Anda di halaman 1dari 13

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No.

1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN


PEMILAHAN DAN PENIMBANGAN LINEN KOTOR RS. X

Seviana Rinawati, Romadona


Universitas Sebelas Maret

sev1ana_er.@staff.uns.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mengkaji tentang penilaian metode REBA postur tubuh
pekerja dalam pencegahan muskuloskeletal. Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional
analitik yang menggunakan deskriptif kualitatif pada total sampling pada pekerja di laundry. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan lembar penilaian REBA yang akan disesuaikan dengan Undang-
undang no.1 tahun 1970. Hasil penelitian antara lain aktivitas petugas laundry dalam penimbangan linen kotor
dalam kategori tingkat risiko rendah dengan skor akhir REBA yaitu 3 . Sedangkan aktivitas petugas laundry
dalam pemilahan linen kotor dalam kategori tingkat risiko tinggi dengan skor akhir REBA yaitu 9. Sehingga
diperlukan tindakan segera. Kesimpulan penelitian antara lain tingkat risiko tinggi pada tahapan aktivitas petugas
laundry dalam pemilahan linen kotor disebabkan oleh postur kerja/sikap kerja yang mengalami pemuntiran
badan, pembungkukan dan banyak mengalami fleksi. Saran yang diberikan adalah upaya rumah sakit melakukan
pengendalian rekayasa teknik, rekayasa manajemen, pemberian prosedur kerja dan pengadaan promosi K3.

Kata kunci : Postur Kerja; Rapid Entire Body Assessment (REBA)

RISK ANALYSIS ON WORK POSTURE BY REBA METHOD IN DIRTY CLOTHES


ELECTION AND WEIGHING SECTION OF THE HOSPITAL X

Abstract

This research objective is to determine and assess the valuation of REBA method in posture of workers
in preventing disorders of the musculoskeletal. This study conducted using observational analytical research
using qualitative descriptive analytic on a total sampling on workers in the laundry. Data were collected using a
questionnaire and assessment form REBA be adjusted by Law no.1 1970. For the results, activities of weighing
dirty laundry worker in the clothes in the category of low-risk level with a final score REBA is 3. While the
activity of sorting dirty laundry clothes officers in the risk level high category with a final score REBA is 9, than
required immediate action. For research conclusion, a high level of risk at this stage of the activity in the laundry
attendant sorting soiled clothes caused by work postures of work attitude experiencing body twisting, bending
and with the flexion. Advice given is the hospital attempts to control engineering, engineering management,
administration procedures and procurement occupational health and safety promotion.

Keywords: Rapid Entire Body Assessment (REBA); Work Posture

Pendahuluan juta kematian yang disebabkan oleh karena


penyakit atau kecelakaan akibat hubungan
Menurut International Labor
kerja. Sekitar 300 ribu kematian terjadi dari
Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1

