan itu sangat bermanfaat dalam memperlancar transaksi
arus barang dan jasa dalam perdagangan domestik maupun
internasional, membantu mempercepat desiminasi manajemen,
teknologi dan inovasi, meningkatkan daya saing bisnis dan
mutu, keamanan, kesehatan, keselamatan, dan pelestarian
lingkungan dsb.

6 MACAM
Berdasarkan macamnya, atau level tingkatnya, standardisasi
dikelompokkan menjadi lima yaitu:
1. Standar individu atau standar perorangan. Standar
individu adalah standar yang dibuat, diterapkan,
dievaluasi, direvisi, dikembangkan atau diabolisi oleh
individu. Misalnya jadwal kegiatan harian, standar rumah
tinggal, rumah sakit khusus misalnya. Jembatan,
bendungan atau konstruksi spesifik yang bersifat tunggal
yang sangat bergantung pada lokasi dan kondisi alam
dapat dikelompokkan sebagai standar individu.
2. Standar perusahaan dirumuskan dan digunakan oleh
bagian (standardisasi) dalam suatu perusahaan dan
diterapkan di perusahaan itu sendiri untuk mencapai ke-
ekonomian perusahaan secara keseluruhan. Contoh:
sistem pergudangan, pengemasan, administrasi, desain,
pembelian, penerimaan, persyaratan dan pelatihan tenaga
kerja, dan sebagainya.
3. Standar nasional dirumuskan dengan mempertimbangkan
kepentingan semua pihak terkait di wilayah kedaulatan
suatu negara tertentu dan ditetapkan oleh pihak
berwenang yaitu organisasi standardisasi nasional. Contoh:
SNI (Indonesia), MS (Malaysian Standard), SS (Singapore
Standard), PNS (Philipine National Standard), TIS (Thai

Standardisasi
PSDA
36

Industrial Standard), IS (Indian Standard), BS (Bristish


Standards), JIS (Japan Industrial Standards), ANSI
(American National Standards Institute), DIN (Deutsches
Industrie Norm) dan sebagainya.
4. Standar internasional merupakan standar hasil
kesepakatan pada level internasional antara berbagai
negara yang diwakili oleh organisasi standar nasional
masing-masing negara.
5. ISO (International Organization for Standardization),
berkedudukan di Geneva Swiss, organisasi ini
mengkoordinir semua kegiatan standardisasi (kecuali
bidang kelistrikan) dan mulai beroperasi pada tahun 1947.
Kini ISO merupakan jaringan standardisasi beranggotakan
147 badan standar nasional (terdiri dari 97 full members
dan 35 correspondent members).

2.1. STANDAR INDIVIDU ATAU STANDAR


PERORANGAN
Standar individu atau standar perorangan adalah standar yang
dibuat, diterapkan, dievaluasi, direvisi, dikembangkan oleh
individu. Standar setiap individu berbeda dalam proses
menetapkan standar-standar yang dijadikan patokan untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan berkualitas unggul.
Evaluasi dalam standar individu atau standar perorangan
sangat dibutuhkan untuk mengenali kendala dan perma-
salahan yang dihadapi, menjamin pencapaian sasaran dan
tujuan individu tersebut bila terjadi penyimpangan. Yaitu
dengan mengatasi, meluruskan dan memperbaikinya sehingga
dapat mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana direnca-
nakan semula.
Contoh standar individu dalam bidang pengairan adalah
perencanaan bendungan atau konstruksi spesifik yang bersifat
tunggal yang sangat bergantung pada lokasi dan kondisi alam.

Standardisasi
PSDA
37

Tata cara dalam pembangunan konstruksi berbeda sesuai


sasaran, tujuan dan manfaat tiap konstruksi di suatu daerah.
Misal alternatif pemilihan jenis bangunan utama didasarkan
pada topografi, debit yang tersedia, debit yang dibutuhkan,
dengan garis besar pemilihan mempertimbangkan pula
kelayakan ekonomis bangunan, dibandingkan antara biaya
dan manfaat.
2.2. STANDAR PERUSAHAAN
Standar perusahaan dirumuskan dan digunakan oleh bagian
(standardisasi) dalam suatu perusahaan dan diterapkan di
perusahaan itu sendiri untuk mencapai ke-ekonomian
perusahaan secara keseluruhan.
Di era globalisasi perusahaan-perusahaan menghadapi
tantangan yang sangat berat sehingga mau tidak mau harus
meningkatkan daya saingnya. Untuk merespon perkembangan
tersebut diperlukan suatu strategi bisnis yang cerdas terutama
dalam meningkatkan daya saing produk.
Untuk itulah diperlukan sebuah standar untuk menjamin
kualitas setiap perusahaan. Penerapan standar di suatu
perusahaan berguna untuk: (a) meningkatkan citra
perusahaan; (b) meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan;
(c) meningkatkan efisiensi kegiatan; (d) memperbaiki
manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan,
pelaksanaan, pengukuran dan tindakan perbaikan; (e)
Meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkungan; (f)
Mengurangi risiko usaha; (g) Meningkatkan daya saing; (h)
Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan
berbagai pihak yang berkepentingan; dan (i) Mendapat
kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal.