39
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

250 juta kecelakaan dan sisanya adalah Hasil studi pendahuluan di Rumah
kematian karena penyakit akibat hubungan Sakit X ditemukan 6 orang masuk dalam
pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 kriteria gangguan/keluhan MSDs akibat
juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru proses kerja maka penulis tertarik untuk
setiap tahunnya. Selain penyakit akibat melakukan penelitian mengenai risiko postur
hubungan pekerjaan yang menyebabkan kerja yang menimbulkan MSDs.
kematian, masalah kesehatan lain terutama Tujuan penelitian ini adalah
adalah ketulian, gangguan muskuloskeletal, mengetahui dan menganalisis Risiko Postur
gangguan reproduksi, penyakit jiwa dan Kerja dengan Metode REBA pada Pekerja di
sistem syaraf (Aditama, 2002). Bagian Pemilahan dan Penimbangan Linen
Dalam profil masalah kesehatan tahun Kotor di Rumah Sakit X.
2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5%
penyakit yang diderita pekerja berhubungan
dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan Tinjauan Teoritis
yang dialami pekerja menurut studi yang Tempat Kerja
dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 Menurut Undang-Undang Nomor
kabupaten/kota di Indonesia, umumnya 1 tahun 1970 tempat kerja adalah tiap
berupa gangguan Muskuloskeletal Disorders ruangan atau lapangan, tertutup atau
(MSDs) (16%), kardiovaskuler (8%), terbuka, bergerak atau tetap, dimana
gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan tenaga kerja bekerja, atau yang sering
(3%) dan gangguan THT (1.5%) (Depkes RI, dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
2005). suatu usaha dan dimana terdapat sumber
Gangguan kesehatan termasuk atau sumber-sumber bahaya sebagaimana
gangguan MSDs diantaranya low back diperinci pada pasal 2: Termasuk tempat
injuries merupakan kasus terbesar yang kerja ialah semua ruangan, lapangan,
tercatat untuk klaim kompensasi cedera, halaman dan sekelilingnya merupakan
disamping cedera tertusuk, terpotong dan bagian-bagian atau yang berhubungan
laceration. Low back injuries termasuk dengan tempat kerja tersebut.
dalam kasus kronis dan akut yang terjadi di
antara pekerja rumah sakit yaitu terjadi pada
Alat Pelindung Diri (APD)
sebagian besar pekerja wanita (Aditama,
2002).

40
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

Menurut OHSAS 18001: 2007 Muskuloskeletal Disorders adalah


risiko didefinisikan sebagai kombinasi kelainan yang disebabkan oleh
dari kemungkinan suatu kejadian penumpukan cedera atau kerusakan kecil-
berbahaya terjadi atau terpapar keadaan keil pada sistem muskuloskeletal akibat
berbahaya dan keparahan dari cedera atau trauma berulang yang setiap kalinya tidak
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh sempat sembuh secara sempurna,
kejadian berbahaya atau paparan dari sehingga membentuk kerusakan cukup
keadaan berbahaya. besar untuk menimbulkan rasa sakit
(Humantech, 1995 dalam Laraswati,
Faktor Lingkungan Kerja 2009).
Menurut Peraturan Menteri Keluhan pada sistem
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No muskuloskeletal adalah keluhan pada
PER.13/MEN.X/2011 tentang Nilai bagian-bagian otot rangka yang dirasakan
Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor oleh seseorang mulai dari keluhan sangat
Kimia di Tempat Kerja yang tercantum ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
faktor lingkungan fisika dan kimia. menerima beban statis secara berulang
Faktor biologi, faktor Mental dan dan dalam waktu yang lama, akan dapat
Psikologi (reaksi mental dan kejiwaan menyebabkan keluhan berupa kerusakan
terhadap suasana kerja, hubungan antara pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan hingga kerusakan inilah yang biasanya
prosedur organisasi pelaksanaan kerja) diistilahkan dengan keluhan MSDs
dan Faktor Fisiologis/Ergonomi adalah (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996)
interaksi antara faal kerja manusia dengan Secara garis besar keluhan otot dapat
pekerjaan atau lingkungan kerjanya dikelompokan menjadi dua, yaitu :
seperti konstruksi mesin yang disesuaikan 1. Keluhan sementara (reversible), yaitu
dengan fungsi indera manusia, postur dan keluhan otot yang terjadi pada saat
cara kerja yang mempertimbangkan aspek otot menerima beban statis, namun
antropometris dan fisiologis manusia demikian keluhan tersebut akan segera
(Suma’mur, 2014). hilang apabila pemberian beban
dihentikan, dan
Muskuloskeletal Disorders (MSDs) 2. Keluhan menetap (persistent), yaitu
keluhan otot yang bersifat menetap.

41
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

Walaupun pemberian beban kerja faktor psikososial (Susan Stock, et al,


telah dihentikan, namun rasa sakit 2005).
pada otot masih terus berlanjut. Faktor pekerjaan salah satunya
Keluhan sistem muskuloskeletal postur kerja, sikap kerja tidak alamiah
pada umumnya terjadi karena kontraksi adalah sikap kerja yang menyebabkan
otot yang berlebihan akibat pemberian bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
beban kerja yang terlalu berat dengan alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian
durasi pembebanan yang panjang. tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi
Sebaliknya keluhan otot kemungkinan pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap
tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya kerja tidak alamiah pada umumnya karena
15-20% dari kekuatan otot maksimum. ketidaksesuaian pekerjaan dengan
Namun apabila kontaksi otot melebihi kemampuan pekerja (Grandjen, 1993).
20%, maka peredaran darah ke otot Hasil penilitian Hendra dan
berkurang menurut tingkat kontraksi yang Raharjo (2008), diperoleh bahwa skor
dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang risiko (REBA) pada pekerjaan pemuatan
diperlukan. Suplai oksigen ke otot kelapa sawit ke dalam truk sebesar 8-10/
menurun, proses metabolisme karbohidrat high risk, dan 83,7% dari 117 pekerja
terhambat dan sebagai akibatnya terjadi merasakan keluhan MSDs pada leher dan
penimbunan asam laktat yang punggung bawah. Adapun postur-postur
menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot janggal adalah sebagai berikut:
(Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993).
Hubungan sebab akibat faktor
penyebab timbulnya MSDs sulit untuk
dijelaskan secara pasti. Namun ada
beberapa faktor risiko tertentu yang selalu Gambar 1. Postur tubuh janggal
Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified
ada dan berhubungan atau turut berperan Work, Susan Stock (2005)
dalam menimbulkan MSDs. Faktor-faktor Beberapa masalah berkenaan
risiko tersebut bisa diklasifikasikan dalam dengan postur kerja yang sering terjadi
tiga kategori yaitu pekerjaan, lingkungan sebagai berikut : postur tangan, postur
dan manusia atau pekerja (Pheasant, 1991; leher, postur batang tubuh dan postur kaki.
Oborne, 1995) dan ditambah lagi dengan Faktor Penyebab Keluhan Pada
Sistem Muskuloskeletal Peter Vi (2000)

42
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

menjelaskan bahwa terdapat beberapa masingmasing. Untuk itu kita harus dapat
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya secara selektif memilih dan menggunakan
keluhan sistem muskuloskeletal yaitu : metode secara tepat sesuai dengan tujuan
Peregangan Otot yang Berlebihan, observasi yang akan dilakukan, salah
aktivitas berulang dan sikap kerja tidak satunya adalam metode Rapid Entire Body
alamiah. Assessment (REBA).
Selain faktor-faktor terjadinya Metode REBA diperkenalkan oleh
keluhan sistem muskuloskeletal tersebut Sue Hignett dan Lynn Mc Atamney dan
diatas, beberapa ahli menjelaskan bahwa diterbitkan dalam jurnal Applied
faktor individu seperti umur, jenis Ergonomics tahun 2000. Metode ini
kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas merupakan hasil kerja kolaboratif oleh tim
fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh ergonomis, fisioterapi, ahli okupasi dan
juga dapat menjadi penyebab terjadinya para perawat yang mengidentifikasi
keluhan otot skeletal, seperti : umur, jenis sekitar 600 posisi di industri
kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran manufakturing.
jasmani, kekuatan fisik dan ukuran tubuh Menurut Tarwaka (2010) metode
(antropometri). REBA merupakan suatu alat analisis
Metode Penilaian Keluhan Sistem postural yang sangat sensitif terhadap
Muskuloskeletal, beberapa cara yang telah pekerjaan yang melibatkan perubahan
diperkenalkan dalam melakukan evaluasi mendadak dalam posisi, biasanya sebagai
ergonomi untuk mengetahui hubungan akibat dari penanganan kontainer yang
antara tekanan fisik dengan risiko keluhan tidak stabil atau tidak terduga. Penerapan
otot skeletal. Pengukuran terhadap metode ini ditujukan untuk mencegah
tekanan fisik ini cukup sulit karena terjadinya risiko cedera yang berkaitan
melibatkan berbagai faktor subjektif dengan posisi, terutama pada otot-otot
seperti; kinerja, motivasi, harapan dan skeletal. Oleh karena itu, metode ini dapat
toleransi kelelahan (Waters & Anderson, berguna untuk melakukan pencegahan
1996). Alat ukur ergonomik yang dapat risiko dan dapat digunakan sebagai
digunakan cukup banyak dan bervariasi. peringatan bahwa terjadi kondisi kerja
Namun demikian, dari berbagai alat ukur yang tidak tepat ditempat kerja
dan berbagai metode yang ada tentunya Penilaian menggunakan metode
mempunyai kelebihan dan keterbatasan REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue

43
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney nilai aktivitas pekerja. Dari nilai REBA
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: tersebut dapat diketahui level risiko pada
Tahap 1 pengambilan data postur pekerja muskuloskeletal dan tindakan yang perlu
dengan menggunakan bantuan video atau dilakukan untuk mengurangi risiko serta
foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap perbaikan kerja.
(postur) pekerja dan leher, punggung, Nilai REBA diperoleh dengan
lengan, pergelangan tangan hingga kaki melihat nilai dari kategori A dan B pada
secara terperinci dilakukan dengan tabel C untuk memperoleh nilai C yang
merekam atau memotret postur tubuh kemudian dijumlahkan dengan
pekerja. Tahap 2 penentuan sudut-sudut nilai/skoring jenis aktivitas otot, dapat
dari bagian tubuh pekerja. Setelah dilihat pada tabel.1 berikut :
didapatkan hasil rekaman dan foto postur
tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan
besar sudut dari masing-masing segmen
tubuh yang meliputi punggung (batang
tubuh), leher, kaki (Grup A), lengan atas,
lengan bawah dan pergelangan tangan
(Grup B). Tahap 3 penentuan berat
benda yang diangkat, coupling dan
Sedangkan tingkatan risiko dari
aktifitas pekerja. Tahap 4 perhitungan
pekerjaan diperoleh dari tabel Standar
nilai REBA untuk postur yang
Kinerja Berdasarkan Skor Akhir dapat dilihat
bersangkutan Setelah didapatkan skor dari
pada tabel.2 berikut :
tabel A kemudian dijumlahkan dengan
skor untuk berat beban yang diangkat
sehingga didapatkan nilai bagian A.
Sementara skor dari tabel B dijumlahkan
dengan skor dari tabel coupling sehingga
didapatkan nilai bagian B. dari nilai
bagian A dan bagian B dapat digunakan
untuk mencari nilai bagian C dari tabel C Dibawah ini akan disajian ringkasan
yang ada. Nilai REBA didapatkan dari alur proses penilaian dengan Metode REBA:
hasil penjumlahan nilai bagian C dengan

44
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

seperti yang dijabarkan berikut (Tarwaka,


2010):
1. Aktivitas angkat-angkut material
secara manual seperti mengupayakan
agar beban angkat tidakmelebihi
kapasitas angkat pekerja
2. Berat bahan dan alat, dengan
mengupayakan untuk menggunakan
bahan dan alat yang ringan
3. Alat tangan misal memasang lapisan
peredam getaran pada pegangan
tangan
4. Melakukan pekerjaan pada ketinggian,
seperti : menggunakan alat bantu kerja
yang memadai seperti; tangga
1. Langkah Mengatasi Keluhan Sistem
kerjadan lift.
Muskuloskeletal
Langkah preventif ini
dimaksudkan untuk mengeleminir Metode Penelitian
overexertion dan mencegah adanya sikap Metodologi penelitian ini adalah jenis
kerja tidak alamiah yaitu : Rekayasa penelitian observasional analitik
teknik pada umumnya dilakukan melalui menggunakan diskriptif kualitatif pada total
pemilihan beberapa alternatif sebagai sampling pada pekerja di laundry.
berikut : eliminansi, subtitusi, partisi dan Pengambilan data dilakukan dengan
ventilasi. Rekayasa manajemen dapat menggunakan kuesioner dan lembar
dilakukan melalui tindakantindakan penilaian REBA berdasarkan teori dari
sebagai berikut : pendidikan dan Tarwaka tahun 2010. Analisis data
pelatihan, Pengaturan waktu kerja dan dibandingkan dengan Undang-Undang
istirahat yang seimbang dan Pengawasan Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
yang intensif. Kerja maupaun referensi terkait.
Tindakan untuk mencegah atau
mengatasi terjadinya keluhan otot skeletal
pada berbagai kondisi atau aktivitas
45
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