Standardisasi
PSDA
38

2.3. STANDAR ASOSIASI


Standar asosiasi dirumuskan oleh organisasi atau asosiasi
pelaku usaha sektor ekonomi tertentu yang memiliki
kepentingan untuk menerapkan standar tersebut di
lingkungan masing-masing secara bersama.
Standar asosiasi diperlukan untuk: (a) mewujudkan kinerja
asosiasi yang sehat dan stabil; (b) menyusun standar
kompetensi termasuk kode etik; (c) melakukan pengawasan
yang lebih terintegrasi melalui suatu standardisasi profil risiko
pada anggota asosiasi sesuai kompleksitasnya; (d)
mempersiapkan standardisasi kualitas sumber daya manusia
(SDM), termasuk di bidang manajemen risiko; (e) integrasi dan
optimalisasi dalam implementasi audit internal, manajemen
risiko, dan quality assurance; (f) melakukan komunikasi yang
efektif kepada pelaku asosiasi; dan (g) sinkronisasi antar
kebijakan dalam asosiasi.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat manfaat yang sangat
besar dari adanya standar asosiasi yang dapat meningkatkan
kualitas dan daya saing anggita dari asosiasi yang
bersangkutan.
Contoh organisasai asosiasi adalah Himpunan Ahli Teknik
Hidraulik Indonesia (HATHI) yang merupakan perhimpunan
profesi sebagai wahana bagi tenaga ahli yang berkecimpung
dalam teknik hidraulik untuk saling tukar pengalaman dan
saling asah secara berkelanjutan untuk memperkuat
kesadaran bahwa manusia adalah bagian dan suatu sistem
kehidupan yang senantiasa sadar akan segala kemampuan
berfikir rasional, namun berbasis pada rasa-cipta-karsa dalam
bingkai kearifan.
2.4. STANDAR NASIONAL
Standar nasional dirumuskan dengan mempertimbangkan
kepentingan semua pihak terkait di wilayah kedaulatan suatu
negara tertentu dan ditetapkan oleh pihak berwenang yaitu
sebuah organisasi dan standardisasi nasional.

Standardisasi
PSDA
39

Beberapa contoh standar nasional antara lain


(a) Deutsches Institut für Normung (DIN) yang
merupakan organisasi nasional Jerman untuk
standardisasi. Salah satu standar yang
dikeluarkan oleh DIN adalah DIN 476. DIN 476
merupakan standar untuk ukuran kertas seri-
A dan dikeluarkan pada tahun 1922, yang
nantinya diadopsi oleh International Standard
Organization (ISO) pada tahun 1975 yaitu ISO 216. Standar ini
dapat kita lihat dan amati sehari-hari yaitu contohnya kertas
ukuran A0, A1, A2, A3, A4,dan A5. (b) Standar Nasional
Indonesia (SNI), adalah satu-satunya standar yang berlaku
secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia
Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional.
Salah satu contoh dari standar nasional adalah standar
tentang pendidikan. Terdapat 8 Standar Nasional Pendidikan
Indonesia, yakni : (1) Standar Kompetensi Lulusan, (2) Standar
isi, (3) Standar Proses, (4) Standar Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6). Standar
Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan Pendidikan dan (8)
Standar Penilaian Pendidikan
2.5. STANDAR INTERNASIONAL
Standar internasional adalah standar yang dikembangkan oleh
badan standardisasi internasional untuk digunakan di seluruh
dunia. Standar ini dapat digunakan langsung atau disesuaikan
dengan kondisi negara setempat.
Adopsi standar internasional oleh suatu negara dapat
menghasilkan standar nasional yang setara dan secara
substansial mirip dengan standar internasional yang dijadikan
sumber.
Standardisasi internasional dibentuk untuk berbagai teknologi
yang mencakup berbagai bidang, antara lain bidang informasi
dan telekomunikasi, tekstil, pengemasan, distribusi barang,
pembangkit energi dan pemanfaatannya, pembuatan kapal,
perbankan dan jasa keuangan, dan masih banyak lagi. Hal ini

Standardisasi
PSDA
40

akan terus berkembang untuk kepentingan berbagai sektor


kegiatan industri pada masa-masa yang akan datang.
Perkembangan ini diperkirakan semakin pesat antara lain
karena hal-hal sebagai berikut: (a) kemajuan dalam
perdagangan bebas di seluruh dunia; (b) penetrasi teknologi
antar sector; (c) sistem komunikasi di seluruh dunia; (d)
standar global untuk pengembangan teknologi; dan (e)
pembangunan di negara-negara berkembang.