Hasil Penelitian yang berlebihan seperti aktivitas


mengangkat, memindahkan dan mendorong
Rumah Sakit X memiliki proses/alur
linen kotor, sikap kerja tidak alamiah seperti
pengambilan linen kotor yang dilakukan oleh
pergerakan tangan terangkat, punggung
petugas laundry setiap pagi, pengambilan
terlalu membungkuk, kepala terangkat.
linen kotor menggunakan alat bantu kereta
Risiko terjadinya keluhan otot misalnya
dorong yang bertuliskan “linen kotor”. Setiap
aktivitas angkat-angkut dalam pemilahan dan
petugas laundry yang mengambil linen kotor
penimbangan linen kotor.
dari bangsal wajib memakai alat pelindung
Data keluhan Muskuloskeletal
diri yang telah disediakan oleh rumah sakit X
Disorders berdasarkan informasi berupa
yaitu berupa masker, handscoen dan tutup
wawancara dari tenaga kerja bagian
kepala. Setelah diambil dari bangsal, linen
pemilahan dan penimbangan nyeri pinggang,
kotor dibawa ke ruang pemilahan dan
tangan dan kaki. Sehingga pekerja merasa
penimbangan linen. Untuk menunggu
kelelahan dan berakibat ketegangan pada
pengambilan linen kotor dari bangsal menuju
otot-otot sekitar tubuh dikarenakan posisi
ke tempat pemilahan dan penimbangan
pekerja yang kurang nyaman.
laundry pekerja hanya dapat beristirahat
Penilaian pada Aktivitas petugas
selama beberapa menit saja.
laundry dalam pemilahan linen kotor :
Tenaga kerja dalam melakukan
1. Skor Awal Group A Pemilahan Linen Kotor
aktivitas/kegiatan pemilahan dan
penimbangan linen kotor adalah dengan
postur kerja seperti pada tabel berikut :
Tabel.3 Postur Kerja Tenaga Kerja
Aktivitas Postur Kerja
a. Postur tangan :
Kegiatan Mengangkat siku lebih tinggi dari
pemilahan dan bahu dengan berulang kali,
penimbangan menggapai linen kotor dibelakang
linen kotor badan, gerakan menjepit linen kotor 2. Skor awal group B Pemilahan Linen Kotor
dengan jari
b. Postur leher :
Menekukkan leher serta dimiringkan
ke samping dan menengadah
c. Postur batang tubuh :
Membungkuk serta dimiringkan ke
samping kanan dan kiri
d. Postur kaki :
Berjongkok seperti menekuk lutut

Faktor penyebab yang dikeluhkan


oleh tenaga kerja antara lain peregangan otot 3. Skor C terhadap skor A dan skor B
Pemilahan Linen Kotor

46
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

3. Skor C terhadap skor A dan skor B


Penimbangan linen kotor

Dengan menggunakan petunjuk tabel


standar kinerja yang didasarkan pada final Berdasarkan petunjuk tabel standar
skor, maka final skor 9 mempunyai tingkat kinerja yang didasarkan pada final skor,
risiko “Tinggi” dan memerlukan tindakan maka final skor 3 mempunyai tingkat risiko
perbaikan segera. “Rendah” dan mungkin diperlukan tindakan.
Penilaian pada aktivitas petugas Rumah Sakit X telah melakukan
laundry dalam penimbangan linen kotor : upaya pengendalian untuk mengurangi
1. Skor Awal Group A Penimbangan linen keluhan MSDs berupa istirahat 10-15 menit,
kotor
penyediaan air minum dan ventilasi ruangan.