SNI DI BIDANG PSDA


Pada tahun 1992, Indonesia mulai mengadopsi ISO 9000
series menjadi Standar Nasional. Yang kemudian dikenal luas
sebagai SNI 19-9000 series. Dalam penulisannya terkadang
disebut ISO 9000 / SNI 19-9000.
Hal tersebut sesuai dengan misi SNI , yaitu untuk dapat
memberikan jaminan mutu yang lebih baik terhadap produk
atau jasa Indonesia.
Berbagai jenis SNI yang saat ini diberlakukan antara lain
adalah
1. SNI 19-9000, Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu –
Pedoman untuk pemilihan dan penggunaan.
2. SNI 19-9001, Sistem Mutu – Model Jaminan Mutu dalam
Desain, Pengembangan, Produksi, Pemasangan dan
Pelayanan.
3. SNI 19-9002, Sistem Mutu – Model Jaminan Mutu dalam
Produksi, Pemasangan dan Pelayanan.
4. SNI 19-9003, Sistem Mutu – Model Jaminan Mutu dalam
Inspeksi dan Uji Akhir.
5. SNI 19-9004, Unsur-unsur Manajemen dan Sistem Mutu
Pedoman. Standar ini menyediakan atau sebagai pedoman

Standardisasi
PSDA
41

mengenai unsur-unsur dasar yang membuat suatu sistem


mutu dan membahas cara untuk meyakinkan
keefektifannya
Secara khusus, beberapa SNI bersubyek pada bidang
SUMBER DAYA AIR. Misalnya adalah,
 Revisi SNI 03-3409-1994 tentang Tata cara
pengukuran kecepatan aliran pada uji model
hidraulik fisik dengan tabung pitot
 Revisi SNI 03-3965-1995 tentang Tata cara
pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap
 Pd T-01-2005-A Analisis harga satuan pekerjaan
manual pada jaringan irigasi tersier
Standardisasi di Bidang Teknik Sumber Daya Air, umumnya
terbagi dalam tiga kelompok, yakni : (a) SNI, (b) Pedoman
Teknis dan (c) Petunjuk Teknis. Masing-masing dapat berisi :
Metode Uji, Tata cara, atau Spesifikasi. Sebagaimana
dijelaskan melalui tabel di bawah ini.

1 SNI (Standar Nasional • Metode Uji


Indonesia) • Tata Cara
• Spesifikasi
2 Pedoman Teknis (RANCANGAN • Metode Uji
SNI, RSNI) • Tata Cara
• Spesifikasi
3 Petunjuk Teknis • Metode Uji
• Tata Cara
• Spesifikasi

Standardisasi
PSDA
42

Berikut disajikan beberapa contoh macam dan jumlah SNI di


bidang Sumber Daya Air

SNI Pedoman
Teknis

Bidang Metod Tata Spek Metod Tata Spe


e Uji Car e Uji Car k
a a

1 Bendungan 1 5 6 1 9 0

2 Bendung 0 4 0 1 13 0

3 Sungai 19 9 0 0 3 0

4 Irigasi 5 1 1 0 21 0

5 Air Tanah 14 4 0 2 12 0

6 Standar Perencanaan 0 0 0 3 10 0
Irigasi

7 Pantai 4 4 0 1 0 0

Contoh : Metode Uji pada SNI tentang Bendungan dan


Bendung adalah sebagai berikut

N0 Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup

434 Metode Perhitungan SNI03-6737-2002 Metode ini digunakan untuk


Awal Laju menghitung besarnya laju
sedimentasi Waduk sedimentasi waduk

450 Metode SNI03-2415-1991 Metode ini digunakan


Perhitungan Debit dalam menentukan debit
Banjir banjir rencana

Standardisasi
PSDA
43

Contoh : Tata Cara pada SNI tentang Bendungan dan Bendung


adalah sebagai berikut

N0 Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup

441 Tata Cara SNI 03-1731-1989 Tatacara dalam melaksanakan


Keamanan desain, konstruksi…
Bendungan bendungan dengan tujuan
keamanan

445 Tata cara SNI 03-6465-2000 Pedoman untuk


Pengedalian Mutu melaksanakan program mutu
Bendungan Urugan selama konstruksi bendungan
urugan

Contoh : Spesifikasi pada SNI tentang TSDA adalah sebagai


berikut

N0 Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup

435 Spesifikasi Bangunan SNI 03-6381- Spesifikasi tentang ukuran,


Ukur Debit 2000 bentuk, syarat dll, dari
CIPPOLETTI bangunan ukur debit Cippoletti

437 Spesifikasi Bahan SNI 03- Spesifikasi jenis-jenis


Sambungan pada 6416.2.2000 sambungan, persiapan dan
Bendungan pemasangan… dstnya
Beton..dstnya

Dstnya..

Standardisasi
PSDA
44

Pedoman Teknis (RANCANGAN SNI, RSNI) dapat pula terdiri


dari (a) Metode Uji , (b) Tata Cara , dan (c) Spesifikasi.
Contohnya adalah sebagai berikut

N0 Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup

186 Tata cara desain RSNI T -04-2002 Standar untuk menentukan


hidraulik tubuh bentuk dan dimensi hidraulik
bendung tetap tubuh bendung dengan
dengan peredam peredam tipe MDO dan
energi tipe MDO dan MDS
MDS

188 Pembuatan bendung Pd T -04-2004-A Acuan dalam pembuatan


bronjong dengan bendung beronjong dengan
sekat semi kedap air sekat…. dstnya
pada irigasi desa

Di bidang teknik pengairan,standardisasi memberikan banyak


keuntungan misalnya:
a. SNI 03-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum
Drainase Perkotaan
Dengan adanya SNI ini,para insinyur pengairan dapat
dengan mudah mendesain dan menghitung rancangan
drainase perkotaan. Di dalam SNI ini sudah berisi lengkap
panduan tentang perencanaan umum drainase perkotaan.
Dengan adanya SNI ini,bangunan-bangunan drainase yang
akan dibuat akan lebih efisien dan aman.
b. SNI 03-1731-1989 tentang Tata Cara Keamanan Bendungan
SNI ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
kegiatan desain,konstruksi,eksploitasi,pemeliharaan, dan
penghapusan bendungan serta pengawasan kegiatan, untuk
menjamin keamanan bendungan.
c. SNI 03-2402-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum
Irigasi Tambak Udang

Standardisasi
PSDA
45

Dengan adanya SNI ini,para insinyur pengairan dapat


merencanakan irigasi tambak udang yang mencakup
desain, persyaratan dan data yang diperlukan untuk
mendesain irigasi teknis dan semi teknis dalam melayani
atau menunjang budidaya udang pada umumnya. Dan
beberapa ketentuan-ketentuan sistem teknik irigasi tambak
udang, survei pemilihan lokasi, analisi dan evaluasi data.
d. SNI 03-1724-1989 tentang Pedoman Perencanaan Hidrologi
dan Hidraulik Untuk Bnagunan di Sungai. Dimaksudkan
sebagai pegangan dalam mendesain bangunan di sungai
agar memenuhi persyaratan hidrologi dan hidraulik
sehingga dapat mengamankan, melestarikan, dan
meningkatkan keandalan bangunan di sungai dan
sungainya sendiri.
Standardisasi dalam bidang pengairan diperlukan sebagai
pedoman dalam pekerjaan perencanaan.

Berikut disajikan contoh dari Petunjuk Teknis tentang:


TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH MUATAN SEDIMEN MELAYANG
DI SUNGAI DENGAN CARA INTEGRASI KEDALAMAN BERDASARKAN
PEMBAGIAN DEBIT
1.PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Besarnya angkutan sedimen pada suatu sungai merupakan salah satu komponen
informasi hidrologi selain banjir, kekeringan dan potensi sumber daya air. Data
angkutan sedimen merupakan data yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan
prasarana sumber daya air antara lain untuk memperkirakan umur guna waduk (dead
storage), perhitungan dimensi kantong lumpur (sandtrap) dan untuk operasi dan
pemeliharaan irigasi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi angkutan sedimen
dalam suatu sungai antara lain vegetasi penutup (land covering), penggunaan lahan
(landuse) jenis tanah/batuan, kemiringan lahan dan intensitas hujan yang
mempengaruhi besarnya debit
Standar ini menggunakan metode Equal Discharge Increment (EDI) yang
pengambilan contoh sedimennya dilakukan pada titik tengah pada sub penampang
melintang sungai/saluran yang memiliki besaran debit yang sama, oleh karena itu