Pembahasan

Postur kerja yang dilakukan oleh


tenaga kerja bagian pemilahan dan
penimbangan laundry yaitu:
2. Skor awal group B Penimbangan linen 1. Mengangkat siku lebih tinggi dari bahu
kotor
dengan berulang kali, menggapai linen
kotor dibelakang badan dan gerakan
menjepit linen kotor dengan jari.
2. Menekuk leher serta dimiringkan ke
samping dan menengadah.
3. Membungkuk serta dimiringkan ke
samping kanan dan kiri.
4. Berjongkok seperti menekuk lutut.

47
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

Selain postur kerja terdapat faktor Risiko tersebut disebabkan oleh karena posisi
yang dapat menyebabkan risiko keluhan punggung yang membungkuk dan memuntir
muskuloskeletal yaitu peregangan otot yang secara lateral, posisi leher pekerja memuntir
berlebihan seperti aktivitas mengangkat, secara lateral, lengan atas pekerja mengalami
memindahkan dan mendorong linen kotor, fleksi serta posisi lengan diangkat menjauh
sikap kerja tidak alamiah seperti pergerakan dari badan dikarenakan posisi linen kotor
tangan terangkat, punggung terlalu berada jauh dari badan, sehingga pekerja
membungkuk dan kepala terangkat. Risiko harus menjangkaunya serta posisi lengan
terjadinya keluhan otot misalnya aktivitas bawah dan pergelangan tangan pekerja
angkat-angkut dalam pemilahan dan mengalami fleksi dikarenakan pergelangan
penimbangan linen kotor. tangan menekuk saat pemilahan.
Berdasarkan informasi berupa Analisis postur kerja pada Aktivitas
wawancara yang didapat dari tenaga kerja Penimbangan Linen Kotor. Pada tahapan ini
bagian pemilahan dan penimbangan, termasuk dalam kategori tingkat risiko
ketidakserasian antara alat-alat kerja dengan “Rendah” dengan skor REBA akhir sebesar 3
tenaga kerja dapat menyebabkan risiko dan tingkat aksi 1 yang berarti mungkin
gangguan sistem muskuloskeletal seperti diperlukan tindakan. Tahapan ini mungkin
nyeri pingang, tangan dan kaki. Sehinga tidak terlalu berisiko karena pekerja dalam
tenaga kerja dalam bekerja cepat merasa melakukan penimbangan linen posisi badan
kelelahan. Dalam hal ini maka belum sesuai pekerja mengalami fleksi pada dengan sudut
dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun sebesar sudut sebesar 30o terhadap posisi
1970 tentang Keselamatan Kerja BAB III normal punggung. Posisi leher
pada pasal 3 ayat (1) poin m “memperoleh pekerjamengalami fleksi dan Untuk Postur
keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, kaki tertopang dengan baik dilantai. Untuk
lingkungan, cara dan proses kerjanya”. posisi lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan pekerja mengalami
Analisis postur kerja pada aktivitas pemilihan fleksi. Penambahan skor 1 pada pergelangan
linen kotor tangan dan lengan atas karena posisi lengan
Tahapan ini termasuk dalam kategori atas diangkat menjauh dari badan. Sedangkan
tingkat risiko “Tinggi” dengan skor REBA untuk pergelangan tangan dikarenakan
akhir 9 dan tingkat aksi 3 yang berarti pergelangan tangan menekuk saat
memerlukan tindakan perbaikan segera. penimbangan.

48
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

Daftar Referensi

Kesimpulan Aditama.T.Y. 2002. Kesehatan dan


Keselamatan Kerja. Jakarta.
Tahapan pemilahan termasuk dalam Universitas Indonesia Press.
kategori tingkat risiko “Tinggi” dengan skor Anis, J.F., dan McConville, J.T., (1996),
REBA akhir 9 dan tingkat aksi 3 yang berarti “Anthropometry”, dalam
Occupational Ergonomics Theory
memerlukan tindakan perbaikan segera.
and Application, ed. Battacharya, A.
Sedangkan pada tahapan penimbangan, & McGlothin, J.D., 1996, , Marcel
termasuk dalam kategori tingkat risiko Dekker Inc, New York, hal. 1-46.
“Rendah” dengan skor REBA akhir sebesar 3 Battié, M.C., Bigos, S.J., Fisher, L.D.,
dan tingkat aksi 1 yang berarti mungkin Hansson, T.H., Jones, M.E., Wortley,
M.D. (1989). Isometric lifting as a
diperlukan tindakan.
strength predictor of industrial back
pain. Spine, 14(8): 851-856.Ex.26-72.

Saran Bernard, B., Sauter, S., Fine, S.J., Petersen,


M., Hales, T. (1994). Job task and
Untuk aktivitas yang memperoleh psychosocial risk factors for
tingkat risiko tinggi sebaiknya rumah sakit workrelated musculoskeletal
disorders among newspaper
melakukan pengendalian seperti.
employees. Scandinavian Journal of
1. Penambahan fasilitas kerja berupa bangku Work, Environment and Health,
kecil dengan tinggi 45 cm dan 20(6):417-426.
memastikan lingkungan kerja harus sesuai Bridger, R.S. 1995. Introduction to
Ergonomics. New Work: McGraw-
dengan standar yang diperkenankan.
Hill,Inc.
2. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang
Chaffin, D.B. (1979). Manual materials
seimbang, pengadaan promosi K3, handling the cause of overexertion
menempel poster-poster yang menarik injury and illness in industry. Journal
ditempat yang strategis khususnya di of Environmental Pathology and
Toxicology, 2(5):67-73. Ex.26-1489.
tempat kerja pemilahan dan penimbangan
Chiang, H.C., Ko, Y.C., Yu, H.S., Wu, T.N.,
linen kotor dan melakukan pengawasan
Chang, P.Y., (1993). Prevalence of
dan inspeksi secara rutin. Shoulder and Upper Limb Disorders
Among Workers in The Fish
Processing Industry. J.Work Environ
Health.

49
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

Departemen Kesehatan. 2005. Profil International Ergonomics Assosiations 2001,


Masalah Kesehatan Tahun 2005. “Core Competencies in
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ergonomics,in Waldemar Karwowski
(ed). International Encyclopedia of
Forciert, L & Kuorinka, I. 2001. “Work-
Ergonomics and Human Factors.
related Muskuloskeletal Disorders :
Tailor & Francis, London and New
Overview”, in Weldemar Karwoski
York.http://www.4shared.com/office/
(ed), International Encyclopedia Of
vHIW5VGY/international_encyclope
Ergonomics and Human Factors.
dia_f_html (10 Maret 2015)
Taylor & Francis, London and New
Johansson, J.A., Rubenowitz, S. (1994). Risk
Yoork,pp:1625.
indicators in the psychosocial
http://www.4sharedd.com/office/vHI
andphysical work environment for
W5VGY/International_encyclopedia_
workrelated neck, shoulder, and low
of_html (10 Maret 2015)
backsymptoms: a study among blue
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the and white collar workers in
Man, 4th edt. Taylor & Francis Inc. eightcompanies. Scandinavian
London Journal of Rehabilitation Medicine,
Guo, H.R., Tanaka, S., Cameron, L.L., 26:131-142.Ex.26-1331.
Seligman, P.J., Behrens, V.J., Ger, Kumar, Shrawan. 2001. Biomechanics in
J.(1995). Back pain among workers in Ergonomics. Taylor & Francis,
the United States: national London.
estimatesand workers at high risk.
Laraswati, Hervita. 2009. Analisis Risiko
American Journal of Industrial
Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Medicine,28(5):591-602.
pada Pekerja Laundry Tahun 2009
Hales, T.R., Sauter, S.L., Peterson, M.R., (Studi Kasus pada 12 Laundry Sektor
Fine, L.J., Putz-Anderson, V., Usaha Informal di Kecamatan Beji
Schleifer,L.R. (1994). Kota Depok). Universitas Indonesia:
Musculoskeletal disorders among Depok.
visual display terminal users in a
Levy, B, et al. 2006. Occupational Health
telecommunications company.
Recognizing and Preventing Work
Ergonomics, 37(10):1603-1621.
Related Disease. USA : Doubleday
Hendra dan Suswandi Rahardjo. 2008. Risiko and Company Inc.
Ergonomi dan Keluhan
Manuaba, A. 2000. Ergonomi, Kesehatan
Muskuloskeletal Disorders (MSDs)
dan Keselamatan Kerja. Editor
Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit.
:Sritomo Wignyosubroto an Stefanus
FKM UI: Depok.
Eko Wiranto. Proceeding Seminar
Humantech. 1995. Applied Ergonomics Nasional Ergonomi 2000. Penerbit
Training Manual second Guna Wijaya. Surabaya.
edition.Australia: Barkeley Vale.