Standardisasi
PSDA
46

sebelum pengambilan contoh sedimen dilakukan, terlebih dahulu harus dilakukan


pengukuran debit untuk dapat menentukan lokasi (titik) pengambilan contoh sedimen
melayang.
Pengambilan contoh sedimen melayang dilakukan secara integrasi dimulai dari
permukaan air sampai dengan dasar sungai/saluran dengan menggunakan alat yang
dilengkapi nozzle. Besarnya diameter nozzle disesuaikan dengan kecepatan arus air
pada titik dimana pengambilan contoh sedimen melayang dilakukan sehingga dengan
penggunaan waktu pengambilan yang sesuai dengan ketentuan, maka akan diperoleh
volume sample air berkisar antara 350 c sampai dengan 400 cc sesuai dengan
kapasitas botol yang digunakan untuk pengambilan contoh sedimen.
1.2.MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud : Modul ini dimaksudkan untuk memberikan acuan kepada para praktisi di
lapangan tentang tata cara pengambilan contoh sedimen melayang di sungai sehingga
diharapkan akan menghasilkan data angkutan sedimen melayang yang sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya di lapangan.
b. Tujuan : Tujuan modul tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di
sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit ini ditujukan
agar setiap penanganan sedimen melayang dengan metode Equal Discharge Increment
(EDI) memiliki standar penanganan yang sama, berwawasan lingkungan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Sehingga diperoleh contoh air yang
mengandung muatan sedimen melayang di sungai/saluran
1.3. ISTILAH-ISTILAH
1. Aliran Air: Pergerakan air yang dinyatakan dalam gejala dan parameter
2. Debit Sungai: Volume air per satuan waktu yang mengalir melalui suatu
penampang melintang sungai
3. Integrasi Kedalaman: Cara pengambilan muatan sedimen melayang mulai
dari permukaan sampai ke dasar sungai/saluran tertentu
4. Jalur Vertikal: Lokasi pengambilan muatan sedimen melayang dengan cara
integrasi kedalaman.
5. Merawas : Pengukuran debit yang dilakukan tanpa menggunakan alat bantu
pengukuran seperti perahu, jembatan dll, sehingga petugas pengukuran
langsung masuk ke dalam sungai.
6. Muatan Sedimen Melayang: Berat atau volume partikel-partikel halus per
satuan waktu yang bergerak melayang di dalam air sungai

Standardisasi
PSDA
47

7. Pembagian debit sama besar: Debit di suatu penampang melintang yang


dibagi menjadi beberapa bagian debit sama besar, dan merupakan besaran
debit pada setiap sub penampang melintang sungai
8. Pengambilan muatan sedimen melayang: Proses pengambilan air sungai
yang mengandung sedimen melayang dengan alat pengambil muatan
sedimen melayang yang dimasukkan ke dalam sungai dalam selang waktu
tertentu
9. Rai: Jarak horisontal antara titik awal pengukuran (initial point) dengan titik
pengukuran
10. Sub penampang melintang sungai: Bagian penampang melintang yang
dibatasi oleh garis vertikal yang merupakan bagian dari suatu penampang
melintang sungai
11. Sub penampang pengambilan: Bagian dari penampang sungai yang
ditentukan berdasarkan pembagian debit yang sama besar.
12. Tinggi muka air: elevasi muka air pada suatu penampang melintang sungai
terhadap suatu titik elevasi dasar saluran/bangunan tertentu.
2. KETENTUAN dan PERSYARATAN
2.1. Peralatan
2.1.1 Pengunaan alat pengambilan contoh
Dalam menggunakan alat pengambilan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.
a. Alat yang dipergunakan untuk mengambil contoh muatan sedimen melayang
harus disesuaikan dengan kedalaman dan kecepatan aliran.
b. Pada saat pengambilan contoh sedimen melayang, kecepatan saat
rnenurunkan dan menaikkan alat dari permukaan sampai ke dasar sungai
harus sama.
c. Pada saat pengambilan contoh sedimen melayang, alat tidak boleh
menyentuh dasar sungai, anak lubang pengambilan harus 10 cm di atas dasar
sungai.
d. Volume air yang tertampung dalam alat pengambilan maksimum 400 ml dan
minimum 350 ml.
2.1.2 Peralatan dan sarana penunjang
Jenis peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan teknis yang berlaku dan
tergantung pada metode pengukuran yang digunakan pada pelaksanaan :
2.1.2.1 Pengukuran dengan cara merawas

Standardisasi
PSDA
48

Pengukuran dengan cara merawas adalah petugas pengukur langsung masuk ke dalam
badan air. Petugas pengukur minimal terdiri dari 2 orang, 1 orang petugas
mengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran. Gambar ci
samping menunjukkan pengukuran Cara Merawas
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
a) Satu unit Current Meter.
b) Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-48.
c) Tongkat penggantung.
d) Satu buah alat ukur waktu.
e) Satu unit alat ukur lebar sungai.
f) Baju pelampung.
g) Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 450 ml.
h) Grafik (waktu durasi) pengambilan.

2.1.2.2 Pengukuran dengan menggunakan perahu


Pengukuran menggunakan perahu adalah petugas pengukur menggunakan sarana
perahu sebagai alat bantu pengukuran. Petugas pengukur minimal terdiri dari 3 orang,
1 orang petugas memegang dan menggeser perahu, 1 orang petugasmengoperasikan
peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran.
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
1. Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-48 apabila
kedalaman air pada titik pengambilan < 3 m.
2. Satu unit alat penderek jenis US DH-59 apabila kedalaman air pada titik
pengambilan >3m.
3. Satu buah alat ukur waktu.
4. Satu unit alat ukur lebar sungai.
5. Perahu dan dayung dengan kapasitas angkut perahu minimal 3 orang.
6. Kabel melintang sungai.
7. Baju pelampung.
8. Tambang plastik.

Standardisasi
PSDA
49

9. Motor tempel apabila penggunaan dayung tidak memungkinkan.


10. Tongkat penggantung apabila kedalaman air pada titik pengambilan < 3 m.
11. Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan maksimal
450 ml.
12. Grafik (waktu durasi) pengambilan.
2.1.2.3 Pengukuran dari jembatan
Pengukuran debit dari sisi jembatan adalah pengukuran dilakukan dari sisi jembatan
bagian hilir aliran dan sebaiknya jembatan yang digunakan tidak terdapat pilar.
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
1. Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-59.
2. Satu alat bantu pengukuran dari jembatan (bridge crane).
3. Satu unit alat penderek.
4. Satu buah alat ukur waktu.
5. Satu unit alat ukur lebar sungai.
6. Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 450 ml.
7. Grafik lama waktu pengambilan.
2.1.2.4 Pengukuran dengan menggunakan kereta gantung
KERETA GANTUNG (CABLE CAR) adalah alat bantu pengukuran berupa kereta
gantung yang digantungkan pada kabel utama yang juga berfungsi sebagai alat ukur
lebar sungai, dilengkapi dengan tempat duduk petugas pengukur dan dudukan
SOUNDING REEL.
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
1. Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-59.
2. Satu unit alat penderek.
3. Satu buah alat ukur waktu.
4. Satu unit alat ukur lebar sungai.
5. Kabel melintang sungai.
6. Kereta gantung
7. Baju pelampung.

Standardisasi
PSDA
50

8. Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan maksimal
450 ml.
9. Grafik lama waktu pengambilan.
2.1.2.5 Pengukuran dengan Winch Cable Way
Pengukuran debit dengan menggunakan WINCH CABLE WAY dilakukan dari
pinggir sungai dengan menggunakan peralatan WINCH CABLE WAY. Petugas
pengukur minimal terdiri dari 2 orang, 1 orang petugasmengoperasikan peralatan dan
1 orang petugas mencatat data pengukuran.
Peralatan dan sarana penunjang yang digunakan meliputi:
1. Satu unit alat pengambilan muatan sedimen melayang jenis US DH-59.
2. Satu unit alat Winch Cable lengkap terdiri dari kabel utama, kabel
penghantar (travelerable), kabel penggantung alat.
3. Satu buah alat ukur waktu.
4. Botol contoh air tembus pandang, dengan volume minimal 350 ml dan
maksimal 50 ml.
5. Grafik lama waktu pengambilan.
2.2. Lokasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lokasi pengambilan contoh adalah sebagai
berikut.
a) Pengambilan contoh muatan sedimen melayang harus dipilih pada lokasi
yang tidak terpengaruh adanya bangunan air atau arus balik.
b) Lokasi pengambilan contoh muatan sedimen melayang dipilih dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
1) Pengukuran muatan sedimen melayang dilakukan pada
lokasi pengukuran debit.
2) Dasar sungai merata.
3) Penampang melintang harus tegak lurus arah aliran.
c) Penetapan titik pengambilan
Penetapan titik pengambilan, digambarkan dan dirumuskan sebagaimana
2.3. Data Pengukuran