50
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.604 No. ISSN cetak : 2527-4686

NIOSH. 1990. “Worker Health Chartbook Suma’mur, P.K. 1982. Ergonomi Untuk
“Fatal Injury”. Cincinati: Produktivitas Kerja. Yayasan
NIOSHPublication Dissemination. Swabhana Karya. Jakarta.
NUR, W. 2009. “Rapid Entire Body Suma’mur, P.K,1995. Keselamatan Kerja
Assessment. dan Pencegahan Kecelakaan Kerja.
http://.blogspot.com/2009/05/rapid- Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
entire-body-assessment-reba.html (10 Suma’mur. 2014. Higiene Prusahaan dan
Maret 2015)
Kesehatan Kerja. Jakarta : Sagung
Oborne, David j. 1995. Ergonomic at Work. Seto
Human Factor in Design Susan Stock et.al. 2005. Work-related
andDevelopment. 3rd edition. John Musculoskeletal Disorders, Guide
Wiley an Sons ltd : Chicester. and Tools for Modified Work.
OHSAS 18001: 2007 tentang Standart OHS National Library of Quebec :
International Montreal.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tarwaka. 2010. Dasar–Dasar Pengetahuan
Transmigrasi RI No PER. Ergonomi dan Aplikasi Di Tempat
13/MEN.X/2011 tentang Nilai Kerja. Surakarta : Harapan Press
Ambang Batas Faktor Fisika Dan Tarwaka, Solichul Hadi A. Bakri dan Lilik
Faktor Kimia Di Tempat Kerja. Sudiajeng, 2004. Ergonomi untuk
Peter, Vi. 2000. Musculoskeletal Disorders, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
{citid 2013 june 12}. Available Produktivitas. Uniba Press. Surakarta.
from:http://www.csao.org/uploadfiles Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
/magazine/vol.11no3/musculo.html. tentang Keselamatan Kerja
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work Waters, T.S and Putz-Anderson, V. 1996.
and Health. Maryland: Aspen Manual Material Handling, Edited by
Publishers, Insc: Maryland, Bharattacharya, A & McGlothlin,
Gaithersburg. J.D., 1996. Occupational Theory
Plog, Barbara A., Fundamental of Industrial andApplications. Marcel Dekker Inc.
Hygiene 5th Edition., USA : New York.329-350.
NationalSafety Council. 2002.
REBA Employee Assessment
Worksheethttp://personal.health.usf.e
du/tbernard/HollowHills/REBA.pdf
(10 Maret 2015)
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan Bandung :
RemajaRosda Karya

51

Anda mungkin juga menyukai