Standardisasi
PSDA
51

Data yang diperlukan untuk pengambilan muatan sedimen melayang berupa data
aktual pengukuran yang dilakukan segera sebelum pengambilan contoh muatan
sedimen ini dilaksanakan.
Data tersebut terdiri dari :
a) Pengukuran penampang melintang.
b) Pengukuran debit.
c) Tinggi muka air yang berkaitan dengan pengukuran debit.
2.4.Waktu Pengisian / Pengambilan Contoh Air
Lamanya waktu pengisian/pengambilan contoh air tergantung dari ukuran nozzle yang
digunakan sesuai dengan grafik dengan ketentuan bahwa waktu yang digunakan untuk
menurunkan alat sama dengan waktu yang digunakan untuk menaikkan alat.
Perhitungan waktu dimulai sejak alat dimasukkan ke dalam air.
2.5. Petugas dan Penanggung Jawab
Hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi :
1. Petugas yang melaksanakan survei adalah orang yang pernah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan bidang hidrometri dan
pengukuran sedimen.
2. Penanggung jawab pekerjaan adalah ahli di bidang hidrologi.
3. Nama petugas dan penanggung jawab hasil pengambilan contoh harus
dicantumkan dan dibubuhi tanda tangan, serta tanggal yang jelas.
3. RUMUS-RUMUS PERHITUNGAN
Rumus-rumus yang digunakan dalam metode pengambilan sedimen melayang ini,
sebagai
berikut.

dengan pengertian :
 Q : debit di suatu penampang melintang sungai m3/det:
 qi : debit pada setiap sub penampang ke i, m3/det;
 qqi : debit tengah pada setiap sub penampang melintang ke i, m3/det;
 Sqi : debit pada seksi ke i, m3/det;

Standardisasi
PSDA
52

 i : 1, 2, 3, 4, 5,................. n; i tanda adalah bagian penampang


 n : jumlah vertikal pengambilan di suatu penampang melintang.
4. CARA PENGAMBILAN CONTOH
Pengambilan muatan sedimen melayang dilakukan segera setelah pengukuran debit
selesai
dilakukan, dengan tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan pengambilan contoh, sebagai berikut.
1. Tentukan lokasi pengambilan.
2. Siapkan data hasil pengukuran penampang melintang.
3. Siapkan data hasil pengukuran debit.
4. Siapkan, periksa dan rakit alat pengambilan contoh.
5. Siapkan formulir pengambilan contoh.
6. Isi formulir pengambilan contoh.
7. Tentukan jumlah titik pengambilan di suatu penampang melintang
b) Tahap pengambilan contoh, sebagai berikut.
1. Hitung besar debit pada setiap sub penampang melintang dengan rumus (1).
2. Hitung debit tengah dari setiap sub penampang melintang dengan rumus (2).
3. Tentukan lokasi pengambilan dengan cara mencari titik pada kartu pengukuran
4. dengan besaran debit yang paling dekat dengan besar debit pada butir 2).
5. Tentukan jarak lokasi titik pengambilan dari sisi sungai, sesuai dengan butir 3).
6. Tentukan lama waktu pengambilan pada grafik (Gambar A2), sesuai dengan
7. diameter lubang alat (nozzle) pengambil yang digunakan.
8. Lakukan pengambilan contoh muatan sedimen melayang.
9. Masukkan contoh muatan sedimen melayang ke dalam botol yang telah
disediakan.
10. Botol tersebut diberi tanda label.
11. Siapkan contoh muatan sedimen melayang untuk dianalisis di laboratorium.
12. Ulangi kegiatan butir 3) sampai 9) untuk lokasi titik pengambilan yang lainnya,

Standardisasi
PSDA
53

13. hingga semuanya selesai dikerjakan


5. PELAPORAN
Laporan pengambilan muatan sedimen melayang disajikan dalam formulir, yang
antara lain memuat :
a) Nama sungai/saluran terbuka;
b) Lokasi pengambilan;
c) Tanggal pengambilan;
d) Jam pengambilan;
e) Nomor contoh;
f) Tinggi muka ai;.
g) Debit pengukuran;
h) Nama petugas dan penanggung jawab.

Standardisasi
PSDA
54

PENUTUP

HARAPAN KEPADA PERGURUAN TINGGI

Pengembangan keterampilan dan dan ilmu pengetahuan.


Pentingnya penguasaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pemanfaatannya di
abad XXI ini membuat pendidikan tidak cukup hanya
sebagai pengalihan pengetahuan dari pendidik ke
pebelajar, tetapi harus disertai dengan kemauan dan
kemampuan pebelajar mencari, menjelajahi dan
menggali sendiri ilmu pengetahuan, sesuai dengan
tingkat pendidikannya.
Pengembangan karakter luhur.
Watak adalah keunggulan moral yang berperan sebagai
penggerak utama seseorang ketika ia akan melakukan
tindakan, berfungsi sebagai daya yang menentukan
pilihan bentuk-bentuk tindakan yang akan
dilakukannya. Disamping sikap jujur, adil, demokratis,
disiplin dan toleran. Di Perguruan Tinggi watak untuk
produktif dan kreatif/inovatif dalam berpikir dan
berkarya perlu dikembangkan.
Empat aspek yang perlu dilakukan dalam
pembentukan watak, adalah perhatian pada sisi emosi,
peningkatan life-skills, menumbuhkan kemauan (will),
dan pembiasaan (habit).
Pembangun tumbuhnya rasa kebangsaan.
Hanya dengan rasa kebangsaaan yang kuat, suatu
bangsa akan berusaha sekuat tenaga agar bangsanya
senantiasa mampu menegakkan kepala, duduk sama
rendah dan tegak sama tinggi dengan bangsa-bangsa

Standardisasi
PSDA
55

lain. Dengan kuatnya rasa kebangsaan ini pula mereka


akan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi bersama dengan bangsa-bangsa lain, bukan
hanya menjadi bangsa yang terpinggirkan, menjadi
bulan-bulanan bangsa-bangsa lain yang lebih maju.
Kegiatan untuk menumbuhkan dan memupuk rasa
kebangsaan yang dikenal sebagai nation building,
sebagai landasan bagi pembangunan bangsa, harus
ditumbuhkembangkan

SOFT SKILLS

Karakter dan perilaku yang dibutuhkan manusia abad ke-21,


yaitu:
1. Leadership – sikap dan kemampuan untuk menjadi
pemimpin dan menjadi yang terdepan dalam berinisiatif
demi menghasilkan berbagai terobosan-terobosan;
2. Personal Responsibility – sikap bertanggung jawab
terhadap seluruh perbuatan yang dilakukan sebagai
seorang individu mandiri;
3. Ethics – menghargai dan menjunjung tinggi pelaksanaan
etika dalam menjalankan kehidupan sosial bersama;
4. People Skills – memiliki sejumlah keahlian dasar yang
diperlukan untuk menjalankan fungsi sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial;
5. Adaptability – mampu beradaptasi dan beradopsi dengan
berbagai perubahan yang terjadi sejalan dengan dinamika
kehidupan;
6. Self-Direction – memiliki arah serta prinsip yang jelas
dalam usahanya untuk mencapai cita-cita sebagai seorang
individu;

Standardisasi
PSDA
56

7. Accountability – kondisi dimana seorang individu memiliki


alasan dan dasar yang jelas dalam setiap langkah dan
tindakan yang dilakukan;
8. Social Responsibility – memiliki tanggung jawab terhadap
lingkungan kehidupan maupun komunitas yang ada di
sekitarnya; dan
9. Personal Productivity – mampu meningkatkan kualitas
kemanusiaannya melalui berbagai aktivitas dan pekerjaan
yang dilakukan sehari-hari.

KEMANDIRIAN YANG DIDUKUNG OLEH


KEMAMPUAN:

 Kemampaun berpikir kritis dan pemecahan masalah,


mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik,
terutama dalam konteks pemecahan masalah;
 Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama, mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan
berbagai pihak;
 Kemampuan mencipta dan membaharui, mampu
mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk
menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif;
 Literasi teknologi informasi dan komunikasi, mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;
 Kemampuan belajar kontekstual, mampu menjalani
aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai
bagian dari pengembangan pribadi;
 Kemampuan informasi dan literasi media, mampu
memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi
untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan
aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.

Standardisasi
PSDA
57

Standardisasi
PSDA
58

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Purwanggono , dkk., ( 2009), PENGANTAR


STANDARDISASI Edisi Pertama Jakarta : Badan
Standardisasi Nasional
Komite Akreditasi Nasional. 2001. Spesifikasi SNI untuk
Penilaian Kesesuaian. Pedoman 14-2001. Adopsi dari
ISO/IEC 7.1994.
Manoppo, John (2008). Standar Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008, http://www.aperlindo.com
Maswitono. 2012. Peranan Dan Sistem Sertifikasi Sni/Iso 9000
Bagi Produk Industri.
http://maswitono.blogspot.com/2012/03/peranan-dan-
sistem-sertifikasi-sniiso.html.
Anonim. 2012. Organisasi Internasional untuk Standardisasi.
(Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Internasional_u
ntuk_Standardisasi)
Ari Sulastri. 2012. Pengertian ISO dan Contohnya.

Standardisasi
PSDA

Anda mungkin juga menyukai